Vous êtes sur la page 1sur 18

MAKALAH

AKHLAK ISLAMI

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu:
Liana Dewi Susanti, S.H.I, M.E.Sy

Disusun Oleh
Kelompok 4
Dian Pratiwi 1702090028
Dinda Amelia Ansori 1702090029
Dino Sentosa 1702090079
Edi Sri Mulyono 14124029

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
TAHUN 1439 H / 2018M

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dengan rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, dan
kepada para sahabatnya.
Dalam makalah “Akhlak islami” kami akan menjelaskan apa itu akhlak
islami dan memberi penjelasan tentang akhlak, apakah seseorang sudah bisa di
katakan berakhlak jika hidup nya selalu berbuat baik atau lain sebagainya, dan
akan menjadi tolak ukur kita untuk menimbang akhlak seseorang itu baik atau tidak
nya, karna insya allah kami akan menjelaskan bagaimanakah seseorang sudah dapat
di katakan berakhlak atau belum. Dan Rasulullah pun di utus untuk
menyempurnakan akhlak.
Akhir kata kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
perbaikan kami dalam menyelesaikan tugas ini, bila ada kesalahan itu datangnya
dari kami dan jika ada kebenaran itu datangnya dari Allah SWT.

Metro, Mei 2018

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................ i


KATA PENGANTAR ..................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................. 3
A. Pengertian Akhlak Islami ....................................................... 3
B. Sumber Akhlak Islam ............................................................. 4
C. Faktor Pembentukan Akhlak Islam ........................................ 5
D. Ruang Lingkup Akhlak Islam ................................................ 6
E. Pentingnya Akhlak Islami ...................................................... 12
BAB III PENUTUP ...................................................................... 14
A. Kesimpulan ............................................................................ 14
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pengertian akhlak secara Etimologi, menurut pendekatan etimologi,
perkataan akhlak berasal dari bahasa arab jama’ dari bentuk mufradnya”
khuluqun” yang artinya budi pekerti atau tingkah laku. Pengertian akhlak secara
istilah menurut ibnu Miakawaih, akhlak yaitu sifat yang tertanam dalam jiwa
yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan
pertimbangan. Pengertian akhlak adalah kebiasaan kehendak itu bila
membiasakan sesuatu maka kebiasaannya itu di sebut akhlak. Jadi pemahaman
akhlak adalah seseorang yang sudah terbiasa akan kebiasaan perilaku yang di
amalkan dalam pergaulan semata – mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-
Nya. Oleh karena itu seseorang yang sudah memahami akhlak maka dalam
bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran,
perasaan, bawaan dan kebiasaan dan yang menyatu, membentuk suatu kesatuan
tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian. Dengan
demikian memahami akhlak adalah masalah fundamental dalam islam. Namun
sebaliknya tegaknya aktifitas keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang
itulah yang dapat menerangkan bahwa orang itu memiliki akhlak. Jika
seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup dengan
baik, yakni perbuatan itu selalu di ulang – ulang dengan kecenderungan hati
(sadar). Semua yang telah di lakukan itu akan melahirkan perasaan moral yang
terdapat di dalam diri manusia itu sendiri sebagai fitrah. Sehingga ia bisa
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, mana yang bermanfaat dan
mana yang tidak bermanfaat.

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan akhlak islami?
2. Apa saja sumber-sumber akhlak islam?
3. Apa saja faktor – faktor pembentukan akhlak?
4. Bagaimana ruang lingkup akhlak islam?
5. Bagaimana pentingnya akhlak islam?

1
C. Tujuan penulisan
1. Menjelaskan pengertian akhlak islami
2. Menjelaskan sumber akhlak islam
3. Menjelaskan bagaimana terbentuknya akhlak
4. Menjelaskan ruang lingkup akhlak islam
5. Menjelaskan pentingnya akhlak islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian akhlak islami


Akhlak islam terdiri dari dua kata akhlak dan islam. Akhlak berasal dari
bahasa Arab yang sudah di jadikan bahasa Indonesia yang di artikan juga
sebagai tingkah laku, perangai atau kesopanan. Kata akhlaqmerupakan jama’
taksir dari kata khuluq, yang sering juga di artikan dengan sifat bawaan atau
tabiat, adat kebiasaan dan agama.1
Sedangkan islam adalah kata bahasa Arab yang terambil dari kata salima
yang berarti selamat, damai, tunduk, pasrah dan berserah diri. Objek
penyerahan diri ini adalah pencipta seluruh alam semesta, yakni Allah SWT.
Akhlak islam dapat di katakan sebagai akhlak yang islami. Akhlak islami
adalah akhlak yang bersumber pada ajaran Allah dan Rosul Nya. Akhlak islami
ini merupakan amal perbutan yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi
indikator seseorang apakah seorang muslim baik atau buruk. Akhlak ini
merupakan buah dari akidah dan syariah yang benar. Secara mendasar, akhlak
ini erat kaitannya dengan kejadian manusia yaitu khaliq (pencipta)
dan makhluq (yang di ciptakan). Rasulullah di utus untuk menyempurnakan
akhlak yaitu untuk memperbaiki hubunganmakhluq (manusia)
dengan khalliq (Allah Ta’ala) dan hubungan baik
anatara makhluq dengan makhluq.2
Kata ” menyempurnakan” berarti akhlak itu bertingkat, sehingga perlu di
sempurnakan. Hal ini menunjukan bahwa akhlak bermacam – macam, dari
akhlak sangat buruk, buruk, sedang, baik, baik sekali hingga sempurna.
Rasulullah sebelum bertugas menyempurnakan akhlak, beliau sendiri sudah
berakhlak sempurna. Yang di jelaskan dalam al-qur’an dalam surah Al – qalam
[68]:4 yang artinya: “sesungguhnya engkau(Muhammad) mempunyai akhlak
yang agung.

1
Mahjuddin. Akhlak Tasawuf II. (Jakarta: Kalam Mulia. 2010). Hal: 26.
2
Ibid,. Hal: 28.

3
Akhlak (Islami) menurut Quraish Shihab lebih luas maknanya dari pada
yang telah dikemukakan terdahulu secara mencangkup pula beberapa hal yang
tidak merupakan sikap lahiriah. Misalnya yang berkaitan dengan sikap batin
maupun pikiran.
Akhlak Islami adalah akhlak yang menggunakan tolak ukur ketentuan
Allah. Quraish shihab dalam hubungan ini mengatakan, bahwa tolak ukur
kelakuan baik mestilah merujuk kepada ketentuan Allah. Apa yang dinilai baik
oleh Allah pasti baik dalam esensinya. Demikian pula sebaliknya, tidak munkin
Dia menilai kebohongan sebagai kelakuan baik, karena kebohongan esensinya
buruk.
“Akhlak islam” bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong,
membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa
dan mental. Tujuan berakhlak yang baik untuk mendapatkan kebahagiann di
dunia dan akhirat. Dua simbolis tujuan inilah yang diidamkan manusia bukan
semata berakhlak secara islami hanya bertujuan untuk kebahagiaan dunia saja.3

B. Sumber akhlak islam


Akhlak yang benar akan terbentuk bila sumbernya benar. Sumber akhlak
bagi seorang muslim adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sehingga ukuran baik
atau buruk, patut atau tidak secara utuh diukur dengan Al-Qur’an dan As-
Sunnah. Sedangkan tradisi merupakan pelengkap selama hal itu tidak
bertentangan dengan apa yang telah digariskan oleh Allah dan Rasul-Nya.
Menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber akhlak merupakan suatu
kewajaran bahkan keharusan. Sebab keduanya berasal dari Allah dan oleh-Nya
manusia diciptakan. Pasti ada kesesuaian antara manusia sebagai makhluk
dengan sistem norma yang datang dari Allah SWT.
Adapun indikator akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an yaitu :
1. Kebaikannya bersifat mutlak (al-khairiyyah al-muthlaq), yaitu kebaikan
yang terkandung dalam akhlak merupakan kebaikan yang murnidalam
lingkungan, keadaan, waktu, dan tempat apa saja.

3
Ibid.

4
2. Kebaikannya bersifat menyeluruh (as-shalahiyyah al-ammah), yaitu
kebaikan yang terkandung di dalamnya kebaikan untuk seluruh umat
manusia.
3. Implementasinya bersifat wajib (al-ilzam al-mustajab), yaitu merupakan
hukum tingkah laku yang harus dilaksanakan sehingga ada sanksi hukum.
4. Pengawasan bersifat menyeluruh (al-raqabah al-muthitah), yaitu
melibatkan pengawasan Allah Swt. Dan manusia lainnya, karena
sumbernya dari Allah Swt.4

C. Faktor – faktor pembentukan akhlak islam


1. Al-Wiratsiyyah (Genetik)
Mansur Ali Rajab mengatakan, sifat – sifat keturunan adalah sifat – sifat
(bawaan) yang diwariskan oleh orang tua kepada keturunannya (anak dan
cucunya).
Misalnya: seseorang yang berasal dari daerah Sumatera Utara
cenderung berbicara “keras”, tetapi hal ini bukan melegitimasi seorang
muslim untuk berbicara keras atau kasar karena Islam dapat memperhalus
dan memperbaikinya.
2. An-Nafsiyyah (Psikologis)
Faktor ini berasal dari nilai-nilai yang ditanamkan oleh keluarga
(misalnya ibu dan ayah) tempat seseorang tumbuh dan berkembang sejak
lahir. Semua anak dilahirkan dalam keadaan fitrah, orangtuanya lah yang
menjadikannya Yahudi, Nasrani atau Majusi (Hadits). Seseorang yang lahir
dalam keluarga yang orangtuanya bercerai akan berbeda dengan keluarga
yang orangtuanya lengkap.
3. Syari’ah Ijtima’iyyah (Sosial)
Faktor lingkungan tempat seseorang mengaktualisasikan nilai-nilai
yang ada pada dirinya berpengaruh pula dalam pembentukan akhlak
seseorang.

4
Abudin Nata. Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
2015). Hal: 89.

5
4. Al-Qiyam (Nilai Islami)
Nilai Islami akan membentuk akhlak Islami. Akhlak Islami ialah
seperangkat tindakan/gaya hidup yang terpuji yang merupakan refleksi
nilai-nilai islam yang diyakini dengan motivasi semata-mata mencari
keridhaan Allah.5

D. Ruang Lingkup Akhlak Islam


Ruang lingkup akhlak islami adalah sama dengan ruang lingkup ajaran
islam itu sendiri, khususnya yang berkaitan dengan pola hubungan. Akhlak
diniah (agama/ islami) mencangkup berbagai aspek, dimulai dari akhlak
terhadap Allah, hingga kepada sesama makhluk (manusia, binatang, tumbuhan,
dan benda-benda yang tak bernyawa).6 Berbagai bentuk dan ruang lingkup
akhlak islami yang demikian itu dapat dipaparkan sebagai berikut :
1. Akhlak Terhadap Allah
Akhlak kepada Allah dapat diartikan sebagai sikap atau perbuatan yang
seharusnya dilakukan oleh manusia sebagai makhluk, kepada tuhan sebagai
Khalik. Sikap atau perbuatan tersebut memiliki ciri-ciri perbuatan akhlak
sebagaimana telah disebutkan diatas.
Sekurang-kurangnya ada empat alasan mengapa manusia perlu
berakhlak kepada Allah. Pertama, karena Allah-lah yang telah menciptakan
manusia. Dia menciptakan manusia dari tanah yang diproses menjadi benih.
Dengan demikian sebagai yang diciptakan sudah sepantasnya berterima
kasih kepada yang menciptakannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam
QS. Al-Thariq, 86: 5-7 :

ِ ‫ص ۡل‬
‫ب‬ ُّ ‫ َي ۡخ ُر ُج ِم ۢن بَ ۡي ِن ٱل‬٦ ‫ ُخ ِلقَ ِمن َّما ٓ ٖء دَافِ ٖق‬٥ َ‫س ُن ِم َّم ُخ ِلق‬ ِ ۡ ‫ظ ِر‬
َ َٰ ‫ٱۡلن‬ ُ ‫فَ ۡليَن‬
٧‫ب‬ ِ ‫َوٱلت َّ َرآ ِئ‬
Artinya : “Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia
diciptakan? Dia diciptakan dari air yang terpancar, yang keluar dari antara
tulang sulbi dan tulang dada.”

5
Ibid,. Hal: 92.
6
Ibid,. Hal: 76.

6
Kedua, karena Allah-lah yang telah memberikan perlengkapan panca
indera, berupa pendengaran, penglihatan, akal pikiran dan hati sanubari,
disamping anggota tubuh yang kokoh dan sempurna kepada manusia.
Ketiga, karena Allah-lah yang telah menyediakan berbagai bahan dan
sarana yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup manusia, seperti bahan
makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, air, udara, binatang ternak
dan sebagainya.
Keempat, Allah-lah yang telah memuliakan manusia dengan
diberikannya kemampuan menguasai daratan dan lautan.7
Banyak cara yang dapat dilakukan dalam berakhlak kepada Allah. Di
antaranya dengan cara tidak menyekutukan-Nya, takwa kepada-Nya,
mencintai-Nya, ridho dan ikhlas terhadap segala ketentuan-Nya dan
bertaubat, mensyukuri nikmat-Nya, serta bedoa kepada-Nya, beribadah, dan
selalu mencari keridhoan-Nya.
Quraish shihab mengatakan bahwa titik tolak akhlak terhadap Allah
adalah pengakuan dan kesadaran bahwa tiada Tuhan selain Allah. Dia
memiliki sifat-sifat terpuji demikian agung sifat itu, jangankan manusia,
malaikat pun tidak akan menjangkaunya. Berkenaan dengan akhlak kepada
Allah dilakukan dengan cara banyak memujinya. Selajutnya sikap tersebut
dilanjutkan dengan senantiasa bertawakkal kepada-Nya, yaitu dengan
menjadikan Tuhan sebagai satu-satunya yang menguasai diri manusia.
Berikut ini beberapa contoh akhlak terhadap Allah Swt:
a. Ikhlas, yaitu melaksanakan hukum Allah semata – mata hanya
mengharap ridha – Nya. Kita melaksanakan perintah atau larangan
Allah, karena mengharap balasan terbaik dari Allah. Jadi, ikhlas itu
bukan pamrih. Tetapi pamrih hanya di harapkan dari Allah berupa
keridaan- Nya.
b. Khusyu’ yaitu bersatunya pikiran dengan perasaan batin dalam
perbuatan yang sedang di kerjakannya. Ciri khusyu’ yaitu adanya
perasaan nikmat ketika melaksanakannya.

7
Deden Makbuloh. Pendidikan Agama Islam. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011).
Hal: 54.

7
c. Sabar, yaitu ketahanan mental dalam menghadapi kenyataan yang
menimpa diri kita. Ahli sabar tidak akan mengenal putus asa dalam
menjalankan ibadah kepada Allah. Sesungguhnya Allah bersama orang
-orang yang sabar.
d. Syukur, yaitu merealisasikan apa yang di anugrahkan Allah kepada kita
sesuai dengan fungsinya. Semakin bersyukur kepada Allah semakin
bertambah anugrah – Nya. Karena Allah telah memberikan kebaikan
kepada manusia dari yang terkecil sampai yang terbesar.
e. Do’a, yaitu memohon hanya kepada Allah Swt. Orang yang tidak berdoa
kepada Allah, karena merasa mampu dengan usahanya sendiri adalah
orang yang sombong. Ia tidak sadar bahwa semua itu berkat izin Allah.
Jadi, do’a merupakan etika bagi seorang hamba di hadapan Allah
Ta’ala.8
2. Akhlak Terhadap Sesama Manusia
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur’an berkaitan dengan
perilaku terhadap sesama manusia. Petunjuk mengenai hal ini bukan hanya
dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negatif seperti membunuh,
menyakiti badan, atau mengambil harta tanpa alasan yang benar, melainkan
juga sampai kepada menyakiti hati dengan jalan menceritakan aib seseorang
dibelakangnya, tidak peduli aib itu benar atau salah, walaupun sambil
memberikan materi kepada yang disakiti hatinya itu.9

٢٦٣ ‫يم‬ٞ ‫ي َح ِل‬ َّ ‫صدَقَ ٖة َي ۡتبَعُ َها ٓ أ َ ٗذ ۗى َو‬


َ ُ‫ٱّلل‬
ٌّ ‫غ ِن‬ َ ‫ر ِمن‬ٞ ‫وف َو َم ۡغ ِف َرة ٌ خ َۡي‬
ٞ ‫ل َّمعۡ ُر‬ٞ ‫۞قَ ۡو‬
Artinya : “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima).
Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.”(QS. Al-Baqarah ;263)

Disisi lain Al-Qur’an menerangkan bahwa setiap orang hendaknya


didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah orang lain tanpa izin, jika
bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah
ucapan yang baik.

8
Ibid,. Hal: 73.
9
Mahjuddin. Akhlak Tasawuf. Hal: 64.

8
‫س ٗانا َوذِي ۡٱلقُ ۡر َب َٰى‬ َّ ‫َو ِإ ۡذ أَخ َۡذنَا ِمي َٰث َقَ َب ِن ٓي ِإ ۡس َٰ َٓر ِءي َل ََل ت َعۡ بُدُونَ ِإ ََّل‬
َ ‫ٱّللَ َو ِب ۡٱل َٰ َو ِلدَ ۡي ِن ِإ ۡح‬
‫ٱلز َك َٰوة َ ث ُ َّم‬ َّ ‫اس ُح ۡس ٗنا َوأَقِي ُمواْ ٱل‬
َّ ْ‫صلَ َٰوة َ َو َءاتُوا‬ ِ َّ‫ين َوقُولُواْ ِللن‬ ِ ‫س ِك‬ َ َٰ ‫َو ۡٱليَ َٰت َ َم َٰى َو ۡٱل َم‬
٨٣ َ‫ت َ َولَّ ۡيت ُ ۡم إِ ََّل قَ ِل ٗيٗل ِمن ُك ۡم َوأَنتُم ُّمعۡ ِرضُون‬
Artinya : “Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil
(yaitu): janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat kebaikanlah
kepada ibu bapa, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin,
serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan
tunaikanlah zakat. kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali
sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling.” (QS.Al-
Baqarah : 83)

Jangan mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula


berprasangka buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang,
dan menyapa atau memanggil dengan sebutan buruk. Selanjutnya yang
melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya
disertai dengan kesadaran bahwa yang memaafkan berpotensi pula
melakukan kesalahan. Selain itu juga dianjurkan agar menjadi orang yang
pandai mengendalikan nafsu amarah, mendahulukan kepentingan orang lain
dari pada kepetingan sendiri.
3. Akhlak terhadap Lingkungan
Yang dimaksud dengan lingkungan disini ialah segala sesuatu yang di
sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak
bernyawa.
Pada dasarnya akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan
bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Ke khalifahan menurut
adanya interaksi antara manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap
alam. Ke khalifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan, serta
bimbingan, agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya.
Dalam pandangan Islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah
sebelum matang, atau memetik bunga sebelum mekar, karena hal ini berarti
tidak memberi kesempatan kepada mahkluk untuk mencapai tujuan
penciptaannya.10

10
M. Zein Yusuf. Akhlak-Tasawuf. (Semarang:Al-Husna. 1993). Hal: 36.

9
Ini berarti manusia dituntut untuk mampu menghormati proses-proses
yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang terjadi. Yang
demikian mengantarkan manusia bertanggung jawab, sehingga ia tidak
melakukan perusakan, bahkan dengan kata lain setiap perusakan terhadap
lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.
Binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda tak bernyawa semuanya
diciptakan oleh Allah SWT, dan menjadi milik-Nya, serta semuanya
memiliki ketergantungan kepada-Nya. Keyakinan ini mengantarkan seorang
muslim untuk menyadari bahwa semuanya adalah “umat” Tuhan yang harus
diperlakukan secara wajar dan baik.11
Pada saat jaman peperangan terdapat petunjuk Al-Qur’an yang melarang
melakukan penganiayaan. Jangankan terhadap menusia dan binatang, bahkan
mencabut dan menebang pohonpun terlarang, kecuali kalau terpaksa, tetapi
itu pun harus seizin Allah, dalam arti harus sejalan dengan tujuan-tujuan
penciptaan dan demi kemashlatan terbesar. Allah berfirman :

َ‫ي ۡٱل َٰفَ ِسقِين‬ َّ ‫صو ِل َها فَ ِبإ ِ ۡذ ِن‬


َ ‫ٱّللِ َو ِلي ُۡخ ِز‬ ُ ُ ‫علَ َٰ ٓى أ‬
َ ً‫طعۡ تُم ِمن ِلينَ ٍة أ َ ۡو ت َ َر ۡكت ُ ُموهَا قَآئِ َمة‬
َ َ‫َما ق‬

Artinya : “ Apa saja yang kamu tebang dari pohon kurma (milik orang-orang
kafir) atau yang kamu biarkan (tumbuh) berdiri di atas pokoknya, Maka
(semua itu) adalah dengan izin Allah; dan karena Dia hendak memberikan
kehinaan kepada orang-orang fasik.” (QS. Al-Hasyr :5)

Alam dengan segala isinya telah ditundukan Tuhan kepada manusia,


sehinga dengan mudah manusia dapat memanfaatkannya. Jika demikian,
manusia tidak mencari kemenangan, tetap keselarasan dengan alam.
Keduanya tunduk kepada Allah, sehimgga mereka harus dapat bersahabat.12
Selain itu akhlak Islami juga memperhatikan kelestarian dan keselamatan
binatang. nabi Muhammad SAW. Bersabda :“Bertakwalah kepada Allah
dalam perlakuanmu terhadap binatang, kendarailah, dan beri makanlah
dengan baik “.
Uraian tersebut di atas memperlihatkan bahwa akhlak Islami sangat
komprehensif, menyeluruh dan mencangkup berbagai makhluk yang

11
Ibid,. Hal: 14.
12
Ibid.

10
diciptakan Tuhan. Hal yang demikan dilakuka karena secara fungsional
seluruh makhluk tersebut satu sama lain saling membutuhkan. Punah dan
rusaknya salah satu bagian dari makhluk Tuhan itu akan berdampak negative
bagi makhluk lainnya.
4. Akhlak terhadap diri sendiri
Islam mengajarkan agar manusia menjaga diri meliputi jasmani dan
rohani. Organ tubuh kita harus di pelihara dengan memberikan konsumsi
makanan yang halal dan baik. Apabila kita memakan makanan yang tidak
halal dan tidak baik, berarti kita telah merusak diri sendiri. Perbuatan
merusak ini termasuk berakhlak buruk. Oleh karena itu, islam mengatur
makan dan minum tidak berlebihan. Akal kita juga perlu di jaga dan di
pelihara agar tidak tertutup oleh pikiran kotor. Jiwa harus di sucikan agar
menjadi orang yang beruntung.
Termasuk akhlak diri menahan pandangan dan memelihara kemaluan.
Demikian pula para wanita muslimah, hendaknya menahan pandangan,
memelihara kemaluan, dan jangan menampakkan perhiasan kecuali yang
biasa tampak. Para wanita hendaknya menutup dadanya dengan kain
kerudung. Ajaran islam tentang menjaga kehormatan diri baik laki – laki
maupun wanita ini sungguh suci dan mulia. Tidak ada dalam ajaran agama
lain yang mengatur sedemikian cermatnya. Jika ini di laksanakan, tidak
mungkin ada perzinahan, prostitusi, dan perselingkuhan suami istri.13

5. Akhlak terhadap keluarga


Akhlak terhadap keluarga meliputi ayah, ibu, anak, dan keturunannya.
Kita harus berbuat baik pada orang tua. Ibu telah mengandung kita dalam
keadaan lemah yang bertambah – tambah. Menyusui dan mengasuhnya
selama 2 tahun. Bersyukurlah pada Allah dan kedua orang tua. Jika kedua
orang tua kita menyuruh berbuat dosa, maka jangan di ikuti, tetapi pergauli
lah keduanya di dunia dengan baik. Dalam berkeluarga ikutilah orang –orang
yang ada dalam jalan Allah Swt.

13
Adiwarman a. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. (Jakarta Utara: PT. Raja
Grafindo Persada. 2011). Hal: 47.

11
Dengan demikian, islam jelas mengatur tata pergaulan hidup dalam
keluarga yang saling menjaga akhlak. Sebab dalam islam semua anggota
keluarga memiliki hak dan kewajiban yang sama – sama harus di laksanakan.
Seluruh anggota keluarga berperan untuk memberikan konstribusi
menciptakan keluarga yang sakinah, mawadah dan penuh rahmah. Hal ini
akan terwujud hanya jika semuanya menjalankan hak dan kewajiban
berlandaskan akhlakul karimah.14
E. Pentingnya Akhlak Islami
Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan
keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya aqidah dan
syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi
buruknya pemahaman seseorang terhadap aqidah dan syariah.15
“Paling sempurna orang mukmin imannya adalah yang paling luhur
aqidahnya.”(HR.Tirmidi).
“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam
dan sesungguhnya sebaik-baik manusia keislamannya adalah yang paling
baik akhlaknya.”(HR.Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la).

Keluhuran akhlak merupakan amal terberat hamba di akhirat, “Tidak ada


yang lebih berat timbangan seorang hamba pada hari kiamat melebihi
keluhuran akhlaknya” (HR. Abu Daud dan At-Tirmizi).
Akhlak merupakan lambang kualitas seorang manusia, masyarakat, umat
karena itulah akhlak pulalah yang menentukan eksistensi seorang muslim
sebagai makhluk Allah SWT.
Karena akhlak merupakan suatu keadaan yang melekat dalam jiwa, maka
perbuatan dikatakan akhlak jika terpenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
1. Perbuatan itu dilakukan berulang – ulang. Jika seseorang melakukan
perbuatan tertentu hanya dilakukan sesekali saja, maka belum dapat disebut
akhlak. Tapi ini baru disebut perilaku saja. Apabila perilaku ini dilakukan
berulang kali sehingga menjadi kebiasaan dalam dirinya, baru di sebut
akhlak. Sebab, perbuatan sesekali itu, mungkin hanya karena kondisi yang

14
Ibid.
15
Ibid,. Hal: 52.

12
memaksa melakukan demikian. Orang mencuri karena terpaksa dalam
keadaan lapar tak tertahankan, bukan berarti ia berakhlak buruk. Akan
tetapi, apabila orang tersebut berulang kali mencuri, maka dapat dinilai
bahwa akhlak dia buruk.
2. Perbuatan itu timbul dengan sangat mudah tanpa berfikir panjang terlebih
dahulu sehingga berperilaku sponstan. Misalnya, pekerjaan sholat. Orang
yang berakhlak baik dalam sholat akan melakukannya dengan mudah tanpa
di pengaruhi oleh faktor – faktor di luar sholat. Ia tidak berfikir – fikir lagi
apakah ia harus sholat atau tidak. Sebaliknya, apabila ia sholat tapi karena
riya, tentu tidak dapat di sebut berakhlak baik walaupun sholatnya di
kerjakan. Jika, akhlak bukan sekedar perbuatannya.16

BAB III
PENUTUP

16
Mahjuddin. Akhlak Tasawuf. Hal: 26.

13
A. Kesimpulan
Secara sederhana akhlak islami dapat di artikan sebagai akhlak yang
berdasarkan ajaran islam atau akhlak yang bersifat islami. Kata islam yang
berada di belakang kata akhlak dalam hal menempati sebagai sifat.
Dengan demikian akhlak islami adalah perbuatan yang di lakukan dengan
mudah, tanpa paksaan, mendarah daging dan sebenarnya yang di dasarkan pada
islam, dilihat dari segi sifatnya yang universal, maka akhlak islami juga bersifat
universal. Namun dalam rangka menjabarkan akhlak islami yang universal ini
di perlukan bantuan pemikiran akal manusia dan kesempatan sosial yang
terkandung dalam ajaran etika dan moral.
Investasi akhlak yang baik dan budi pekerti yang luhur tidaklah terbatas
sebagaimana investasi harta. Apabila harta benda ada dalam genggaman
seseorang, ribuan orang yang lain akan merana karena tidak memilikinya.
Bahkan investasi harta dapat menimbulkan kemarahan dan kebencian orang
lain. Akan tetapi, investasi akhlak pasti menimbulkan kesenangan dan kecintaan
orang lain.
Akhlak mulia perlu diimplementasikan dalam hidup sehari – hari. Bentuk
implementasinya bisa dalam ucapan – ucapan yang mulia (qaulan kariman)
atau dalam perbuatan – perbuatan terpuji (amal shaleh). Islam mengatur tata
cara berakhlak mulia baik terhadap Allah, diri sendiri, keluarga, tetangga, dan
lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

14
Karim Adiwarman a.. 2011. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta
Utara: PT. Raja Grafindo Persada.
Mahjuddin. 2010. Akhlak Tasawuf II. Jakarta: Kalam Mulia.
Makbuloh Deden. 2011. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Nata Abudin. 2015. Akhlak Tasawuf Dan Karakter Mulia. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Yusuf M. Zein. 1993. Akhlak-Tasawuf. Semarang:Al-Husna.

15

Vous aimerez peut-être aussi