Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
(1) Jatuhkan ujung pensil secara acak di halaman tersebut. Amati angka terdekat dengan jatuhnya
ujung pensil, jika angka terdekat adalah 4, maka halaman yang pertama digunakan adalah
halaman 4. Jika ternyata tabel itu hanya 3 halaman, kurangi angka 4 dengan 3 dan diperoleh hasil
1; ini artinya pengambilan sampel dimulai dari halaman 1.
(2) Jatuhkan ujung pensil untuk yang kedua, untuk menetapkan baris dan kolom berapa nomor
sampel diambil dari tabel halaman 1. Sebelah kanan ujung pensil untuk menetapkan baris ke-
dan sebelah kiri ujung pensil untuk menetapkan kolom ke-. Misalkan ujung pensil jatuh di antara
35 dan 11.
(3) Dengan hasil langkah ketiga itu, nomor sampel diambil dari kolom 35 dan baris 11 pada tabel
halaman 1. Dengan petunjuk itu maka didapat deretan bilangan 37053. Mulai dari kelompok
angka ini digunakan 3 angka saja, berjalan ke atas dan ke bawah sampai kebutuhan-kebutuhan
jumlah 100 terpenuhi.
(4) Dengan cara ini nomor sampel yang terambil adalah 775, 476, 793, 889, 688,
348, 126, 633, 110, 738 dan seterusnya sampai diperoleh 100 nomor.
Jika menggunakan tabel yang lengkap, angka nomor sampel dapat dilanjutkan ke deretan
di bawahnya. Apabila tabel bilangan acak hanya termuat pada satu halaman, maka langkah ke (2)
tidak diperlukan.
Dalam hal ini, jika banyaknya anggota populasi kurang dari 1000, katakan 650, maka
nomor bilangan yang lebih dari 650 dan terambil, nomor itu dikurangi dengan 350; jadi untuk
angka 995 akan menjadi 645. Cara ini dapat ditinggalkan apabila tabel bilangan acak terdiri dari
beberapa halaman dan memungkinkan mendapat nomor di bawah 650 yang mencukupi
kebutuhan dengan meninggalkan angka di atas 650.
2. Pengambilan sampel sistematik
Contoh :
Jumlah unit dalam populasi sebesar 200 unit, dan besar sampel yang dikehendaki
misalnya 40 unit. Berarti k = 200/40 = 5. Unsur pertama dapat dipilih secara random dari nomor
urut 1 - 5. Jika yang terpilih adalah unit dengan nomor urut 3, unit-unit sampel berikutnya adalah
(3 + 5) = 8, (3 + 10) = 13, (3 + 15) = 18, (3 + 20) = 23, dan seterusnya, sehingga diperoleh unit
sampel sebanyak 40 unit.
Misalnya, kita ingin meneliti gaya penutur bahasa di Sulawesi Selatan. Populasinya
adalah semua orang di Sulawesi Selatan yang sudah lancar berbicara. Jelas bahwa populasi tidak
homogen, karena di Sulawesi Selatan terdapat lima jenis bahasa dengan gaya penuturan
yang berbeda-beda. Untuk itu, populasi dibagi-bagi menjadi lima sub-populasi, yaitu sub-
populasi Bugis, sub-populasi Makassar, sub-populasi Mandar, sub-populasi Tator, dan sub-
populasi Makassar (campuran). Kemudian ditetapkan ukuran sampel untuk masing-masing sub-
populasi, bolehproporsional boleh juga tidak. Jika tidak proporsional, misalnya dapat diambil
100 orang untuk setiap sub-populasi, sehingga diperoleh 500 orang yang akan menjadi sampel
penelitian. Pengambilan 100 orang dari setiap sub-populasi tersebut dilakukan secara random.
4. Pengambilan Sampel Random Gugus Sederhana
Contoh :
Misalnya populasi penelitian kita adalah warga masyarakat di Kabupaten A, tetapi
daftar dari warga masyarakat tersebut sulit diperoleh. Dalarn kasus ini, warga masyarakat di
Kabupaten A dikelompokkan ke dalam Kelurahan, kemudian dipilih secara random 3 Kelurahan
untuk menjadi sampel penelitian. Jadi sampel yang diselidiki adalah semua warga masyarakat
yang berada pada tiga Kelurahan sampel tersebut.
5. Pengambilan Sampel Gugus Bertahap
Contoh :
Misalnya jika kita mempunyai populasi warga masyarakat di Sulawesi Selatan,
populasi tersebut dapat dibagi kedalam kabupaten-kabupaten sebagai gugus tingkat pertama,
Kecamatan-kecamatan sebagai gugus- gugus tingkat kedua, dan desa-desa sebagai gugus tingkat
ketiga.
Cara pengambilan sampelnya adalah sebagai berikut.
(1) Dipilih lima Kabupaten secara random dari 23 Kabupaten di Sulawesi Selatan.
(2) Dari masing-masing Kabupaten terpilih, dipilih tiga Kecamatan secara random, sehingga
diperoleh 15 Kecamatan sampel.
(3) Dari masing-masing Kecamatan sampel dipilih lagi secara random dua desa, sehingga diperoleh
30 desa sampel.
(4) Semua warga masyarakat yang berada pada ke-30 desa sampel tersebut akan diselidiki sebagai
sampel penelitian.
Contoh :
Peneliti akan mengadakan penelitian tentang minat belajar siswa-siswa SLTP di
seluruh Indonesia. Dengan mempertimbangkan tersedianya tenaga peneliti, waktu dan dana
maka tidak mungkin mengambil seluruh propinsi yang ada. Maka diambil DIY, Medan, Malang,
Bandung dan Menado yang diperkirakan merupakan tempat-tempat yang banyak sekolahnya
sehingga memilih cukup banyak pelajar. Disamping itu juga mengambil beberapa daerah yang
sekolahnya sedikit sebagai imbangan.
2. Data Ordinal
Data ordinal pada dasarnya adalah hasil dari kuantifikasi data kualitatif. Contoh dari data
ordinal yaitu :
Ranking : Satu(1)
Dua(2)
Tiga(3)
Tingkat Pendidikan : (1) TK
(2) SD
(3) SMP
(4) SMA/SMK
(5) DIPLOMA
Tercepat : (1) 15 second
(2) 16 second
(3) 17 second
Topskor : (1) 34 goal
(2) 30 goal
(3) 27 goal
Tertinggi : (1) 190 cm
(2) 180 cm
(3) 175 cm
3. Data Rasio
Data rasio adalah tingkatan data yang paling tinggi. Data rasio memiliki jarak antar nilai
yang pasti dan memiliki nilai nol mutlak yang tidak dimiliki oleh jenis-jenis data lainnya. Contoh
dari data rasio diantaranya: berat badan, panjang benda, jumlah satuan benda.
Skala Peta : 1 :10.000, perbandingan berarti dalam tiap 1cm mewakili 1km
Tinggi : A : 200 cm
4:3
B : 150 cm
Umur : A : 80 th
8:2
B : 20 th
Teknik Sampling
4
Teknik sampling adalah teknik untuk mendapatkan sampel yang representative dari suatu populasi
Teknik sampling meliputi dua hal, yaitu seberapa besar ukuran sampel yang digunakan dan bagaimana
proses atau teknik penarikan sampel tersebut.
Sampel yang baik sedapat mungkin dapat merepresentasikan karakteristik populasi, namun pertanyaan
selanjutnya adalah berapa besar sampel yang digunakan sehingga dianggap mampu merepresentasikan
populasi?
Jawabannya adalah tergantung dari tingkat kepercayaan (convidennce level) dan kesalahan (significance
level) yang dikehendaki, semakin besar tingkat kepercayaan yang dikehendaki maka semakin banyak
sampel yang dibutuhkan, dan sebaliknya semakin rendah tingkat kepercayaan yang dikehendaki maka
semakin sedikit sampel yang dibutuhkan. Dalam prakteknya dilapangan, besar kecilnya tingkat
kepercayaan yang dikehendaki sangat bergantung pada kecukupan tenaga, waktu dan biaya yang
dimiliki oleh si peneliti.
Banyak metode yang dapat digunakan untuk menghitung besarnya sampel, dalam artikel ini akan
dibahas cara menghitung besar sampel dengan metode yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael, dan
juga dengan menggunakan Nomogram Harry King.
a. Metode yang dikembangkan oleh Isaac dan Michael adalah cara untuk menentukan jumlah sampel yang
memenuhi syarat berikut: (1) diketahui jumlah populasinya; (2) pada taraf kesalahan (significance level)
1%, 5% dan 10%; dan (3) cara ini khusus digunakan untuk sampel yang berdistribusi normal, sehingga
cara ini tidak dapat digunakan untuk sampel yang tidak berdistribusi normal, seperti sampel yang
homogen.
Cara menggunakan metode ini sangat praktis, cukup dengan mencocokkan jumlah populasi dengan taraf
kesalahan (significance level) yang dikehendaki.
Contohnya adalah bila seseorang ingin melakukan penelitian pada sebuah sekolah dengan jumlah murid
sebanyak 500 orang, dan peneliti tersebut menetapkan taraf kesalahan (significance level) sebesar 5%,
maka jumlah sampel yang digunakan adalah 205 orang.
b. Selain penentuan jumlah sampel dengan menggunakan tabel (1), cara lain yang bisa digunakan adalah
dengan menggunakan nomogram Harry King, cara ini juga mempersyaratkan data harus kesalahan yang
bervariasi mulai 0,3% sampai 10%.
Cara penggunaannya juga praktis, misalnya populasi berjumlah 200 orang, bila tingkat kepercayaan yang
dikehendaki adalah 5%, maka jumlah sampel yang diambil adalah:
Keterangan:
o Angka 58% didapat dari nomograf dengan menarik garis lurus melewati angka 200 dan taraf kesalahan
5%,
o 1,195 adalah faktor pengali dari selang kepercayaan 95%
Teknik Pengambilan Sampel
Selain jumlah sampel, hal yang juga sangat penting diperhatikan dalam pemilihan sampel penelitian
adalah bagaimana cara/teknik pengambilan sampel (teknik sampling), teknik sampling dikembangkan
agar tidak terjadi bias dalam pemilihan sampel .
Secara umum, teknik sampling dapat dibagi kedalam 2 metode, yaitu metode acak (probability
sampling) dan metode tak acak (non probability sampling).
1. Metode acak (Probability sampling) adalah metode pemilihan sampel dimana setiap anggota populasi
memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih, teknik ini meliputi simple random sampling, systematic
sampling, stratified sampling, dan cluster sampling.
A. Simple Random Sampling
Simple random sampling adalah teknik pengambilan sampel sederhana yang dilakukan secara acak,
dikatakan sederhana karena pemilihan sampel dilakukan tanpa harus memperhatikan strata yang ada
pada populasi tersebut. Teknik ini dapat dianggaprepresentative hanya bila dilakukan pada anggota
populasi yang diasumsikan homogen.
Cara menggunakan teknik ini tergolong sangat mudah, yaitu dengan menggunakan Tabel Acak ataupun
dengan melakukan pengundian atas masing-masing anggota populasi yang telah diberi nomor. Cara lain
melakukan pengacakan adalah dengan menggunakan kalkulator (tipe kalkulator tertentu misalnya
“Casio fx 3600 pv”), ataupun dengan menggunakan program komputer (misalnya Program “Microsoft
Excel”). Namun dari sekian alternatif tersebut, pengundian dengan tabel acak lebih direkomendasikan
sebab lebih mudah dilakukan pengecekan ulang bila ada pihak-pihak tertentu yang meragukan validitas
sampel yang terpilih.
Pertama yang harus dilakukan adalah melakukan pendaftaran terhadap seluruh anggota populasi dan
diberi nomor secara acak.
Tetapkan jumlah anggota kelompok (k) dihitung dengan rumus:
Pilih secara acak sebuah angka pada tabel random yang nantinya menjadi Random Start, yang nilainya
lebih besar dari 1, tapi lebih kecil dari nilai k (1> Random Start > k=100). Dalam hal ini nilai Random
Start yang terpilih adalah “10042” (baris 5 kolom 1), dimana dua angka terakhir bilangan tersebut (“42”)
nilainya lebih besar dari “1” dan lebih kecil dari “100” (1 > 42 < 100).
Satuan-satuan sampling lainnya dipilih secara sistematis dengan menambahkan angka yang terpilih
dengan nilai k (k=100):
Dengan demikian satuan-satuan sampling yang terpilih adalah 0042, 0142, 0242, 0342, 0442, 0542,
0642, 0742, 0842, 0942, 1042, 1142, 1242, 1342, 1442, 1542, 1642, 1742, 1842, 1942.
C. Stratified Sampling
Metode pengambilan sampling berstrara (Stratified Sampling) adalah metode pemilihan sampel dimana
populasi yang heterogen dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok yang homogen, lalu kemudian sampel
dipilih secara acak dari kelompok teresebut.
D. Cluster Sampling
Cluster sampling adalah metode pemilihan sampel dimana unit samplingnya adalah kumpulan atau
kelompok elemen, dimana elemen (unit observasi) dari masing-masing kelompok (cluster) bisa sama
ataupun berbeda jumlahnya.
Misalnya seorang peneliti ingin mengetahui tingkat kepuasan konsumen terhadap infrastruktur yang
telah dibuat oleh pihak developer sebuah perumahan. Perumahan tersebut dihuni oleh 120 rumah
tangga yang secara geografis terbagi kedalam 12 blok, dimana masing-masing blok terdiri dari 10 rumah
tangga. Bila peneliti menetapkan jumlah sampel sebagai responden adalah 50 rumah tangga, maka
jumlah blok yang menjadi sampel adalah 5 blok (50 : 10 = 5 blok).
Secara sederhana, metode pemilihan sampel metode cluster adalah sebagai berikut:
Buat kerangka sampel yang terdiri atas 12 blok dan beri nama blok tersebut (dalam hal ini blok A, B, C,
D, E, F. G, H, I, J, K dan L), dimana masing-masing blok terdiri atas 10 rumah tangga, sehingga total
populasi terdiri atas 120 rumah tangga.
Pilih secara acak 5 blok yang menjadi sampel, baik dengan cara mengundi ataupun menggunakan tabel
acak, dalam hal ini blok yang terpilih secara acak dengan pengundian adalah blok A, D, G, J dan L.
Masing-masing rumah tangga yang ada pada blok A, D, G, J dan L, adalah sampel terpilih yang
selanjutnya akan menjadi responden.
2. Metode tak acak (Non Probability Sampling) adalah teknik pemilihan sampel yang tidak didasarkan atas
hukum probabilitas, dan oleh sebab itu tidak mengharuskan adanya peluang yang sama terhadap
anggota populasi untuk dipilih, pemilihannya berdasarkan kriteria-kriteria subjektif tertentu, namun
kriterianya harus tetap jelas sehingga tidak menimbulkan bias. Yang perlu diperhatikan dalam
penggunaan metode tak acak adalah bahwa teknik ini hanya digunakan bila tujuan penelitian sekedar
mendeskripsikan sebuah objek penelitian tanpa melakukan generalisasi terhadap populasi. Yang
termasuk dalam metode ini adalah:Convenience Sampling, Purposive Sampling, Quota Sampling,
dan Snowball Sampling.
3. Convenience Sampling
Pengambilan sampel dengan teknik convenience sampling didasarkan pada ketersediaan dan
kemudahan mendapatkannya. Penarikan sampel dengan teknik ini nyaris tidak dapat diandalkan namun
dalam kondisi tertentu dirasakan sangat bermanfaat karena biayanya murah, dan sangat mudah
dilaksanakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih siapa saja menjadi responden atau apa
saja yang dia temui sebagai sampel.
4. Purposive Sampling
Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang
dietapkan secara sengaja oleh peneliti, yang tidak murni berdasarkan kriteria subjektif sipeneliti, namun
didasarkan pada tujuan (purposive) dan pertimbangan-pertimbangan (Judgment) tertentu. Pengambilan
sampel dengan teknik purposive sampling cocok digunakan bila si peneliti adalah peneliti yang sudah
berpengalaman dan ahli (expert) dibidangnya, oleh sebab itu metode ini juga sering diistilahkan
dengan Expert Sampling.
Misalnya seseorang ingin melakukan penelitian tentang “Pengaruh Drainase Tanah Terhadap
Produktivitas Tanaman Kakao”, Karena tujuannya adalah meneliti pengaruh Drainase Tanah, maka
sampel yang digunakan adalah lahan kakao dengan kelas drainase tanah : cepat, sedang dan terhambat.
Peneliti yang berpengalaman dan ahli (expert) dibidang pertanian, tentu sudah faham betul, mana lahan
yang drainasenya tergolong cepat, sedang dan terhambat.
5. Quota Sampling
Pengambilan sampel dengan teknik quota sampling adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan
jumlah tertentu, secara proporsional dari masing-masing sub-populasi. Teknik ini umumnya digunakan
dalam pengumpulan pendapat umum (public opinion polls). Dalam aplikasinya, teknik ini umumnya
dilaksanakan dalam 2 tahap, yaitu perumusan kategori kontrol dari populasi yang akan diteliti, dan
penentuan bagaimana teknik pengambilan sampel, apakah menggunakan teknik convenience
sampling atau purposive sampling.
Misalnya akan diteliti kebiasaan menonton televisi penduduk suatu daerah yang berjumlah 73.289
orang, quota sampling akan dilaksanakan dengan kriteria: (1) Jenis kelamin (pria dan wanita); (2) Usia (<
17 tahun, 18-45 tahun, 45-60 tahun, > 60 tahun). Jumlah sampel yang ditetapkan berjumlah 10.000
orang.
Berdasarkan informasi tersebut, maka dapat dihitung komposisi sampel adalah: