Vous êtes sur la page 1sur 22

LAPORAN PRAKTIKUM

NUTRISI DAN TEKNOLOGI MAKANAN IKAN

Disusun Oleh:
ATTA MULLAH
C1K015012
KELOMPOK V

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


UNIVERSITAS MATARAM
2017
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini disusun sebagai salah satu syarat mengikuti respon akhir
praktikum mata kuliah Nutrisi dan Teknologi Makanan Ikan. Telah selesai
disusun oleh:
Nama : Atta Mullah
NIM : C1K015012
Program Studi : Budidaya Perairan
Mata Kuliah : Nutrisi dan Teknologi Makanan Ikan
Kelompok : V (Lima)

Mataram, 27 November 2017

Mengetahui,

Asisten Praktikum Praktikan

Hamdan Atta Mullah


NIM.C1K013030 NIM. C1K015012
BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pakan merupakan komponen yang paling dibutuhkan dalam proses


budidaya, karna pakan meerupakan penyuplai energi bagi biota yang
dibudidayakan dalam melakukan aktifitas, perkembangan, reproduksi dan
lainnya. Dalam proses budidaya terdapat dua jenis pakan yaitu pakan alami
dan pakan buatan, pakan alami merupakan pakan yang sudah ada dialam
tanpa mengalami perubahan komponen sedikitpun, sedangkan pakan buatan
merupakan pakan yang dibuat dari berbagai macam bahan baku baik itu
hewani ataupun nabati. Penggunaan tepung ikan, tepung jagung, dedak padi
dan tepung kedelai sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan dikarnakan
memiliki nilai gizi yang tinggi dan memiliki harga yang murah sehingga
dapat memberikan keuntungan dalam budidaya ikan (Zaenuri dkk., 2016).
Dalam pembuatan pakan persiapan bahan baku sangatlah penting
untuk diperhatikan sebelum memulai proses pembuatan pakan, hal terpenting
dalam penggunaan pakan adalah seberapa besar bahan baku yang dapat
digunakan dalam pakan untuk menghasilkan pakan yang efektif dalam proses
budidaya. Bahan baku harus ditepungkan terlebih dahulu sebelum dicampul
menjadi pellet karena semakin halus bahan baku maka akan mudah
tercampur rata dengan bahan baku yang lain dan nilai kecernaan pakan juga
akan semakin tinggi serta dayatahan pakan dalam air juga akan semakin baik.
Semakin kecil kadar air dalam pakan maka semakin lama pakan dapat
disimpan karna kadar air dalam pakan dapat memicu tumbuhnya
mikroorganisme dalam pakan yang membuat pakan menjadi busuk (Maulia
dan Heri., 2014).
Maka dari itu perlu dilakukan praktikum Nutrisi dan Teknologi
Makanan Ikan tentang cara pembuatan pakan ikan agar mahasiswa dapat
mengetahui tahapan-tahapan pembuatan pakan baik itu dari persiapan bahan
baku, uji proksimat, pembuatan pakan dan pengujian mutu pakan yang baik
untuk ikan dalam proses budidaya.

1.2. Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui proses persiapan bahan baku dan cara penepungan bahan baku
yang benar.
2. Mengetahui cara analisis proksimat (kadar air dan kadar abu).
3. Mengetahui cara pembuatan pakan yang baik untuk ikan yang
dibudidayakan.
4. Mengetahui cara pengujian mutu pakan secara teknis dan melalui percobaan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahan Pakan


2.1.1. Tepung Ikan
Tepung ikan merupakan sumber protein yang banyak digunakan
dalam pakan buatan karena memiliki kandungan protein sebesar 64 %.
Tepung ikan adalah sumber bahan baku yang terbatas dan mahal. Ketersediaan
tepung ikan yang masih bergantung pada komponen impor menyebabkan
harga pelet ikan semakin tinggi, sehingga biaya produksi dan pemasaran juga
meningkat. Protein merupakan sumber energi utama yang berguna bagi
pertumbuhan ikan. Pakan dengan kandungan protein yang tidak sesuai dengan
kebutuhan protein ikan dapat mengakibatkan menurunnya laju pertumbuhan ikan
tersebut (Sullivan, 2008 dalam Widaksi,dkk., 2014).
Bahan baku utama dalam penyusunan ransum pakan ikan adalah
tepung ikan, karena tepung ikan merupakan bahan baku utama sumber protein
dalam pakan ikan. Namun, saat ini produksi tepung ikan lokal baru dapat
memenuhi 60-70% dari kebutuhan dengan kualitas dan kuantitas yang
berfluktuatif (Haryati, dkk., 2010).

2.1.2. Dedak
Dedak merupakan limbah proses pengolahan gabah, dan tidak
dikonsumsi manusia sehingga tidak bersaing dalam penggunaannya.
Kandungan serat kasar dedak 13,6%, atau 6 kali lebih besar dari pada jagung
kering, merupakan factor pembatas, sehingga dedak tidak dapat digunakan
berlebihan. Kandungan asam amino dedak, walaupun lengkap tapi
kuantitasnya tidak mencukupi kebutuhan ikan, demikian pula dengan vitamin
dan mineralnya (Sutikno, 2011).

2.1.3. Tepung Jagung


Bahan jagung memiliki sumber energi karena memiliki protein 8,9
%. Adapun nutrisi yang dimiliki jagung yaitu Bahan kering 75 – 90 %, Serat
kasar 2,0 %, Protein kasar 8,9 % Lemak kasar 3,5 % , Energi gross 3918
Kkal/kg , Niacin 6,3 mg/kg , Calsium 0,02 % , Fosfor 3000 IU/kg , Vitamin
A (-) , Asam Pentotenat 3,9 mg/kg Riboflavin 1,3mg/kg , Tiamin 3,6 mg/kg
(Sutikno., 2011).
Kandungan nutrisi jagung tidak kalah jika dibandingkan dengan
terigu, bahkan jagung memiliki keunggulan karena mengandung pangan
fungsional seperti serat pangan, unsur Fe, dan beta-karoten (provitamin A).
Berdasarkan komposisi kimia dan kandungan zat gizinya, jagung mempunyai
prospek yang baik sebagai bahan pangan dan bahan baku industri. Kelebihan
lain yang dimiliki oleh tepung jagung jika dibandingkan dengan terigu adalah
kandungan serat yang lebih tinggi dari tepung terigu (Midlanda dkk., 2014).

2.1.4. Tepung Kedelai


Kedelai adalah salah satu bahan sumber protein nabati yang biasa
digunakan untuk pembuatan pakan ikan maupun ternak. Kedelai mengandung
asam amino yang cukup baik, namun mengandung anti tripsin yang dapat
menghambat pertumbuhan (Febriani, 2006).
tepung kedelai memiliki kandungan nutrisi 30,7 %, dan Adapun
kandungan nutrisi pada kedelai yaitu Protein kasar 42 – 50 %, Energi
metabolis 2825 – 2890 Kkal/kg , Serat kasar 6 %, tingkat kecerahan 90,33,
rendemen 39,09%, kadar protein terlarut 13,38%, kadar protein 37,88%, kadar
lemak 19,27%, kadar air 6,89%, kadar abu 4,53% dan kadar karbohidrat
31,59% (Sutikno, 2011) dalam (Sunardiyanto, 2013).

2.2 Analisis Proksimat

2.2.1. Kadar Air


Kadar air mempengaruhi tekstur dan ketahanan pelet. Kadar air
kurang dari 10% mempengaruhi kualitas fisik bahan dan kandungan
nutrisi sedangkan kadar air lebih dari 12% mempengaruhi daya simpan
pelet karena mudah ditumbuhi jamur. Menurut Bakti (2006) Pelet dengan
tekstur yang padat, agak keras, tidak mudah hancur dan tidak mudah
ditumbuhi jamur merupakan pelet dengan kadar air <15%. Mudahnya
jamur tumbuh pada pelet disebabkan kadar air dalam pelet yang tinggi yaitu
>15% (Sunardiyanto, 2013).
Kadar air Pakan berbentuk pelet dapat diketahui dengan
mengurangi massa pakan awal dengan massa pakan setelah diketahui bahan
keringnya. Kadar air dihitung dengan rumus (Tillman et al., 1998) dalam
(Zaenuri dkk, 2016):
KA = % bahan awal - % bahan kering.

2.2.2. Kadar Abu


pakan ikan yang terbuat dari bahan tepung sangat mudah
mengalami over cooking yang berakibat pada besarnya kandungan abu yang
terdapat pada pakan ikan. Abu dalam pakan termasuk komponen anorganik
yang tidak dapat dikonsumsi. Pengomposan dan pembakaran merupakan cara
yang digunakan untuk mengurangi kadar abu pada sludge (Zaenuri dkk,
2016).
Kadar abu dihitung dengan menggunakan rumus (Tillman
dkk,1998) dalam (Zaenuri dkk, 2016) adalah sebagai berikut:

Kadar Abu = C – A X 100%


B–A
Abu total didefinisikan sebagai residu yang dihasilkan pada proses
pembakaran bahan organik, berupa senyawa anorganik dalam bentuk oksida,
garam dan juga mineral. Abu total yang terkandung di dalam suatu produk
dibatasi jumlahnya. Kadar abu pada pakan mewakili kadar mineral pakan,
kadar yang sesuai adalah 3-7 % (Iskandar dan Subhan , 2017).

2.3 Pembuatan pakan


Formulasi merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam
pembuatan pelet karena formulasi merupakan langkah awal penentuan berapa
jumlah bahan yang digunakan untuk menghasilkan protein yang dikehendaki.
Dengan subtitusi jumlah pada formulasi dapat berpotensi merubah kandungan
nutrisi pelet dan mengurangi biaya untuk pakan (Sunardianto dkk., 2013).
Formulasi pakan adalah perhitungan jumlah bahan baku yang akan
digunakan untuk membuat pakan ikan. Dalam penyusunan formulasi pakan
ikan, perlu diketahui beberapa kandungan zat gizi yang dibutuhkan ikan yaitu
protein berkisar 20-60%, karbohidrat terdiri dari serat kasar kurang dari 8%
dan BETN 20-30%, vitamin dan mineral berkisar antara 2-5%. Jumlah
keseluruhan bahan baku dalam menyusun formulasi pakan ikan adalah 100%
(Lestari dkk, 2013).

2.4 Pengujian pakan

Kualitas pakan buatan untuk ikan, tidak hanya ditentukan oleh


kandungan nutrisinya yang mencukupi untuk kebutuhan pertumbuhan dan
perkembangan ikan, akan tetapi juga ditentukan oleh sifat fisiknya, misalnya
kemampuan daya apungnya maupun stabilitas pakan dalam air, serta beberapa
sifat fisik pakan yang lain (Maulia dan Heri, 2014).
Semakin meningkatnya penggunaan lemak dan karbohidrat sebagai
sumber energi, maka protein pakan dapat lebih diefisienkan dalam
penggunaanya dan akan teretensi di dalam tubuh ikan untuk proses
metabolisme, penggantian sel atau jaringan yang rusak, aktifitas reproduksi,
biosintesis dan hilang dalam bentuk panas (Haryati, dkk., 2010).
pakan ikan berbentuk pelet dengan ekstruder memiliki daya apung
selama 9 jam. Perbedaan teknologi pembuatan pakan ikan serta ukuran
partikel bahan penyusun pakan berpengaruh pada daya apung. Pelet bisa
terapung karena ada pori pori dalam pelet yang terjadi karena gesekan dari
bahan yang dibawa oleh ekstruder dengan dinding tabung dan dipadatkan
diujung ekstruder dengan tekanan tinggi (Zaenuri dkk, 2016).
BAB III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat praktikum


Praktukun ini dilaksanalkan pada setiap hari sabtu tanggal 14
Oktober 2017 sampai 18 November 2017 pada pukul 08:00 WITA sampai
selesai, yang bertempat di laboratorium kering dan basah serta halaman
belakang gedung Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram.

3.2. Alat dan Bahan Praktikum


Adapun alat dan bahan yang digunakan saat melakukan kegiatan
praktikum adalah sebagai berikut:
Table 1. alat praktikum
No Nama alat Fungsi
1 Alat press Untuk menghilangkan air pada bahan
2 Panic Untuk mengukus
3 Kompor /gas Untuk memanaskan
4 Timbangan Untuk menimbang bahan yang akan digunakan
5 Wadah pengeringan Untuk mengeringkan bahan
6 Kantong plastic Untuk menaruh/menyimpan bahan
7 Saringan Untuk menyaring bahan
8 Mesin penggiling Untuk menghaluskan bahan
9 Nampan Untuk menaruh bahan
10 Cawan porselin Untuk mengukur kadar abu
11 Aluminium foil Untuk menyimpan bahan saat pengukuran kadar air
12 Oven Untuk mengukus/memanaskan bahan
13 Desikator Untuk menyimpan alat supaya tidak panas
14 Tanur Untuk memanaskan alat dan bahan
15 Penjepit Untuk menjepit pada saat pemindahan alat
16 Alat tulis Untuk menulis hasil yang di amati
17 Erlenmeyer Untuk menguji daya tahan pakan dalam air
18 Toples Untuk menguji daya tahan pakan dalam air
19 Gelas ukur Untuk menguji daya tahan pakan dalam air
20 Akuarium Untuk menguji daya kecepatan tenggelamnya pakan
21 Mata Untuk mengamatai ciri fisik pakan dari luar
22 Hidung Untuk merasakan/penguji bau pakan
23 Lidah Untuk perasa/penguji rasa dari pakan yang dibuat

Table 2. bahan praktikum


No Nama bahan Fungsi
1 Ikan rucah Bahan untuk membuat pakan
2 Kedelai Bahan untuk membuat pakan
3 Jagung Bahan untuk membuat pakan
4 Air Bahan untuk membuat pakan
5 Dedak Bahan untuk membuat pakan
6 Pakan Bahan yang di uji

3.3. Prosedur Kerja Lapangan


Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada saat praktikum ini
adalah sebagai berikut:
3.3.1 Persiapan Bahan Baku
3.3.1.1 Pembuatan tepung ikan
1. Dibersihkan ikan yang akan dibuat tepung dari kotoran, untuk ikan besar
dikeluarkan isi perutnya, sedangkan untuk ikan kecil dibiarkan utuh.
2. Dipotong kecil-kecil terlebih dahulu ikan yang berukuran besar,,
sedangkan ikan ynag berukuran kecil tidak perlu/dibiarkan utuh.
3. Dikukus ikan dan dibiarkan selama 15 menit atau sampai ikan terlihat
matang
4. Diangkat ikan dari tempat kukusan dan kemudia dibawah kea lat
pengepresan
5. Dilakukan pengepresan ikan dengan alat press yang bertujuan untuk
menghilangkan air yang terkandug di dalam ikan
6. Diangkat ikan dari alat pengepresan kemudian di jemur ikan selama 7
hari atau sampai ikan terlihat kering
7. Dilakukan penepungan pada ikan dengan cara digiling
8. Diayak tepung ikan sampai mendapatkan tepung yang sangat halus
9. Disimpan tepung sampai dan dibawa pada saat praktikum.

3.3.1.2 Pembuatan tepung kedelai


1. Dibersihkan kedelai, dan direndam selama 8 jam, kemudian dibuang
kulit ari pada kedelai tersebut.
2. Dikukus kedelai selama 30 menit atau sampai kedelai terlihat matang.
3. Diangkat kedelai dan ditiriskan.
4. Dilakukan pengepressan pada kedelai tersebut untuk dihilangkan airnya.
5. Dijemur kedelai yang telah dipress sampai terlihat benar-benar kering.
6. Digiling kedelai yang telah kering kemudian diayak.
7. Diambil tepung kedelai yang sudah di ayak.
8. Disimpan tepung dan dibawa pada saat praktikum.

3.3.1.3 Pembuatan Tepung Jagung


1. Disiapkan jagung yang akan ditepungkan, jagung yang digunakan adalah
jangung yang telah dipisahkan dari tulangnya.
2. Dikeringkan jagung selama 2 hari.
3. Digiling jangung dan diayak sampai menghasilkan tepung yang halus.
4. Diambil tepung jagung yang sudah di ayak dan
5. Disimpan tepung dan dibawa pada saat praktikum

3.3.1.4 Pembuatan Dedak


1. Disisapkan dedak yang masih kasar terlebih dahulu.
2. Dimasukkan dedak kasar kedalam alat penepungan agar menjadi halus.
3. Diayak dedak yang telah digiling agar dedak menjadi lebih halus.
4. Digiling kembali dedak yang masih kasar sampai benar benar halus.
3.3.2 Analisis Proksimat
3.3.2.1 Analisis Kadar Air
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk menganalisis.
2. Diambil cawan dan di kasih label untuk tiap kelompok.
3. Ditimbang bahan yang akan dianalisis kadar airnya sebanyak 1 g.
4. Dimasukkan bahan 1 g kedalam cawan.
5. Dimasukkan cawan yang berisi bahan kedalam oven yang terlebih
dahulu sudah dipanaskan pada suhu 110o C selama 2 jam.
6. Didinginkan cawan dengan cara dimasukkan kedalam desikator selama
30 menit.
7. Ditimbang cawan yang telah dingin dan dicatat tiap kali penimbangan.
8. Dilakukan pengulangan prosedur 6 dan tujuh sebanyak 3 kali atau lebih
samapai diperoleh berat cawan yang konstan atau beratnya mengalami
peningkatan.
9. Dilakukan perhitungan akhir berat cawan.

3.3.2.2 Analisi Kadar Abu


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk menganalisis.
2. Diambil aluminium foil dan dibentuk sehingga menyerupai cawan kecil.
3. Ditimbang bahan yang akan dianalisis kadar airnya sebanyak 1 g.
4. Dimasukkan bahan 1 g kedalam aluminium foil.
5. Dimasukkan aluminium foil yang berisi bahan kedalam oven yang
terlebih dahulu sudah dipanaskan pada suhu 110o C selama 2 jam.
6. Didinginkan aluminium foil dengan cara dimasukkan kedalam desikator
selama 30 menit.
7. Ditimbang aluminium foil yang telah dingin dan dicatat tiap kali
penimbangan.
8. Dilakukan pengulangan prosedur 6 dan 7 sebanyak 3 kali atau lebih
samapai diperoleh berat cawan yang konstan atau beratnya mengalami
peningkatan.
3.3.3 Pengujian Mutu Pakan Secara Teknis
3.3.3.1 Pengamatan Dengan Indra Penglihatan
1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil pakan sebanyak 100 gram secara acak dari wadah pakan
kemudian di sebarkan dia atas kertah HVS putih.
3. Diamatai pakan tersebut dengan seksama kemudian dicatat hasil
pengamatan diatas lembar kerja/alat tulis.

3.3.3.2 Pengamatan Dengan Indra Penciuman


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diambil sejumlah pakan dengan tangan dan kemudian dekatkan ke
hidung.
3. Dicatat hasil penciuman.

3.3.3.3 Pengamatan Dengan Indra Pengecap


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Diambil sedikit pakan dan diletakkan pada lidah dan kemudian dirasa.
3. Dicatat hasil pengamatan yaitu dicatat rasa pakan yang namapak terasa
dilidah.

3.3.3.4 Pengujian Daya Tahan Pakan Dalam Air


1. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Diisikan air pada gelas ukur, toples dan Erlenmeyer dengan ketinggian
air 10 cm.
3. Diamsukkan 1 butir pakan yang berukuran 2 cm kedalam masing gelas
ukur, toples, dan Erlenmeyer.
4. Diukur waktu pada saa pertama pakan menyentuh adasar wadah
5. Digerakkan gelas ukur, toples dan Erlenmeyer pada tiap kelipatan waktu
30 detik.
6. Dicatat hasil pengamatan pada detik/menit keberapa pakan mulai hancur.
7. Diulang beberapa kali percobaan dan dihitung rata-ratanya.
3.3.3.5 Pengujian Daya Kecepatan Tenggelam Pakan
1. Diukur pakan dan diambil pakan yang berukuran 2 cm sebanyak 3 butir.
2. Dijatuhkan paka kedalam akuarium yang sebelumnya telah disiapkan
dan diisikan oleh air setinggi 119 cm.
3. Dilkukan percobaan 2 sebanyak 3 kali ulangan.
4. Dicatat waktu yang dibutuhkan pakan untuk menyentuh dasar akuarium.
5. Dihitung rata-ratanya.

3.3.4 Prosedur Pembuatan Pakan


1. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Ditentukan kebutuhan nutrisi yang akan di buat pakan.
3. Ditentukan kandungan protein, lemak, karbohidrat, dan kandunga air dari
setiap bahan baku.
4. Dilakukan perhitungan matematis untuk menentukan jumlah setiap bahan
baku agar pakan yang terbentuk mencapai kadar kadar nutrisi tertentu (buat
formulasi berdasarkan berat kering).
5. Ditimbang bahan baku sesuai dengan kebutuhan tiap bahan baku yang
sebelumnya telah dilakkan perhitumgan.
6. Dicampurkan bahan yang memiliki jumlah paling sedikit ke yang banyak
dan aduk sampai merata.
7. Dimasukkan air sebanyak 15 - 50 % (berat bahan) kedalam adonan yang
telah dicampurkan.
8. Dikukus dalam panci yang terlebih dahulu dipanaskan sampai mendidih
selama kurang lebih 15 – 30 menit.
9. Diangkat adonan yang telah dikukus dan dibiarkan mendingin.
10. Dilakukan pencetakan pakan dengan cara masukkan adonan kedalam alat
pencetak pakan.
11. Dijemur pakan yang telah dicetak sampai kering.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan


Adapun hasil yang didapatkan saat melakukan praktikum adalah
sebagai berikut:
4.1.1 Perhitungan Kadar Air dan abu
No. Perhitungan (% kadar air) Perhitungan (% kadar abu )

Jagung Dedak
1
1. 11,7 10

4.1.2 Pengujian mutu pakan secara teknisi


Tabel 1. Pengamatan dengan indra penglihatan
No. Uraian Hasil pengamatan
1. Ada tidaknya benda lain dalam Tidak ada benda lain dalam pakan
pakan
2. Tingkat kehalusan permukaan
Permukaan kasar
butiran pakan
3. Warna pakan Warna merata
4. Morfologi pakan -

Tabel 2. Pengujian dengan indra penciuman


No. Uraian Hasil pengamatan
1. Aroma Memiliki aroma khas yang kuat
2. Bau tengik Tidak ada bau tengik

Tabel 3. Pengujian dengan pengecapan


No. Uraian Hasil pengamatan
1. Rasa Tidak terasa gatal dilidah
2. Butiran pakan Terasa lembut di lidah
Tabel 4. Pengujian daya tahan pakan dalam air
Hasil pengamatan percobaan (menit)
No. Uraian
1 2 3
Partikel pakan
1. 30detik
mulai terlepas
Pakan sudah
2. 30 detik
mulai hancur
Pakan sudah
3. 10 menit
tidak terbentuk
Tabel 5. Kecepatan tenggelam pakan
No. Hasil pengamataan percobaan
Uraian
1 2 3 Rata-rata
Kecepatan tenggelam
1. 29,1 15,6 15,5 20,07
(cm/menit)

4.3 Pembahasan
4.3.1. Persiapan bahan baku
Berdasarkan dari praktikun yang telah dilakukan, jenis bahan baku yang
dipersiapkan untuk digunakan dalam pembuatan pakan pada praktikum ini yaitu
ikan rucah (tepung ikan), tepung kedelai, tepung jagung, dan dedak. Bahan baku
sebelum dicampur menjdi satu di tepungkan terlebih dahulu sampai benar benar
halus agar saat pencampuran dilakukan dapat membuat bahan baku menjadi
tercampur rata dan membuat nilai kecernaan pakannya juga akan semakin tinggi
serta membuat ketahanan pellet dalam air akan semakin baik. Jenis bahan baku
yang dipilih dalam pembuatan pakan ini memiliki harga yang relatif murah
namun mampu untuk memenuhi nutrisi yang dibutuhkan oleh biota yang
dibudidaya, seperti yang dinyatakan oleh Handajani & Widodo (2010) dalam
Lestari dkk. (2013), jagung dan dedak dapat digunakan sebagai bahan baku
alternatif karena tingkat ketersediaannya tinggi dan harganya relatif murah.
Selain itu, menurut Kordi (2007) dalam Lestari dkk. (2013) Jagung dan dedak
padi merupakan sumber energi bagi ikan, karena mengandung karbohidrat yang
cukup tinggi yaitu 34,73% untuk dedak padi dan 73,7% untuk jagung.
4.3.2. Uji proksimat
4.3.2.1. Kadar Air
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam uji proksimat pada setiap
bahan terutama pengukuran kadar air yaitu tepung jagung memiliki kadar air
sebanyak 11,7 %, dedak sebanyak 10 %, kadar air dalam pakan dapat
dihilangkan dengan cara pengovenan dengan suhu 110 °C dan cara yang lebih
praktis atau murah yaitu dengan cara pengeringan, menurut pendapat dari
Sunardiyanto (2013), kadar air pada pelet ikan lele yang baik adalah berkisar
antara 10-12%, dan menurut pendapat dari Amrullah (2004), Kadar air
mempengaruhi tekstur dan ketahanan pelet. Kadar air kurang dari 10%
mempengaruhi kualitas fisik bahan dan kandungan nutrisi sedangkan
kadar air lebih dari 12% mempengaruhi daya simpan pelet karena mudah
ditumbuhi jamur. Menurut Bakti (2006) pelet dengan tekstur yang padat,
agak keras, tidak mudah hancur dan tidak mudah ditumbuhi jamur
merupakan pelet dengan kadar air <15%. Dilihat dari hasil uji coba pada
setiap bahan, hasil yang diperoleh berada pada standar yang telah disarankan.
Tinggi dan kurangnya kadar air pada bahan baku diduga karena kurangnya
lama pengeringan yang dilakukan.

4.3.2.2. Kadar Abu


Berdasarkan data dari praktikum yang telah dilakukan, dari semua
perlakuan kadar abu tidak mencapai hasil yang diinginkan yaitu hanya mencapai
1 % halini menunjukkan kadar abu sangatlah sedikit dan tidak sesuai dengan
kebutuhan ikan karena memiliki kandungan mineral yang sedikit, menurut
pendapat dari Iskandar dan Subhan ( 2017), Abu total didefinisikan sebagai
residu yang dihasilkan pada proses pembakaran bahan organik, berupa senyawa
anorganik dalam bentuk oksida, garam dan juga mineral. Abu total yang
terkandung di dalam suatu produk dibatasi jumlahnya. Kadar abu pada pakan
mewakili kadar mineral pakan, kadar yang sesuai adalah 3-7 %. Dan menurut
pendapat dari Zaenuri dkk (2016), pakan ikan yang terbuat dari bahan tepung
sangat mudah mengalami over cooking yang berakibat pada besarnya
kandungan abu yang terdapat pada pakan ikan. Abu dalam pakan termasuk
komponen anorganik yang tidak dapat dikonsumsi. Pengomposan dan
pembakaran merupakan cara yang digunakan untuk mengurangi kadar abu pada
sludge.

4.3.3 Pembuatan Pakan


Sebelum memasuki proses pengolahan baku, dilakukan formulasi pakan
yang bertujuan untuk mencapur berbagai jenis bahan baku dengan kandungan
nutrien yang berbeda sehingga diperoleh suatu komposisi nutrien yang
memenuhi kebutuhan organisme yang dibudidaya, menurut pendapat dari
Asmiatun (2010), Salah satu kunci utama dalam pembuatan pakan yang tepat
adalah formulasi pakan yang dapat memenuhi persyaratan kebutuhan nitrisi bagi
ikan untuk pertumbuhan tetapi juga dapat mengurangi pencemaran yang
diakibatkan tidak efisiennya penggunaan protein dalam pakan ikan.
Setelah formulasi pakan disusun kemudian bahan baku dicampurkan
merata sambil ditambahkan air yang bertujuan agar bahan dapat merekat dengan
baik, setelah bahan bahan telah tercampur rata bahan dimasukkan dalam panci
untuk dikukus, setelah selesai dikukus bahan kemudian dicetak menjadi pakan
dan langsung dikeringkan dengan cara di jemur dibawah sinar matahari sampai
benar-benar kering.

4.3.4. Pengujian Mutu Pakan


Berdasarkan dari hasil praktikum yang telah dilakukan, pengamatan
dengan indra penglihatann menunjukkan tidak terdapat benda atau material
lain dalam pakan, permukaannya kasar, dan warna pakan merata hal ini
menunjukkan bahwa pakan berkualitas baik. Dalam pengujian dengan indra
penciuman menunjukkan bahwa pakan memiliki aroma khas yang kuat,
aroma yang kuat dapat menarik perhatian dari ikan atau biota yang
dibudidayakan dan pakan tidak berbau tengik yang menandakan bahwa
pakan tersebut masih bagus atau tidak rusak sehingga pakan tergolong baik
untuk ikan yang dibudidayakan. Pengujian dengan indra pengecap
menunjukkan pakan tidak menimbulkan rasa gatal dilidah dan memiliki
tekstur atau butiran yang lembut, hal ini menunjukkan pakan tersebut tidak
akan membuat ikan yang dibudidayakan memuntahkan kembali pakan yang
telah diberikan. Pengujian ketahanan pakan dalam air menunjukkan partikel
pakan mulai terlepas pada menit pertamana detik ke 30, akan sudah mulai
hancur pada menit ke 2 detik ke 30, dan pakan sudah tidak terbentuk pada
menit ke 3 detik ke 10.
Pengujian terakhir yaitu pengujian kecepatan tenggelam pakan
dalam air menunjukkan kecepatan rata-rata pakan tenggelam dalam air yaitu
20,07 cm/menit, merut pendapat dari Zaenuri dkk (2016), pakan ikan
berbentuk pelet dengan ekstruder memiliki daya apung selama 9 jam.
Perbedaan teknologi pembuatan pakan ikan serta ukuran partikel bahan
penyusun pakan berpengaruh pada daya apung. Pelet bisa terapung karena ada
pori pori dalam pelet yang terjadi karena gesekan dari bahan yang dibawa oleh
ekstruder dengan dinding tabung dan dipadatkan diujung ekstruder dengan
tekanan tinggi. Menurut pendapat dari Maulia dan Heri (2014), Kualitas pakan
buatan untuk ikan, tidak hanya ditentukan oleh kandungan nutrisinya yang
mencukupi untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan ikan, akan
tetapi juga ditentukan oleh sifat fisiknya, misalnya kemampuan daya
apungnya maupun stabilitas pakan dalam air, serta beberapa sifat fisik pakan
yang lain. Agar diperoleh pakan dengan stabilitas dalam air yang baik, perlu
digunakan bahan perekat (binder) ke dalam campuran bahan pakan tersebut.
Binder atau bahan perekat adalah bahan tambahan yang sengaja ditambahkan
ke dalam formula pakan untuk menyatukan semua bahan baku yang
digunakan dalam membuat pakan.
BAB V. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan yang dapat di tarik dari praktikum yang telah


dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Bahan baku (ikan rucah, jagung, kedelai, dan dedak) ditimbang satu persatu
terlebih dahulu baru kemudian ditepungkan secara terpisah sampai benar-
benar halus agar dalam pencampuran bahan menjadi merata dan memiliki
daya cerna pakan semakin tinggi, penepungan dilakukan dengan alat pres dan
pengiling.
2. Dalam analisis proksimat yaitu kadar air dan kadar abu, dimana pengujian
kadar air untuk tepung jagung mencapai 11,7% dan dedak mencapai 10 %
yang menunjukkan kadar air pada kedua bahan tersebut sudah bagus dan
untuk kadar abu dimana hasil yang didapatkan yaitu hanya 1% hasil ini tidak
bagus untuk pakan ikan, hasil yang sesuai adalah 3-7 %.
3. Sebelum dilakukan pembuatan pakan formulasi pakan disusun terlebih dahulu
agar menghasilkan pakan yang baik untuk pertumbuhan ikan, pembuatan
pakan dilakukan dengan cara pencampuran bahan baku menjadi satu
kemudian dikukus sampai merekat lalu dicetak dan dikeringkan hingga pakan
bebnar-benar kering.
4. Pengujian mutu pakan dilakukan melalui beberapa cara yaitu pengujian
dengan alat indra penglihatan, indra penciuman, indara pengecapan, pengujian
daya tahan pakan dalam air, dan uji kecepatan pakan tenggelam/mengapung
dalam air
DAFTAR PUSTAKA

Devani, V., dan Basriati, S., 2015. Optimasi Kandungan Nutrisi Pakan Ikan
Buatan dengan Menggunakan Multi Objective (Goal) Programming
Model. Jurnal Sains, Teknologi dan Industri. Vol. 12, No. 2, Juni 2015,
pp.255 -261 ISSN 1693-2390 print/ISSN 2407-0939 online

Febriani, M. 2006. Subtitusi Protein Hewani dengan Tepung Kedelai dan


Khamir Laut Untuk Pakan Patin (Pangasius sp.) dan kerapu Tikus
(Cromileptes altivelis). Jurnal Perikanan. Volume 8 nomor 2 Halaman
1699-176.

Handajani, H., 2006. Pemanfaatan Tepung Azolla Sebagai Penyusun Pakan


Ikan Terhadap Pertumbuhan dan Daya Cerna Ikan Nila Gift
(Oreochiomis sp). Jurnal Gamma. Volume 1, nomor 2, Hal: 162 – 170.

Midlanda. H. M., Linda. M. L., dan Zulkifli. L., 2014., Pengaruh Metode
Pembuatan Tepung Jagung Dan Perbandingan Tepung Jagung Dan
Tepung Beras Terhadap Mutu Cookies. J.Rekayasa Pangan Dan Pert.,
Vol.2, No.4, Hal: 20-31.

Mulia, D. S. Dan Heri, M. 2014. Uji Fisik dan Kimiawi Pakan Ikan yang
Menggunakan Bahan Perekat Alami. Prosiding Seminar Hasil
Penelitian LPPM UMP 2014 ISBN 978-602-14930-2-1.

Iskandar, R. dan Subhan, F. 2017. Analisis Proksimat Pakan Hasil Olahan


Pembudidaya Ikan Di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Ziraa’ah.
Volume, 41. Nomer, 1. Hal: 65-68.

Lestari, S, F. dkk. 2013. Pengaruh Formulasi Pakan Berbahan Baku Tepung


Ikan, Tepung Jagung, Dedak Halus Dan Ampas Tahu Terhadap
Pertumbuhan Ikan Nila. Jurnal Kelautan. Volume, 6. Nomer, 1. Hal: 36-
46.

Nasution, E, Z,. 2006. Studi Pembuatan Pakan Ikan Dari Campuran Ampas
Tahu, Ampas Ikan, Darah Sapi Potong, Dan Daun Keladi Yang
Disesuaikan Dengan Standar Mutu Pakan Ikan. Jurnal Sains Kimia. Vol
10, No.1, Hal: 40–45.

Rochman, A., 2015. Jurnal Agribisnis Fakultas Pertanian Unita. Perbedaan


Proporsi Dedak Dalam Media Tanam TerhadaP Pertumbuhan Jamur
Tiram Putih (Pleurotus florida). Vol. 11 No.
Sunardiyanto, E., Kumalaningsih, S., Muliadi, A, F., 2013. Pengaruh Subtitusi
Tepung Kedelai Dengan Tepung Kulit Ari Kedelai Terfermentasi
Terhadap Kualitas Kimia Pelet Lele. Jurusan Teknologi Industri
Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya.

Sutikno, E., 2011. Pembuatan Pakan Buatan Ikan Bandeng. Pusat Penyuluhan
Kelautan Dan Perikanan Badan Pengembangan SDM Kelautan Dan
Perikanan Kementerian Kelautan Dan Perikanan.

Zaenuri, R. dkk. 2016. Kualitas Pakan Ikan Berbentuk Pelet Dari Limbah
Pertanian. Jurnal Sumber Daya Alam Dan Lingkungan.

Vous aimerez peut-être aussi