Vous êtes sur la page 1sur 19

Konsep Dasar Medis

A. Definisi
Karsinoma paru adalah salah satu jenis neoplasma yang terdapat di paru.

B. Anatomi fisiologi

Sistem pernafasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara luar agar
bersentuhan dengan membran kapiler alveoli paru. Saluran penghantar udara
hingga mencapai paru-paru adalah hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan
bronkiolus. Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh
membran mukosa yang bersilia.
a. Hidung
Hidung terdiri atas bagian internal dan eksternal. Bagian eksternal
menonjol dari wajah dan disanggah oleh tulang hidung dan kartilago.
Nares anterior (lubang hidung) merupakan ostium sebelah luar dari
rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit yang
disebut septum. Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang
sangat banyak mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Lendir
disekresi secara terus menerus oleh sel-sel goblet yang melapisi
permukaan mukosa hidung dan bergerak ke nasofaring oleh gerakan silia.
Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan dari paru-
paru. Ketika udara masuk ke rongga hidung, udara tersebut oleh bulu-
bulu hidung disaring oleh selaput mukosa lendir, dihangatkan dan
dilembabkan. Hidung bertanggung jawab terhadap olfaktori (penghidu)
karena reseptor olfaksi terletak dalam mukosa hidung.
b. Faring/Tenggorokan
Faring/tenggorokan adalah suatu struktur tuba, yang menghubungkan
hidung dan rongga mulut ke laring. Merupakan tempat persimpangan
antara jalan pernafasan dan jalan makanan terdapat di bawah dasar
tengkorak di belakang rongga hidung. Faring berhubungan ke atas dengan
rongga hidung ke depan dengan rongga mulut. Faring terdiri dari
nasofaring, orofaring dan laringofaring. Nasofaring terletak di posterior
hidung dan di atas palatum mole. Pintu masuk laring dibentuk oleh
epiglotis. Adenoid atau tonsil yang terletak dalam langit-langit
nasofaring. Fungsi faring untuk menyediakan saluran traktus repiratorius
terhadap serangan organisme yang memasuki tenggorokan.

c. Laring/organ suara
Adalah struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan trakea.
Fungsi utama laring adalah memungkinkan terjadinya vokalisasi,
melindungi jalan nafas bagian bawah dari obstruksi benda asing, dan
memudahkan batuk. Laring sering disebut sebagai kotak suara.
d. Trakea
Trakea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya. Trakea
disokong oleh cincin tulang rawan yang berbentuk sepatu kuda, yang
panjangnya kurang lebih 5 inci, serta dilapisi oleh selaput lendir yang
terdiri atas epitelium bersilia, dengan gerakan silia maka debu yang
masuk ke saluran pernafasan dapat dikeluarkan. Trakea ini berjalan dari
laring sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis ke-5 dan di tempat
ini bercabang menjadi dua bronkus. Tempat dimana trakea bercabang
menjadi bronkus utama kiri dan kanan disebut karina.
e. Bronkus dan bronkiolus
Bronkus terbentuk dari belahan dua trakea. Bronkus kanan lebih pendek
dari bronkus kiri dan lebih besar daripada yang kiri. Pada bronkiolus
(bronkus yang bercabang lebih kecil) tidak terdapat cincin dan pada
ujung bronkiolus terdapat gelembung paru atau alveoli. Cabang utama
bronkus kanan dan kiri bercabang lagi bronkus lobarus dan bronkus
segmentalis. Percabangan ini berjalan terus menjadi bronkus yang
ukurannya semakin kecil, yang menjadi bronkiolus terminalis yaitu
saluran udara terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantung udara).
Bronkiolus terminalis disebut saluran penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru. Setelah bronkus alveoli terdapat asinus yang
merupakan unit fungsional paru-paru yaitu tempat pertukaran gas. Asinus
terdiri dari : (1) Bronkiolus respiratorius yang terkadang memiliki
kandung udara, kecil atau alveoli pada dindingnya, (2) Duktus alveolaris
seluruhnya dibatasi oleh alveolus, (3) Sakus alveolaris terminalis
merupakan struktur akhir paru-paru.
f. Alveoli
Paru-paru ada 2 dan merupakan alat pernafasan utama. Paru-paru
mempunyai permukaan luar yang menyentuh iga (pleura viseral) dan
permukaan yang menyentuh paru-paru (pleura parietal) antara kedua
pleura terdapat ruangan yang mengandung cairan berfungsi melicinkan
permukaan dan memungkinkan keduanya bergeser dengan bebas selama
ventilasi. Mediastinum adalah dinding yang membagi rongga thoraks
menjadi dua bagian. Paru kanan dibagi menjadi 3 lobus yaitu lobus atas,
tengah dan bawah, dan paru kiri menjadi 2 lobus yaitu atas dan bawah.
Paru terbentuk oleh sekitar 300 juga alveoli dan berfungsi sebagai tempat
pertukaran O 2 dan CO 2. Alveoli terdapat 3 jenis sel-sel alveolar tipe 1
adalah sel epitel yang membentuk dinding alveolar. Tipe 2 sel-sel yang
aktif secara metabolik mensekresi surfaktan suatu fosfolipid yang
melapisi permukaan dalam dan mencegah alveolar agar tidak kolaps.
Tipe 3 makrofag yang merupakan sel-sel fagositosis yang besar yang
memakan benda asing (lendir, bakteri) dan bekerja sebagai mekanisme
pertahanan yang penting.
Paru-paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkialis
yang berasal dari aorta thorakalis berjalan sepanjang dinding posterior
bronkiolus dan arteri pulmonalis dari ventrikel kanan ke paru-paru.
Tiga proses yang berhubungan dengan pernafasan :
1. Ventilasi: adalah udara bergerak masuk dan keluar paru-paru. Karena
ada selisih antara atmosfer dan alveolus akibat kerja mekanik dari
otot-otot.
2. Difusi : adalah proses dimana terjadi pertukaran O 2 dan CO 2 pada
tempat pertemuan udara dan darah. Membran alveolar kapiler
merupakan tempat yang ideal untuk difusi karena membran ini
mempunyai permukaan yang luas dan tipis.
3. Perfusi : pengisian kapiler pulmonar dengan darah, perfusi pulmonal
adalah aliran darah aktual melalui sirkulasi pulmonal. Darah
dipompakan ke paru-paru oleh ventrikel kanan melalui arteri
pulmonal. Arteri pulmonal terbagi menjadi cabang kanan dan kiri
untuk mensuplai kedua paru normalnya sekitar 2%.
Mekanisme ventilasi perfusi adalah pemindahan gas secara efektif
antara alveolus dan kapiler paru-paru membutuhkan distribusi merata
dari udara dalam paru-paru dan perfusi (aliran darah) dalam kapiler.
Mekanisme ventilasi disebut dengan istilah volume paru dan kapasitas
paru. Volume paru dibagi menjadi volume tidal (500 ml), volume
cadangan inspirasi (3000 ml), volume cadangan ekspirasi (1100 ml)
dan volume residu (1200 ml) dan ruang rugi pernafasan dimana tidak
terjadi pertukaran gas 150 ml.
C. Patofisiologi
1. Pembagian praktis untuk tujuan pengobatan
a. SCLC (small cell lung cancer)
b. NSCLC (non small cell lung cancer), karsinoma skuamosa,
adenokarsinoma, karsinoma sel besar
2. Klasifikasi Histopatlogis Kanker Paru WHO 1981
- Benigna
- Displasia
- Maligna
a.Squamous cell ca
b. Small cell ca
c.Adeno ca
d. Giant cell ca
e.Carcinoids
f. Mesotelioma
3. Klasifikasi lengkap tumor paru (jnak dan ganas)
a. Tumor jinak
- Hemartoma
- Chondroma bronchus
- Cystadenoma bronchus
- Fibrioma
- Leiomyoma
- Lipoma
- Papiloma
- Neurofibroma
- Pulmonary angioma dengan anterio-venous fistula
- Histiocytoma
- Endometriosis
- Lymphocysts
- Lymphangioleiomyomatosis
- Pulmonary chemodectoma
b. Tumor jinak yang dapat menjadi ganas
- Bronchial adenoma
- Haemangiopericytoma
- Pulmonary blastoma
- Myoblastoma
c. Tumor ganas
- Karsinoma bronkogenik
- Alveolar cell carcinoma
- Pulmonary lymphoma
- Melanoma
- Leiomyosarcoma

D. Etiologi
1. Kebiasaan merokok
2. Penyebab lain,
a. Yang berhubungan dengan pajanan zat karsinogen, seperti :
- asbestos, sering menimbulkan mesotelioma
- radiasi ion pada pekerja tambang uranium
- radon, arsen, kromium, nikel, polycyclic hydrocarbon, vinyl
chloride
b. Polusi udara
pasien kanker paru lebih benyak didaerah urban yang banyak polusi
udaranya dibandingkan yang tinggal di daerah ural
c. Genetik, terdapat perubahan/mutasi beberapa gen yang berperan
dalam kanker paru, yakni:
- Proto Oncogen
- Tumor Supressor Gene
- Gene Encoding Enzyme

E. Tanda dan Gejala


Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala
klinis. Bila sudah menampakkan gejala berarti pasien sudah dalam stadium lanjut.
Gejala-gejala dapat bersifat :
a. Lokal (tumor tumbuh setempat)
- Bentuk baru atau bentuk lebih hebat pada batuk kronik
- Hemoptasis
- Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran nafas
- Kadang terdapat kavitas seperti abses paru
- Atelaktasis
d. Invasi lokal
- Nyeri dada
- Dispnea karena efusi pleura
- Invasi ke perikardium → terjadi temponade atau aritmia
- Sindrom vena kava siperior
- Sindrom horner (facial anhidrosis ptosis, miosis)
- Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngealrecurren
- Sindrom pancoast, karena invasi pada fleksus brakialis dan
saraf simpatis servikalis
e.Gejala penyakit metastasis
- Pada otak, tulang, hati, adrenal
- Limfadenopati servikal dan supraklavikula
f. Sindrom Paraneoplastik
- Sistemik: penurunen BB, anoreksia, demam
- Hematologi: leukositosis, anemia, hiperkoagulasi
- Hipertropi osteoartropi
- Neurologik: demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer
- Neuromiopati
- Endokrin:sekresi berlebihan hormon paratiroid (hiperkalsemia)
- Dermatologik: eritema multiform, hiperkeratosis, jari tabuh
- Renal: SIADH

g. Asimtomatik dengan kelainan radiologis


- Sering terjadi pada perokok dengan PPOK/COPD yang
terdeteksi secara radiologis
- Kelsinan berupa nodul soliter
F. Diagnosis
1. Prosedur Diagnostik
a. Foto dada secara posterior-anterior (PA) dan lateral adalah
pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru.
b. Pemeriksaan computer tomograph dan megnetic resonance imaging
Pemeriksaan CT scan pada dada, lebih sensitif daripada pemeriksaan
foto dada biasa, karena dapat mendeteksi kalainan atau nodul dengan
diameter minimal 3 mm, walaupun positif palsu untuk kelainan
sebesar itu mencapai 25-60%.
c. Pemeriksaan Bone scanning. Pemeriksaan ini diperlukan bila diduga
ada tanda-tanda metastasis ke tulang. Insidens metastasis ke tulang.
Insidens metastasis tumor non small cell lung cancer (NSCLC) ke
rulang dilaporkan sebesar 15%.
2. Pemeriksaan sitologi
Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama bila pasien ada
keluhan seperti batuk. Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberika hasil
positif karena tergantung pada :
- Letak tumor terhadap bronkus
- Jenis tumor
- Tehnik mengeluarkan sputum
- Jumlah sputum yang diperiksa
- Waktu pemeriksaan sputum
3. Pemeriksaan Histopatologi
a. Bronkoskopi
b. Biopsi trans torakal (TB)
c. Torakoskopi
d. Mediastinoskopi
e. Toraktomi

G. Penatalaksanaan
Tujuan pengobatan kanker
1. Kuratif : menyembuhkan, memperpanjang masa bebas penyakit dan
meningkatkan angka harapan hidup pasien
2. Paliatif : mengurangi dampak kanker, meningkatkan kualitas hidup
4. Rawat rumah (hospice care) pada kasus terminal : mengurangi dampak
fisis maupun psikologis kanker baik pada pasien maupun keluarga
5. Suporttif : menunjang pengobatan kuratif paliatif dan terminal seperti
pemberian nutrisi, tramsfusi darah dan komponen darah, transfusi darah
dan komponen darah, growth factors obat anti nyeri dan obat anti injeksi.
1. Terapi bedah
2. Radioterapi
3. Kemoterapi
Konsep Dasar Keperawatan
A. Pengkajian
1. Identifikasi : nama, jenis kelamin, agama,pendidikan
2. Data medik : dikirim oleh, diagnosa?
3. Keadaan umum : keadaan sakit, alasan, tanda-tanda vital
4. Pola kesehatan : (11 pola Gordon)
a. Persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan
- Riwayat penyakit, pernah mengalami sakit,hospitalisasi
- Status kesehatan dan penyakit yang diderita, upaya yang dilakukan
- Lingkungan tempat tinggal klien
- Tingkat pengetahuan dan kepedulian pasien
- Hal-hal yang membuat status kesehatan pasien berubah : merokok, alkohol,
obat-obatan, polusi, lingkungan, ventilasi.
- Kebiasan bergadang waktu malam
b. Nutrisi metabolik
- Jenis, frekuensi dan jumlah makanan yang dikonsumsi sehari
- Adanya mual, muntah, anorexia, ketidakmampuan memenuhi kebutuhan
nutrisi
- Ketaatan terhadap diet, kaji diet khusus
- Jenis makanan yang disukai (pedas, asam, manis, panas, dingin)
- Adanya makanan tambahan
- Napsu makan berlebih/kurang
- Kebersihan makanan yang dikonsumsi
c. Eliminasi
- Pola BAK dan BAB: frekuensi, karakteristik, ketidaknyamanan, masalah
pengontrolan
- Adanya mencret bercampur darah
- Warna feses, bentuk feses, dan bau
- Adanya nyeri waktu BAB
d. Aktivitas dan latihan
- Kebiasaan aktivitas sehari hari
- Kebiasaan olah raga
- Rasa sakit saat melakukan aktivitas
e. Tidur dan istirahat
- Adanya gejala susah tidur/insomnia
- Kebiasaan tidur per 24 jam
f. Persepsi kognitif
- Gangguan pengenalan(orientasi)terhadap tempat, waktu dan orang
- Adanya gangguan proses pikir dan daya ingat
- Cara klien mengatasi rasa tidak nyaman(nyeri)
- Adanya kesulitan dalam mempelajari sesuatu
g. Persepsi dan konsep diri
- Penilaian klien terhadap dirinya sendiri
h. Peran dan hubungan dengan sesama
- Klien hidup sendiri/keluarga
- Klien merasa terisolasi
- Adanya gangguan klien dalam keluarga dan masyarakat
i. Reproduksi dan seksualitas
- Adanya gangguan seksualitas dan penyimpangan seksualitas
- Pengaruh/hubungan penyakit terhadap seksualitas
j. Mekanisme koping dan toleransi terhadap stess
- Adanya perasaan cemas,takut,tidak sabar ataupun marah
- Mekanisme koping yang biasa digunakan
- Respon emosional klien terhadap status saat ini
- Orang yang membantu dalam pemecahan masalah
k. Sistem kepercayaan
- Agama yang dianut,apakah kegiatan ibadah terganggu
B. Diagnosa keperawatan
Pre – Operasi

Dp 1 : Inefektif bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan peningkatan sekresi


dan penurunan batuk
Tujuan : bersihan jalan nafas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 X 24 jam
Kriteria Hasil :
- Pasien akan mengungkapkan batuk berkurang
- TTV dalam batas normal
- Bunyi nafas Vesikuler
- Pasien tampak segar dan rileks
Intervensi :
1. Kaji ulang Keadaan umum pasien
R /: Indikator awal dalam melakukan intervensi berikutnya
2. Kaji Pola, irama, frekuensi nafas
R /: Membantu perawat mengevaluasi kefektifan usaha batuk efektif
3. Berikan posisi yang menyenangkan untuk pasien
R /: Agar pasien lebih rileks
4. Ajarkan pasien dalam tehnik latihan batuk efektif
R /: Membantu mengeluarkan slim
5. Berikan pendidikan kesehantan pada pasien tentang penyebab batuk dan terapi-
terapi yang akan diberikan
R /: Agar pasien lebih kooperatif
6. Kolaborasi dengan Dokter dalam pemberian O₂
R /: Membantu dalam pemenuhan kebutuhan oksigen pasien
Dp 2 : Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan batuk
Tujuan : gannguan pola tidur teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 X 24 jam
Kriteria Hasil :
- Pasien akan mengungkapkan dapat tidur karena batuk berkurang
- TTV dalam Batas Normal
- Bunyi nafas Vesikuler
- Pasien Tampak segar dan rileks
Intervensi :
1. Kaji ulang Keadaan Umum pasien
R /: indikator awal dalam melakukan intervensi berikutnya
2. Kaji ulang kebiasaan tidur pasien selama 24 jam
R /: Membantu perawatan mengidentifikasi kebutuhan tidur pasien
3. Berikan pasien posisi yang menyenangkan
R /: Dapat meningkatkan relaksasi dan tidur dengan memberi ruang pada paru-paru
lebih besar pengembanagan melalui menurunkan tekanan ke atas organ-organ
abdominal
4. Ajarkan dan anjurkan pasien tindakan untuk meningkatkan tidur seperti makanan
tinggi protein, susu, keju sebelum tidur
R /: Untuk membantu agar pasien segera tidur (efek sedatif)
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antitusif
R /: Untuk membantu meredakan batuk pasien

Dp 3 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


intake yang tidak adeguat

Tujuan : Status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi setelah dilakukan
tindakan keperawatan 3 x 24 jam

Kriteria Hasil :
- Pemasukan nutrisi adekuat
- BB pasien stabil
- IMT 18,5 – 22,5
- Mukosa mulut Lembab
- Turgor kulit elastis
- TTV dalam batas Normal
Rencana Tindakan :
1. Kaji pola maka pasien
R /: Membantu dalam menentukan intervensi yang tepat
2. Timbang BB tiap hari
R /: Membantu keadeguatan pemasukan nutrisi
3. Kaji keadaan umum dan TTV
R /: Indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
4. Berikan makanan dalam keadaan hangat
R /: Untuk meningkatkan nafsu makan pasien
5. Anjurkan dan bantu pasien untuk mempertahankan higiene oral yang baik
R /: Higiene oral yang buruk menimbulkan bau dan rasa tidak enak, yang
mengurangi nafsu makan
6. Jelaskan kepada pasien tentang pentingnya masukan nutrisi bagi tubuh
R /: Agar pasien dapat kooperatif saat perawat memberikan Asuhan Keperawatan
7. Kolaborasi dengan ahli gizi dalam penentuan menu makanan pasien
R /: Untuk mempertahankan nutrisi yang adeguat

Dp 4 : Nyeri yang berhubungan dengan efek dari penyakit


Tujuan : Nyeri berkurang sampai hilang setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
Sasaran :
- Pasien dapat menjalani aktivitas tanpa merasa nyeri
- Ekspresi wajah rileks
- Klien mendemonstrasikan ketidaknyamananya hilang

Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri (lokasi, durasi, intensitas, kualitas) tiap 4 – 6
jam
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
2. Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Beri posisi yang menyenangkan bagi pasien
R/ : Untuk membantu pasien dalam pengontrolan nyeri
4. Beri waktu istrahat yang banyak dan kurangi pengunjung
sesuai keinginan pasien
R/ : Dapat menurunkan ketidaknyamanan fisik dan emosional
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
R/ : Membantu dalam penyembuhan pasien
Post - Operasi

Dp 1 : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan


intake yang tidak adeguat
Tujuan : Terpenuhinya nutrisi secara adekuat setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam
Sasaran :
- Berat badan klien stabil
- IMT 18,5 – 22,5
- Pasien tampak segar
- Peristaltik normal
- Pasien menunjukan keadaan bebas tanda malnutrisi
- Pasien kembali pada pola diet normal secara bertahap
Intervensi :
1. Kaji status nutrisi pasien meliputi : pola diit, pola makan, makanan yang dapat
menjadi pencetus nyeri
R/ : Untuk melihat tingkat keparahan kekurangan nutrisi dan etiologinya
2. Kaji keadaan umum pasien dan TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Pantau haluaran dan masukan nutrisi tiap 8 jam
R/ : Untuk melihat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran makanan
4. Pertahankan lingkungan tanpa stress
R/ : Meningkatkan perasaan nyaman
5. Berikan makanan dalam jumlah kecil tapi sering
R/ : Untuk mengurangi konsentrasi otot perut dan menambah nafsu makan untuk
pasien

DP 2 : Ansietas yang berhubungan dengan perubahan status kesehatan sekunder


terhadap Ca Paru
Tujuan : Ansietas dapat diminimalkan sampai dengan diatasi setelah 1x 24 jam
Sasaran :
- Pasien tampak rileks
- Pasien mendemonstrasikan/menunjukan kemampuan mengatasi masalah dan
menggunakan sumber-sumber secara efektif
- Tanda-tanda vital normal
- Pasien melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
Intervensi :
1. Kaji tingkat ansietas dan diskusikan penyebab bila mungkin
R/ : Identifikasi masalah spesifik akan meningkatkan kemampuan individu untuk
menghadapinya dengan lebih realistis
2. Kaji ulang keadaan umum pasien da TTV
R/ : Sebagai indikator awal dalam menentukan intervensi berikutnya
3. Berikan waktu pasien untuk mengungkapkan masalahnya dan dorongan ekspresi
yang bebas, misalnya rasa marah, takut, ragu
R/ : Agar pasien merasa diterima
4. Jelaskan semua prosedur dan pengobatan
R/ : Ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman dapat menyebabkan timbulnya
ansietas
5. Diskusikan perilaku koping alternatif dan tehnik pemecahan masalah
R/ : Mengurangi kecemasan pasien

Dp 3 : Kurang pengetahuan tentang perawatan diri dan status nutrisi yang


berhubungan dengan ketidaktahuan tentang sumber informasi
Tujuan : Informasi tentang perawatan diri dan status nutrisi dipahami setalah
dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Sasaran :
- Klien menyatakan pemahaman tentang informasi yang diberikan
- Klien menyatakan kesadaran dan merencanakan perubahan pola perawatan
diri
Intervensi :
1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
R/ : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dalam penerimaan informasi, sehingga
dapat memberikan informasi secara tepat
2. Diskusikan hubungan tentang agen penyebab terhadap penyakit Ca. Paru
R/ : Memberikan pemahaman kepada pasien tentang hal-hal yang menjadi pencetus
penyakit
3. Jelaskan tanda dan gejala perforasi
R/ : Gejala perforasi adalah nyeri pada dada
4. Jelaskan pentingnya lingkungan tanpa stress
R/ : Untuk mencegah peningkatan stimulasi simpatis
5. Diskusikan tentang metode pelaksanaan stress
R/ : Cara penatalaksanaan stress : relaksasi, latihan dan pengobatan
Daftar Pustaka

Juall Carpenito, lynda RN,(1999).Diagnosa dan Rencana Keperawatan.


Ed 3. Jakarta : Media Aesculappius.

Syaifuddin.(1997). Anatomi Fisiologi untuk Siswa Perawat. Edisi 2.


Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran (EGC).

A.K. Muda, Ahmad, (2003). Kamus Lengkap Kedokteran.Edisi Revisi.


Jakarta : Gitamedia Press.

Purnawan Ajunadi, Atiek S.seomasto, Husna Ametz,(1982). Kapita


Selekta Kedokteran. Media Aesculapius Fakultas Kedokteran : UI.
TUGAS TERSTRUKTUR
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
“TUMOR PARU”
Dosen pembimbing : Susanna, SKM

OLEH :

Paula Lina Pudaka


Ponda Manggarani
Selvianus Setyanto
Silvia Angela
Stepanus Maman Hermawan
Thomas Sandhi Gundala
Utet Sudarsih

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA INSAN


PONTIANAK
2006
DAFTAR ISI

Kata pengantar

Daftar isi

LANDASAN TEOTITIS

KONSEP DASAR MEDIS

A. Definisi Tumor Paru

B. Anatomi Fisiologi

C. Etiologi

D. Patofisiologi

E. Tanda dan Gejala

F. Penatalaksanaan Medik

G. Test Diagnosis

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

B. Diagnosa Keperawatan

Daftar Pustaka

Vous aimerez peut-être aussi