Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Jika kita mendengar kata stress pasti sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Kata
ini sering kali diucapkan ketika seseorang mengalami tekanan atau frustasi dalam
kehidupannya, dimana masalah yang dialami tidak dapat diselesaikan. Dan jika seseorang
tidak dapat mengatasi atau ,mengadaptasi stresnya maka dapat menimbulkan penyakit. Jadi,
tidak seorang pun yang mampu menghilangkan stress karena jika dihilangkan sama saja
orang tersebut menghancurkan hidupnya. Sebab stress tidak hanya menimbulkan masalah
namun juga dapat menjadi motivasi dalam menjalani kehidupan kita.
Nah, untuk mempertahankan tubuh agar tetap seimbang ketika seseorang mengalami
stress perlu dilakukan adaptasi. Adaptasi sangatlah penting diperlukan oleh tubuh dalam
situasi seseorang mengalami tekanan karena dengan mampunya beradaptasi tubuh akan tetap
seimbang. Kemampuan adaptif ini sebagai bentuk dinamik dari keseimbangan internal tubuh.
Namun setiap orang akan berbeda dalam prilaku adaptif ada yang dapat berjalan dengan
cepat tapi ada juga yang berjalan secara perlahan-lahan. Itu semua tergantung dari
kematangan mental orang tersebut. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk
perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau
penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992).
Selain saat kita mengalami stress harus mampu beradaptasi, kita juga perlu
meresponsnya. Riset klasik yang dilakukan oleh Selye (1946, 1976) telah mengidentifikasi
dua respons fisiologis terhadap stress, yaitu Sindrom Adaptasi Lokal (LAS) dan Sindrom
Adaptasi Umum (GAS). Respons seseorang terhadap stress dapat berbeda-beda walaupun
dihadapkan pada masalah yang sama.
Alasan inilah yang membuat kami ingin menjelaskan mengenai adaptasi dan respons
terhadap stress secara lebih spesifik sehingga kita mampu membedakan antara adaptasi
dengan respons. Selain itu kita bisa lebih memahami lagi materi mengenai Adaptasi.
1
1.2 RUMUSAN MASALAH
2
BAB II
PENDAHULUAN
3
menimbulkan kematian, sebaliknya jika berhasil infeksi akan dapat teratasi dan
pulih kembali
2. Perkembangan
Dimensi adaptif perkembangan meliputi koping yang berhasil dalam tugas
atau tahap perkembangan sebelumnya dan adaptasi yang berhasil terhadap stresor
sebelumnya.
3. Emosional
Dimensi adaptif emosional adaah mekanisme pertahanan psikologis dan
kekuatan kepribadian individu. Contohnya stresor perkosaan, jika tidak berhasil
beradaptasi ia akan mengalami ketakutan yang tidak rasional seperti takut kepada
pria, jika berhasil maka akan mengalami integrasi ingatan traumatik dapat
berfungsi sebagai penasihat untuk orang lain dipusat krisis pemerkosaan.
4. Intelektual
Dimensi adaptif intelektual diataranya pendidikan formal, kemampuan untuk
menyelesaikan masalah, keterampilan berkomunikasi, persepsi realistik, dan
mobilisasi kesadaran terhadap strategi koping positif masa lalu. Contohnya stresor
seseorang didiagnosis menderita kanker, adaptasi yang gagal adalah menyangkal
adanya kanker dan mengabaikan semua pengobatan. Adaptasi yang berhasil
adalah menggunakan pendekatan penyelesaian masalah yang aktif untuk
mengambil keputusan tentang pengobatan dan perawatannya.
5. Sosial
Dimensi adaptif sosial meliputi jaringan sosial yang memberikan dukungan
dan orang lain yang memberikan dukungan dapat mengarahkan individu kepada
sumber yang dibutuhkan. Pecandu alkohol dalam keluarga merupakan contoh
stresor, jika gagal beradaptasi, individu akan menarik diri dari keluarga dan
kontak sosial lainnya, sebaliknya adaptasi yang berhasil adalah partisipasi aktif
dari semua anggota keluarga dalam kelompok pendukung (Alcoholic
Anonymous).
6. Spiritual
Kelompok pendoa dan dukungan dari rohaniwan merupakan dimensi adaptif
spiritual. Contohnya stresor anggota keluarga yang sakit merasa bahwa Tuhan
telah meninggalkannya, adaptasi yang gagal adalah menarik diri dengan tidak
pergi ke tempat ibadah, tidak berbicara dengan pemimpin agama/rohaniawan.
Adaptasi yang berhasil adalah yang bersangkutan mulai mencari teman di tempat
ibadah, menjadi tenaga sukarela untuk aktivitas yang berkaitan dengan tempat
ibadah.
10
Kompensasi adalah menutupi kelemahan dengan menonjolkan berlebihan
dalam bidang yang lain. Kompensasi biasanya dilakukan terhadap
perasaan kurang mampu. Contohnya, tidak pandai di sekolah terus
bersangkutan menjadi pengebut yang ulung, frustasi dalam percintaan ,
kemudian ia makan berlebihan dan tidak senang di lampaui atau diungguli
oleh orang lain, kemudian ia melakukakn kritik yang merusak.
l. Salah Pindah ( displacement )
Mengalihkan emosi yang semestinya diarahkan pada orang atau benda
tertentu ke benda atau orang yang netral atau tidak membahayakan.
Contoh seorang anak yang dimarahi oleh ibunya, kemudian memukuli
adiknya atau menendang kucingnya karena ia tidak berani marah dengan
ibunya.
m. Pelepasan (undoing)
Meniadakan atau membatalkan suatu pikiran, kecendrungan, atau tindakan
yang tidak disetujui. Contohnya seorang suami yang tidak setia
memberikan bermacam – macam hadiah kepada istrinya.
n. Penyekatan emosi (emotional insulation)
Individu mengurangi tingkat keterlibatan emosinya dalam keadaan yang
dapat menimbulakan kekecewaan atau sesuatu yang menyakitkan .
contohnya seorang pemuda setelah putus cinta dengan pacarnya,
melakukan penyekatan diri , sehingga ia merasa tidak akan mungkin lagi
menjalani hubungan emosionla yang erat dengan seorang wanita.
o. Isolasi (intelektualisasi, disosiasi)
Bentuk penyekatan emosional, beban emosi dalam keadaan menyakitkan
diputuskan atau diubah (distorsi). Contohnya rasa sedih karena kematian
kekasih dikurangi dengan mengatakan sudah nasibnya atau sekarang ia
sudah tidak menderita lagi. Seseorang dapat mengurangi rasa bersalah
karena perbuatan tidak layak dengan menunjuk pada relativitas sebuah ide
baik dan buruk atau benar dan salah dalam kebudayaan.
p. Simpatisme
Mendapatkan simpati dengan menceritakan berbagai kesukarannya.
Contoh : menceritakan penyakit yang dialaminya agar mendapatkan
simpati sehingga memperkuat harga diri.
q. Pemeranan (acting out)
Mengurangi ketegangan oleh keinginan yang terlarang dengan
membiarkan ekspresinya. Hal ini ummnya tidak dilakukan tetapi jika
individu lemah dalam pengawasan kesusilaannya.
r. Fiksasi
11
Feist dan Feist (2009) mengatakan pada ummunya pertumbuhan psikis
lazimnya bergerak secara kontinu melalui serangkaian tahap
perkembangan, tetapi proses pendewasaan secara psikologis tidaklah bebas
dari momen-momen yang penuh dengan stress maupun kecemasan.
Dengan perkembangan yang lanjut menimbulkan kecemasan begitu besar
sehingga ego bisa dipertahankan yang terasa lebih nyaman disebu fiksasi.
s. Menarik diri
Perkembangan kepribadian bisa berhenti jika manusia menghindari
kesulitan. Mneurut Adler, kecendrungan ini sebagai menarik diri atau
perlindungan dengan membuat jarak dan menyebutkan 4 cara
perlindungan dalam menarik diri yaitu :
1) Bergerak mundur
Kecendrungan untuk melinfungan tujuan superioritas fiksional
seseorang dengan cara psikologis kembali pada periode kehidupan
yang lebih aman. Konsp ini mirip dengan konsep regresi Freud,
keduanya melingkupi usaha kembali pada fse kehidupan awal lebih
nyaman. Bergerak mundur bertujuan untuk memperoleh simpati,
sikap menganggu ditawarkan secara berlebihan kepada anak-anak
yang manja.
2) Berdiam diri
Kecendrungan menarik diri mirip dengan bergerak mundur tetapi
tidak terlalu parah. Orang berdiam diri cenderung menghindari
semua tanggung jawab dengan melindungi dirinya sendiri dari
ancaman kegagalan karena tidak mampu mencapai tujuannya.
Contoh : seorang anak miskin malu bergaul dengan teman-
temannya yang kaya, maka anak miskin tersebut menjauh dari
anak-anak kaya yang sebenarnya mereka mau menerima anak
miskin tersebut.
3) Ragu-ragu
Ada orang yang memiliki sifat ini ketika dihadapkan pada masalah
sulit. Adler percaya kebanyakan perilaku kompulsif untuk
membuang-buang waktu. Menghancurkan pekerjaan yang sudah
dimulai dan meninggalkan tidak terlesaikan adalah berbagai contoh
keragu-raguannya.
4) Membangun penghalang
Mampu mengatasi masalah, mereka melindungi harga diri dan
wibawa mereka. (Feist dan Feist, 2009)
12
2. Coping berfokus pada masalah (problem-focused coping)
Merupakan upaya mengurangi stressor dengan mempelajari cara-cara atau
keterampilan yang baru digunakan mengubah situasi, keadaaan, atau pokok
permasalahan. Smet (2014) menyatakan individu akan cenderung menggunakan
strategi ini jika dirinya yakun mengubah situasi. Coping berfokus pada emosi
sering kita gunakan dalam beraktivitas sehari-hari.
Billing dan Moos membuat kategori coping menjadi 2 macam, yaitu metode
coping aktif atau menghindar (avoidant) dan coping dilihat sebagai respons fokus
(orientasi masalah dan orientasi emosi), (Rice, 1992).
Menurut Matheny, dkk. Ada 2 model coping yaitu kombatif dan preventif
(Rice, 1992). :
a. Coping kombatif adalah escape learning (penyelesaian) dengan langsung
mengatasi persoalan. Coping ini meliputi monitoring stress dan simtom,
menyusun kekuatan atau sumber daya, menyerang stressor dengan
penyelesaian masalah, asertivitas, dan desentisasi, menoleransi stressor
dengan cognitive restructuring, menyangkal (denial), sensation focusing,
menurunkan ketegangan dengan relaksasi, disclosure, katarsis, dan self
adjustment.
b. Coping preventif (avoidant learning atau penghindaran) adalah upaya
menghindari dari distress, sehingga individu lebih tahan terhadap stress.
Coping ini meliputi menghindari stressor melalui life adjustment,
aadjusting tingkat tuntutan, mengubah pola perilaku yang menimbulkan
stress (altering stress-inducing behavior patern), mengembangkan sumber
daya coping individu seperti aset fisiologis berupa kesehatan fisik, dan
olahraga, asset psikoligis berupa harga diri, kepercayaan diri, dan sense of
control, aset kognitif berupa kompetensi akademik, perubahan keyakinan,
persepsi, penilaian, penilaian stress dan kemampuan manajemn waktu, aset
sosial berupa (dukungan sosial dan kemampuan menjalin hubungan), dan
aset financial berupa sumber keuangan dan pekerjaan.
Adalah atribut-atribut fisik positif dari seseorang, seperti kekuatan, kesehatan dan
daya tarik dapat berguna dalam menanggulangi stressor
14
rileks bawah sadar kita dapat bekerja dengan optimal, sehingga system vital tubuh kita
dapat berfungsi secara adekuat untuk memelihara keadaan kesehatan kita.
A. Perubahan Cara Merespon
Pada hakikatnya, jumlah stressor makin hari makin bertambah, kemungkinan
stressor berkurang sesuatu yang tidak mungkin, mengingat perkembangan kehidupan
di berbagai aspek mengalami perubahan menuju makin kompleks dan bervariasinya
kebutuhan manusia. Tuntutan pemenuhan kebutuhan manusia menjadi makin beragam
dan cepat berubah. Aktivitas kehidupan lingkungan kehidupan juga mengalami
prubahan dengan cepat, tuntutan kebutuhan makin memberikan tekanan, baik tekanan
kebutuhan maupun tekanan waktu. Generasi yang mampu bertahan hidup adalah
individu yang mampu belajar-belajar dan menikmati ‘future shock’ dari perubahan
dunia (Charleswort dan Nathan, 1997).
Generasi yang bisa menyesuaikan diri terhadap perubahan zaman adalah
geberasi yang menyadari bahwa kita tidak dapat mengubah sepenuhnya semua
sumber stress yang ada di dalam lingkungan kita dan lingkungan sekitar diri kita,
mengingat ada suatu peristiwa atau kejadian yang ada di sekitar kita yang tidak dapat
kita kendalikan. Contoh: jika ada orang yang mampu membicarakan kelemahan kita,
orang yang ‘menghina’ kita, sesungguhnya hal yang demikian yang tidak dapat kita
kendalikan. Cara yang terbaik adalah adanya perubahan dalam diri kita cara mrespons
terhadap cara stressor. Pada umumnya, ada sebagian orang merespon terhadap
peristiwa atau kejadian yang menimpanya dengan respons ‘stres’ dan masih jarang
yang kita jumpai seseorang yang mampu merespon terhadap stressor dengan respon
‘rileks’. Respon rileks memberikan kesempatan pada diri kita untuk mrngumpulkan
energy positif, mengurangi tekanan pada alam bawah sadar, dan menemukan berbagai
alternatife untuk merespon secara tepat dan efektif.
B. Pentingnya latihan
Agar dapat mengelola stress terutama stressor dengan optimal dan memperoleh
hasil sesuai harapan perlu latihan secara teratur , terus menerus, perlahan, namun
pasti. Dengan latihan secara teratur dihrapkan terbentuk kebiasaan baru yang
bermanfaat untuk meningkatkan kualitas hidup. Untuk mulai mengelola stressor
dengan upaya latihan di perlukan waktu dan pengambilan keputusan untuk mulai
melakukannya. Berkenaan dengan pengambilan keutusan tersebut, carilah alasan yang
tepat, sehingga keputusan yang di ambil sesuai kodisi yang ada. Keputusan untuk
latihan harus diambil tanpa memperhitungkan berhasil atau gagal. Inilah cara terbaik
untuk melatih diri merespon dengan respons rileks (charelsworth dan Nathan ,1997).
15
Dalam hokum pendidikan dari Thorndike, satu di antaranya adalah ‘ Trial Error ‘
mencoba dan gagal. Mungkin, mengawali latihan muncul berbagai respons yang tidak
mengenakan seperti pusing, mual dan rasa tak enak. Adakalanya seseorang
menyebutnya sebagai kegagalan, padahal itu reaksi normal menuju perubahan yang
diinginkan. Perlulah bagi siapapun juga untuk memahami hokum mencoba dan gagal,
mencoba dan gagal lagi. Suatu ketika ketika kita tabah dan terus mencobanya, pasti
akan berhasil. Orang yang berhasil adalah orang yang tiada henti-hentinya berusaha,
sebaliknya orang yang gagal adalah orang yang berhenti unyuk berusaha. Hambatan
pribadi untuk mengelola stress adalah takut akan mengambil banyak waktu, sehingga
mengganggu produktivitas kerja. Padahal ketakutan atau rintangan apapun bentuknya
dapat menjadi pupuk bagi kreativitas seseorang, termasuk kreativitas dalam
mengelola stress yang ada. Mengubah kebiasaan hidup yang menimbulkan stress
menjadi kemampuan manajemen stress dan pengendali diri yang positif merupakan
keahlian untuk mengontrol hidup. Tidak mengelola stress juga merupakan kebiasaan,
namun resiko hidup jadi tidak nyaman. Hamper segala sesuatu yang dilakukan
merupakan kebiasaan. Satu di antaranya cara terbaik untuk mengubah kebiasaan
buruk adalah menggantinya dengan kebiasaan yang bermanfaat untuk mengelola
stress. Jangan berkonsentrasi dengan kebiasaan buruk yang sedang dan akan
dilakukan, tetapi mulailah berkonsentrasi pada kebiasaan manajemen stress yang akan
dilatih dan dikembangkan. Latihan adalah awal untuk mencapai suatu keterampilan,
demikian halnya untuk mencapai hasil yang diinginkan teruslah berlatih sampai
merasakan ada perubahan yang bermakna dalam diri. Waitley mengemukakan sepuluh
sifat orang sukses yang diawali sebelumnya oleh kegagalan ( carlesworth dan
Nathan ,1997 ). Beliau meneliti orang yang berhasil mengelola stress dan hiduo
dengan nyaman. Sepuluh sifat tersebut adalah :
1. Kesadaran diri yang positif : mengerti asal mula kita
2. Penghargaan diri yang positif : menyukai diri sendiri
3. Pengendalian diri yang positif : mewujudkan untuk diri sendiri
4. Motivasi yang positif : menginginkan dan memutuskan keinginan yang di dapat
5. Harapan yang positif : memutuskan akan melakukan sesuatu lebih baik di waktu
mendatang
6. Imajinasi tentang diri sendiri yang positif : melihat pada diri sendiri berubah dan
berkembang
7. Bimbingan diri yang positif : mempunyai rencana kegiatan
8. Disiplin diri yang positif : mempraktikkan secara mental
9. Penilaian diri yang positif : menilai diri sendiri sebagai manusia
10. Proyeksi diri yang positif : merepleksikan berjalan, berbicara, dan mendengar`
16
Semua sifat di atas penting untuk mencapai kesuksesan dalam hidup. Orang yang
berhasil dalam hidup ini akan berkata, ‘ saya membuat itu terjadi pada saya ‘.
Sebaliknya prang yang gagal akan berkata, ‘ itu selalu terjadi pada saya ‘
C. Latihan relaksasi
Dalam manajen stress, ada berbagai cara atau kegiatan yang dapat dilakukan
untuk mengurangi bahkan menghilangkan pengaruh negative dan stress. Dari berbagai
cara yang ada, satu di antaranya yang penting adalah teknik relaksasi. Latihan dalam
upaya relaksasi merupakan elemen yang paling vital dalam manjemen stress untuk
mencapai kemampuan relaksasi. Charleswort dan Nathan (1997) mengemukakan
bahwa untuk mencapai kemampuan relaksasi dengan cepat berbagai situasi memiliki
berbagai tujuan. Kemampuan rileks bertujuan membantu mengurangi keletihan dan
keraguan yang ada dan dengan kemampuan itu memberi keleluasan untuk
memutuskan penanganan situasi yang membuat stress, sehingga mampu mengurangi
kecemasan, marah, atau memberikan reaksi bertempur atau lari dan menikmati
pengalaman yang demikian. Dengan tetap berusaha untuk tenang, terkendali, dan
rileks adalah suatu kemampuan yang dapat mengubah situasi stress menjadi suatu
situasi yang dapat dinikmati dan efeknya minimal menjadi netral. Dewasa ini, ada
banyak pita kaset yang dijual berisi program relaksasi, bahkan berbagai tenaga terlatih
dan tenaga professional termasuk perawat kesehatan yang merekam program atau
teknik relaksasi untuk digunakan kliennya.
17
Penting diketahhui bahwa orang yang mempelajari rileks tidak kehilangan
motivasi, beljar rileks tidak berarti menjadi pemalas dan bosan. Seseorang
pekerja yang mengeluh nyeri di leher dan bahu berseikeras tidak tegang, sehingga
tidak perlu lebih rileks. Ia seseorang yang sukses di suatu perusahaan besar dan
takut jika mempelajari cara rileks akan membuatnya menjadi kurang produktif.
Sesudah berlatih bebrapa minggu ia kaget karena dengan berlatih relaksasi
mampu membuat otot-ototnya rileks tanpa mengurangi prestasi kerjanya, bahkan
ia menjadi lebih energikdan produktif. Energinya hanya digunakan untuk
pekerjaan yang lebih produktif dan digunakan untuk kegiatan-kegiatan yang
rasional.
2. Tempat memperoleh ketegangan otot
Dalam upaya meregangkan otot secara progresif dimulai dengan menegangkan
dan merenggangkan kumpulan otot utama tubuh. Dengan cara ini, kita dapat
mengetahui keberadaan otot itu, hal ini dpat menigkatakan kesadaran terhadap
respons otot tubuh terhadap stress. Mengetahui lokasi dan merasakan otot yang
tegang seseorang dapat merasakan ketiadaan ketegangan dengan lebh jelas.
Dengan dapat mengenali ketegangan otot, akhirnya seseorang dapat membedakan
antara tegang dan rileks (Charlesworth dan Nathan, 1997).
Daerah utama stress berkenaan dengan ketegangan otot adalah kumpulan otot
di seitar kepala, wajah, leher, dan bahu. Biasanya kondisi sangat tegang
berkumpul di otot ini. Kelompok otot lainnya seperti lengan, tangan, dada,
punggung, perut, pinggu, dan kaki juga harus diperhatikan. Pada kenyataannya,
selalu ada perbedaan antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.
Setiap orang merespons sesuai dengan keadaan dirinya, sehingga respons yang
ada sangat bervariasi dalam menanggapi stress.
3. Membangun kebiasaan relaksasi
Melihat jam sering diasosiasikan dengan kecemasan dan ketegangan yang
berlebihan. Mengubah kebiasaan tegang “jam berapa?” ke kebiasaan merespons
relaksasi yang kreatif membantu mengontrol diri terhadap ketegangan tubuh.
Kreatiflah dengan isyarat relaksasi dan gunakan waktu luang untuk berlatih
relaksasi. Selalu ada kesempatan untuk berlatih jika ada niat untuk melakukan
sesuatu yang tlah dirasakan sebagai suatu kebutuhan. Latihan setiap hari akan
membantu untuk mengetahui lokasi otot-otot yang tegang dan mengganggu.
18
Dalam upaya mengatasi stress yang dialami termasuk mencegah agar stress
tidak berlanjut menjadi distress dapat dilakukan berbagai upaya yang bermakna.
Dapat pula terjadi setelah mencoba menghadapi stress, masih saja ada gejala-gejala
sisa atau hal-hal yang tidak mengenakkan, maka dapat dilakukakan suatu upaya untuk
mengeliminasi gejala sisa tersebut misalnya dengan visualisasi atau meditasi. Dalam
mengelola stress sifatnya individual. Upaya yang dilakukan oleh setiap orang
berbeda-beda sesuai dengan jenis dan berat ringannya stress yang dihadapinya, minat,
dan kesesuaiannya dengan cara yang ada, sehingga teknik yang digunakannya pun
berbeda termasuk kombinasi yang dipilih dari teknik yang ada. Strobel (1983) telah
mengombinasikan beberapa metode ke dalam prosedur yang ia namakan reflex yang
tenang. Prosedur ini dirancang untuk mengondisikan subjek agar bereaksi terhadap
stressor dengan menggunakan relaksasi bukan dengan ketegangan. Pada dasarnya,
reflex yang tenang memerlukan berbagai langkah-langkah nyata dalam bereaksi
terhadap stressor yang meliputi (1) tersenyumlah, senyumlah ke dalam diri dengan
mulut dan mata sambil berkata “ siapkan pikiran tenangkan diri”, (2) tarik nafas, tarik
nafas dengan ringan, nafas alami, dan bahu kendur dan rasakan gelombag udara dari
perut dan rasakan perasaan hangat mengalir ke semua arah turun sampai jari-jari kaki.
Demikianlah upaya singkat yang dapat dilakukan dalam menghadapi stress agar tetap
eksis dalam menjalani aktivitas kehidupan sehari-hari yang makin hari makin
beragam tuntutan kebutuhan hidup sesuai dengan perkembangan zaman. Reflex
tenang tersebut bisa menjadi kebiasaan hidup sehari-hari dan memperoleh manfaat
nyata jika dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari dan dilakukan secara terus
menerus tanpa kenal menyerah. Upaya-upaya selengkapnya yang dapat dilakukan
dalam mengelola stress yang dihadapi, agar memperoleh relaksasi yang maksimal dan
kelegaan yang mendalam, meliputi : berfikir positif dan optimis, berpikirlah hal-hal
yang indah dan menarik, tersenyum dan tertawalah, lakukan pernapasan dalam,
autosugesti, ubahlah cara pandang, bentuklah kebiasaan bertoleransi, agama dan
spiritual, bicarakan, asertif, pengaturan makanan dan minuman, olahraga, istirahat-
tidur, rekresi, pengaturan berat badan, dukungan, pengaturan waktu dan keuangan,
keharmonisan keluarga, yoga, dan relaksasi termasuk meditasi.
BAB III
19
PENUTUP
3.1 SIMPULAN
3.2 SARAN
Klien yang dirawat di Rumah sakit tentu mengalami berbagai stress yang
mungkin is sudah tidak mampu mengatasinya. Perawat perlu berupaya membantu
klien menyelesaikan masalah, melatih klien menghadapi dan menyelesaikannya
dan menggerakan sumber yang dimiliki klien. Dengan membantu klien
menghadapi dan menyelesaikan stress berarti perawat telah meningkatkan
kemampuan sumber daya manusia, menghemat hari rawat, menghemat biaya
perawatan dan meningkatkan produktivitas manusia.
20
DAFTAR PUSTAKA
21