Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
“DIARE”
DISUSUN OLEH ;
KELOMPOK 1
Andi Ahmes Lestari 17.01.240
Suriana 17.01.272
Yulia 17.01.245
Makass
ar, Mei 2018
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan dunia terutama
di Negara berkembang adalah diare. Di Indonesia, diare masih
merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat. Hal ini
dikarenakan masih tingginya angka kesakitan dan menimbulkan banyak
kematian. Diare juga sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Secara global, diare masih menjadi salah satu penyebab paling
signifikan untuk kematian balita. Diare menyebabkan sekitar 800.000
kematian setiap tahunnya dikelompok usia ini terutama di negara-
negara berkembang. Semua kelompok usia bisa diserang oleh diare,
tetapi penyakit berat dengan kematian yang tinggi terutama terjadi pada
bayi dan anak balita. Diare dapat berakibat fatal apabila tidak ditangani
secara serius karena tubuh balita sebagian besar terdiri dari air dan
daging, sehingga bila terjadi diare sangat mudah terkena dehidrasi.
(Riskiyah. 2017)
II.2 Patofisiologi
Diareadalah ketidakseimbangan absorpsi air dan sekresi &
elektrolit. Terdapat 4 mekanisme patofisiologi yang mengganggu
keseimbangan air dan elektrolit yang mengakibatkan terjadinya diare,
yaitu :
1. perubahan transport ion aktif yang disebabkan oleh penurunan
absorpsi natrium atau peningkatan sekresi klorida
2. Perubahan motilitas usus
3. Peningkatan osmolaritas luminal
4. Peningkatan tekanan hidrostatik jaringan.
Mekanisme tersebut sebagai dasar pengelompokan diare secara
klinik, yaitu:
1. Secretory diarrhea, terjadi ketika senyawa yang strukturnya mirip
(contoh: Vasoactive Intestinal Peptide (VIP) atau toksik bakteri)
meningkatkan sekresi atau menurunkan absorpsi air dan elektrolit
dalam jumlah besar.
2. Osmotic diarrhea, disebabkan oleh absorpsi zat-zat yang
mempertahankan cairan intestinal.
3. Exudative diarrhea, disebabkan oleh penyakit infeksi saluran
pencernaan yang mengeluarkan mukus, protein atau darah ke
dalam saluran pencernaan.
4. Motilitas usus dapat berubah dengan mengurangi waktu kontak di
usus halus, pengosongan usus besar yang premature dan
pertumbuhan bakteri yang berlebihan (Sukanda dkkr, 2013).
II.3 Diare Pada Anak
Selama anak diare, terjadi peningkatan hilangnya cairan dan
elektrolit (natrium, kalium dan bikarbonat) yang terkandung dalam tinja
cair anak. Dehidrasi terjadi bila hilangnya cairan dan elektrolit ini tidak
diganti secara adekuat, sehingga timbullah kekurangan cairan dan
elektrolit. Deajat dehidrasi diklasifikasikan sesuai dengan gejala dan
tanda yang mencerminkan jumlah cairan yang hilang. Selama diare,
penurunan asupan makanan dan penyerapan nutrisi dan peningkatan
kebutuhan nutrisi, sering secara bersama-sama menyebabkan
penrunan berat badan dan berlanjut ke gagal tumbuh. Pada
gilirannya, gangguan gizi dapat menyebabkan diare menjadi lebih
parah, lebih lama dan lebih sering terjadi, dibandingkan dengan
kejadian diare pada anak yang tidak menderita gangguan gizi.
Kejadian ini dapat diputus dengan member makanan kaya gizi selama
anak diare dan ketika anak sehat (WHO, 2009)
Adapun penyebab diare pada anak diantaranya:
1. Faktor Infeksi
Infeksi bakteri oleh E.coli, Salmonella, Vibrio Cholerae (kolera), dan
serangan bakteri lain yang jumlahnya berlebihan dan patogenik
(memanfaatkan kesempatan ketika kondisi tubuh lemah) .
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorpsi karbohidrat. Pada bayi, kepekaan terhadap
lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan diare berat, tinja
berbau sangat asam, sakit di daerah perut. Jika sering terkena
diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
b. Malabsorpsi lemak. Dalam makanan terdapat lemak yang
disebut triglyserida. Trigliserida, dengan bantuan kelenjar lipase,
mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus.
Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare
dapat terjadi karena lemak tidak terserap dengan baik, gejalanya
adalah tija mengandung lemak.
3. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah
(sayuran), dan kurang matang.
4. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang jika terjadi pada anak dapat
menyebabkan diare (Widjaja, 2001)
II. 4 Tanda dan Gejala
Diare ialah dimana buang air besar dengan feses tidak
berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih dari 3
kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2 minggu,
disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau
lebih, digolongkan pada diare kronik. Tanda nya feses dapat dengan
atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyertanya dapat berupa
mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenemus, demam, dan tanda-
tanda dehidrasi (Amin, 2015).
II. 5 Manifetasi Klinis
Diare dikelompokkan menjadi akut dan kronis. umunya episode
diare akut hilang dalam waktu 72 jam dari onset. Diare kronis,
melibatkan serangan yang lebih sering selama 2-3 periode yang lebih
panjang. penderita diareakut umumnya mengeluhkan onset yang tak
terduga dari buang air besar yang encer, gas dalam perut,rasa tidak
enak, dan nyeri perut. karakteristik penyakit usus halus adalah
terjadinyaintermittent perriumbilical atau nyeri pada kuadran kanan
bawah disertai kram dan bunyi pada perut. padadiare kronis
ditemukan adanya penyakit sebelumnya, penurunan berat badan dan
nafsu makan (Sukandar dkk, 2013).
Pada diare, pemeriksaan fisik abdomen dapat mendeteksi
hiperperistaltik denganborborygmi (bunyi pada lambung).
Pemeriksaan reaksi apat mendeteksi massa atau kemungkinan fecal
impaction, penyebab utama diare pada usia lanjut. pemeriksaan turgor
kulit aan saliva oralberguna dalam memeperkirakan status cairan
tubuh. jika terdapat hipotensi, takikardia, denyut lemah, diduga terjadi
dehidrasi. Adanya demam mengidndikasikan adanya infeksi. untuk
diare yang tidak dapat dijelaskan, terutama pada situsi kronis dapat
dilakukan pemeriksaan parasit dan ova pada feses, darah mukus dan
lemak. Selain itu juga dapat diperiksa osmolaritas feses, pH dan
elektrolit (Sukandar dkk, 2013).
II. 6 Penyebab diare
Diare dapat disebabkan karena infeksi dengan virus (Rotavirus
serotype 1, 2, 8, dan 9 pada manusia, Norwalk virus, Astrovirus (tipe
40, 41), Small bowel structured virus, Cytomegalovirus), bakteri (E.
coli, Shigella spp., Champylobacter jejuni, Vibrio cholera 01 dan V.
choleare 0139,Salmonella (non-thypoid), protozoa (Giardia lamblia,
Entamoeba histolytica, Chyptosporidium, Microsporidium spp.,
Isospora belli Cyclospora cayatanesis) dan dapat juga disebabkan
oleh penggunaan obat-obatan seperti laksativ, antasida yang
mngandung magnesium, antineoplastic, auranofin, antibiotik
(Clindamicin tetrasiklin, sulfonamide, dan banyak antibiotik sprektum
luas), antihipertensi (reserpine, guanetidin, metildopa, guanaben,
guanedrel, ACE inhibitor) kolinergik (bethanechol, neostigmine) , obat
jantung (Quinidin, digitalis, digoxin) obat NSAID, misoprostol, kolkin,
pompa proton inhibitor dan H2 bloker (Amin, 2015;Dipiro, 2013).
Untuk dosis obat anti diare yang dapat digunakan dapat dilihat
pada table berikut ini
(dipiro, 2013).
BAB III
PENUTUP
II.1 Kesimpulan
Tanda dan gejala diare ialah dimana buang air besar dengan feses
tidak berbentuk (unformed stools) atau cair dengan frekuensi lebih
dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang dari 2
minggu, disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2
minggu atau lebih, digolongkan pada diare kronik. Tanda nya feses
dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus. Gejala penyertanya
dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenemus,
demam, dan tanda-tanda dehidrasi.
Peyebab terjadinya diare antara lain : Faktor Infeksi, Faktor
Malabsorpsi, Faktor Makanan dan Faktor Psikologis.
Penatalaksanaan diare Terlebih dahulu ditentukan apakah pasien
mengalami diare akut atau diare kronik. Jika pasien mengalami diare
kurang dari 3 hari dan tidak demam dapat diberikan terapi simtomatik
seperti pemberian cairan/elektrolit, loperamid, diphenoxyl, absorben
atau diet. Jika pasien demam pasien akan menjalani tes WBC/RBC/
ova dan parasit terhadap fesesnya jika negatif cukup diberikan terapi
simtomatik tetapi jika positif dapat digunakan antibiotik yang cocok
lalu ditambah dengan terapi simtomatik
III.2 Saran
Diharapkan pada pengobatan dan penatalaksanaan diare
dapat ditangani dengan tepat dengan memperhatikan tanda dan
gejalanya.
DAFTAR PUSTAKA
dr. M.C. Widjaja. (2001). Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita.
Kawan Pustaka.
Depkes RI. (2008). Pedoman Pelayanan Farmasi Untuk Ibu Hamil dan
Menyusui. Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Jakarta
Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, I.J., Adyana, I.K., Setiadi A.P.,
Kusnandar. (2013). ISO Farmakoterapi. PT. TSFI Penerbitan:
Jakarta.
Tim Medical Mini Notes. 2017. Basic Pharmacology & Drug Notes. MMN
Publishing : Makassar
Widowati T., Nenny S., Mulyani Hera N., Yati S. 2012. Diare Rotavirus
pada Anak Usia Balita. Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada: Yogyakarta