Vous êtes sur la page 1sur 36

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR CONTROL PAIN

Penulisan ini di tujukan untuk pemenuhan tugas

Pembimbing Akademik : Siti Maulidah ,S.Pd,S.Kep.Ns.M.Kes

Kelompok 8

Disusun Oleh :

1. Diyah Reviyanti (P1337420216027)


2. Shaskya Budiati (P1337420216038)
3. Vita Krisdana Apriani (P1337420216039)
4. Konita Khamidhatul K (P1337420216040)
5. Poppy Siska Permatasari (P1337420216041)
6. Hepri Dwi Handayani (P1337420216042)
7. Fanni Feby Kurniawan (P1337420216043)
8. Arif Muhlasin (P1337420216044)

Kelas : 2A

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN PURWOKERTO

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN

KEMENKES SEMARANG

TAHUN 2018

1
BAB II
PEMBAHASASAN

A. PENGERTIAN NYERI

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan


bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap
orang dalam hal skala atau tingkatannya. Dan hanya orang tersebutlah
yang dapat menjelaskan atau mengevluasi rasa nyeri yang didalamnya.
Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai pengertian nyeri :

1. Nyeri adalah suatu keadaan yang mampu mempengaruhi


keberadaan seseorang yang mengalaminya (Tamsuri (2014))
2. Mc. Coffery (2013) , mendefinisikan nyeri sebagai suatu keadaan
yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui
hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
3. Wolf Weifsel Feurst, mengatakan bahwa nyeri merupakan suatu
perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa
menimbulkan ketegangan.
4. Arthur C. Curton mengatakan bahwa nyeri merupakan
suatumekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan
sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk
menghilangkan rangsangan nyeri.

B. PENGERTIAN KONTROL NYERI


Kontrol nyeri menurut Melzack dan Wall bahwa impuls nyeri
dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di
sepanjang sistem saraf pusat. Kontrol nyeri menurut Nursing
Outcomes classification (NOC 2015-2017) di definisikan sebagai suatu
tindakan pribadi untuk mengontrol nyeri. Adapun indicator outcomes
yang tercantum pada NOC (2015-2017) antara lain adalah :

2
1. Mengenali kapan nyeri terjadi (160502)
2. Menggambarkan factor penyebab (160501)
3. Menggunakan tindakan pencegahan (160504)
4. Menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic
(160503)
5. Melaporkan perubahan gejala nyeri pada professional kesehatan
(160505)
6. Melaporkan gejala yang tidak terkontrol pada professional
kesehatan (160507)
7. Mengenali apa yang terkait dengan gejala nyeri (160506)
8. Melaporkan nyeri yang terkontrol (160508)

C. KLASIFIKASI NYERI
Menurut Barbara C. Long Klasifikasi nyeri secara umum dibagi
menjadi dua,yakni nyeri akut dan kronis. Yaitu :
a. Nyeri akut
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang
,yang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai adanya peningkatan tegangan
otot .
b. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan ,biasanya
berlangsung dalam waktu cukup lama,yaitu lebih dari 6 bulan. Yang
termasuk dalam nyeri kronis adalah nyeri terminal,sindrom nyeri kronis
dan nyeri psikosomatis.
Ditinjau dari sifat terjadinya nyeri dapat dibagi kedalam beberapa
kategori,diantaranya nyeri tertusuk dan nyeri terbakar.
Perbedaan nyeri akut dan kronis :
Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis
Pengalaman Satu kejadian Satu situasi,status eksistensi

Sumber Sebab eksternal atau Tidak diketahui atau


penyakit dari dalam pengobatan terlalu lama

3
Serangan Mendadak Bisa
mendadak,berkembang,dan
terelubung
Waktu Sampai 6 bulan Lebih dari 6 bulan bahkan
sampai bertahun-tahun
Pernyataan nyeri Daerah nyeri tidak Daerah nyeri sulit dibedakan
diketahui dengan pasti intensitasnya,sehingga sulit
dievaluasi (perubahan
perasaan)
Gejala-gejala Pola respon yang khas Pola respons yang bervariasi
klinis dengan gejala yang dengan sedikit gejala adaptasi
lebih
Pola Terbatas Berlangsung terus dapat
bervariasi
Perjalanan Biasanya berkurang Penderitaan meningkat setelah
setelah beberapa saat beberapa saat

Selain klasifikasi nyeri diatas terdapat jenis nyeri yang


spesifik,diantaranya nyeri somatis,nyeri viseral,nyeri menjalar (referent
pain),nyeri psikogenik,nyeri phantom dari ekstremitas,nyeri neurologis dll.
Nyeri somatis dan nyeri viseral ini umunya bersumber dari
kulitdan jaringan dibawah kulit (superfisial) padaotot dan tulang.
Perbedaan antara kedua jenis nyeri ini dapat dilihat padatabel berikut:
Perbedaan nyeri somatis dan viseral (Barbara C.Long):
Karakteristik Nyeri somatis Nyeri viseral
Superfisial Dalam
Kualitas Tajam,menusuk, Tajam,tumpul, Tajam,tumpul,
Membakar Nyeri terus Nyeri,kejang
Menjalar Tidak Tidak Ya
Stimulasi Torehan, abrasi terlalu Torehan, Distensi,iskemia,s

4
panas dan dingin panas,iskemia pasmus,iritasi
pergeseran tempat kimiawi (tidak ada
torehan)
Reaksi Tidak Ya Ya
otonom
Refleks Tidak Ya Ya
kontraksi otot

a. Nyeri menjalar adalah nyeri yang terasa pada bagian tubuh yang
lain,umumnya terjadi akibat kerusakan pada cedera organ viseral.
b. Nyeri psikogenik adalah nyeri yang tidak diketahui secara fisik yang
timbul akibat psikologis.
c. Nyeri phantom adalah nyeri yang disebabkan karna salah satu
ekstremitas diamputasi.
d. Nyeri neurologis adalah bentuk nyeri yang tajam karna adanya spasme
disepanjang atau di beberapa jalur saraf.

D. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan yang dilakukan diharapkan dapat mengurangi
tingkat nyeri bahkan dapat menghilangkan nyeri tersebut. Adapun menurut
Nursing Inteventions classification (NIC 2015-2107) tindakan yang
dilakukan untung mengkontrol nyeri adalah Manajemen nyeri (1400) yang di
definisikan sebagai pengurangan atau reduksi nyeri sampai pada tingkat
kenyamanaan yang dapat diterima klien. Aktifitas atifitas yang dapat
dilakukan professional keperawatan sesuai NIC (2015-2017) antara lain :
a. Lakukan pengkajian secara komprehensif yang meliputi lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas, dan factor pencetus.
b. Observasi petunjuk non verbal mengenai ketidaknyamanan terutama
pada klien yang tidak dapat berkomunikasi dengan efektif
B. Gunakan strategi komunikasi teraupetik untuk mengali pengalaman klien
nyeri

5
C. Gali pengetahuan dan pengalaman klien pada nyeri
D. Tentukan akibat pengalaman nyeri terhadap kualitas hidup
E. Implementasikan tindakan nonfarmakologi yang sesuai untuk
memfasilitasi penurunan nyeri

a. Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi


Penatalaksanaan nyeri secara farmakologi melibatkan penggunaan
opiat (narkotik), nonopiat/ obat AINS (anti inflamasi nonsteroid), obat-
obat adjuvans atau koanalgesik. Analgesik opiat mencakup derivat opium,
seperti morfin dan kodein. Narkotik meredakan nyeri dan memberikan
perasaan euforia. Semua opiat menimbulkan sedikit rasa kantuk pada
awalnya ketika pertama kali diberikan, tetapi dengan pemberian yang
teratur, efek samping ini cenderung menurun. Opiat juga menimbulkan
mual, muntah, konstipasi, dan depresi pernapasan serta harus digunakan
secara hati-hati pada klien yang mengalami gangguan pernapasan
(Berman, et al.)
Nonopiat (analgesik non-narkotik) termasuk obat AINS seperti
aspirin dan ibuprofen. Nonopiat mengurangi nyeri dengan cara bekerja di
ujung saraf perifer pada daerah luka dan menurunkan tingkat mediator
inflamasi yang dihasilkan di daerah luka. (Berman, et al.)
Analgesik adjuvans adalah obat yang dikembangkan untuk tujuan
selain penghilang nyeri tetapi obat ini dapat mengurangi nyeri kronis tipe
tertentu selain melakukan kerja primernya. Sedatif ringan atau obat
penenang, sebagai contoh, dapat membantu mengurangi spasme otot yang
menyakitkan, kecemasan, stres, dan ketegangan sehingga klien dapat tidur
nyenyak. Antidepresan digunakan untuk mengatasi depresi dan gangguan
alam perasaan yang mendasarinya, tetapi dapat juga menguatkan strategi
nyeri lainnya (Berman, et al.)

b. Penatalaksanaan nyeri secara non farmakologi


1) Stimulasi dan masase kutaneus.

6
Masase adalah stimulasi kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu. Masase tidak secara spesifik
menstimulasi reseptor tidak nyeri pada bagian yang sama seperti
reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem kontrol
desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena
menyebabkan relaksasi otot (Smeltzer dan Bare)
2) Terapi es dan panas
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat
sensitivitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera
dengan menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas mempunyai
keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan
dapat turut menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
Baik terapi es maupun terapi panas harus digunakan dengan hati-hati
dan dipantau dengan cermat untuk menghindari cedera kulit (Smeltzer
dan Bare)
3) Trancutaneus electric nerve stimulation
Trancutaneus electric nerve stimulation (TENS) menggunakan unit
yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada
kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau
mendengung pada area nyeri. TENS dapat digunakan baik untuk nyeri
akut maupun nyeri kronis (Smeltzer dan Bare)
4) Distraksi
Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi strategi yang berhasil dan
mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap
teknik kognitif efektif lainnya. Seseorang yang kurang menyadari
adanya nyeri atau memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan
sedikit terganggu oleh nyeri dan lebih toleransi terhadap nyeri.
Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan
menstimulasi sistem kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih
sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak (Smeltzer dan Bare)

7
5. Teknik relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri. Hampir semua orang
dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari metode relaksasi. Periode
relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletihan dan
ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan
nyeri (Smeltzer dan Bare)
6. Imajinasi terbimbing
Imajinasi terbimbing adalah mengggunakan imajinasi seseorang
dalam suatu cara yang dirancang secara khusus untuk mencapai efek
positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan
meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan napas berirama lambat
dengan suatu bayangan mental relaksasi dan kenyamanan (Smeltzer dan
Bare)
7. Hipnosis
Hipnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah
analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Keefektifan
hipnosis tergantung pada kemudahan hipnotik individu. (Smeltzer dan
Bare)

E. Pengkajian nyeri
Menurut Smeltzer, S.C bare B.G Pengkajian nyeri dapat
dilakukan dengan tujuan nyeri dapat teratasi dengan cepat dan tepat
sesuai kebutuhan yang klien butuhkan untuk mencapai tingkat
kenyamanan pada klien. Sehingga pengkajian yang dilakukan harus
secara komperhensif yang meliputi lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, dan factor pencetus. Pengkajian nyeri
tersebuat dapat dilakukan dengan menggunakan cara atau metode
pengkajian nyeri PQRST. Pengkajian nyeri PQRST meliputi antara
lain yaitu :

8
a. P ( Provocate )
Faktor paliatif meliputi faktor pencentus nyeri, terasa setelah
kelelahan, udaran dingin dan saat bergerak.
b. Q ( Quality )
Kualitas nyeri meliputi nyeri seperti rasa berat, tekanan, terbakar,
teriris, nyeri tumpul, tajam atau seperti ditusuk – tusuk jarum.
c. R (Region )
Adalah daerah perjalanan nyeri, lokasi nyeri meliputi nyeri
abdomen kuadran bawah, luka post operasi dan lain – lain.
d. S ( Skala )
Keparahan atau intensitas nyeri, skala nyeri ringan, sedang, berat
atau sangat nyeri.
e. T ( Time )
Waktu nyeri meliputi: kapan dirasakan, berapa lama dan berakhir.

Menurut Smeltzer, S.C bare B.Gada beberapa skala penilaian nyeri


:

1. Verbal Rating Scale (VRS)


Menggunakan suatu word list untuk mendeskripsikan nyeri
yang
dirasakan. Pasien disuruh memilih kata-kata atau kalimat yang
menggambarkan karakteristik nyeri yang dirasakan dari word
listm yang ada. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui
intensitas nyeri dari saat pertama kali muncul sampai tahap
penyembuhan. Penilaian ini menjadi beberapa kategori nyeri,
yaitu :
- tidak nyeri (none)
- nyeri ringan (mild)
- nyeri sedang (moderate)
- nyeri berat (severe)
- nyeri sangat berat (very severe)

9
2. Numerical Rating Scale (NRS)
Metode ini menggunakan angka-angka untuk
menggambarkan range dari intensitas nyeri. Umumnya pasien
akan menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan dari
angka 0-10. “0” menggambarkan tidak ada nyeri sedangkan
“10” menggambarkan nyeri yang hebat.

3. Visual Analogue Scale (VAS)


Paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri.
Metode ini menggunakan garis sepanjang 10 cm yang
menggambarkan keadaan tidak nyeri sampai nyeri yang sangat
hebat. Pasien menandai angka pada garis yang menggambarkan
intensitas nyeri yang dirasakan. Keuntungan menggunakan
metode ini adalah sensitif untuk mengetahui perubahan
intensitas nyeri, mudah dimengerti dan dikerjakan, dan dapat
digunakan dalam berbagai kondisi klinis. Kerugiannya adalah
tidak dapat digunakan pada anak-anak dibawah 8 tahun dan
mungkin sukar diterapkan jika pasien berada dalam nyeri hebat.

10
4. Wong-Baker Faces Pain Rating Scale
Skala dengan enam gambar wajah dengan ekspresi yang
berbeda, dimulai dari senyuman sampai menangis karena
kesakitan. Skala ini berguna pada pasien dengan gangguan
komunikasi, seperti anak-anak, orang tua, pasien yang
kebingungan atau pada pasien yang tidak mengerti dengan
bahasa lokal setempat

11
BAB III
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR dan TOOLS CONTROL
PAIN

Berikut standar operasional prosedur (SOP) yang digunakan teknik non


farmakologi mengatasi nyeri antara lain :
1. MEMBIMBING RELAKSASI DISTRAKSI
a. SOP MEMBIMBING RELAKSASI DISTRAKSI

PENGERTIAN Memberikan rasa nyaman kepada pasien yang mengalami nyeri.

TUJUAN 1. Menghilangkan atau mengurangi nyeri


2. Menurunkan ketegangan otot
3. Menimbulkan perasaan aman dan damai
INDIKASI 1. Pasien yang merasakan nyeri
2. Nyeri abdomen dengan skala nyeri 0-3
3. Pasien yang mengalami skala 0-3 (nyeri ringan)
4. Pasien yang mengalami skala nyeri 4-6 (nyeri sedang)
PERSIAPAN a. Alat dan Bahan : Lotion/Minyak/Musik/Menonton TV
b. Pasien : Posisi pasien senyaman mungkin

PROSEDUR A. Tahap Prainteraksi


1. Membaca status pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan peralatan (Lotion/Minyak/Musik/Menonton TV)
B. Tahapan Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien
2. Validasi kondisi pasien
3. Kontrak waktu
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien dan
keluarga

12
C. Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan pada pasien untuk bertanya jika kurang jelas
2. Tanyakan keluhan pasien
3. Menjaga privacy pasien
4. Memulai dengan cara yang baik
5. Mengatur posisi pasien agar rileks tahap beban fisik
6. Memberikan penjelasan pada pasien beberapa cara distraksi :
a. Bernafas pelan-pelan
b. Massage sambil bernafas pelan-pelan
c. Mendengarkan lagu sambil menepuk-nepuk jari kaki
d. Membayangkan hal-hal yang indah sambil menutup mata
e. Menonton TV
f. Berbincang-bincang dengan orang lain
7. Menganjurkan pasien untuk melakukan salah satu teknin distraksi
tersebut bila terasa nyaman atau ketidaknyamanan
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat
5. Melepas sarung tangan
6. Cuci tangan

E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respon pasien terhadap teknik distraksi
3. Paraf dan nama perawat jaga.

13
REFERENSI Smith, S.F., Duell, D.j., & Martin, B. C. (2013). Clinical nursing

Nova. 2014. Membimbing Relaksasi Distraksi. Jakarta. Retrieved :


https://www.academia.edu/10140085/SOP_TEKNIK_DISTRAKSI_RELAKSASI

Andarmoyo, Sulistya. 2013. Konsep Dan Keperawatan Nyeri. Yogyakarta:AR-


RUZZ MEDIA.

Alimul, A. Aziz. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba


Medika.

Notoatmojodjo,S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

14
b. TOOLS MEMBIMBING RELAKSASI DISTRAKSI

NAMA :

NIM :

TANGGAL :

NO TINDAKAN BOBOT YA TIDAK


A. Tahap Prainteraksi
1. Membaca satatus pasien 2
2. Mencuci tangan 4
3. Menyiapkan alat 3
B. Tahap Orientasi
1. Memberikan salam kepada pasien 2
2. Validasi kondisi pasien 2
3. Kontrak waktu 4
4. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang 3
akan dilakukan pada pasien dan
keluarga
C. Tahap Kerja
1. Berikan kesempatan pada pasien untuk 2
bertanya jika kurang jelas
2. Tanyakan keluhan pasien 2
3. Menjaga privacy pasien 2
4. Memulai dengan cara yang baik 3
5. Mengatur posisi pasien agar rileks 4
tahap beban fisik
6. Memberikan penjelasan pada pasien
beberapa cara distraksi :
a. Bernafas pelan-pelan 6

15
b. Massage sambil bernafas pelan- 6
pelan 6
c. Mendengarkan lagu sambil
menepuk-nepuk jari kaki 6
d. Membayangkan hal-hal yang
indah sambil menutup mata 6
e. Menonton TV 6
f. Berbincang-bincang dengan 6
orang lain
g. Menganjurkan pasien untuk 2
melakukan salah satu teknin
distraksi tersebut
7. Menganjurkan pasien untuk mencoba
teknik tersebut bila terasa nyaman atau
ketidaknyamanan

D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien 3
2. Simpulkan hasil kegiatan 2
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan 3
selanjutnya 2
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat 2
5. Melepas sarung tangan 4
6. Cuci tangan

E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan 3
2. Catat respon pasien 2
3. Paraf dan nama perawat jaga 2

16
F. JUMLAH SCORE 100

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡


NILAI = × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖

=……..

17
2. TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY
a. SOP TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY

PENGERTIAN Guided Imagery adalah sebuah teknik yang menggunakan imajinasi dan
visualisasi untuk membantu mengurangi stres dan mendorong relaksasi

TUJUAN Mengarahkan secara lembut seseorang ke dalam keadaan dimana pikiran


mereka tenang dan tetap rileks

INDIKASI 1. Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri akut,darah tinggi,


diabetes

PERSIAPAN 1. Posisi pasien senyaman mungkin

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur dilakukannya Guided Imagery

PROSEDUR A. Tahap Prainteraksi


1. Membaca satatus pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan kepada pasien
dan keluarga
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan sebelum kegiatan

18
C. Tahap Kerja

1. Mencuci tangan
2. Menjaga privasi pasien
3. Memberikan kesempatan klien untuk bertarnya sebelum kegiatan
dilakukan
4. Menggunakan sarung tangan (bila diperlukan)
5. Memberi salam dan menanyakan nama pasien
6. Mengatur posisi pasien agar rileks tanpa beban
7. Dimulai dengan proses relaksasi pada umumnya yaitu meminta
kepada klien untuk perlahan-lahan menutup matanya dan fokus pada
nafas mereka (Baik bapak sekarang bapak bisa menutup kedua mata
bapak perlahan-lahan dan usahakan tetap bernafas dengan baik!)
8. Klien didorong untuk relaks, mengosongkan pikiran dan memenuhi
pikiran dengan bayangan yang membuat damai dan tenang (Sekarang
coba bapak bayangkan hal-hal apa saja yang membuat bapak merasa
nyaman dan bahagia)
9. Klien dibawa menuju tempat spesial dalam imajinasi mereka (misal:
sebuah pantai tropis, air terjun, lereng pegunungan, dll), mereka dapat
merasa aman dan bebas dari segala gangguan (interupsi). (Bila
keadaan klien memungkinkan)
10. Pendegaran difokuskan pada semua detail dari pemandangan tersebut,
pada apa yang terlihat, terdengar dan tercium dimana mereka berada
di tempat special tersebut (Bila keadaan klien memungkinkan)
11. Dalam melakukan teknik ini,dapat juga digunakan adiotape dengan
musik yang lembut atau suara-suara alam sebagai background, waktu
yang digunakan 10-20 menit (Bapak sekarang saya akan memutarkan
music, sehingga bapak bisa focus berimajinasi)
12. Lakukan hingga nyeri sudah berkurang bahkan hilang

19
D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat
5. Melepas sarung tangan
6. Cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respon pasien
3. Paraf dan nama perawat jaga

REFERENSI Weydert, J. A., Shapiro, D. E., Ascara, S. A. (2015). Evaluation of guided


imagery as treatment for recurrent abdominal pain in children: a
randomized controlled trial. BMC pediatrics

Jrank. ( 2013). Guided imagery therapy. Diakses pada 26 Maret 2018 dari
http://www.minddisorders.com/Flu-Inv/Guided-imagery-therapy.html.

Mariyam, & Sri widodo. ( 2012 ). Pengaruh guided imagery terhadap


tingkat nyeri anak usia 7-13 tahun saat dilakukan pemasangan infus di
RSUD kota Semarang. Jurnal. unimus. Ac. Id. 515-1167-1-SM.pdf.

20
b. TOOL TEKNIK RELAKSASI GUIDED IMAGERY

NAMA :

NIM :

TANGGAL :

NO TINDAKAN BOBOT YA TIDAK


A. Tahap Prainteraksi
4. Membaca satatus pasien 2
5. Mencuci tangan 4
6. Menyiapkan alat 3
B. Tahap Orientasi
5. Memberi salam dan menyapa nama 2
pasien 2
6. Validasi kondisi pasien 4
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur
pelaksanaan kepada pasien dan keluarga 3
8. Menanyakan persetujuan dan kesiapan
sebelum kegiatan
C. Tahap Kerja
13. Mencuci tangan 2
14. Menjaga privasi pasien 2
15. Memberikan kesempatan klien untuk 2
bertarnya sebelum kegiatan dilakukan
16. Menggunakan sarung tangan (bila 3
diperlukan) 4
17. Memberi salam dan menanyakan nama 6
pasien 6
18. Mengatur posisi pasien agar rileks tanpa
beban
19. Dimulai dengan proses relaksasi pada

21
umumnya yaitu meminta kepada klien
untuk perlahan-lahan menutup matanya
dan fokus pada nafas mereka (Baik
bapak sekarang bapak bisa menutup 6
kedua mata bapak perlahan-lahan dan
usahakan tetap bernafas dengan baik!)
20. Klien didorong untuk relaks,
mengosongkan pikiran dan memenuhi
pikiran dengan bayangan yang membuat
damai dan tenang (Sekarang coba bapak 6
bayangkan hal-hal apa saja yang
membuat bapak merasa nyaman dan
bahagia)
21. Klien dibawa menuju tempat spesial
dalam imajinasi mereka (misal: sebuah 6
pantai tropis, air terjun, lereng
pegunungan, dll), mereka dapat merasa
aman dan bebas dari segala gangguan
(interupsi). (Bila keadaan klien 6
memungkinkan)
22. Pendegaran difokuskan pada semua
detail dari pemandangan tersebut, pada
apa yang terlihat, terdengar dan tercium
dimana mereka berada di tempat special 5
tersebut (Bila keadaan klien
memungkinkan)
23. Dalam melakukan teknik ini,dapat juga
digunakan adiotape dengan musik yang
lembut atau suara-suara alam sebagai
background, waktu yang digunakan 10-
20 menit (Bapak sekarang saya akan

22
memutarkan music, sehingga bapak bisa
focus berimajinasi)
24. Lakukan hingga nyeri sudah berkurang
bahkan hilang
D. Tahap Terminasi
7. Evaluasi perasaan klien 3
8. Simpulkan hasil kegiatan 2
9. Lakukan kontrak untuk kegiatan 3
selanjutnya 2
10. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat 2
11. Melepas sarung tangan 4
12. Cuci tangan
E. Dokumentasi
4. Catat waktu pelaksanaan tindakan 3
5. Catat respon pasien 2
6. Paraf dan nama perawat jaga 2

F. JUMLAH SCORE 100

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡


NILAI = × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖

=……..

23
3. TEKNIK PIJAT REFLEKSI

a. SOP TEKNIK PIJAT REFLEKSI

PENGERTIAN Pijat dengan melakukan penekanan pada titik - titik syaraf. Titik - titik
syaraf tersebut berada pada kaki, kebanyakan titik - titik syaraf tersebut
berada di telapak kaki, selain kaki pada tangan juga memiliki titik – titik
syaraf tertentu.

TUJUAN 1. Melancarkan peredaran darah.


2. Mencegah berbagai macam penyakit.
3. Mengobati berbagai macam penyakit.
4. Menjaga meningkatkan daya tahan tubuh.
5. Membantu mengatasi stres.
6. Mengurangi ketergantungan obat.
7. Menyembuhkan rasa capek dan pegal.

INDIKASI Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri.

PERSIAPAN Alat dan bahan :

1. Minyak
2. Lotion

PROSEDUR A. Tahap Prainteraksi

1. Membaca status pasien

2. Mencuci tangan

3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam terapeutik

2. Validasi kondisi pasien

24
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan kepada pasien dan
keluarga

4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan sebelum kegiatan

C. Tahap Kerja

1. Menjaga privasi pasien

2. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya sebelum kegiatan


dilakukan

3. Menggunakan sarung tangan (bila diperlukan)

4. Memberi salam dan menanyakan nama pasien

5. Mengatur posisi pasien agar rileks tanpa beban

6. Waktu pijat refleksi biasa dilakukan selama 30 sampai 45 menit.


Tetapi bagi penderita penyakit kronis, lanjut usia harus lebih
pendek disesuaikan dengan kemampuannya.

7. Setiap titik refleksi hanya dipijat 5 sampai 9 menit dalam sekali


pengobatan.

8. Bisa menggunakan minyak agar kulit tidak lecet tatkala dipijat.

9. Daerah refleksi yang terdapat dikaki,cara pijatnnya dari arah


bawah keatas. Kesemuannya ini disesuaikan menurut arah aliran
darah mengalir.

10. Ketika melakukan pijat refleksi pada kaki perlu menggunakan


tulang jari telunjuk uyang dilipatkan untuk memijat, dipake khusus
titik refleksi yang agak tersembunyi atau telapak kaki yang banyak
dagingnnya.

11. Kebanyakan orang memerlukan waktu perawatan 4 sampai 8


minggu untuk memperoleh hasil yang memuaskan. Tetapi bagi

25
pasien yang berpenyakit kronis dipijat 3 kali dalam seminggu
sekali. Jangan memijat setiap hari.

12. Usahakan komunikasi padsien dengan pemijat terjalin dengan baik,


jangan membicarakan segala sesuatu yang dapat memberatkan
mental pasien khususnnya mengenai pasien.

13. Cucilah tangan sehabis memijat.

D. Tahap Terminasi
1. Evaluasi perasaan klien
2. Simpulkan hasil kegiatan
3. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat
5. Melepas sarung tangan
6. Cuci tangan
E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan
2. Catat respon pasien
3. Paraf dan nama perawat jaga

REFERENSI - Andarmoyo, Sulistya. 2013. Konsep Dan Keperawatan Nyeri.


Yogyakarta:AR-RUZZ MEDIA.
- Alimul, A. Aziz. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
- Notoatmojodjo,S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
- Best, T. M., R. Hunter, A. Wilcok and F. Haq (2008). Masase.

26
b. TOOL TEKNIK PIJAT REFLEKSI

NAMA :

NIM :

TANGGAL :

NO TINDAKAN BOBOT YA TIDAK


A. Tahap Prainteraksi
4. Membaca status pasien 2

5. Mencuci tangan 4

6. Menyiapkan alat 3

B. Tahap Orientasi

5. Memberikan salam terapeutik 3

6. Validasi kondisi pasien 2

7. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 4

kepada pasien dan keluarga

8. Menanyakan persetujuan dan kesiapan sebelum 3


kegiatan

C. Tahap Kerja

14. Menjaga privasi pasien 3

15. Memberikan kesempatan klien untuk bertanya 3


sebelum kegiatan dilakukan

16. Menggunakan sarung tangan (bila diperlukan) 2

27
17. Memberi salam dan menanyakan nama pasien 3

18. Mengatur posisi pasien agar rileks tanpa beban 4

19. Waktu pijat refleksi biasa dilakukan selama 30 6


sampai 45 menit. Tetapi bagi penderita penyakit
kronis, lanjut usia harus lebih pendek disesuaikan
dengan kemampuannya.

20. Setiap titik refleksi hanya dipijat 5 sampai 9 6

menit dalam sekali pengobatan.


6
21. Bisa menggunakan minyak agar kulit tidak lecet
tatkala dipijat.

22. Daerah refleksi yang terdapat dikaki,cara 6


pijatnnya dari arah bawah keatas. Kesemuannya
ini disesuaikan menurut arah aliran darah
mengalir. 6

23. Ketika melakukan pijat refleksi pada kaki perlu


menggunakan tulang jari telunjuk uyang
dilipatkan untuk memijat, dipake khusus titik
refleksi yang agak tersembunyi atau telapak kaki
6
yang banyak dagingnnya.

24. Kebanyakan orang memerlukan waktu perawatan


4 sampai 8 minggu untuk memperoleh hasil yang
memuaskan. Tetapi bagi pasien yang berpenyakit
kronis dipijat 3 kali dalam seminggu sekali.
Jangan memijat setiap hari.
5
25. Usahakan komunikasi padsien dengan pemijat
terjalin dengan baik, jangan membicarakan segala
sesuatu yang dapat memberatkan mental pasien

28
khususnnya mengenai pasien.

D. Tahap Terminasi
7. Evaluasi perasaan klien 3
8. Simpulkan hasil kegiatan 2
9. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 3
10. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat 2
11. Melepas sarung tangan 2
12. Cuci tangan 4

E. Dokumentasi
1. Catat waktu pelaksanaan tindakan 3
2. Catat respon pasien 2
3. Paraf dan nama perawat jaga 2

F. JUMLAH SCORE 100

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡


NILAI = × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖

=……..

29
4. TEKNIK RELAKSASI (NAFAS DALAM)
a. SOP TEKNIK RELAKSASI (NAFAS DALAM)

PENGERTIAN Merupakan metode efektif untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien yang
mengalami nyeri akut. Rileks sempurna yang dapat mengurangi
ketegangan otot,rasa jenuh,kecemasan sehingga mencegah menghebatnya
stimulasi nyeri.

TUJUAN Untuk dapat mengurangi/menghilangkan rasa nyeri

INDIKASI 1. Dilakukan untuk pasien yang mengalami nyeri akut

PERSIAPAN 1. Posisi pasien senyaman mungkin

2. Menjelaskan tujuan dan prosedur dilakukannya teknik relaksasi (nafas


dalam)

PROSEDUR A. Tahap Prainteraksi


1. Membaca satatus pasien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi
1. Memberi salam dan menyapa nama pasien
2. Validasi kondisi pasien
3. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan kepada pasien dan
keluarga
4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan sebelum kegiatan

30
C. Tahap Kerja

1. Menjaga privasi pasien


2. Memberikan kesempatan klien untuk bertarnya sebelum kegiatan
dilakukan
3. Menggunakan sarung tangan (bila diperlukan)
4. Memberi salam dan menanyakan nama pasien
5. Mengatur posisi pasien agar rileks tanpa beban
6. Menginstruksikan pasien untuk tarik nafas dalam sehingga rongga
paru berisi udara
7. Menginstruksikan pasien secara perlahan dan menghembuskan
udara membiarkannya keluar dari setiap bagian anggota tubuh,
pada waktu bersamaan minta pasien untuk memusatkan perhatian
betapa nikmatnya rasanya
8. Menginstruksikan pasien untuk bernafas dengan irama normal
beberapa saat (1-2 menit)
9. Menginstruksikan pasien untuk bernafas dalam, kemudian
menghembuskan secara perlahan dan merasakan saat ini udara
mengalir dari tangan, kaki, menuju ke paru-paru kemudian udara
mengalir ke seluruh tubuh
10. Meminta pasien untuk memusatkan perhatian pada kaki dan
tangan, udara yang mengalir dan merasakan keluar dari ujung-
ujung jari tangan dan kaki dan rasakan kehangatannya
11. Menginstruksikan pasien untuk mengulangi teknik-teknik ini
apabila rasa nyeri kembali lagi
12. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta pasien untuk
melakukan secara mandiri

31
D. Tahap Terminasi
13. Evaluasi perasaan klien
14. Simpulkan hasil kegiatan
15. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
16. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat
17. Melepas sarung tangan
18. Cuci tangan
E. Dokumentasi
4. Catat waktu pelaksanaan tindakan
5. Catat respon pasien
6. Paraf dan nama perawat jaga

REFERENSI - Andarmoyo, Sulistya. 2013. Konsep Dan Keperawatan Nyeri.


Yogyakarta:AR-RUZZ MEDIA.
- Alimul, A. Aziz. 2012. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta:
Salemba Medika.
- Notoatmojodjo,S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta.
- Best, T. M., R. Hunter, A. Wilcok and F. Haq (2008). Masase.

32
b. TOOL TEKNIK RELAKSASI (NAFAS DALAM)

NAMA :

NIM :

TANGGAL :

NO TINDAKAN BOBOT YA TIDAK


A. Tahap Prainteraksi
7. Membaca satatus pasien 2
8. Mencuci tangan 4
9. Menyiapkan alat 3
B. Tahap Orientasi
9. Memberi salam dan menyapa nama pasien 2
10. Validasi kondisi pasien 2
11. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan 4
kepada pasien dan keluarga
12. Menanyakan persetujuan dan kesiapan sebelum 3
kegiatan
C. Tahap Kerja
1. Menjaga privasi pasien 2
2. Memberikan kesempatan klien untuk bertarnya 2
sebelum kegiatan dilakukan
3. Menggunakan sarung tangan (bila diperlukan) 2
4. Memberi salam dan menanyakan nama pasien 3
5. Mengatur posisi pasien agar rileks tanpa beban 4
6. Menginstruksikan pasien untuk tarik nafas dalam 6
sehingga rongga paru berisi udara
7. Menginstruksikan pasien secara perlahan dan
menghembuskan udara membiarkannya keluar 6

33
dari setiap bagian anggota tubuh, pada waktu
bersamaan minta pasien untuk memusatkan
perhatian betapa nikmatnya rasanya
8. Menginstruksikan pasien untuk bernafas dengan 6
irama normal beberapa saat (1-2 menit)
9. Menginstruksikan pasien untuk bernafas dalam, 6
kemudian menghembuskan secara perlahan dan
merasakan saat ini udara mengalir dari tangan,
kaki, menuju ke paru-paru kemudian udara
mengalir ke seluruh tubuh
10. Meminta pasien untuk memusatkan perhatian 6
pada kaki dan tangan, udara yang mengalir dan
merasakan keluar dari ujung-ujung jari tangan
dan kaki dan rasakan kehangatannya
11. Menginstruksikan pasien untuk mengulangi 6
teknik-teknik ini apabila rasa nyeri kembali lagi
12. Setelah pasien merasakan ketenangan, minta 5
pasien untuk melakukan secara mandiri

D. Tahap Terminasi
13. Evaluasi perasaan klien 3
14. Simpulkan hasil kegiatan 2
15. Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya 3
16. Akhiri kegiatan, bereskan alat-alat 2
17. Melepas sarung tangan 2
18. Cuci tangan 4

E. Dokumentasi
7. Catat waktu pelaksanaan tindakan 3

34
8. Catat respon pasien 2
9. Paraf dan nama perawat jaga 2

F. JUMLAH SCORE 100

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡


NILAI = × 100
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖

=……..

35
DAFTAR PUSTAKA

- Ganda, Sigalingging . (2013). Buku Panduan Labolatorium Kebutuhan


Dasar Manusia. Jakarta: EGC
- Uliyah, Musrifatul. Haryaton, A. Ajiz Alimul. (2013). Buku Saku
Praktikum Keutuhan Dasar Manusia. Hal 172. Jakarta : EGC
- Wartonah. Tarwoto. (2014). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
- Alimul, Ajiz.A. (2014). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta :
Salemba Medika
- Moorhead, S. (2015). Nursing Outcomes Classification (NOC) :
Measurement Of Health Outcomes. 5th Edition . Missouri: Elsevier
Saunder
- Herdman. T.H. (2015).NANDA International Nursing Diagnoses:
Definition & Classification 2015-2017. Oxford:Wiley-Blackwell
- Bulechek, G.(2015). Nursing Interventions Classification (NIC).6th
Edition. Missouri: Elseiver Mosby

36

Vous aimerez peut-être aussi