Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pengertian Alveolektomi
Alveolektomi adalah suatu tindakan bedah yang radikal untuk mereduksi atau
mengambil processus alveolaris sehingga bisa dilakukan aposisi mukosa yaitu prosedur
yang dilakukan untuk mempersiapkan lingir sebelum dilakukan terapi radiasi. (Pederson,
1996). Alveolektomi adalah bedah eksisi dari processus alveolaris yang dilakukan di
dalam rahang yang akan terkena radiasi selama proses perawatan neoplasma maligna
(Archer, 1997).
Sedangkan definisi alveolektomi menurut Sandira (2009), adalah pengurangan
tulang soket dengan cara mengurangi plate labial/bukal dari prosessus alveolar dengan
pengambilan septum interdental dan interadikuler. Atau tindakan bedah radikal untuk
mereduksi atau mengambil procesus alveolus disertai dengan pengambilan septum
interdental dan inter radikuler sehingga bisa di laksanakan aposisi mukosa.
1
11. Penyakit periodontal yang parah yang mengakibatkan kehilangan sebagian kecil
tulang alveolarnya.
12. Ekstraksi gigi yang traumatik maupun karena trauma eksternal.
13. Indikasi untuk prosedur ini sangat jarang dilakukan tetapi mungkin dilakukan saat
proyeksi gigi anterior dari ridge pada area premaksilaris akan menjadi masalah
untuk estetik dan kestabilan gigi tiruan pada masa yang mendatang. Maloklusi
klass II divisi I adalah tipe yang sangat memungkinkan untuk dilakukan prosedur
ini
2
Gambar 1. Alat-alat dalam prosedur pembedahan.
Dari alat-alat yang tercantum dalam gambar 1 tersebut, berikut ini alat-alat yang
digunakan secara khusus dalam prosedur alveolektomi, beserta fungsinya :
1. Antiseptik untuk dioleskan pada titik suntikan anastesi dan bekas luka setelah penjahitan
2. Anastesi infiltrasi (0,5 cc) di mukosa bukal dan lingual gigi
3. Hidrogen peroksida (H2O2) dan aquadest untuk irigasi flap
Prosedur Alveolektomi
3
Alveoloplasti harus menjadi prosedur operasi yang akrab bagi semua dokter gigi
yang akan mengekstraksi gigi. Melakukan preparasi lingir alveolar (alveolar ridge)
untuk pembuatan gigi tiruan dan tidak hanya menghaluskan lingir tersebut yang harus
dilakukan. Meskipun mungkin ada tulang alveolar yang berlebihan hanya pada daerah
yang terpilih, kelebihan tulang tersebut tetap menjadi tulang ekstra dalam kaitannya
dengan pembuatan gigi tiruan, dan tulang ekstra tersebut harus dibentuk secara tepat.
Karena alasan ini, istilah alveoloplasti (pembentukan prosesus alveolaris) secara teknis
lebih akurat daripada istilah alveolektomi (penghilangan prosesus alveolaris) (Laskin,
1985).
Pasca operasi pasien juga diberikan medikasi untuk mengatasi komplikasi yang
ditimbulkan pasca alveolektomi. Pasien diberikan medikasi Amoxycillin 500 mg 1 tab untuk
mencegah infeksi pasca alveolektomi dan diberikan Asam Mefenamat 500 mg 1 tab untuk
mengatasi sakit yang dirasakan setelah efek anestesi hilang.
1. Gigit tampon selama setengah jam. Jika tampon basah, ganti dengan tampon yang baru.
2. Jangan berkumur-kumur dan makan minum yang panas selama minimal 2 jam.
3. Jangan menggunakan gigi-gigi di sebelah kanan untuk mengunyah.
4. Kompres luka dengan air es.
5. Instruksi untuk kontrol kembali 1 minggu ke depan
Komplikasi Alveolektomi
Setiap tindakan bedah yang dilakukan selalu ada kemungkinan untuk terjadi
komplikasi, begitu pula pada tindakan alveolektomi. Beberapa komplikasi yang dapat
muncul pasca alveolektomi antara lain rasa sakit, timbulnya rasa tidak enak pasca operasi
(ketidaknyamanan), hematoma, pembengkakan yang berlebihan, proses penyembuhan
yang lambat, resorbsi tulang berlebihan (Starshak, 1971), tulang yang patah atau
pengambilan tulang yang terlalu banyak, dan osteomyelitis (Guernsey, 1979).
c. Hematoma
5
Hematoma terjadi akibat adanya hemorrhage kapiler yang berkepanjangan. Pada
hematoma, darah berakumulasi di dalam jaringan tanpa bisa keluar dari luka yang
tertutup maupun flap yang telah dijahit. Hematoma yang terjadi dapat hematoma
submukosal, subperiosteal, intramuskular dan fasial. Terapi untuk hematoma adalah
dengan aplikasi dingin pada 24 jam pertama, lalu diikuti dengan aplikasi panas.
Kadang pemberian antibiotik dianjurkan untuk mencegah supurasi dari hematoma,
dan analgesik untuk mengurangi rasa sakitnya (Fragiskos, 2007).
e. Osteomyelitis
Komplikasi berupa osteomyelitis jarang terjadi, biasanya terjadi pada pasien yang
immunocompromise atau pasien yang telah mendapat radiasi pada rahang yang
menyebabkan berkurangnya suplai darah ke tulang rahang. Prinsip penanganan
osteomyelitis sama seperti pada kasus-kasus infeksi pyogenik, yaitu insisi dan
drainase pus dan terapi antibiotik. Antibiotik yang biasa digunakan antara lain
metronidazole dan amoxicillin yang diberikan bersamaan. Clindamycin yang dapat
berpenetrasi dengan baik ke tulang juga efektif untuk mengatasi infeksi bakteri
anaerob. Jika fase akut sudah terlewati, dilakukan pengambilan jaringan tulang yang
nekrosis dan kuretase. Jika tulang telah mengalami banyak pengurangan, dapat
dimungkinkan dilakukan bone grafting setelah infeksi benar-benar sudah dapat
ditangani (Wray dkk, 2003).
6
DAFTAR PUSTAKA
Archer H, 1997, Oral Maxillofacial Surgery Volume One, 5th Edition, Jakarta: EGC
Guernsey, L. H. 1979. Preprosthetic Surgery. In: Kruger, G. O., editor. Textbook of Oral and
Maxillofacial Surgery. 5th ed. St. Louis: Mosby.
Laskin, D.M., 1985. Oral and Maxillofacial Surgery. Volume 2.St. Louis, Mosby
Pedersen, G.W. 1996. Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (terj.). Jakarta, EGC