Vous êtes sur la page 1sur 19

I.

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tanah adalah tubuh alam (natural body) yang terbentuk dan berkembang

sebagai akibat bekerjanya gaya-gaya alam (natural forces) terhadap bahan-bahan

alam (natural material) dipermukaan bumi.Tubuh alam ini dapat berdifferensiasi

membentuk lapisan-lapisan mineral maupun organik yang kedalamannya beragam

dan berbeda-beda sifatnya dengan bahan induk yang terletak dibawahnya dalam

hal morfologi, komposisi kimia, sifat-sifat fisik maupun kehidupan biologinya.

Masing-masing lapisan tanah menampakan morfologi dan sifat-sifat yang

berbeda. Hal ini disebabkan karena tanah memiliki sifat-sifat yang khas, yang

merupakan hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah ( bahan induk, waktu, iklim,

topografi, dsb). Akibat dari hasil kerja faktor-faktor pembentuk tanah, maka setiap

jenis tanah akan menampilkan profil yang berbeda.

Profil tanah adalah urutan-urutan horizon tanah, yaitu lapisan-lapisan tanah

yang dianggap sejajar dengan permukaan bumi. Lapisan-lapisan tersebut

mempunyai sifat yang berbeda-beda. Untuk keperluan-keperluan tertentu

(misalnya genesa tanah, analisa tanah, biologi maupun fisika tanah dan keperluan

lainnya) sangat diperlukan gambaran yang lebih jelas tentang tanah, umumnya hal

ini dapat diatasi dengan pembutan suatu profil tanah. Untuk mengetahui sifat-sifat

pada setiap lapisan tanah, maka dilakukanlah praktikum pengamatan profil tanah.

Hasil pelapukan batuan-batuan yang bercampur dengan sisa batuan dari

organism yang hidup diatasnya. Selain itu, terdapat pula udara dan air di dalam

tanah. Air dalam tanah berasal dari air hujan yang ditahan oleh tanah sehingga

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 79


tidak meresap ke tempat lain, di samping pencampuran bahan organik di dalam

proses pembentukan tanah, terbentuk pula lapisan-lapisan tanah yang diebut

horizon tanah. Horison tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena

hasil dari proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horison-horison

tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang

vertikal tanah tersebut akan menunjukan susunan horison yanag disebut profil

tanah.

Dengan mengamati lapisan-lapisan tanah, kita dapat mengetahui profil suatu

tanah. Sehingga, kita dapat mengambil keputusan dengan bijak apabila kita ingin

membuka lahan pertanian atau menentukan apakah lahan tersebut layak utuk

ditanami suatu jenis tanaman karena kita telah mengetahui karakteristik tanah-

tanah di lahan tersebut.

B. Tujuan

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 80


Untuk mengetahui profil tanah atau lahan disuatu daerah (dapat menentukan

horison-horison tanah, topografi batas horison tanah, pH tanah yang diambil dari

berbagai horison tanah, ciri-ciri morfologi profil).

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 81


II. TINJAUAN PUSTAKA

Profil tanah merupakan suatu iris dan melintang pada tubuh tanah, dibuat

dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalam

tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan

tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya

alam (natural forces) terhadap proses pembentukan mineral, serta pembentukan

dan pelapukan bahan-bahan koloid ( Buckman, 1982 ).

Dalam rangka penelitian tanah, kadang-kadang diperlukan deskripsi

(penguatan) profil tanah. Dari pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta

didukung oleh analisis contoh tanah di laboratorium yang di ambil dari tiap

horizon di dalam profil, maka dapat ditentukan jenis tanahnya. Tiap jenis tanah

dan tipe tanah memiliki ciri yang khas dipandang dari tiap horizon di dalam profil

atau dari sifat-sifat fisik dan kimianya. Profil tanah ialah penampang

tegak/vertikal tanah di mulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk bawah

tanah. Solum tanah adalah penampang tanah di mulai dari horizon A hingga

horizon B. Terdapat horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki

perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umumnya

terdapat dalam perkembangan pembentukan profil tanah (Sutedjo, 1991)

Tiap jenis tanah dan tipe tanah memiliki ciri yang khas dipandang dari sifat-

sifat fisis maupun kimianya. Pada teori ini tanah memiliki horizon – horizon

sebagai akibat berlangsungnya evolusi genetis didalam tanah. Profil tanah ialah

penampang vertical tanah dimulai dari permukaan tanah sampai lapisan bahan

induk dibawah tanah. Solum tanah adalah penampang tanah dimulai dari horizon

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 82


A hingga horizon B. terdapatnya horizon – horizon pada tanah – tanah yang

memiliki perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu

umumnya terdapat dalam perkembangan pembentukan profil tanah (Hakim et al.,

1986).

Pembentukan lapisan atau perkembangan horizon dapat membangun tubuh

alam yang di sebut tanah. Tiap tanah di cirikan oleh susunan horizon tertentu.

Secara umum dapat di sebutkan bahwa setiap profil tanah terdiri atas dua atau

lebih horizon utama. Tiap horizon dapat dibedakan berdasarkan warna, tekstur,

struktur dan sifat morfologis lainnya(Pairunan,1985).

Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan menghasilkan benda

alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan

susunan horizon tanah disebut profil tanah. Terdapat enam horizon utama yang

menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horizon O, A, E, B,

C dan R. Sedangkan horizon yang menyusun solum tanah hanya horizon A, E dan

B (Hardjowigeno, 1987).

Dalam rangka penelitian tanah, kadang-kadang diperlukan deskripsi

(penguatan) profil tanah. Dari pengamatan sifat-sifat tanah di lapangan serta

didukung oleh analisis contoh tanah di laboratorium yang di ambil dari tiap

horizon di dalam profil, maka dapat ditentukan jenis tanahnya. Tiap jenis tanah

dan tipe tanah memiliki ciri yang khas dipandang dari tiap horizon di dalam profil

atau dari sifat-sifat fisik dan kimianya. Profil tanah ialah penampang

tegak/vertikal tanah di mulai dari permukaan tanah sampai lapisan induk bawah

tanah. Solum tanah adalah penampang tanah di mulai dari horizon A hingga

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 83


horizon B. Terdapat horizon-horizon pada tanah-tanah yang memiliki

perkembangan genetis menyugestikan bahwa beberapa proses tertentu, umumnya

terdapat dalam perkembangan pembentukan profil tanah (Sutedjo, 1991).

Menurut Kartasapoetra dan S. Mulyani (1987), pada umumnya penelaahan

lapisan-lapisan pembentuk tanah ditekankan pada ketebalan solum tanah (medium

bagi pertumbuhan tanaman) yang diukur ketebalannya itu mulai dari lapisan batu-

batuan sampai ke permukaan tanah. Setelah diketahui solum tanah itu kemudian

dapat ditentukan tebalnya lapisan atas tanah (top soil) dan lapisan bawahnya (sub

soil) yang satu dengan yang lainnya yang akan menunjukkan perbedaan atau

kekhususan yang mencolok. Tentang hal ini dapat dikemukakan sebagai berikut :

1. Lapisan tanah atas (top soil) yang ketebalan solumnya sekitar 20 – 30 cm

merupakan tanah yang relatif lebih subur jika dibandingkan dengan sub soil,

banyak mengandung bahan organik dan biasanya merupakan lapisan olah

tanah bagi pertanian yang banyak memungkinkan keberhasilan usaha

penanaman di atasnya. Pada tanah litosol ketebalan solum ini biasanya

kurang dari 25 cm.


2. Lapisan tanah atas merupakan media utama bagi perkembangan akar tanaman

yang kita budidayakan, denan kandungan unsur-unsur haranya yang tinggi

serta tingkat kelembaban tanahnya menguntungkan bagi pertumbuhan dan

perkembangan tanaman. Pengelolaan tanah yang baik (pengolahan dan

pemberian bahan organik) akan lebih memperbaiki sifat fisik tanah itu,

sedangkan kesuburan dan produktivitasnya akan dapat lebih ditingkatkan

dengan beberapa perlakuan, seperti pemberian pupuk, pemulsaan,

pengapuran, pengeringan atau pembasahan dan lain sebagainya.

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 84


3. Akan tetapi dalam ketahanannya, tanah lapisan atas biasanya lebih rapuh,

lebih mudah terangkut dan hanyut dibanding dengan sub soil, terutama pada

permukaan tanah yang mempunyai kemiringan (slope), hanya dengan

beberapa perlakuan pula (pemulsaaan, penterasan, penanaman rumput-

rumputan dan lain-lain) maka keadaan top soil akan dapat lebih

dipertahankan.

III. METODE PRAKTIKUM


A. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bor tanah, abney level

(clinometer), kompas, altimeter, pH saku, botol semprot, kertas label, meteran,

buku Munsell Soil Color Chart, kantong plastik, spidol, buku pedoman

pengamatan tanah di lapang, dan daftar isian profil. Bahan yang digunakan pada

praktikum ini adalah larutan H2O2 3% , larutan HCl 10%, dan aquades.

B. Prosedur Kerja

1. Memilih tempat pembuatan profil lalu dibor.

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 85


2. Lubang digali hingga terbentuk profil tanah dengan panjang 2 m, lebar 1.5 m,

dan kedalaman 1,5 m. di depan bidang dibua tangga untuk memudahkan

pengamat turun.
3. Profil tanah diukur kedalamannya (diukur dari lapisan teratas hingga

terbawah).
4. Penarikan batas horizon ditetukan dengan melihat perbedaan warna atau

menusuk-nusuk pisau ke dalam tanah dengan tekanan tetap untuk merasakan

perbedaan keras tanah.


5. Hasil pengamatan dicatat di daftar isian profil yang sudah tersedia.

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 86


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
(terlampir)

B. Pembahasan

Profil tanah adalah irisan melintang dari tubuh tanah yang memperlihatkan

lapisan atau horizon-horizon tanah. Profil dibuat dengan cara menggali tanah yang

ukurannya sekitas satu meter pesegi sampai kedalaman tertentu, sesuai dengan

ketebalan tanah dan tingkat kebutuhan analisisnya. Kebutuhan analisis tanah

tersebut seperti penelaahan tingkat kesuburan, kelembaban, porositas, dan

kandungan mineral unsur hara (Utoyo, 2006).

Profil tanah merupakan suatu iris dan melintang pada tubuh tanah, dibuat

dengan cara membuat lubang dengan ukuran panjang, dan lebar serta kedalam

tertentu sesuai dengan keadaan tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan

tubuh alam yang terbentuk dan berkembang akibat terkena gaya-gaya

alam (natural forces) terhadap proses pembentukan mineral, serta pembentukan

dan pelapukan bahan-bahan koloid ( Buckman, 1982 ).

Profil tanah merupakan suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat

dengan cara menggali lubang dengan ukuran (panjang dan lebar) tertentu dan

kedalaman yang tertentu pula sesuai dengan keadaan tanah dan kegiatan

penelitiannya. Dalam hal ini misalnya untuk keperluan genesa tanah pada Oksisol

yang solumnya (tebal), pembuatan profil tanah dapat mencapai kedalaman sekitar

3 – 3,5 meter (Kartasapoetra dan Mulyani, 1987)

Horizon tanah adalah lapisan-lapisan tanah yang terbentuk karena hasil dari

proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horison-horison tersebut akan

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 87


menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal tanah

tersebut akan menunjukan susunan horison yanag disebut profil tanah. Suatu

profil tanah terdiri dari horizon-horizon dengan warna beragam antara horizon dan

dalam satu horizon. Pada pemerian profil tanah, warna setiap horizon itu haruslah

diperi secara lengkap. Pengenalan profil tanah secara lengkap meliputi sifat fisik,

kimia dan biologi tanah. Pengenalan ini penting dalam hal mempelajari

pembentukan dan klasifikasi tanah dengan pertumbuhan tanaman serta

kemungkinan pengolahan tanah yang lebih tepat. Adapun faktor-faktor pembentuk

tanah, maka potensi untuk membentuk berbagai jenis tanah yang berbeda amat

besar (Poerwidodo, 1991).

Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan menghasilkan benda

alam baru yang disebut tanah. Penampang vertikal dari tanah yang menunjukkan

susunan horizon tanah disebut profil tanah. Terdapat enam horizon utama yang

menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah yaitu horizon O, A, E, B,

C dan R. Sedangkan horizon yang menyusun solum tanah hanya horizon A, E dan

B (Hardjowigeno, 1987).

Menurut Yani (2007) horizon tanah ialah lapisan tanah yang kurang lebih

sejajar dengan permukaan tanah dan terbentuknya karena pengaruh faktor-faktor

pembentuk tanah. Setiap horizon tanah memiliki ciri-ciri morfologi, sifat fisik,

sifat kimia, dan sifat biologi yang khas. Oleh karena itu, dalam ilmu tanah diberi

symbol huruf besar O, A, B, C, dan R yang digunakan untuk horizon genetik

utama. Kemudian diikuti perincian lebih lanjut, seperti angka 1, 2, atau 3, dan

seterusnya. Setiap horizon tanah utama dapat dijelaskan sebagai berikut:

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 88


1. Horizon O merupakan horizon organik. Lapisan tanah ini sebagian besar

tersusun atas bahan organik, baik masih segar maupun sudah membusuk dan

terbentuk di bagian paling atas, yaitu diatas horizon mineral. Pada umumnya

horizon ini berwarna kelam hingga hitam.

2. Horizon A merupakan horizon mineral yang letaknya dibawah horizon O

dan merupakan lapisan tanah bagian atas dengan rata-rata ketebalan antara 20-35

cm. horizon A masih relatif subur jika dibandingkan dengan lapisan-lapisan lain

dibawahnya. Horizon A sering dinamakan pula zone eluviasi, yaitu wilayah

pencucian partikel-partikel tanah oleh air hujan, terutama partikel debu dan liat

yang butirannya sangat halus. Horizon A dapat dibagi menjadi sejumlah

turunannya, yaitu horizon A1, A2, dan A3.

3. Horizon B merupakan horizon mineral yang ditandai oleh penimbunan

basa, lempung, besi, aluminium, atau bahan organik yang masih tercuci dari

horizon A. Horizon ini memiliki konsentrasi atau lempung yang terbentuk karena

larutnya karbonat atau garam-garam lain. Adapun ciri umu horizon ini ialah warna

tanah lebih kelam, tekstur lebih halus dan struktur lebih mampat apabila

dibandingkan dengan horizon A diatasnya. Horizon ini dapat dibagi lagi menjadi

horizon B1, B2, dan B3.

4. Horizon C merupakan horizon mineral yang masih berbentuk bahan

induk. Horizon ini kurang mempengaruhi oleh proses perkembangan tanah, dan

tidak memperlihatkan ciri-ciri diagnostic horizon A atau B. dinamakan pula zone

refolit yaitu lapisan batuan dasar yang mulai mengalami penghancuran dan

pelapukan

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 89


5. Horizon R merupakan lapisan batuan induk tanah berupa batuan yang

masihutuh karena belum mengalami proses pelapukan.

Pengamatan profil tanah dilakukan dengan menggali lubang pada

tanah,maka jika kita amati masing masing sisi lubang tersebut terlihat lapisan

lapisan tanah yang mempunyai sifat yang akan terlihat berbeda beda.

(Hardjowigeno,2010)

Menurut Hartono (2007), ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi

proses pembentukan tanah, antara lain iklim, organisme, bahan induk, topografi,

dan waktu. Faktor-faktor tersebut dapat diformulasikan melalui rumus sebagai

berikut:

T = f (i, o, b, t, w)

Keterangan:

T = tanah b = bahan induk

f = faktor t = topografi

i = iklim w = waktu

o = organisme

1. Iklim
Unsur-unsur iklim yang mempengaruhi proses pembentukan tanah utama,

yaitu suhu dan curah hujan. Suhu akan berpengaruh terhadap proses

pelapukan bahan induk. Jika suhu tinggi, proses pelapukan akan berlangsung

cepat sehingga pembentukan tanah akan cepat pula. Curah hujan akan

berpengaruh terhadapkekuatan erosi dan pencucian tanah, sedangkan

penyucian tanah yang cepat akan menyebabkan tanah menjadi asam (pH tanah

menjadi rendah).

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 90


2. Organisme (Vegetasi dan Jasad Renik)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah, antara

lain sebagai berikut:


a. Membantu proses pelapukan khususnya pelapukan organik.
b. Membantu proses pembentukan humus.
c. Jenis vegetasi berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah.
d. Kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh

terhadap sifat-sifat tanah.


3. Bahan Induk
Secara umum, bahan induk pembentuk tanah adalah hasil pelapukan batuan.

Bahan induk dapat dibedakan berdasarkan tingkat pelapukan, kandungan

unsur hara, dan ukuran partikel penyusunnya. Bahan induk juga merupakan

salah satu faktor penentu sifat tanah, contohnya tanah yang berasal dari

pelapukan batu pasir akan memiliki sifat berpasir. Sifat bahan induk

mempunyai pengaruh yang sangat menentukan pada sifat-sifat tanah. Sifat

bahan induk yang sangat menonjol pada sifat tanah antara lain adalah tekstur,

komposisi mineralogi, dan tingkat stratifikasi bahan induk. Tanah mungkin

terbentuk langsung lewat pelapukan batuan padu ditempat (tanah residual),

saprolit (batuan terlapuk), atau mungkin juga berkembang dari deposit

permukaan (superficial deposits) yang mungkin telah teralihtempatkan oleh

es, air, angin atau gravitasi.


4. Topografi/Relief
Keadaan relief suatu daerah akan mempengaruhi pembentukan tanah, antara

lain sebagai berikut:


a. Tebal atau tipisnya lapisan tanah. Daerah dengan topografi miring dan

berbukit, lapisan tanahnya menjadi lebih tipis karena tererosi, sedangkan

daerah yang datar, lapisan tanahnya tebal karena terjadi proses

sedimentasi.

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 91


b. Sistem drainase atau pengairan. Daerah yang drainasenya jelek sering

tergenang air, keadaan ini akan menyebabkan tanahnya menjadi asam.


5. Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah (dinamis) sehingga

akibat pelapukan atau pencucian yang terus menerus maka tanah yang

semakin tua juga semakin kurus. Mineral yang banyak mengandung unsure

hara telah habis karena mengalami pelapukan sehingga tinggal mineral yang

sukar lapuk seperti kuarsa.

Bor tanah digunakan untuk menggali lubang untuk pengamatan tanah.

Klinometer adalah alat sederhana untuk mengukur sudut elevasi antara garis datar

dan sebuah garis yang menghubungkan sebuah titik pada garis datar tersebut

dengan titik puncak (ujung) sebuah objek.Aplikasinya digunakan untuk mengukur

tinggi (panjang) suatu objek dengan memanfaatkan sudut elevasi. Abney

level adalah sebuah alat yang dipakau untuk mengukur ketinggian yang terdiri

dari skala busur derajat. Beberapa kelebihan abney level adalah mudah untuk

digunakan, relative murah dan akurat.Abney level digunakan untuk mengukur

derajat dan elevasi topografi.Altimeter adalah sebuah alat untuk mengukur

ketinggian suatu titik dari permukaan laut. Biasanya alat ini digunakan untuk

keperluan navigasi dalam penerbangan, pendakian, dan kegiatan yang

berhubungan dengan ketinggian.Pada praktikum dilakukan penambahan larutan

H2O2 dan HCl terhadap tanah yang telah didapat. Fungsi penambahan H2O2 untuk

mengecek kandungan bahan organik yang ada di dalam tanah. Sedangkan

penambahan larutan HCl untuk mengecek kandungan kapur yang ada di dalam

tanah (Nursyamsi, 2005).

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 92


Pada praktikum kali ini diamati beberapa horizon yang ada dalam suatu

tanah. Pada horizon O, dalam lapisan 0-26 cm batas lapisannya abrupt, batas

topografinya smooth dengan warna tanah 7,5YR 3/4, tekstur tanahnya lempung

berliat, strukturnya remah sedang dan lemah, konsistensinya pada saat basah tidak

lekat dan saat lembab sangat gembur. pH tanah pada horizon O 5, reaksi terhadap

HCl sedikit dan H2O2 banyak, perakarannya halus kasar banyak. Hal ini agak

berbeda dengan literatur menurut Supangat (2013) yang menyatakan bahwa

horizon O dapat mencapai tebal sampai 15 cm. batas lapisannya ditandai dengan

diffuse (baur) dan batas topografinya wavy (berombak).Hal ini bisa terjadi karena

kepekaan indra masing masing pengamat berbeda-beda.

Pada horizon A1, dalam lapisan 40-70 cm, batas lapisan nyata, batas

topografi berombak, warnanya dark yellowish brown (7,5YR ¾), tekstur tanahnya

lempung berliat, strukturnya sedang lemah, konsistensi pada basah agak lekat

tidak lekat, pada lembab sangat gembur, pH 5, kandungan bahan organiknya

banyak, kandungan kapur sedikit. Menurut Supangat (2013) lapisan horizon A

memiliki kedalaman sekitar 13 cm atau berkisar antara 8 sampai 15 cm, dan

menurut Susanthi (2014) horizon A memiliki batas lapisan nyata dan batas

topografi smooth (rata).Kedalaman tanah hasil dengan literature berbeda bisa

disebabkan kepekaan indraa masing masing pengamat berbeda.

Pada horizon A2, dalam lapisan 70-94 cm, batas lapisan diffuse (baur) dan

batas topografinya berombak, warnanya 5 YR 4/4, teksturnya lempung berliat,

struktur tanahnya sedang dan berderajat lemah. Konsistensi pada saat basah agak

lekat dan pada saat lembab gembur. pH tanahnya 5, kandungan bahan organik dan

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 93


kapur sedikit.menurut Hardjowigeno(2010) horizon A2 merupakan lapisan

eluviasi maksimum sehingga tanahnya lebih cerah dengan bahan organic

rendah.hal ini sama dengan hasil pengamatan

Pada horizon B1, dalam lapisan 94-112 cm, batas lapisannya nyata dan batas

topografinya rata. 7,5 YR 3/4, teksturnya lempung berliat, strukturnya halus

berderajat cukupan. Konsistensi pada saat basah lekat, pada saat lembab teguh, pH

tanahnya 5, kandungan bahan organik dan kapur sedikit. Sesuai dengan literature

lapisan B1 memiliki dalam Lapisan 42 cm, batas lapisan nyata (clear) dan batas

topografi rata (smooth) (Susanthi, 2014).

Pada horizon B2, dalam lapisan 112-134 cm, batas lapisannya berangsur dan

batas topografi rata. Warnanya dark reddish brown, teksturnya lempung berliat,

strukturnya halus berderajat lemah. Konsistensi pada saat basah agak plastis dan

pada saat lembab sangat gembur. pH tanahnya 5, kandungan bahan organik dan

kapur sedikit. Sesuai dengan literature lapisan B2 memiliki dalam Lapisan 22 cm,

batas lapisan nyata (clear) dan batas topografi rata (smooth) (Susanthi, 2014).

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 94


V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan

Faktor-faktor pembentuk tanah yaitu iklim (khusus suhu dan curah hujan),

jasad hidup terutama vegetasi, watak bahan induk terutama tekstur dan struktur.

Tofografi daerah, waktu yang diperlukan bahan induk untuk membentuk tanah.

Pengenalan profil tanah pada masing-masing horizon memiliki ciri-ciri yang

berbeda.

B. Saran

Pada saat melakukan praktikum sebaik nya mempersiapkan apa saja yang

dibutuhkan oleh praktikum tersebut. Selalu tertib pada saat menjalankan

praktikum dan memperhatikan apa yang diperintah agar tanah yang didapat

sesuai.

DAFTAR PUSTAKA

Buckman, H.O.1982. Ilmu Tanah. Bhatara Karya Aksara. Jakarta.

Hakim, N. et al,. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung,


Lampung.

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 95


Hartono. 2007. Geografi: Jelajah Bumi dan Alam Semesta. CV Citra Praya.
Bandung.

Kartasapoetra dan S. Mulyani. 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta.


Jakarta.

Nursyamsi, D., dan Suprihati. 2005. Sifat-sifat kimia dan mineralogi tanah serta
kaitannya dengan kebutuhan pupuk untuk padi (Oryza sativa), jagung (Zea
mays), dan kedelai (Glycine max). Jurnal Agronomi. Vol. 33. No. 3. Hal. 40-
47.

Poerwowidodo. 1991. Genesa Tanah: Proses Genesa dan Morfologi. Fakultas


Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Supangat, A.B., H. Supriyo, dan P. Sudira. 2013. Status kesuburan tanah di bawah
tegakan Eucalyptus pellita F.Muell: studi kasus di HPHTI PT. Arara abadi
Riau. Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol. 20. No. 1. Hal. 22-34.

Susanthi, I.A.S.M.A., I.M. Mega, dan K. Sardiana. 2014. Klasifikasi dan


pemetaan famili tanah berdasarkan sistem taksonomi tanah di Desa Penatih
Dangin Puri Kecamatan Denpasar Timur. E-Jurnal Agroekoteknologi
Tropika. Vol. 3. No. 2. Hal. 80-88.

Sutedjo,M.M., dan Kartasapoetra, A.G. 1991. Pengantar Ilmu Tanah. Rineka


Citra. Jakarta.
Utoyo, B. 2006. Geografi: Membuka Cakrawala Dunia. PT Setia Purna Inves.
Bandung.
Yani, A., dan M. Ruhimat. 2007. Geografi: Menyingkap Fenomena Geosfer.
Grafindo Media Pratama. Bandung.

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 96


LAMPIRAN

Pmgamatan contoh tanah

Laporan Dasar Ilmu Tanah | 97

Vous aimerez peut-être aussi