Vous êtes sur la page 1sur 7

LAPORAN PENDAHULUAN TB PARU

A. Pengertian TB paru
TB paru merupakan penyakit infeksius yang menyerang parenkim
paru disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis (kuman berbentuk batang
aerob yang tahan asam tumbuh dengan lambat dan sensitif terhadap sinar
matahari (Widoyono, 2012).
B. Klasifikasi TB paru
Menurut Depkes (2012), klasifkasi TB paru dibagi menjadi beberapa
kelompok yaitu
1. TB paru BTA positif merupakan hasil pemeriksaan dahak didapatkan
sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif
dan q specimen dahak SPShasilnya BTA negative serta foto rontgen dada
menujukkan gambaran tuberculosis aktif
2. TB paru BTA negatif merupakan hasil pemeriksaan 3 spesimen dahak
SPS hasilnya BTA negative dan foto rontgen dada menujukkan gambaran
tuberculosis aktif
3. TB ekstra paru merupakan tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain
selain paru-paru misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung
(pericardium) kelenjar limfe, tulang persendiaan, kulit, usus, ginjal,
saluran kencing, dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan tipe klien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan
sebelumnya. Ada beberapa tipe klien yaitu :
a. Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya
pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh
tetapi kambuh lagi.
c. Kasus setelah putus berobat (default ) Adalah pasien yang telah berobat
dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
d. Kasus setelah gagal (failure) Adalah pasien yang hasil pemeriksaan
dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima
atau lebih selama pengobatan.
e. Kasus lain Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas,
dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil
pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai pengobatan ulangan
C. Faktor resiko terjadinya TB paru
Menurut Toyalis (2010), faktor resiko terjadinya TB paru meliputi :
a. Status gizi, merupakan salah satu faktor yang menentukan fungsi seluruh
sistem tubuh termasuk sisttem imun. Bila daya tahan tubuh rendah maka
kuman TB paru mudah masuk kedalam tubuh kemudianberkumpul dibaru
dan berkembangbiak.
b. Lingkungan, keadaan yang dapat mempengaruhi adalah lingkungan yang
kumuh dan kotor lebih banyak penyebaran TB paru
c. Kebiasaan merokok merupakan penyebab utama penyakit paru yang
bersifat kronis dan obstruktif. Efek merugikan tersebut mencakuo
meningkatnya kerentanan terhadap batuk kronis, produksi dahak dan
serak. Kebiasaan merokok meningkatkan resiko untuk terkena TB paru.
d. Umur merupakan faktor predisposisi terjadinya perubahan perilaku yang
berkaitan kematangan fisik dan psikis penderita TB paru. Kejadian TB
paru mulai bergerak kearah umur tua karena imun yang lebih rendah
meskipun sebagian besar kasus terjadi pada kelompok umur 15-54 tahun.
D. Etiologi dan cara penularan TB paru
TB disebabkan oleh basil Mikrobakterium Tuberkulosis sejenis kuman
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,3-
0,6/mm. Tuberkulosis tergolong airborne infection yakni penularan melalui
droplet yang dikeluarkan ke udara oleh individu terinfeksi dalam fase aktif.
E. Patofisiologi
Status gizi, lingkungan
Kelenjar getah bening Sel T dan jaringan fibrosa Fibrosis
Iritasi bronkus yang kotor dan kumuh,
membungkus makrofag dan
kebiasaan merokok, dan Timbul jaringan parut
Limfadenitis tuberculosis
Pembuluh darah umur
Meluas pecah Tuberkel Alveolus tidak kembali saat
Orang terinfeksi TBC ekspirasi
Hematogen Hemaptoe Retraksi dada,
Perkejuan atau nekrosis
Droplet sesak nafas, Penurunan difusi oksigen
Bakterimia Ansietas Kavitasi kuman cuping hidung
Basil tuberculosis Suplai oksigen menurun
Mengenai pleura Infeksi primer memasuki saluran Ketidakefektifa Peningkatan secret di
pernafasan n pola nafas Gangguanbronkus
pertukaran gas
Pleuritis Pengobatan OAT Sembuh dengan kompleks (Mycobacterium
ghon (suatu lesi penyembuhan Sulit dikeluarkan
Jangka waktu lama tuberculosis)
Nyeri yang didalamnya berisi basil Ketidakefektifan bersihan
Kurang Putus obat TB dalam keadaan laten dan Filtrasi dihidung Kompensasi tubuh mengeluarkan
jalan nafas
pengetahuan dapat aktif kembali) toksin
Ketidakefektifan Dibersihkan oleh
regimen Bakteri dorman mukosa dan epitel Anoreksia
pengobatan bersilia
Aktif kembali saat tubuh Asupan nutrisi kurang
mengalami penurunan daya Menurunnya sel globet
tahan tubuh Ketidakseimbangan nutrisi kurang
Msuk ke dalam saluran dari kebutuhan tubuh
Infeksi post primer nafas bawah

Menyerang parenkim
paru

Berkolonisasi di saluran
bawah

Proses inflamasi
F. Manifestasi Klinis TB paru
Menurut WHO (2010), manifestasi klinis dari TB paru meliputi :
1. Demam
Biasanya subfebris, menyerupai demam influenza tetapi kada-kadang
sehunya 40-41 0C. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya tahan tubuh
penderita dan berat ringanya infeksi kuman tuberculosis yang masuk
2. Batuk
Batuk berlangsung 2-3 minggu atau lebih karena adanya iritasi pada
bronkus, sifat batuk kering (non produktif) kemudian setelah timbul
peradangan menjadi produktif (mengahasilkan sputum). Keadaan ini akan
berlanjut adanya dahak bercampur darah bahkan sampai batuk darah
(hemaptoe) karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
3. Sesak nafas
Sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian paru-paru. Keadaan ini akibat adanya
retraksi dan obstruksi saluran pernafasan.
4. Nyeri dada
Rasa nyeri dada pada waktu mengambil nafas dimana terjadi gesekan
pada dinding pleura dan paru. Rasa nyeri berkaitan dengan pleuritis dan
tegangan otot pada saat batuk
5. Malaise
Sering ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun sakit kepala,
meriang, dan lemah. Salah satu keadaan ini disebabkan oleh kurang tidur
karena di malam hari batuk
G. Pemeriksaan Diagnostik TB paru
Menurut Suriadi, 2012 pemeriksaan yang dapat dilakukan pada pasien TB
paru meliputi:
1. Kultur sputum
Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan
ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah dapat
dipastikan. Disamping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan
evaluasi terhadap pengobatan yang sudah diberikan.
2. Tes Mantoux
Uji ini dilakukan dengan cara Mantoux (penyuntikan dengan cara
intra kutan lokasinya ½ lengan bawah kiri bagian depan). Hasil 48-72 jam
kemudian baru terbaca meliputi indurasi 0-4 mm (negative) artnya tidak
ada infeksi mycobacterium TB, indurasi 3-9 mm (meragukan) artinya
kesalahan teknik, reaksi silang, dan setelah BCG sedngkan indurasi > 10
mm (positif ) artinya sedang atau pernah terinfeksi micobacterum TB.
3. Foto Thorax menujukkan bayangan lesi radiologi yang terletak dilapangan
atas paru, bayangan berawan atau nodular di segmen apical dan
posterior lobus atas serta segmen superior lobus bawah paru, adanya
kavitas tunggal atau ganda, bayangan menetap atau relative menetap
setelah beberapa minggu serta kelainan yang bilateral terutama bila
terdapat di lapangan atas paru.
4. Blood Gas Analisis
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukan indikator yang
spesifik untuk TB paru. LED jam pertama dan jam kedua dibutuhkan.
Data ini dapat di pakai sebagai indikator tingkat kestabilan keadaan nilai
keseimbangan penderita, sehingga dapat digunakan untuk salah satu
predeteksi tingkat penyembuhan penderita. LED sering meningkat pada
proses aktif, tetapi LED yang normal juga tidak menyingkirkan diagnosa
TBC
H. Komplikasi TB paru
Menurut Yohanes (2012), Komplikasi TB paru meliputi :
1. Batuk darah (perdarahan dari saluran nafas bawah) dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas
2. Pneumothorak (adanya udara di dalam rongga pleura)
3. Bronkhiektasis (Pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
4. Metastase ke organ lain seperti otak, tulang, dan ginjal.
I. Penatalaksanaan TB paru
Menurut Wirdani, 2010 penatalaksanaan TB paru meliputi :
1. Prinsip pengobatan untuk memperoleh efektifitas pengobatan TB paru
meliputi :
 Menghindari penggunaan monoterapi, Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
Hal ini untuk mencegah timbulnya kekebalan terhadap OAT.
 Untuk menjamin kepatuhan penderita dalam menelan obat,
pengobatan dilakukan dengan pengawasan langsung (DOT = Directly
Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan
lanjutan.
Fase intensif (2-3 bulan) merupakan kegiatan bakterisid untuk
memusnahkan populasi kuman yang membelah dengan cepat
sedangkan fase lanjutan (4-7 bulan) merupakan kegaitan sterilisasi
kuman pada pengobatan jangka pendek atau kegiatan bakteriostatik
pada pengobatan konvensional.
2. Golongan obat TBC meliputi golongan primer (INH atau isonazid,
rifampisin (R), etambutol (E), sreptomisin (S), pirazinamid (Z)) sedangkan
obat sekuneder (Exionamid, paraaminosalsilat, sikloserin, amikasin,
kapreomisin, dan kanamisin). Pengobatan TB paru dewasa
 Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3 Selama 2 bulan minum obat INH,
rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan
selanjutnya minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu
(tahap lanjutan). Kategori ini diberikan kepada penderita baru TBC
paru BTA positif dan penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-
paru) berat.
 Kategori 2 : HRZE/5H3R3E3, Kedaan ini diberikan kepada penderita
kambuh, penderita gagal terapi, dan penderita dengan pengobatan
setelah lalai minum obat.
 Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3, Keadaan ini penderita BTA (+) dan rontgen
paru mendukung aktif.
3. Dosis Obat Anti Tuberkulosis

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2012. Pedoman nasional penanggulangan tuberkulosis.


Jakarta: Depkes RI.

Toyalis. 2010. Faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya penyakit TB


paru. Perpustakaan FKM Universitas Respati Indonesia.

Price dan Wilson. 2010. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta : ECG.

Suriadi, 2012. Penyakit Tuberkulosis. Jakarta : Media Aesculapius.

Wirdani.2010. Hubungan Keberasaan PMO dengan keteraturan Minum Obat


penderita TB. Tesis Program pasca sarjana FKM

WHO, 2010. Hubungan Kinerja Pengawas Minum Obat (PMO) dengan


Kesembuhan Pasien TB Paru Kasus Baru Strategi
DOTS. Skripsi. Fakuktas Kedokteran Universitas Sebelas Maret : Surakarta.
Yohannes. 2012. Kesehatan Masyarakat TBC. Jakarta : Kanisius.

Wijaya, A. 2012. Merokok dan Tuberkulosis. Jurnal Tuberkulosis Indonesia. PPTI

Vous aimerez peut-être aussi