Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Tahun 1980-an merupakan kegagalan terbesar lembaga keuangan di AS. Krisis
simpan pinjam dan perhatian yang luas atas kelangsungan hidup sistem perbankan AS
menyebabkan banyak yang mempertanyakan tentang kegunaan akuntansi biaya historis,
karena terlihat bahwa banyak lembaga yang gagal ialah yang memiliki kekayaan ekonomi
bersih yang negatif, meskipun berdasar pada akuntansi biaya historis mereka dalam
melaporkan kekayaan bersih positif yang melebihi dari regulatory requirement. Akuntansi
biaya historis tidak menyebabkan lembaga keuangan gagal. Namun, banyak yang percaya
bahwa akuntansi nilai wajar akan menyebabkan regulator dan pengguna laporan keuangan
lainnya mampu mengatasi lebih awal kesulitan lembaga keuangan. Mereka juga
menganjurkan menggunakan akuntansi nimarkelai wajar, karena lebih baik dalam
mencerminkan nilai ekonomi yang mendasarinya. Di bawah nilai wajar, perubahan nilai
wajar yaitu keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi diakui dalam laba saat ini.
Sebaliknya, di bawah biaya historis, perubahan nilai biasanya tidak diakui sampai direalisasi.
Fokus penelitian pada jurnal ini adalah sehubungan dengan sekuritas investasi bank.
Pada bulan Mei 1993, Financial Accounting Standards Board (FASB) menerbitkan Statement
of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 115, "Accounting for Certain Investments in
Debt and Equity Securities”. Penelitian ini fokus pada sekuritas investasi karena merupakan
satu-satunya aset atau kewajiban bank yang akan secara substansial diubah oleh SFAS 115.
Salah satu dampak yang diinginkan dari standar ini adalah untuk mengakui sekuritas investasi
pada nilai wajarnya. Di bawah aturan akuntansi sebelumnya, sebagian besar sekuritas
investasi bank diakui pada biaya historis. Meskipun SFAS 115 berlaku untuk semua entitas,
manajer bank adalah yang paling terus terang dalam mengkritik, karena investasi sekuritas
merupakan sebagian besar total aset bank. Karena nilai wajar mencerminkan kondisi pasar
secara umum selain kondisi khusus untuk lembaga tertentu, banyak manajer bank
mengungkapkan kekhawatiran bahwa pengguna laporan keuangan terutama investor dan
regulator akan disesatkan oleh akuntansi nilai wajar.
Selama public hearing FASB, perwakilan dari American Bankers Association, the
Independent Bankers Association of America, dan perusahaan audit nasabah bank, antara lain
menegaskan bahwa:
1. earnings number berdasarkan nilai wajar untuk sekuritas investasi cenderung lebih
tidak stabil daripada biaya historis. Karena peningkatan volatilitas ini tidak
mencerminkan volatilitas ekonomi yang mendasari operasi bank, maka akan terjadi
keputusan alokasi modal yang tidak efisien oleh investor, sehingga menaikkan biaya
modal dari bank,
3. Karena arus kas kontraktual tetap untuk investasi dalam sekuritas hutang yang
dimiliki hingga jatuh tempo, perubahan nilai wajar sekuritas tersebut tidak relevan
untuk menilai ekuitas bank. Dengan demikian, perubahan tersebut tidak harus
menjadi komponen dari laba.
Penelitian ini menyelidiki validitas empiris dari tiga kekhawatiran dengan menyajikan
kembali earnings dan pengukuran regulatory capital untuk mencerminkan pengungkapan
estimasi nilai wajar sekuritas investasi:
1. Penelitian ini memeriksa bagaimana akuntansi nilai wajar mempengaruhi volatilitas
earnings dan apakah incremental volatility tercermin dalam harga saham perbankan.
Menemukan bahwa incremental volatility bergantung pada apakah investor melihat
volatilitas nilai wajar earnings sebagai proxy yang lebih baik untuk risiko ekonomi
daripada volatilitas earnings biaya historis,
2. Penelitian ini memperkirakan dampak dari akuntansi nilai wajar pada frekuensi
pelanggaran regulatory capital requirements. Risiko regulasi merupakan salah satu
komponen risiko ekonomi total untuk bank. Dengan demikian, penelitian ini juga
memeriksa apakah setiap potensi peningkatan risiko regulasi yang terkait dengan
akuntansi nilai wajar tercermin dalam harga saham. Efek hubungan harga tergantung
pada apakah investor menilai probabilitas positif dari intervensi regulatory
berdasarkan akuntansi nilai wajar, dan apakah pelanggaran nilai wajar saat ini
membantu memprediksi pelanggaran masa depan aktual,
3. Penelitian ini menguji apakah perubahan suku bunga terkait dengan perubahan nilai
wajar sekuritas investasi mempengaruhi penilaian mereka atas arus kas yang
diharapkan di masa depan.
A. EARNING VOLATILITY
Pada bagian Earning Volatility ini membahas dua pertanyaan spesifik yaitu:
1. Sejauh mana earnings menjadi lebih variabel jika menggunakan akuntansi nilai wajar
untuk sekuritas investasi daripada menggunakan biaya historis?
2. Apakah peningkatan varians dirasakan oleh investor dan tercermin dalam harga saham
bank sebagai resiko tambahan?
Penelitian ini menghitung variabilitas earnings untuk historical cost net income (HCNI), fair
value net income (FVNI), dan net income before securities gains and losses (PRENI), maka
dapat dilihat :
a) Panel A: Akuntansi nilai wajar untuk sekuritas investasi meningkatkan volatilitas
earnings konsisten dengan pernyataan manajer bank bahwa akuntansi nilai wajar
untuk sekuritas investasi meningkatkan volatilitas earnings.
Pertama, menggunakan akuntansi nilai wajar untuk investment securities gains and
losses,, earnings bank lebih stabil daripada yang dihitung dengan menggunakan biaya
historis. Volatilitas earnings biaya historis merupakan proxy yang lebih baik untuk risiko
ekonomi daripada volatilitas earnings nilai wajar ketika menilai ekuitas bank, volatilitas
tambahan ini tidak terkait dengan harga saham perbankan.
Kedua, akuntansi nilai wajar untuk sekuritas investasi telah digunakan untuk
menentukan regulatory capital selama periode sampel, bank akan melanggar regulatory
capital requirement lebih sering daripada di bawah akuntansi biaya historis. Meskipun
regulatory capital tidak dihitung menggunakan akuntansi nilai wajar selama periode sampel,
pelanggaran di bawah akuntansi nilai wajar membantu memprediksi pelanggaran regulatory
capital dimasa depan. Namun, potensi peningkatan resiko peraturan yang terkait dengan
akuntansi nilai wajar tidak tercermin dalam harga saham bank. Bukti juga menunjukkan
bahwa hipotesis pelanggaran nilai wajar bukan merupakan information events pada pasar
sebaliknya pelanggaran biaya historis merupakan information events.