Vous êtes sur la page 1sur 45

TUGAS KOMUNITAS I

MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN
HIPERTENSI

Disusun Oleh :
Kelompok 6
1. Kastina Sholihah (10215007)
2. Riyan Mayasari (10215014)
3. Kartika Dwi Pratiwi (10215038)
4. Dewi Chur’any (10215040)
5. Ayu Rahma Widhiya Anita (10215043)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA KEDIRI
2017/2018
KATA PENGANTAR

i
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin dan
kuasanya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Komunitas I dengan judul
”Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi” sadar bahwa dalam penulisan
ini tidak sedikit masalah yang dihadapi, namun berkat kerja keras serta bantuan
dari pihak, semua masalah tadi bisa teratasi dengan baik. Oleh karena itu, kami
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis sadar bahwa ini jauh dari kesempurnaan, sehingga kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan sangat penulis harapkan. Akhir kata, semoga
dapat bermanfaat bagi pembaca, baik mahasiswa maupun masyarakat sebagai
tambahan wawasan pengetahuan.

Kediri, 07 November 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

ii
Halaman Judul.................................................................................................. i

Kata Pengantar.................................................................................................. ii

Daftar Isi........................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 3
C. Tujuan ........................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi, tipe, struktur, tahap keluarga........................................... 5
B. Definisi Hipertensi......................................................................... 9
C. Klasifikasi Hipertensi.................................................................... 10
D. Etiologi Hipertensi......................................................................... 10
E. Patofisiologi Hipertensi................................................................. 11
F. Manifestasi Klinis Hipertensi........................................................ 12
G. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi............................................... 12
H. Komplikasi Hipertensi................................................................... 13
I. Penatalaksanaan Hipertensi........................................................... 13
J. Pathways........................................................................................ 18
K. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi....................... 19
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.................................................................................... 44
A. Saran.............................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 45

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di
negara-negara maju. Di Indonesia prevalensi untuk menderita hipertansi
masih rendah presentasinya.Walaupun demikian bukan berarti ancaman
penyakit hipertensi diabaikan begitu saja. Bagi masyarakaat golongan atas
hipertensi benar-benar menjadi momok yang menakutkan (Sri Rahayu :
2000).
Prevalensi penyakit hipertensi di negara maju seperti Amerika Serikat
rata-rata 20%. Penyakit hipertensi merupakan penyakit nomor satu di
Amerika Serikat. Di negara Indonesia rata-rata 6 - 15%. Presentasi ini
mungkin masih tinggi karena jumlah anak dibawah 15 tahun di negara
Indonesia lebih kurang 15% dari populasi (Sri Rahayu : 2000).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Budi Darmojo bahwa di
Indonesia 1,8-28,6 % penduduk yang berusia > 20 tahun adalah penderita
Hipertensi dan pada umumnya berkisar antara 6 – 10 % . Di provinsi Jawa
Timur angka kesakitaan penyakit hipertensi tahun 1998 –1999 : 12,42 %
(Data Provil). Sedangkan dari laporan bulanan puskesmas Mojo terhitung
dari bulan Januari 1998 sampai bulan Desember tahun 1999 yang
berkunjung ke Puskesmas Mojo adalah 19,13 % dan tahun 2000 : 47,1%.
Mengamati data tersebut dapat memberikan gambaran bahwa masalah
penyakit hipertensi khususnya di puskesmas Mojo perlu mendapat
pengamatan, pengawasan serta perawatan yang komprehensif.
Hipertensi merupakan faktor resiko, primer yang menyebabkan
penyakit jantung dan stroke.Hipertensi disebut juga sebagai “The Shilent
Disease” karena tidak ditemukan tanda – tanda fisik yang dapat dilihat
(Gede Yasmin : 1991).
Banyak ahli beranggapan bahwa hipertensi lebih tepat disebut sebagai
“Heterogenus Group of Disease” dari pada single disease. Hipertensi yang
tidak terkontrol akan menyebabkan kerusakan organ tubuh seperti otak,
ginjal, mata dan jantung serta kelumpuhan anggota gerak. Namun

1
kerusakan yang paling sering adalah gagal jantung dan stroke serta gagal
ginjal (Susi Purwati : 2000).
Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini.
Hipertensi sering ditemukan pada usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun keatas
(Sri Rahayu : 2000 : 7).
Untuk mencegah komplikasi diatas sangat diperlukan perawatan dan
pengawasan yang baik. Banyak kasus penderita dan kematian akibat
penyakit kardiovaskuler dapat dicegah jika seorang merubah perilaku
kebiasaan yang kurang sehat dalam mengkonsumsi makanan yang
menyebabkan terjadinya hipertensi, selalu berolah raga secara teratur serta
merubah kebiasan hidup lainnya yang dapat mencetus terjadinya penyakit
hipertensi seperti merokok, minum-minuman beralkohol. Adapun faktor
dietik dan kebiasaan makan yang mempengaruhi tekanan daran yang
meliputi, cara mempertahankan berat badan ideal, natrium klorid, Kalium,
Kalsium, Magnesium, lemak dan alkohol. (Dr. Wendra Ali 1996 : 3, 20,
21).
Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita
penyakit hipertensi, maka mungkin dapat timbul beberapa masalah
seperti :
1. Ketidakpatuhan diit rendaah garam dan rendah lemak.
2. Resiko terjadinya komplikasi bagi penderita.
3. Sumber daya keluarga kurang.
4. Perubahan fisiologi (mudah marah dan tersinggung).
5. Keadaan ekonomi (bertambahnya pengeluaran dan berkurangnya
pendapatan keluarga).
Dalam pelaksanaan tugas–tugas kesehatan keluarga mempunyai
peranan yang sangat penting dalam pemeliharaan kesehatan bagi anggota
keluarga yang menderita penyakit hipertensi. Freedmen (1981) membagi
lima (5) peran yang dilakukan keluarga yaitu : mengenal gejala hipertensi,
mampu mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat untuk
menolong klien hipertensi, mampu memberikan asuhan keperawatan pada
anggota keluarga yang menderita hipertensi dalam mengatasi masalahnya
dan meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan mutu
hidup anggota keluarga, yang menderita penyakit hipertensi.
Untuk mencapai tujuan perawatan kesehataan keluarga yang optimal,
sangatlah penting peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan.

2
Adapun peran perawat dalam membantu keluarga yang anggota
keluarganya menderita penyakit hipertensi antara lain : mampu mengenal
asuhan keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit hipertensi,
sebagai pengamat masalah dan kebutuhan keluarga, sebagai koordinator
pelayanan kesehatan, sebagai fasilitator, sebagai pendidik kesehatan,
sebagai penyuluh dan konsultan dalam asuhan perawatan dasar pada
keluarga yang menderita penyakit hipertensi.
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi, tipe, struktur, tahap keluarga ?
2. Apa definisi hipertensi ?
3. Apa klasifikasi dari hipertensi ?
4. Apa etiologi hipertensi ?
5. Bagaimana patofisiologi dari hipertensi ?
6. Bagaimana manifestasi klinis dari hipertensi ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari hipertensi ?
8. Bagaimana komplikasi dari hipertensi ?
9. Bagaimana Penatalaksanaan dari hipertensi ?
10. Bagaimana pathways hipertensi ?
11. Bagaimana Asuhan Keperawatan keluarga dengan hipertensi ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa definisi, tipe, struktur, tahap keluarga.
2. Untuk mengetahui apa definisi dari hipertensi.
3. Untuk mengetahui apa klasifikasi dari hipertensi.
4. Untuk mengetahui apa etiologi hipertensi.
5. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari hipertensi.
6. Untuk mengetahui bagaimana manifestasi klinis dari hipertensi.
7. Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan diagnostik dari
hipertensi.
8. Untuk mengetahui bagaimana komplikasi dari hipertensi.
9. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari hipertensi.
10. Untuk mengetahui bagaimana pathways hipertensi.
11. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan keluarga dengan
hipertensi.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. KELUARGA
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal
disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ke tergantungan
(Nasrul Effendi, 1998 : 33 ).
Hal ini dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan suatu sistem
yang saling berinteraksi satu sama lainnya dalam memenuhi kebutuhan
termasuk kesehatan, sehingga keluarga mempunyai peran penting
dalam mengembangkan, mencegah dan mengatasi atau memperbaiki
masalah kesehatan yang ada dalam keluarga. Keluarga juga dipandang
sebagai instansi (lembaga) yang dapat memenuhi kebutuhan insani
(Amanui, 2007).
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan
mereka hidup bersama dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan
serta mempertahankan kebudayaan ( S.G. Bailon dan Aracelis Maglaya
1989).
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah :
a. Unit terkecil dari masyarakat.
b. Terdiri atas dua orang atau lebih.

4
c. Adanya ikatan perkawianan dan pertalian darah.
d. Hidup dalam satu rumah tangga.
e. Dibawah asuhan seorang kepala keluarga.
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga.
g. Setiap anggota keluarga mempunyai perannya masing-
masing.
h. Menciptakan dan mempertahankan kebudayaan
Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan
masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit
atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui
perawatan sebagai sarana penyalur (Nasrul Effendi,1998:39).
2. Tipe keluarga terdiri dari
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah,
ibu, anak-anak.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah
dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakandan
sebagainya.
c. Keluarga berantai (serial family) ialah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu
keluarga inti.
d. Keluarga duda/janda (single family) adalah keluarga yang terjadi
karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (composite) adalah keluarga yang
perkawinanya berpoligami dan hidup secara bersama–sama.
f. Keluarga kabitas (cahabitasia) adalah dua orang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
3. Struktur Keluarga
1. Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur
ayah
2. Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur
garis ibu
3. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah ibu
4. Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga
sedarah suami

5
5. Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
4. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga
a. Pasangan baru (keluarga baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing :
1) Membina hubungan intim yang memuaskan
2) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
3) Mendiskusikan rencana memiliki anak
b. Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan
samapi kelahiran anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama
berusia 30 bulan :
1) Persiapan menjadi orang tua
2) Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga
3) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan
c. Keluarga dengan anak pra-sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan
berakhir saat anak berusia 5 tahun :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi
4) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
5) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot)
6) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak
d. Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun
dan berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
1) Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
2) Mempertahankan keintiman pasangan

6
3) Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga
e. Keluarga dengan anak remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya
berakhir sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak
meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas
anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih
besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
3) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
4) Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
f. Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap
ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
2) Mempertahankan keintiman pasangan
3) Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
4) Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
5) Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga
g. Keluarga usia pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan
rumah dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak

7
3) Meningkatkan keakraban pasangan
h. Keluarga usia lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah
satu pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal
dunia atau keduanya meninggal :
1) Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
2) Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
3) Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
4) Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
5) Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
B. Definisi Hipertensi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam
waktu yang lama). Hipertensi merupakan kelainan yang sulit diketahui
oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui hipertensi
adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana
terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu
lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan
tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang
lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang
lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan
darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada
tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik. Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg
atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa
minggu.
C. Klasifikasi Hipertensi
Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)
Optimal <120 <80

8
Normal <130 <85
Tingkat 1 (hipertensi 140-159 90-99
ringan)
Sub grup : 140-149 90-94
perbatasan
Tingkat 2 (hipertensi 160-179 100-109
sedang)
Tingkat 3 (hipertensi ≥180 ≥110
berat)
Hipertensi sistol ≥140 <90
terisolasi
Sub grup : 140-149 <90
perbatasan

D. Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini
masih belum dapat diketahui. Namun, berbagai faktor diduga turut
berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya
umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan). Kurang lebih
90% penderita hipertensi tergolong Hipertensi primer sedangkan
10% nya tergolong hipertensi sekunder.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya
dapat diketahui, antara lain kelainan pembuluh darah ginjal,
gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari
penderita hipertensi adalah hipertensia esensial, maka penyelidikan
dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita hipertensi
esensial.
E. Patofisiologi Hipertensi
Jantung adalah sistem pompa yang berfungsi untuk memompakan
darah keseluruh tubuh, tekanan teresebut bergantung pada faktor cardiac

9
output dan tekanan perifer. Pada keadaan normal untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan tubuh yang meningkat diperlukan
peningkatan cardiac output dan tekanan perifer menurun. Konsumsi
sodium (garam) yang berlebihan akan mengakibatkan meningkatnya
volume cairan dan preload sehingga meningkatkan cardiac output.
Dalam sistem Renin-Angiotensien-aldosteron pada patogenesis
hipertensi, glandula supram renal juga menjadi factor penyebab oleh
karena faktor hormon. Sistem Renin mengubah angiotensin menjadi
angiotensin I kemudian angiotensin I menjadi angiotensin II oleh
Angitensi Convertion Ensym (ACE) Angiotensin II mempengaruhi
Control Nervus Sistem dan nervus perifer yang mengaktifkan system
simpatik dan menyebabkan retensi vaskuler perifer meningkat.
Disamping itu angiotensin II mempunyai efek langsung terhadap
vaskuler smoot untuk vasokontruksi renalis. Hal tersebut merangsang
adrenal untuk mengeluarkan aldosterone yang akan meningkatkan extra
Fluid volume melalui retensi air dan natrium. Hal ini semua akan
meningkatkan tekanan darah melalui peningkatan cardiac output
(Jurnlistik international cardiovaskuler,1999).
F. Manifestasi Klinis Hipertensi
Mekanisme terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain
pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-
tiba, tengkuk terasa pegal, dan lain-lain. Dampak yang dapat ditimbulkan
oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada selaput bening
(retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.
G. Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
1. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap
volume cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor
resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi
ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus
hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkan hipertensi).

10
4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya
aldosteron utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi
diuretik.
5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat
meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa (efek kardiofaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan
vasikonstriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme
primer (penyebab).
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi
ginjal dan atau adanya diabetes.
10. VMA urine (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat
mengindikasikan adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24
jam dapat digunakan untuk pengkajian feokromositoma bila
hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor
resiko terjadinya hipertensi.
12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar
renin dapat juga meningkat.
13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
16. EKG : dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan,
gangguan konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah
salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
H. Komplikasi Hipertensi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata
berupa perdarahan retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,
gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya pembuluh darah otak.
I. Penatalaksanaan Hipertensi

11
1. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
Ada empat macam diit untuk menanggulangi atau minimal
mempertahankan keadaan tekanan darah (Astawan,2002) , yaitu :
 Diit rendah garam
Diberikan kepada pasien dengan edema atau asites serta
hipertensi. Tujuan diit rendah garam adalah untuk menurunkan
tekanan darah dan untuk mencegah edema dan penyakit
jantung (lemah jantung). Adapun yang disebut rendah garam
bukan hanya membatasi konsumsi garam dapur tetapi
mengkonsumsi makanan rendah sodium atau natrium
(Na).Oleh karena itu yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam melakukan diit rendah garam adalah komposisi
makanan yang harus mengandung cukup zat – zat gizi, baik
kalori, protein, mineral maupun vitamin dan rendah sodium
dan natrium (Gunawan, 2001).
Sumber sodium antara lain makanan yang mengandung
soda kue, baking powder,MSG (Mono Sodium Glutamat),
pengawet makanan atau natrium benzoat (Biasanya terdapat
didalam saos, kecap, selai, jelly), makanan yang dibuat dari
mentega serta obat yang mengandung natrium (obat sakit
kepala). Bagi penderita hipertensi, biasakan penggunaan obat
dikonsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. (Hayens,
2003).
Tujuan diit garam rendah adalah membantu menghilangkan
retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi. Adapun syarat-syarat diit
garam rendah adalah :
- Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin.
- Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit.
- Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi
garam atau air dan/atau hipertensi.
- Pemberian diit garam rendah tergantung pada berat
tidaknya retensi garam/air dan hipertensi. Terdapat 3 jenis
diit garam rendah yaitu :
a. Diit Garam Rendah I (200-400 mg Na)
Diit garam rendah I ditujukan pada pasien dengan

12
asites/edema dan hipertensi berat. Pada kondisi ini
tidak diperkenankan menambahkan garam ke dalam
masakan yang dikonsumsi dan menghindari
makanan yang tinggi natrium.

b. Diit Garam Rendah II (600-800 mg Na)


Diit ini diberikan kepada pasien edema/asites, dan
hipertensi yang tidak terlalu berat. Dianjurkan
menghindari makanan dengan kandungan natrium
tinggi. Diperbolehkan menggunakan garam dalam
pemasakan sebesar 0,5 sendok teh (2g).
c. Diit Garam Rendah III (1000-1200 mg Na)
Diit ini diberikan pada pasien dengan edema atau
hipertensi ringan. Pada maskaannya boleh
ditambahkan garam dapur sebanyak 1 sendok teh
(4g). Namun tetap menghindari jenis makanan yang
mengandung natrium tinggi.
 Diit rendah kolestrol dan lemak terbatas.
Di dalam tubuh terdapat tiga bagian lemak yaitu :
kolestrol, trigeserida, dan pospolipid.Tubuh memperoleh
kolestrol dari makanan sehari – hari dan dari hasil sintesis
dalam hati. Kolestrol dapat berbahaya jika dikonsumsi
lebih banyak dari pada yang dibutuhkan oleh tubuh,
peningkatan kolestrol dapat terjadi karena terlalu banyak
mengkonsumsi makanan yang mengandung kolestrol
tinggi dan tubuh akan mengkonsumsi sekitar 25 – 50 %
dari setiap makanan (Amir, 2002).
 Diit tinggi serat
Serat terdiri dari dua jenis yaitu serat kasar (Crude fiber)
dan serat kasar banyak terdapat pada sayuran dan buah –
buahan, sedangkan serat makanan terdapat pada makanan
karbohidrat yaitu : kentang, beras, singkong dan kacang
hijau. Serat kasar dapat berfungsi mencegah penyakit
tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat
kolestrol maupun asam empedu dan selanjutnya
membuang bersama kotoran. Keadaan ini dapat dicapai
jika makanan yang dikonsumsi mengandung serat kasar
yang cukup tinggi (Mayo, 2005).

13
 Diit rendah kalori
Dianjurkan bagi orang yang kelebihan berat
badan.Kelebihan berat badan atau obesitas akan berisiko
tinggi terkena hipertensi. Demikian juga dengan orang
yang berusia 40 tahun mudah terkena hipertensi. Dalam
perencanaan diit, perlu diperhatikan hal – hal berikut :
- Asupan kalori dikurangi sekitar 25% dari kebutuhan
energi atau 500 kalori untuk penurunan 500 gram atau
0.5 kg berat badan per minggu.
- Menu makanan harus seimbang dan memenuhi
kebutuhan zat gizi.
- Perlu dilakukan aktifitas olah raga ringan
- Aktivitas
Pasien disarankan untuk berpartisipasi pada
kegiatan dan disesuaikan dengan batasan medis dan
sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,
bersepeda atau berenang.
2. Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pemberian atau pemilihan obat anti hipertensi yaitu :
a. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
b. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau
minimal.
c. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
d. Tidak menimbulakn intoleransi.
e. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
f. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
g. Golongan obat-obatan yang diberikan pada pasien dengan
hipertensi seperti golongan diuretik, golongan betabloker,
golongan antagonis kalsium, golongan penghambat konversi
rennin angitensin.

14
15
J. Pathways

Faktor predisposisi, usia, jenis kelamin, merokok, stress, kurang


olahraga, genetic, alkohol, konsentrasi garam, obesitas

Kerusakan vaskuler pembuluh Tekanan sistemik


HIPERTENSI
darah
Perubahan situasi Beban kerja jantung Aliran darah makin cepat kesuluruh tubuh
Perubahan struktur sedangkan nutrisi dalam sel sudah
mencukupi kebutuhan
Penyumbatan pembuluh
darah
Informasi yang minim Krisis situasional Metode koping tidak efektif

vasokontriksi
Defesiensi pengetahuan Ketidakefektifan koping
Gangguan sirkulasi

ginjal retina otak Suplai O2 ke otak Pembuluh darah


Vasokontriksi pembuluh darah Spasme arteriol Resistensi pembuluh darah otak
ginjal Sistemik Koroner
Resiko ketidakefektifan
Nyeri kepala perfusi jaringan otak
Blood flow darah Risiko Cedera Vasokonstriksi Iskemia miokard

Respon RAA Penurunan Afterload Nyeri akut


curah jantung
Merangsang aldosteron
Fatigue
Retensi Na Edema Kelebihan volume cairan 16
Intoleransi
aktivitas
K. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi

CONTOH KASUS
Tn. U (alm) (80 th) suami dari Ny. R (alm) (70 th) mempunyai anak
satu atau tunggal yaitu Tn. A (50 th) yang menikah dengan Ny. S (45 th).
Tn. D (alm) (85 th) mempunyai istri Ny. H (70 th) mempunyai anak
perempuan Ny. S (45 th) dan anak laki-laki Tn. I (30 th).
Tn. A dan Ny. S mempunyai dua orang anak An. Z (13 th) seorang
laki-laki bersekolah di SMP dan anak kedua, An. D (6 th) laki-laki,
bersekolah di SD. Dalam keluarga Tn. A salah satu anggota keluarga, yaitu
Ny. S istri Tn. A menderita penyakit hipertensi. Pasien nampak lemas dan
mengeluh pusing. Dua tahun yang lalu pasien pernah MRS karena pingsan
dan di diagnosa penyakit hipertensi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, keluarga Tn. A hanya membiarkan
saja di rumah karena menurutnya masih bisa di tangani di rumah, dan
keluarga merawat Ny. S sendiri dengan berbekal pengetahuan seadanya.
Keluarga hanya membantu dalam memenuhi aktifitas sehari-hari Ny. S,
keluarga Tn. A termasuk keluarga yang kurang memperhatikan kesehatan,
meskipun mereka mengaku pernah ke dokter tetapi jika hanya ada keadaan
yang sangat berbahaya.
Keluarga Tn. A juga jarang memeriksakan tekanan darah Ny. S
meskipun pernah ada riwayat MRS karena hipertensi sebelumnya.
Sedangkan Tn. A hanyalah pedangang roti keliling yang uangnya hanya
cukup untuk sang istri berobat, dan keadaan rumahnya yang sederhana.
Rumah Tn. A juga tidak terlalu jauh dengan puskesmas, atau hanya
berjarak 2 meter dari rumahnya.

17
Fasilitas Yankes Puskemas/Dokter No. Registrasi -
Nama perawat yang mengkaji Ns. K Tanggal Pengkajian 06 Oktober 2017
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

I. IDENTITAS UMUM KELUARGA


1. Data Keluarga

Nama Kepala Keluarga Tn. A Bahasa Sehari-hari Jawa


Alamat Rumah & Telp Jl. A No 39 Kediri Jarak Yankes terdekat Puskesmas dengan jarak 2 m

081*********
Agama dan Suku Islam & Jawa Alat transportasi Motor

2. Data Anggota Keluarga

18
Status TTV Status Alat
Pendidikan Pekerjaan Saat
No Nama Hub dgn KK Umur JK Suku Gizi (TB, (TD, N, Imunisa Bantu /
terakhir ini
BB, BMI) S, RR) si Dasar Protesa

1. Tn. A Kepala Keluarga 50 L Jawa SMA Pedagang Roti Baik Normal  -


Ibu Ny. S/Mertua
2. Ny. H 70 P Jawa SMP Tidak bekerja Baik Normal  -
Tn. A
Ibu Rumah Tidak
3. Ny. S Istri 45 P Jawa SMA Kurang  -
Tangga Normal

4. An. Z Anak Pertama 13 L Jawa SMP Tidak bekerja Baik Normal  -

5. An. D Anak Kedua 6 L Jawa SD Tidak bekerja Baik Normal  -

3. Lanjutan

19
Riwayat Penyakit / Analisis Masalah Kesehatan
No Nama Penampilan Umum Status Kesehatan Saat ini
Alergi INDIVIDU

1. Tn. A Baik Sehat - -

2. Ny. H Baik Sehat - -

3. Ny. S Baik Sakit - Lemas, pusing

4. An. Z Baik Sehat - -

5. An. D Baik Sehat - -

20
4. Genogram

70

50
45

13 6

Ket :

: : Laki-laki : Perempuan : Meninggal

: Meninggal : Sakit : Yang tinggal dalam 1 rumah

5. Type Keluarga :
a. Jenis Type Keluarga : Keluarga ekstendet
b. Masalah yang terjadi dengan type tersebut adalah : Ny. S (istri Tn.
A) mengalami lemas dan pusing karena penyakit hipertensi.
6. Suku Bangsa :
a. Asal suku bangsa : Jawa
b. Budaya yang berhubungan dengan kesehatan : -
7. Agama dan kepercayaan yang mempengaruhi kesehatan : Islam
8. Status Sosial Ekonomi Keluarga :
a. Anggota keluarga yang mencari nafkah : Tn. A
b. Penghasilan : Rp 3.000.000
c. Upaya lain : -
d. Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll) : motor, radio,
televisi.
e. Kebutuhan yang dikeluarkan tiap bulan : ±1.500.000
9. Aktivitas rekreasi keluarga
Keluarga sesekali mengajak anak-anaknya untuk menonton tv bersama di
rumah dan itu sudah dianggap berekreasi.

21
II. RIWAYAT DAN TAHAP PERKEMBANGAN KELUARGA
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini (ditentukan dengan anak tertua)
:
Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak
memasuki masa sekolah.
b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tugas keluarga yang belum terpenuhi tidak ada.
c. Riwayat kesehatan keluarga inti :
1) Riwayat kesehatan keluarga saat ini :
Ny. S mengeluh lemas dan pusing karena adanya penyakit
hipertensi yang di derita, keluarga hanya merawat dengan
berbekal pengetahuan yang seadanya dan akan membawa ke
dokter apabila keadaan berbahaya. Padahal jarak puskemas
dengan rumah Tn. A tidak terlalu jauh.
2) Riwayat penyakit keturunan :
Adanya penyakit keturunan dari keluarga Ny. S yaitu dari nenek
Ny. S, yang pernah mempunyai riwayat hipertensi namun nenek
dari Ny. S sudah meninggal.
3) Sumber pelayanan kesehatan yang dimanfaatkan :
Keluarga Tn. A biasanya membawa Ny. S ke dokter ataupun
puskesmas terdekat. Namun, Tn. A hanya membawa Ny. S pada
saat mengalami keadaan yang berbahaya.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya :
Nenek dari Ny. S mempunyai riwayat penyakit hipertensi.

III. PENGKAJIAN LINGKUNGAN


Data Penunjang Keluarga

Rumah dan Sanitasi Lingkungan PHBS Di Rumah Tangga

Kondisi Rumah : Jika ada Ibu nifas, Persalinan ditolong oleh


tenaga kesehatan :
Baik
-
Ventilasi :
Jika ada bayi, Memberi ASI eksklusif :
Cukup / Kurang*

22
Ventilasi ruangan baik -

Pencahayaan rumah : Jika ada balita, Menimbang balita tiap bulan -

Baik / Tidak* Menggunakan air bersih untuk makan &


minum :
Pencahayaan dalam ruangan sudah cukup
terang. Ya / Tidak*

Saluran Buang Limbah : Kondisi air jernih, tidak berbau, tidak berasa.

Baik/Cukup/Kurang* Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun :

Keluarga mempunyai fasilitas pembuangan Ya / Tidak*


limbah berupa saptic tank
Jika tangan terlalu kotor keluarga mencuci
Sumber Air Bersih : tangan dengan sabun

Sehat / Tidak Sehat * Melakukan pembuangan sampah pada


tempatnya :
Sumber air bersih, dari sumur bersanyo
Ya / Tidak*
Jamban Memenuhi Syarat :
Keluarga membuang sampah pada tempatnya
Ya / Tidak * jamban berada di dalam rumah
keadaan bersih Menjaga lingkungan rumah tampak bersih :

Tempat Sampah : Ya / Tidak*

Ya / Tidak * keluarga memiliki tempat Ny. S menyapu rumah dan halamannya.


pembuangan sampah sendiri di belakang
Mengkonsumsi lauk dan pauk setiap hari :
rumah
Ya / Tidak*
Rasio Luas Bangunan Rumah dengan Jumlah
Anggota Keluarga 8m2/orang : Keluarga mengkonsumsi tempe/ tahu/ telur
sebagai lauk.
Ya / Tidak* keluarga memiliki luas tanah yang
cukup luas yaitu 75 m2 dengan jumlah anggota Menggunakan jamban sehat :

keluarga sebanyak 5 orang Ya / Tidak*

Jamban berada di dalam rumah keadaan


bersih

23
Memberantas jentik di rumah sekali
seminggu :

Ya / Tidak*

Jentik jentik dirumah diberantas saat keadaan


penampung air mulai kotor

Makan buah dan sayur setiap hari : Ya /


Tidak*

Hanya sayur yang selalu ada. Keluarga jarang


makan buah

Melakukan aktivitas fisik setiap hari : Ya /


Tidak*

Keluarga jarang melakukan olah raga pagi.

Tidak merokok di dalam rumah : Ya / Tidak*

Tn. A merokok di dalam rumah maupun


diluar rumah tanpa menghiraukan anggota
keluarga yang lain

1) Karakteristik Rumah
Keluarga Tn. A dikelurahan Lirboyo Kediri, dengan luas tanah ± 110
m2. Rumah milik sendiri, bangunan permanen, tembok disemen,
lantai sebagian ubin sebagian plester, ada 3 kamar tidur, ruang tamu,
dapur, kamar mandi. Kondisi dalam rumah bersih dan teratur. Semua
ruang terdapat jendela tetapi beberapa jendela dibuka kadang-kadang
saja. Sumber mata air menggunakan sumur sanyo. Septic tank berada
di samping rumah, jarak dengan sumber air lebih dari 10 m. Kondisi
air jernih, tidak berbau, tidak berasa. Keluarga Tn. A memiliki gentong
sebagai penampung air untuk keperluan memasak. Sampah ditampung
di tempat sampah di belakang rumah, yang akan dibakar jika sudah
kering. Keluarga Tn. A mengetahui jika ada lingkungan yang kotor

24
seperti sampah yang berserakan, air yang menggenang itu semua
dapat menimbulkan penyakit. Dalam keluarga Tn. A kebiasaan
membersihkan rumah setiap hari berupa menyapu lantai.
2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Lingkungan tetangga cukup ramah, keluarga Tn. A tinggal berdekatan
dengan tetangganya. Hubungan dengan tetangga cukup baik.
Kebanyakan tetangga bermata pencaharian sebagai Wiraswasta.
3) Mobilitas Geografis Keluarga
Tn. A bersama keluarga menempati rumahnya sudah 10 tahun. Letak
rumah tepat di dekat jalan raya kampung, alat transportasi umum yang
ada yaitu angkutan umum dan ojek. Sedang untuk mobilitas, keluarga
menggunakan sepeda motor. Jarak rumah ke puskesmas 2 km.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Keluarga Tn. A biasa berkumpul pada sore hari, sepulang kerja. Di
lingkungan rumah ada kegiatan rutin seperti pengajian ibu-ibu,
pertemuan RT, pos kampling dan kebersihan lingkungan. Kadang-
kadang Tn. A ikut pertemuan RT. Anak Tn. A biasanya bermain
dengan tetangga sekitar sepulang sekolah. Keamanan lingkungan
terjaga, hubungan antar tetangga baik. Keluarga Tn. A menyadari
pentingnya puskesmas untuk memantau kesehatan. Tetapi kendalanya
Tn. A masih belum menyadari bahwa fasilitas kesehatan sangat
penting dan tidak hanya dibutuhkan pada saat keadaan yang sudah
parah maupun berbahaya. Dan kurang memperhatikan kesehatan.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Tn. A dan anggota keluarga yang lain membantu merawat Ny. S yang
sakit, terkadang jika Ny. S sakit Tn. A dan anggota keluarga yang lain
membantu dalam memenuhi aktifitas sehari-hari Ny. S dan
membawanya ke dokter apabila sudah parah.

IV. STRUKTUR KELUARGA


a. Pola/cara Komunikasi Keluarga

25
Komunikasi yang digunakan dalam keluarga Tn. A yaitu komunikasi
terbuka, jika ada masalah maka akan dirembuk bersama. Komunikasi
dilakukan dengan sangat terbuka oleh Tn. A.
b. Struktur Kekuatan Keluarga.
Keluarga merupakan keluarga ekstendet yang terdiri dari ibu mertua,
suami, istri, dan dua anak yang memasuki masa sekolah.
c. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga)
h. Ny. H (Ibu mertua Ny. S) tidak bekerja.
i.Tn. A berperan sebagai kepala keluarga masih aktif bekerja mencari
nafkah untuk menghidupi keluarganya.
d. Ny. S hanya seorang ibu rumah tangga yang bertanggungjawab
mengurus rumah, ibunya (Ny. H) dan kedua anaknya yang masih
bersekolah. Untuk biaya kehidupan keluarga hanya mengandalkan
penghasilan Tn. A sebagai penjual roti.
e. Nilai dan Norma Keluarga
Dalam keluarga Tn. A menekankan etika dan sopan santun dalam
bergaul dengan orang lain, saling menghormati dan menghargai, serta
berani karena benar dan sesuai dengan budaya jawa.

V. FUNGSI KELUARGA
Kemampuan Keluarga Melakukan Tugas Pemeliharaan Kesehatan
Anggota Keluarga
1) Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit : Ya / Tidak
2) Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya : Ya / Tidak
3) Apakah keluarga mengetahui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya : Ya / Tidak
4) Apakah keluarga mengetahui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota
dalam keluarganya : Ya / Tidak
5) Apakah keluarga mengetahui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam
keluarganya bila tidak diobati / dirawat : Ya / Tidak
6) Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya : Keluarga / Tetangga / Kader / Tenaga kesehatan

26
7) Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota keluarganya :
Tidak perlu ditangani karena akan sembuh sendiri biasanya / Perlu berobat ke fasilitas
yankes / Tidak terpikir
Keluarga membawa Ny. S ke dokter setelah mendapati kondisi Ny. S sudah parah
8) Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota
keluarganya secara aktif : Ya / Tidak, jelaskan
Tn. A hanya menangani dengan pengetahuan yang seadanya dan akan membawa ke
fasilitas kesehatan apabila anggota keluarga yang sakit mengalami keadaan yang
berbahaya
9) Apakah keluarga mengetahui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang
dialaminya yang dialami anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan
Tn. A hanya menangani dengan pengetahuan yang seadanya
10) Apakah keluarga dapat melakukan cara merawat anggota keluarga dengan masalah
kesehatan yang dialaminya : Ya / Tidak, jelaskan
Keluarga belum menyadari bahwa fasilitas kesehatan sangat penting dan tidak hanya
dibutuhkan pada saat keadaan yang sudah parah maupun berbahaya, namun hanya
merawat Ny. S dengan pengetahuan yang seadanya
11) Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami
anggota keluarganya : Ya / Tidak,
Keluarga belum mampu melakukan pencegahan masalah kesehatan karena masih
belum menyadari penyebab dari penyakit hipertensi dan cara menanganinya, keluarga
hanya mengandalkan pengetahuan yang seadanya untuk merawat Ny. S
12) Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung
kesehatan anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan : Ya / Tidak, jelaskan
Keluarga hanya membawa ke fasilitas kesehatan apabila sudah mengalami keadaan
berbahaya dan masih belum menyadari kebiasaan yang dapat merugikan bagi anggota
keluarga lain, contohnya merokok di dekat orang yang menderita hipertensi
13) Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber di masyarakat untuk
mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya : Ya / Tidak, jelaskan
Terkadang saat anggota keluarga keluarga sakit dan sudah tidak dapat diobati dengan
obat dari toko, keluarga membawa anggota yang sakit ke puskesmas atau dokter.

a. Fungsi afektif
Keluarga Tn. A termasuk keluarga harmonis, interaksi dalam keluarga
terjalin baik. Antar anggota keluarga saling memperhatikan,
menghormati, dan menyayangi sehingga tidak ada istilah pilih kasih.
b. Fungsi sosialisasi

27
Dalam keluarga Tn. A ditanamkan kedisiplinan. Hubungan dengan
tetangga baik, Tn. A juga anggota keluarga yang lain selalu berusaha
melakukan sosialisasi dengan lingkungan jika ada waktu senggang.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Dalam keluarga Tn. A dapat mengidentifiksi penyakit Ny. S meskipun
secara awam, saat Ny. S kelelahan atau saat hipertensinya kambuh.
Keluarga mengambil keputusan dengan cepat ketika Ny.S sakit tetapi
masih belum mampu meningkatkan status kesehatan keluarga.
d. Fungsi reproduksi :
Tn. A dan Ny. S tidak ingin mempunyai anak lagi mereka sudah
bersyukur mempunyai dua orang anak yang baik-baik, Ny.S masih
mengikuti program KB dikarenakan masih haid dan melakukan
hubungan suami istri. Mereka sepakat untuk membesarkan anaknya
dengan baik dan memberi pendidikan yang baik.
e. Fungsi ekonomi
kondisi keluarga Tn. A tetap stabil meskipun Ny. S sakit dan memenuhi
kebutuhan keluarganya.

VI. STRES DAN KOPING KELUARGA


- Stressor Jangka Pendek dan Jangka Panjang
Keluarga khawatir dengan keadaan Ny. S yang tiba-tiba hipertensinya
kambuh
- Kemampuan Keluarga Berespon terhadap Stressor
Keluarga Tn. A mampu membawa Ny. S ke dokter atau puskemas.
- Strategi Koping Konstruktif Yang Digunakan
Keluarga Tn. A membawa Ny. S ke dokter karena diyakini dapat
membantu menyembuhkan sakit dari Ny. S
- Strategi Adaptasi Fungsional
Di keluarga Tn. A tidak ada yang bersifat kekerasan di dalam membina
rumah tangganya.

VII. KEADAAN GIZI KELUARGA


- Pemenuhan gizi :
Makanan yang biasa dikonsumsi tahu, tempe, kangkung, bayam, jarang
makan daging, ikan laut dan buah.
- Upaya lain
Biasanya mendapat beras dari pemerintah.

VIII. HASIL PEMBINAAN BERDASARKAN TINGKAT


KEMANDIRIAN KELUARGA

28
Kunjungan Pertama (K-1) : Kunjungan Keempat (K-3) :
j. Keluarga sudah masuk tingkat k. Keluarga sudah masuk tingkat
kemandirian 1 kemandirian 3
Perawat : Ns. K - Perawat : Ns. K
Kunjungan Kedua (K-2) : Kunjungan Kelima (K-4) :
l. Keluarga sudah masuk tingkat - Keluarga sudah masuk tingkat
kemandirian 4
kemandirian 2
- Keluarga memiliki perubahan pada
Perawat : Ns. K
tahap perkembangannya.

Perawat : Ns. K

X. DATA PENGKAJIAN INDIVIDU YANG SAKIT DALAM KELUARGA

Nama Individu yang sakit : Ny. S Diagnosa medik : Hipertensi


Sumber dana kesehatan : Pemerintah Rujukan dokter / rumah sakit : -

a. Keadaan Umum
Kurus, terlihat pucat, terganggung aktivitas.
b. Sirkulasi / Cairan
Normal
c. Sistem Perkemihan
Normal
d. Sistem Pernapasan
Normal
e. Sistem Pencernaan
Jarang mengalami gangguan
f. Sistem Muskuloskeletal
Normal
g. Sistem Neurosensori
Jarang mengalami gangguan
h. Kulit
Sawo matang
i. Tidur dan Istirahat
Cukup baik
j. Mental
Tidak ada gangguan
k. Komunikasi dan Budaya
Ny. S berkomunikasi dengan baik kepada anggota keluarga
l. Kebersihan Diri
Ny. S mandi satu hari dua kali, sikat gigi setiap mandi, memakai sabun
mandi setiap mandi dan mandi menggunakan air bersih. Mencuci
tangan sebelum makan.
m. Perawatan Diri Sehari-hari
Ny. S mandi satu hari dua kali. Ganti baju satu hari dua kali.

29
30
A. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS : Ny. S mengatakan mual, muntah, lemas, nafsu makan menurun. Ketidakmampuan keluarga Ketidakseimbangan nutrisi kurang
DO : memberikan perawatan dari kebutuhan tubuh
1. Ny.S terlihat lemas
2. Ny.S makan 1 x/hari habis ½ porsi dengan bantuan, dan kadang tidak
makan.
3. Mukosa bibir kering
4. BB sebelum sakit 45 kg, sesudah sakit 40 kg.
2. DS : Ketidakmampuan keluarga Defisiensi Pengetahuan
1. Tn. A mengatakan Ny. S hanya dirawat dirumah dengan bekal memodifikasi lingkungan
pengetahuan seadanya.
2. Keluarga Tn. A termasuk keluarga yang kurang memperhatikan
kesehatan, meskipun mereka mengaku pernah ke dokter tetapi jika
hanya ada keadaan yang sangat berbahaya.
3. Keluarga Tn. A juga mengatakan jarang memeriksakan tekanan darah
Ny. S meskipun pernah ada riwayat MRS karena hipertensi
sebelumnya.
DO :
1. Ny.S tampak cemas dan tegang.
2. Keluarga tampak bertanya-tanya tentang penyakitnya.
3. TD : 160/100mmH, N : 100x/m, S : 360C, RR : 20x/m

31
B. Perumusan Diagnosis Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan keluarga memberikan perawatan.
2. Defisiensi Pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan.

C. Penilaian (Skoring) Diagnosis Keperawatan

No.
Diagnosis Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran
Kep.

32
1. Sifat masalah :
Skala :
3
Masalah adalah keadaan yang sudah terjadi dan perlu
- Aktual 2 1 3/3 x 1= 1
- Resiko 1 di lakukan tindakan segera.
- Potensial

Kemungkinan masalah Sumber-sumber yang ada dan tindakan untuk me-


dapat diubah : mecahkan masalah dapat dijangkau keluarga.
Skala : 2
1 2 1/2 x 2 = 1
- Mudah
0
- Sebagian
- Tidak dapat

Potensial masalah untuk 1 3/3 x 1 = 1 Masalah dapat dicegah untuk tidak memper-buruk
dicegah : keadaan dapat dilakukan Ny.S dan keluarga dengan
Skala : 3 memperbaiki perilaku hidup sehat.
2
- Tinggi
1
- Cukup
- Rendah

33
Menonjolnya masalah : Keluarga menyadari adanya masalah tetapi tidak
Skala : didukung dengan pemahaman yang ade-kuat tentang
2 1 2/2 x 1 = 1
- Segera karakteristik penyakit.
1
- Tidak perlu
0
- Tidak dirasakan
Total Skor 4

No.
Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran
Diagnosa
2. Sifat masalah : 3/3 x 1 = 1 Adanya ancaman kesehatan tetapi tidak perlu
Skala : ditangani segera.
3 1
- Aktual 2
- Resiko 1
Potensial
Kemungkinan masalah dapat 1 1/2 x 2 = 1 Membawa Ny.S ke pelayanan kesehatan untuk
diubah : mendapatkan pengobatan dan perawatan.
Skala : 2
1
- Mudah
0
- Sebagian
- Tidak dapat

34
Potensial masalah untuk dicegah : 2/3 x 1 = 2/3 Pencegahan biasanya dilakukan dengan menjaga pola
Skala : hidup dan pola makan.
1
- Tinggi 3
- Cukup 2
- Rendah 1
Menonjolnya masalah : 2/2 x 1 = 1 Tn. A dan Ny. S bisa menerima keadaan mereka saat
2
Skala : ini meskipun belum stabil.
1 1
- Segera 0
- Tidak perlu
- Tidak dirasakan
Total Skor 3 2/3

n. Prioritas Diagnosis Keperawatan

Prioritas Diagnosa Keperawatan Skor


1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan
4
keluarga memberikan perawatan.
2. Defisiensi Pengetahuan b.d ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan. 3 2/3

35
o. Rencana Asuhan Keperawatan Keluarga

No Tujuan Kriteria Evaluasi


Dx Intervensi
Umum Khusus Kriteria Standart

36
Ketidakseimbangan Setelah Setelah dilakukan 1 x Respon Verbal 1. Mengetahui 1.1 Memberitahu pasien dan kelua
nutrisi kurang dari dilakukan kunjungan selama 30 tentang betapa pentingnya untuk te
( Pasien dan
kebutuhan tubuh b.d kunjungan menit, diharapkan pentingnya nutrisi menjaga kebutuhan nutrisi wa
keluarga bisa
ketidakmampuan diharapkan keluarga mampu : bagi tubuh. saat sakit.
memahami materi 2. Megetahui 1.2 Memberitahu keluarga dan pas
keluarga memberikan kebutuhan
1. Memberikan yang di berikan) komposisi nutrisi tentang komposisi nutrisi y
perawatan. nutrisi pasien
perawatan yang seimbang. seimbang.
dapat
kepada Ny. S. 1.3 Memberitahu keluarga sup
terpenuhi
lebih aktif dalam membantu Ny
secara
dalam pemenuhan kebutu
seimbang
nutrisinyanya secara pars
perlahan-lahan sambil mela
pasien agar mam
melaksanakannya secara mandir

37
Setelah dilakukan 1 x Respon Psikomotor 1. Makan 3x sehari 2.1 Menjelaskan bagaim
kunjungan selama 30 porsi habis tanpa pentingnya nutrisi bagi tub
(Pasien mampu
menit, diharapkan bantuan. dan sebagai penunj
makan dan minum 2. Minum air putih 8
keluarga mampu : kesembuhan penyakit.
secara seimbang) gelas perhari 2.2 Memotivasi Ny. S un
2. Mampu tanpa bantuan melakukan aktifitas tersebut.
memodifikasi 2.3 Membantu keluarga sup
lingkungan. lebih aktif dalam membantu
S dalam pemenuhan kebutu
3. Mampu
nutrisinya secara parsial, sam
memanfaatkan
tujuan terpenuhi.
fasilitas
kesehatan.

38
2. Defisiensi Setelah Setelah dilakukan 1 x Respon Afektif Keputusan yang 1.1 Mendiskusikan alternatif un
Pengetahuan b.d dilakukan kunjungan selama 30 dibuat keluarga dan mengatasi masalah yaitu :
( Pasien a. Pentinya berobat teratur
ketidakmampuan kunjungan menit, diharapkan Ny. S sendiri
memperhatikan sarana kesehatan.
keluarga keperawatan, keluarga mampu :
dengan baik) b. Pentingnya kerjasa
memodifikasi keadaan
1. Mampu dengan petugas kesehatan
lingkungan. penyakit Ny. S c. Manfaat istirahat dan o
memodifikasi
berangsur raga teratur.
lingkungan. 1.2 Berikan dorongan kep
membaik.
keluarga dan Ny. S un
memperbaiki pola hidup seha
1.3 Beri pujian terhadap pola hid
yang baik dan benar, sebalik
beri koreksi atas pola hid
yang keliru.

39
Setelah dilakukan 1 x Respon Psikomotor 1. Mengunjungi 2.1 Berikan edukasi menge
kunjungan selama 30 pelayanan pentingnya pelaya
(Pasien
menit, diharapkan kesehatan dengan kesehatan.
melaksanakan apa 2.2 Motivasi keluarga un
keluarga mampu : rutin walaupun
yang sudah di berkunjung ke pelaya
tidak mengalami
2. Mampu ajarkan dan mampu kesehatan.
sakit parah.
memanfaatkan memanfaatkan 2. Makan teratur,
fasilitas pelayanan kesehatan meluangkan waktu
kesehatan. dengan baik) untuk istirahat dan
refreshing serta
berolahraga.

40
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas
kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu
tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ke tergantungan (Nasrul
Effendi, 1998 : 33 ).
Hipertensi merupakan masalah kesehatan yang cukup dominan di
negara-negara maju. Di Indonesia prevalensi untuk menderita hipertansi
masih rendah presentasinya.Walaupun demikian bukan berarti ancaman
penyakit hipertensi diabaikan begitu saja. Bagi masyarakaat golongan atas
hipertensi benar-benar menjadi momok yang menakutkan (Sri Rahayu :
2000).
B. Saran
Asuhan keperawatan keluarga ini dapat menjadi kontribusi atau
sumber pengetahuan bagi penderita hipertensi khususnya di lingkup
keluarga yang masih mempunyai pengetahuan kurang mengenai penyakit
hipertensi.
Lakukan pengkajian lebih mendalam tentang asuahan keperawatan
keluarga dengan hipertensi.

DAFTAR PUSTAKA

Ir. Sri Rahayu. Dkk : 2000. Nutrisi untuk klien hipertensi : Jakarta

41
Gede Yasmin SKP. Penerbit buku kedokteran. EGC 1. 1991. Jakarta

Efendi. Nasrul. 1998. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat.


Jakarta : EGC

Kusuma Hardhi. 2015. Nanda Nic-Noc Jilid 2. Mediaction Jogja. Bantul


Jogjakarta

42

Vous aimerez peut-être aussi