Vous êtes sur la page 1sur 15

PENGARUH KONSENTRASI DEKSTROSA TERHADAP PERTUMBUHAN

KOLONI MISELIUM JAMUR

Oleh:
Nama : Meifie Nuur Aafiyah
NIM : B1A015003
Kelompok :2
Rombongan :I
Asisten : Eka Agustin

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Fungi (jamur) merupakan kelompok organisme eukariotik yang membentuk


dunia jamur atau regnum. Fungi umumnya multiseluler (bersel banyak). Ciri-ciri
jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam hal cara makan, struktur tubuh,
pertumbuhan dan reproduksinya. Struktur tubuh jamur tergantung pada jenisnya.
Tubuh jamur tersusun atas komponen dasar yang disebut hifa. Hifa merupakan
pembentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium yang menyusun jalinan-jalinan
semua menjadi tubuh. Bentuk hifa menyerupai benang yang tersusun dari dinding
berbentuk pipa. Dinding ini menyelubungi membran plasma dan sitoplasma.
Kebanyakan hifa dibatasi oleh dinding melintang atau septa. Septa umumnya
mempunyai pori besar yang cukup untuk dilewati ribosom, mitokondria dan
kadangkala inti sel yang mengalir dari sel ke sel. Akan tetapi adapula hifa yang tidak
bersepta atau hifa sinostik. Struktur hifa sinostik dihasilkan oleh pembelahan inti sel
berkali-kali yang tidak diikuti dengan pembelahan sitoplasma (Bambang, 2009).
Sebagian besar tubuh fungi terdiri dari atas benang-benang yang disebut hifa,
yang saling berhubungan menjalin semacam jala yaitu miselium. Miselium dapat
dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi meresap menyerap nutrient dari
lingkungan , dan miselium fertile yang berfungsi dalam reproduksi. Fungi tingkat
tinggi maupun tingkat rendah mempunyai cirri khas yaitu berupa benang tunggal atau
bercabang-cabang yang disebut hifa. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yaitu
kapang dan khamir. Kapang merupakan fungi yang berfilamen atau mempunyai
miselium, sedangkan khamir merupakan fungi bersel tunggal da tidak berfilamen
(Bambang, 2009).

B. Tujuan
Tujuan acara praktikum isolasi, pemurnian dan identifikasi jamur adalah
1. Mengetahui pertumbuhan miselium jamur diberbagai konsentrasi dekstrosa
pada medium PDA.
2. mengetahui konsentrasi dekstrosa yang memperngaruhi pertumbuhan koloni
miselium.
II. TELAAH PUSTAKA

Fungi
III. MATERI DAN METODE
A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada saat praktikum Pengaruh Konsentrasi


Dekstrosa Terhadap Pertumbuhan Koloni Miselium Jamur adalah cawan petri,,
bunsen, sprayer, drugalsky, mikropipet, tabung reaksi, scalpel, pinset,
mikroskop, object glass, cover glass, LAF, kamera, pisau, hot plate , sttirer,
Erlenmeyer, autoclave, jarum ose, Bunsen, baki, panic, kompor, , dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan pada acara kali ini adalah isolat
Trichoderma harzianum, Pleurotus ostreatus, Monascus purpureus, medium
PDA, kloramfenikol, korek api, alkohol 70%, akuades steril, tisu, kapas,
wrapper, plastik, dan label.

B. Metode

Diinkubasi 14x24
jam SR

Isolat PDA+Chlorampenicol
T. harzianum
P. ostreatus
M. purpureus
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3. 1 Hasil Pengamatan Diameter Miselium Jamur

Diameter Miselium (mm)


Minggu ke-1 Minggu ke-2
Konsentr Monas Trichode
asi Trichoderm Pleurotu
cus rma Monascus Pleurotus
a s
purpur harzianu purpureus ostreatus
harzianum ostreatus
eus m
1/I 5 35 41, 25 15 kontam 47, 25 25,5
2/I 10 48 41,75 17, 25 Kontam 6, 95 6,4
3/I 15 90 38, 5 18, 5 Kontam 6, 75 4,325
4/I 25 0 0 0 kontam 6, 175 3, 775
5/I 5 90 41, 75 23, 75 90 70 61, 25 61, 25
1/II 10 7,9 4,2 2,4 8 6,7 6,1
2/II 15 9 3,975 2, 05 7, 175 5, 75 4, 725
Asisten 25 29 38,5 21,3 63, 32 kontam 59, 25

Minggu 1
100
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4 5

T. harzianum M. purpureus M. purpureus2


Minggu 2
120

100

80

60

40

20

0
1 2 3 4 5

T. harzianum M. purpureus P. ostreatus

Gambar 4. 1. Trichoderma harzianum


Gambar 4. 2. Monascus purpureus

Gambar 4. 2. Pleurotus ostreatus


B. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum kelompok 3 pada isolat Trichoderma


harzianum mengalami pertumbuhan minnguu pertama 90 dan kedua kontam.
isolat Monascus purpureus mengalami pertumbuhan minnguu pertama 38,5 dan
kedua 6, 75. isolat Pleurotus ostreatus mengalami pertumbuhan minnguu pertama
18,5 dan kedua4, 325. pertumbuhan dengan konsentrasi dextrose paling baik yaitu
5g/L karena pertumbuhannya baik dan cepat terlihat dari hasil kelompok 5. PDA
(Potato Dextrose Agar) adalah media yang umum untuk pertumbuhan jamur di
laboratorium karena memiliki pH yang rendah (pH 4,5 sampai 5,6) sehingga
menghambat pertumbuhan bakteri yang membutuhkan lingkungan yang netral
dengan pH 7,0, dan suhu optimum untuk pertumbuhan antara 25-30 °C
(Cappucino, 2014).
Miselium merupakan kumpulan dari benang-benang halus mikroskopik.
Benang-benang halus tersebut disebut hifa. Warna putih seperti kapas akan
tumbuh sedikit-demi sedikit yang akhirnya akan memenuhi seluruh baglog.
Miselium yang sudah penuh perlu diberi rangsangan dari luar agar terbentuk calon
jamur/ primordia yang akhirnya akan tumbuh sebagai jamur sempurna. Miselium
terbentuk dari spora yang tumbuh pada keadaan lingkungan yang mendukung.
Pertumbuhan miselium meliputi dua tahap yaitu miselium primer dan miselium
sekunder.
Potato dextrose agar adalah salah satu media yang digunakan untuk
membiakkan suatu mikroorganisme, baik itu berupa cendawan/fungsi, yeast,
bakteri. Media PDA merupakan jenis media biakan dan memiliki bentuk/
konsistensi padat (solid). Potato dextrose agar merupakan paduan yang sesuai
untuk menumbuhkan biakan. Media potato dextrose agar (PDA) lebih umum
digunakan sebagai media fungi/kapang/jamur, dan yeast/khamir. Selain itu PDA
digunakan untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk
makanan. PDA mengandung sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri
dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan
kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan bakteri. Dextrose atau
gugusan gula baik itu monosakarida maupun polisakarida merupakan penambah
nutrisi bagi biakan pada media PDA.
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan miselum dan tubuh
buah jamur yaitu :
1. suhu
Menurut Iqbal et al (2005), fase miselium, jamur tiram yang
dibudidayakan pada medium serbuk kayu dapat tumbuh pada suhu 22-28oC.
Menurut Susilawati dan Budi Raharjo (2010), untuk mempercepat pertumbuhan
miselium, suhu kumbung inkubasi harus dipertahankan sebesar 25- 33oC.
Menurut Suriawiria (2002), pada fase primordial dan pembentukkan tubuh buah
dibutuhkan suhu 21-27oC.
2. Kelembapan Relatif
Menurut Widyastuti dan Tjokrokusumo (2008), jamur tiram
membutuhkan kelembaban relatif sebesar 60- 70% pada fase miselium. Pada fase
primordial dan pembentukkan tubuh buah, jamur tiram membutuhkan
kelembaban relatif sebesar 80-90% (Parjimo dan Andoko 2007)
3. Cahaya
Menurut Widyastuti dan Tjokrokusumo (2008), pertumbuhan miselium
jamur tiram akan lebih cepat pada kondisi gelap sehingga kumbung inkubasi
dikondisikan memiliki intensitas cahaya yang rendah. Fase primordial dan fase
pembentukkan tubuh buah, jamur tiram membutuhkan cahaya sebanyak 60-70%.
Cahaya yang dibutuhkan jamur tiram bukanlah cahaya dari sinar matahari
langsung. Sinar matahari langsung dapat menyebabkan pertumbuhan jamur tiram
melambat bahkan mati.
diperlukan suatu media pertumbuhan yang dapat mencukupi nutrisi,
sumber energi dan kondisi lingkungan tertentu. Suatu media untuk dapat
menumbuhkan mikroorganisme dengan baik diperlukan persyaratan antara lain:
media harus mempunyai pH yang sesuai, media tidak mengandung zat-zat
penghambat, media harus steril, dan media harus mengandung semua nutrisi yang
mudah digunakan mikroorganisme (Jutono, 1980). Nutrisi- nutrisi yang
dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhan meliputi karbon, nitrogen, unsur
non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca, Zn, Na, K, Cu, Mn,
Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energi. Sil terbaik daripada media alternatif karena
PDA merupakan salah satu media kultur yang paling umum digunakan karena
formulasinya yang sederhana dan merupakan media terbaik karena kemampuanya
dalam mendukung pertumbuhan pada berbagai jamur (Saha et al, 2008),
sedangkan pada media alternatif memiliki nutrisi yang lebih kompleks sehingga
pertumbuhan jamur belum seoptimal media PDA.
Jamur membutuhkan nutrisi (seperti karbon, nitrogen, vitamin, elemen
mineral, juga sebagai ketersediaan enzim) dan pasti kondisi lingkungan (seperti
cocok nilai pH, suhu yang sesuai, oksigen) dalam untuk tumbuh dan berkembang
biak. Kentang punya telah digunakan untuk pertumbuhan jamur dari awal 20 Abad
dan di media jamur sejak kemudian.
Media Potato Dextrose (PDM), terbuat dari dekstrosa dan infus kentang,
telah diakui sebagai media utama untuk jamur penanaman. Jamur dapat memecah
pati dalam kentang menjadi gula terlarut, yang bias berfungsi sebagai sumber
karbon dan energi. Selanjutnya kentang adalah media yang kompleks yang
menyediakan nitrogen, enzim, vitamin dan unsur mineral untuk pertumbuhan
jamur
Klasifikasi Trichoderma harzianum menurut Alexopoulus et al., ( 1996)
sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Sordariomycetes
Ordo : Hypocreales
Family : Hypocreaceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma harzianum
Spesies Trichoderma sp. di samping sebagai organisme pengurai, dapat
pula berfungsi sebagai agensia hayati. Trichoderma sp. Dalam peranannya
sebagai agensia hayati bekerja berdasarkan mekanisme antagonis yang
dimilikinya. Trichoderma sp. memiliki kemampuan antagonis yang mampu
menghambat perkembangan jamur pada tanaman tersebut, sehingga intensitas
penyakit tanaman kecil. Trichoderma sp. mampu menghambat patogen dengan
melakukan persaingan, baik dalam hal ruang atau nutrisi dengan jamur patogen
(Yudha et al., 2016).
Klasifikasi Monascus purpureus menurut Alexopoulus et al., ( 1996)
sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Ascomycota
Class : Eurotiomycetidae
Ordo : Eurotiales
Family : Elaphomycetaceae
Genus : Monascus
Spesies : Monascus purpureus
Monascus purpureus adalah sejenis kapang yang tidak banyak ditemukan
di alam dan umumnya ditemukan di produk makanan misalnya beras. Monascus
purpureus sebagai penghasil bahan bioaktif. Studi fisiologi pertumbuhan dan
sintesis metabolit sekunder dari isolat-isolat kapang tersebut telah
mengungkapkan potensi produksi bahan bioaktif lovastatin 0,2-0,9%. Komponen
utama dari pigmen ini adalah rubropunktatin berwarna merah, monaskorubin juga
berwarna merah, monaskin berwarna kuning, ankaflavin juga berwarna kuning,
rubropunktamin berwarna ungu dan monaskorubramin yang juga berwarna ungu
(Ernawati et al., 2006).
Klasifikasi Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) menurut Alexopoulus
et al., ( 1996) sebagai berikut :
Kingdom : Fungi
Phylum : Basidiomycota
Class : Basidiomycetes
Ordo : Agaricales
Family : Tricholmataceae
Genus : Pleurotus
Spesies : Pleurotus ostreatus
Jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) saat ini cukup populer dan banyak
digemari oleh masyarakat karena rasanya yang lezat dan juga penuh kandungan
nutrisi, tinggi protein, dan rendah lemak. Jamur tiram putih mempunyai
kemampuan meningkatkan metabolisme dan menurunkan kolesterol. Selain itu,
manfaat lain yang dimiliki jamur tiram adalah sebagai antibakterial, dan anti-
tumor sehingga jamur tiram juga banyak dimanfaatkan untuk mengobati berbagai
macam penyakit mulai dari diabetes, lever, dan lainnya. Jamur tiram juga sangat
baik dikonsumsi terutama bagi mereka yang ingin menurunkan berat badan karena
memiliki kandungan serat pangan yang tinggi sehingga baik untuk kesehatan
pencernaan (Suwito, 2006).
Suwito, M. 2006. Resep Masakan Jamur dari Chef Ternama. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa:


1. Teknik isolasi jamur pada medium PDA dibagi menjadi metode isolasi
umum dan metode isolasi khusus. Metode isolasi umum terdiri dari metode
perangkap, semai, pengenceran, dan tanam langsung. Metode isolasi khusus
terdiri dari metode pancing.
2. Identifikasi jamur dapat dilakukan pengamatan secara makroskopik (warna
koloni, tekstur permukaan, tepi koloni, warna sebalik koloni, dan pola
penyebaran) dan mikroskopik (spora, bentuk spora, rhizoid, dan hifa). Hasil
identifikasi jamur berupa Penicillium sp.

B. Saran

Saran dalam acara praktikum ini yaitu sebaiknya pada saat praktikum praktikan
melakukan identifikasi lebih teliti agar hasil sesuai dengan reverensi.
DAFTAR REFERENSI

Amadi, J.E., Nwaokike, P., Olahan, G.S., and Garuba, T. 2014. Isolation and
Identification of Fungi Involved in The Post-Harvest Spoilage of Guava
(Psidium Guajava) in Awka Metropolis. International Journal of Engineering
and Applied Sciences, 4(10): 7-12.

Alexopoulos, C.J; C.W.Mims & M. Blackwell, 1996. Introdctory Micology 4th edition
New York: John Wiley and Sons.

Bambang. 2009. Mikrobiologi Umum. Malang: MM Press.

Campbell, N. A., Reece, J. B., Urry, L. S., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky,
P. V., & Jacckson, R. B. 2008. Biologi : Edisi kedelapan, Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.

Dwidjoseputro, S. 1994. Mikrobiologi Pangan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Frobisher. 1974. Fundamentals Of Microbiology. London.: Saunders Company.

Gandjar, Indrawati.1999. Pengenalan Kapang Tropik Umum. Jakarta : UI Press.

Machmud, M. 2001. Teknik Penyimpanan dan Pemeliharaan Mikroba. Buletin Agro


Bio, 4(1), pp. 24-32.

Mailafia, S., Okoh, G. R., Olabode, H. O.K., & Osanupin, R. 2017. Isolation and
identification of fungi associated with spoilt fruits vended in Gwagwalada
market, Abuja, Nigeria. Veterinary World. 10, pp. 393-397.

Mizana, Dina Khaira., Netty Suharti dan Arni Amir. 2016. Identifikasi Pertumbuhan
Jamur Aspergillus Sp pada Roti Tawar yang Dijual di Kota Padang
Berdasarkan Suhu dan Lama Penyimpanan. Jurnal Kesehatan Andalas, 5(2),
pp 355-360.

Noverita, & Dinah F., Ernawati, S. 2009. Isolasi Dan Uji Aktivitas Antibakteri Jamur
Endofit Dari Daun Dan Rimpang Zingiber ottensii Val. Fakultas Biologi,
Universitas Nasional.

Pelczar, Michael. 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Pres.

Schlegel. 1994. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Universitas Indonesia Press.

Singleton & Sainsbury. 2006. Dictionary of Microbiology and Molecular Biology


3rdEdition. England : John Wiley and Sons. Sussex.

Sudaryanto. 1998. Mikrobiologi Dasar. Jakarta : Gramedia.

Suparyati, T. & S. Supriyo. 2014. Perbandingan kontaminasi jamur Aspergillus sp.


pada kacang kedelai berbiji kuning kualitas baik dan jelek yang dijual di pasar
Wiradesa Kabupaten Pekalongan. Pena Jurnal Ilmu Pengetahuan Dan
Teknologi, 26(2): 134-139.
Suriawiria, U. 2005. Mikrobiologi Dasar. Jakarta.: Papas Sinar Sinanti.

Waluyo, Lud. 2007. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.

Valencia, P. E., & Meitiniarti, V. I. 2017. Isolasi Dan Karakterisasi Jamur Ligninolitik
SertaPerbandingan Kemampuannya Dalam Biodelignifikasi. Scripta Biologica.
4(3), pp. 171-175.

Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar Jilid 1 Edisi ke 5. Jakarta : Erlangga.

Vous aimerez peut-être aussi