Vous êtes sur la page 1sur 4

Resensi Buku

1. Identitas Buku
Judul Buku : Azab dan Sengsara
Pengarang : Merari Siregar
Penerbit : PT. Balai Pustaka (Persero)
Tahun Terbit : 1936
Cetakan Ke : Ketigapuluh, tahun 2010
Jumlah Hal. : 188 Halaman
Gambar Cover : Wanita yang memakai pakaian adat sambil memegang payung
dan
dibelakangnya ada lukisan lama.

2. Kelebihan dan kekurangan Buku


 Kelebihan Buku :
 Menarik, karna memiliki cerita cinta yang romantis
 Bergambar, sehingga membuat kita lebih berimajinasi
 Cover Tebal, sehingga tidak mudah sobek
 Memiliki nilai Norma yang tinggi
 Mengandung Amanat yang Bagus
 Mengandung sastra yang luar biasa
 Ceritanya membuat penasaran, karna dibuku ini setiap cerita dikaji
dalam setiap Bab.
 Kekurangan Buku
 Bahasa yang disulit dicerna, karna terdapat kata2 daerah setempat
 Kertasnya mudah sobek
 Tidak berwarna, menyebabkan kita jenuh melihatnya
 Cetakan kurang bagus, karna tulisan dan gambar tercetak dengan
kurang jelas

3. Tanggapan Terhadap isi Buku


Buku ini sangat menarik, bisa dijadikan pelajaran hidup para pelajar dalam menjalani
hidup. Dalam era globalisasi yang kuat yang membuat pelajar yang tak pernah puas
dengan yang dipunya, buku ini hadir sebagai buku yang mendidik apapun yang kita
alami dan kita miliki, harus tetap bersyukur. Buku ini juga menceritakan adat
setempat sehingga membuat pelajar tau adat di suatu daerah di Indonesia dengan
sastra yang luar biasa. Buku ini sangatlah cocok dibaca dan diperuntukkan bagi
pelajar seusia kita, namun alangkah baiknya apabila bahasanya tidak terlalu baku dan
rumit.

Unsur Interinsik Novel


Judul Buku : Azab dan Sengsara

Pengarang : Merari Siregar

Penerbit : PT. Balai Pustaka (Persero)

Tahun Terbit : 1936

Cetakan Ke : Ketigapuluh, tahun 2010

Jumlah Hal. : 188 Halaman

Unsur Interinsik :

Tema : Perdukunan, Kesedihan, Perjodohan dan Persahabatan


Latar :
Tempat : Kampung Sipirok, Sawah, Sekolah, Pondok, Deli (Medan), Makam ayah Riam
Waktu : Pagi, siang, sore dan malam hari
Suasana : Menyedihkan, menyenangkan, dan menyebalkan
Penokohan :
Aminu’din : Baik hati, bijaksana
Mariamin : Penyayang, penyabar, baik hati
Ibu Riam : Penyayang
Ayah Aminudin : Bijaksana, sombong
Ibu Aminudin : Baik hati, sabar
Sutan Baringin : Keras Kepala
Seorang Pria : Sabar, rendah hati
Raja : Egois
Gadis yang menjadi raja : Keras kepala, tinggi hati
Gembala : Baik Hati
Ibu sutan : Penyayang, baik hati
Ayah Sutan : Bijaksana, agak keras
Nuria : Penyabar, lemah lembut
Kerani : Pemarah
Alur : Campuran
Resume :
Suatu ketika hari mulai senja di daerah sipirok, angin yang berhilir menerpa pohon, terdapat seorang
gadis yang sedang duduk dibebatuan, dia tengah melamun dengan apa yang sedang dipikirkannya.
Datanglah seorang pria yang merupakan teman mariamin, yaitu Aminu’din. Aminu’din berniat untuk
berpamitan ke Mariamin bahwa ia akan pergi ke Deli untuk bekerja. Aminud’din merupakan teman
Mariamin dari sejak kecil.
Suatu tempat merupakan tempat kelahiran Aminu’din yang sekarang telah berumur 18 tahun. Dia
anak seorang kepala kampung yang terkenal di antara lunak sipirok.
Malampun tiba, hujan turun dengan derasnya. Aminud’in tau bahwan Riam sedang ketakutan. Aminudin
berusaha menghibur Riam yang mengatakan itu, dengan ceritanya. Riam pun tersenyum dan menyuruh
Amunu’din untuk menceritakan sebuah kisah, 2 orang pencari kayu yaitu seorang laki-laki dan
perempuan.
Aminud’din, Baginda diatas, seorang kepala kampung yang kaya dan terhormat. Masyarakat sipirok
amat segan dan hormat kepadanya. Sementara mariamin, hidup dalam kemelaratan bersama ibunya.
Ayahnya, sutan baringin, telah meninggal dunia.
Dahulu, sesungguhnya keluarga mariamin kaya. Namun, semasa hidupnya sutan baringin terkenal
serakah dan boros. Ia sering berpekara dengan orang lain soal harta. Saat kecil, orang tua sutan
baringin begitu memanjakannya.
Meski begitu Aminu’din tak pernah mempermasalahkan kemiskinan mariamin. Pertemanan yang dibina
semenjak kecil itu, menumbuhkan perasaan cinta dalam diri aminudin dan riam. Maka ketika aminu’din
telah memperoleh pekerjaan di Medan, ia mengutarakan niatnya untuk menikahi mariamin.

Tetapi baginda diatas tidak setuju karena pernikahan aminu’ddin dengan mariamin akan merendahkan
derajat serta martabat keluarganya. Menurutnya putranya pantas menikahi wanita dari keluarga
kaya dan terhormat.

Baginda diatas mengajak istrinya menemui dukun untuk mengetahui nasib anaknya jika menikah
dengan mariamin.

Dukun meramalkan bahwa saat aminu’ddin menikah mereka akan mempunyai seorang anak, tetapi
setelah tujuh tahun lamanya, anak itu akan mati. Ibunda aminu’ddin percaya dengan kata-kata dukun
itu, lalu ia menyetujui rencana suaminya untuk menjodohkan anaknya dengan gadis lain.
Sikap baginda diatas yang menghalangi pernikahan aminu’ddin dengan mariamin itu sesungguhnya
bertentangan dengan adat yang berlaku dalam masyarakat Batak Angkola.

Aminu’ddin tidak dapat menolak keinginan ayahnya. Jika ia menolak gadis itu maka keluarganya akan
mendapat malu.

Setelah pernikahan itu, aminu’ddin meminta orang tuanya membawakan nasi bungkus kepada ibu
mariamin sebagai tanda permohonan maaf.

Tidak lama selepas pernikahan aminu’ddin, mariamin menikah dengan kasibuan, lelaki pilihan ibunya.

Setelah menikah, kasibuan membawa mariamin ke medan. Ternyata pernikahan mereka tidak seperti
yang diharapkan oleh ibu mariamin, kasibuan mengalami menderita penyakit kelamin yang dapat
menular.

Saat mengetahui mariamin tinggal di medan, aminu’ddin datang mengunjunginya. Kedatangannya


ternyata sampai ke telinga kasibuan. Kasibuan terlanjur dibakar cemburu. Terjadila pertengkaran
dan kasibuan menganiaya mariamin.

Karena tak kuat menanggung siksa dari suaminya, mariamin melapor tindakan suaminya itu ke polisi.
Kasibuan ditangkap dan harus membayar denda dan memutuskan tali pernikahan dengan mariamin.

Setelah bercerai dengan suaminya, mariamin kembali ke sipirok dengan membawa rasa malu. Perasaan
malu itu membuat dirinya tertekan dan pada akhirnya meninggal dunia dengan membawa semua
penderitaannya.

Vous aimerez peut-être aussi