Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dosen Pembimbing :
Disusun Oleh :
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Gagal ginjal akut adalah sindrom klinis dimana ginjal tidak lagi mensekresi produk-
produk limbah metabolisme. Biasanya karena hiperfusi ginjal sindrom ini biasa berakibat
azotemia (uremia), yaitu akumulasi produk limbah nitrogen dalam darah dan oliguria dimana
haluaran urine kurang dari 400 ml/24 jam.
Gagal ginjal akut (acute renal failure) adalah sekumpulan gejala yang mengakibatkan
disfungsi ginjal secara mendadak. Gagal Ginjal Akut (GGA) adalah suatu sindrom akibat
kerusakan metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal
yang mendadak dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dengan atau tanpa oliguria
sehinggamengakibatkan hilangnya kemampuan ginjal untuk mempertahankan homeotasis
tubuh.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari gagal ginjal akut?
2. Untuk mengetahui etiologidari gagal ginjal akut?
3. Untuk mengetahui manifestasi Klinis dari gagal ginjal akut?
4. Untuk mengetahui patofisiologi dari gagal ginjal akut ?
5. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dari gagal ginjal akut ?
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Medis dari gagal ginjal akut?
7. Untuk mengetahui komplikasi dari gagal ginjal akut ?
1.4 MANFAAT
Diharapkan dengan disusunnya makalah ini, baik penyusun maupun pembaca dapat
memahami dan memberikan asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal akut dengan tepat
dan bermutu. Selain itu diharapakan makalah ini, kita dapat menambah ilmu pengetahuan
khususnya di bidang keperawatan.
Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber buku dan browsing di internet.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Definisi
Gagal ginjal akut (GGA)atauAcute Renal Failure (ARF) merupakan penurunan fungsi ginjal
secara mendadak sehingga ginjal tidak mampu menjalani fungsinya untuk mengekskresikan
hasil metabolisme tubuh (kelebihan nitrogen dan air) dan mempertahankan keseimbangan
asam dan basa (Mueller,2005). GGA adalah penurunan tiba-tiba faal ginjal pada individu
dengan ginjal sehat sebelumnya, dengan atau tanpa oliguria. GGA dapat berakibat azotemia
progesif disertai kenaikkan ureum dan kreatinin darah (Parsoedi and Soewito, 1990).
Penurunan fungsi ginjal yang terjadi dalam waktu singkat menyebabkan penderita GGA
hanya mengalami sedikit gejala. Diagnosis yang dapat diterima meliputi terjadinya
peningkatan 50% dari batas atas nilai normal serum kreatinin, atau sekitar 0,5 mg/dl atau
terjadi penurunan sebesar 50% dari normal laju filtrasi glomerulus (Needham. 2005). Anuria
didefinisikan bila volume urin kurang dari 50ml per hari. Oliguria terjadi jika volume urin
dalam satu hari sekitar 50-450ml, sedangkan kondisi non oliguria terjadi jika volume urin
lebih dari 450ml per hari (Mueller, 2005).
Jika GGA bersifat sedang, efek fisiologis utamanya adalah retensi darah dan cairan
ekstraseluler dari cairan tubuh, produk buangan dari metabolisme dan elektrolit. Hal ini dapat
menyebabkan penumpukkan air dan garam yang berlebihan yang kemudian dapat
mengakibatkan edema dan hipertensi. Namun retensi kalium yang berlebihan sering
menyebabkan ancaman yang lebih serius terhadap pasien gagal ginjal akut karena
peningkatan konsentrasi kalium plasma (hiperkalemia) kira-kira lebih dari 8 mEq/liter (hanya
2 kali normal) dapat menjadi fatal, karena ginjal juga tidak dapat mengekskresikan cukup ion
hidrogen. Pasien dengan GGA mengalami asidosis metabolik yang dapat menyebabkan
kematian atau dapat memperburuk hiperkalemia itu sendiri (Guyton and Hall, 1997).
3
2.2 Etiologi
1. GGA akibat penurunan suplai darah ke ginjal, keadaan ini sering disebut sebagai GGA
prarenal untuk menggambarkan bahwa kelainan terjadi sebelum ginjal. Kelainan ini bisa
diakibatkan oleh:
a. Gagal jantung dengan penurunan curah jantung dan tekanan darah rendah.
b. Keadaan yang berhubungan dengan penurunan volume darah dan tekanan darah
rendah seperti pada pendarahan hebat.
2. Gagal ginjal intrarenal akibat kelainan di dalam ginjal itu sendiri termasuk kelainan yang
mempengaruhi darah glomerulus atau tubulus.
3. Gagal ginjal pascarenal, berarti ada sumbatan di traktus urinarius di luar ginjal adalah
batu ginjal, akibat presipitasi kalsium, atau sistin (Guyton and Hall, 1997).
2.3 Manifestasi Klinis
Nursalam (2006, hal. 38) diantaranya:
a. Pasien tampak sangat menderita dan letargi disertai mual persisten, muntah dan diare.
b. Kulit dan membran mukosa kering akibat dehidrasi, dan napas mungkin berbau urine
(feto uremik).
c. Perubahan pengeluaran produksi urine (sedikit, dapat mengandung darah, BJ sedikit
rendah, yaitu 1. 010.
d. Peningkatan BUN (tetap), kadar kreatinin, dan laju endap darah (LED) tergantung
katabolisme (pemecahan protein), perfusi renal, serta asupan protein. Serum kreatinin
meningkat pada kerusakan glomerulus.
e. Hiperkalemia akibat penurunan laju filtrasi glomerulus serta katabolisme protein
menghasilkan pelepasan kalium seluler ke dalam cairan tubuh.
f. Asidosis metabolik, akibat oliguri akut pasien tidak dapat mengeliminasi muatan
metabolik seperti substansi jenis asam yang dibentuk oleh proses metabolik normal.
g. Abnormalitas Ca dan PO4. Peningkatan konsentrasi serum fosfat mungkin terjadi.
Serum kalsium mungkin menurun sebagai respons terhadap penurunan absorpsi
kalsium di usus dan sebagai mekanisme kompensasi terhadap peningkatan kadar serum
fosfat.
4
2.4 Patofisiologi
Suatu hipotesis tentang patogenesis Gagal Ginjal Akut adalah kerusakan tubulus yang
menyebabkan tidak dapat menyeimbangkan sodium secara normal sehingga mengaktifasi
sistem renin-angiotensin-aldoteron. Kembalinya aliran darah ke renal akibat peningkatan
tonus arteri afferen dan efferent sehingga terjadi iskemia yang menyebabkan peningkatan
vasopresin, edema seluler, menghambat sintesis prostaglandin yang berakibat pada
terstimulasinya sistem rennin-angiotensin-aldosteron, penurunan aliran darah ke ginjal
menyebabkan penurunan tekanan glomerulus, rata-rata filtrasi glomerulus, arus tubular
sehingga menimbulkan oliguri. Selain itu ada teori yang mengemukakan sampah sel dan
protein didalam tubulus menyumbat saluran tubulus sehingga terjadi peningkatan intra
tubula. Hal ini mengakibatkan peningkatan tekanan onkotik yang berlawanan dengan tekanan
filtrasi hingga filtrasi glomerulus terhenti. Penurunan aliran darah renal menyebabkan
berkurangnya peredaran oksigen ke tubulus proksimal. Hal ini menyebabkan penurunan ATP
(adeno-sisn triposfat) sel yang menimbulkan peningkatan konstentrasi citosolik dan kalsium
mitokondria. Akibat dari kondisi ini berupa kematian sel dan nekrosis tubular. Nefropati
vasomotor menyebabkan terjadinya spasme kapiler peritubular yang berakibat pada
kerusakan tubulus (Suharyanto, 2009, hal. 170)
5
WOC GGA
Pre renal (Hemoragi, dehidrasi, sequestrasi, dll) Intarenal (GNA, iskemik renal berat eklamasi aefropati heroin, dll)
Post renal (batu ginjal, tumor, obstruksi kandung kemih) ketidak mampuan ginjal mengeksresikan
urin
Aliran urin dari ginjal menurun Retensi cairan urin, Na dan elektrolit
Penumpukan asam
Organic (H+)
6
PH darah
Menurun
Terapi tanpa obat adalah terapi dengan mengontrol volume urine pasien dan begitu juga
terhadap oliguria pada kasus prerenal azotemia. Kemudian resusitasi cairan cepat bertujuan
untuk memperbaiki perfusi renal, mencegah hipoksia tubulus, dan dengan mencegah nekrosis
tubulur akut. Terapi pendukung dapat dilakukan dengan menjaga euvolemia perfusi jaringan,
keseimbangan elektrolit dan menghindari nefrotoksin. Penyembuhan GGA iskemik
berlansung selama 14-21 hari dan dapat diganti dengan terapi alternatif.
a. Diuretika
Tujuan dari pengobatan ini adalah untuk meningkatkan ouput urine dan meningkatkan Rate
Blood Flow (RBF) sebagi efek vasolidator. Keuntungan meningkatkan output urine adalah
untuk menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit akan lebih mudah, menurunkan edema
7
paru dan mungkin untuk mendapatkan pemberian nutrisi yang adekuat. Untuk
penatalaksanaan lini pertama dapat dilakukan sebagai berikut,
Loop diuretik, dosis awal 40-80 mg/hari secara intra vena ( iv)
Mannitol, diberikan secara parentral 12,5-25 g dalam 20% larutan infus selama 3-5 menit.
Dilakukan monitor ouput urine, elektrolit serum dan osmolalitas secara berkala. Pemberian
dopamin pada GGA masih kontraversil. Sampai saat ini, pemberian dosis rendah 0,5-2 mikro
gram/kg/ menit menimbulkan dilatasi vaskuler renal dan meningkatkan RBF dan GFR. Dosis
tinggi akan berikatan dengan reseptor alfa dan beta adrenergik, menimbulkan vasokontriksi
pada ginjal sehingga menurunkan GFR.
b. Obat vasoaktif
Obat golongan katekolamin lain seperti infus dobutamin memperbaiki klerens kreatinin tanpa
meningkatkan output urine. Mekanisme kerja dari obat ini adalah peningkankan output
jantung dan RBF, mekanisme kerjanya adalah agonis selektif reseptor dopamin. Fenoldopam
merupakan agonis selektif reseptor dopamin-1 sehingga menimbulkan vasodilatasi arteriola
ginjal dan nutriuresis.
3. Terapi Nutrisi
Terapi dengan mengatur pemberian nutrisi dapat dilakukan intervensi dengan beberapa cara
antara lain :
Elektrolit, elektrolik jumlahnya harus diatur sedemikian rupa, misal terjadi hiperglikemia,
pasien dengan GGA oliguria dibatasi kaliumnya untuk mencegah terjadinya hiperkalemia,
pasien dengan GGA dengan cairan yang banyak dan dialisis intermiten pembatasaan Na.
Monitoring pada magnesium dan forfor, Masalah yang sering terjadi adalah masalah
hiperphospatemia khususnya pasien GGA dengan kerusakan jaringan atau katabolisme
meningkat, senyawa yang mengandung kalsium dapat diberikan pada pasien dengan serum
fosfat lebih dari 7 mg/dl
Protein, pasien GGA memecah protein dengan cepat dan sel tidak dapat menggunakan asam
amino dengan efisien.
4. Hemofiltrasi berbasis bikarbonat, yang asidosis akan berkembang dengan cepat dan upaya
untuk titrasicairan pengganti terdiri dari 3 kantong l baik NaCl menggunakan intravena
8
natrium bikarbonat biasanya(154 mmol / l) atau NaHCO 3 ( 139 mmol / l).(Hilton, et al.,
1998)
2.7 Komplikasi
menurut Tucker, (2008, hal. 765) diataranya:
1. Hipervolemia,
2. Asidosis,
3. Hiperkalemia,
4. Hiperfosfatemia,
5. Hipertensi,
6. Anemia,
7. Infeksi dan gagal napas /sistem kardiovaskuler.
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
A. Pengumpulan data
1. Anamnesis
Pada pengakajian anamnesis data yang diperoleh yakni identitas klien dan identitas
penanggung jawab, identitas klien yang meliputi nama, usia, jenis kelamin,
pekerjaan, serta diagnosa medis. Penyakit Gagal Ginjal Akut dapat menyerang pria
maupun wanita dari rentang usia manapun, khususnya bagi orang yang sedang
menderita penyakit serius, terluka serta usia dewasa dan pada umumnya lanjut usia.
Untuk pengkajian identitas penanggung jawab data yang didapatkan yakni meliputi
nama, umur, pekerjaan, hubungan dengan si penderita.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang sering adalah miksi terasa sesak dan sedikit-sedikit.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pengkajian ditujukan sesuai dengan predisposisi etiologi penyakit terutama
pada prerenal dan renal. Secara ringkas perawat menanyakan berapa lama
keluhan penurunan jumlah urine output dan apakah penurunan jumlah urine
output tersebut ada hubungannya dengan predisposisi penyebab, seperti
pasca perdarahan setelah melahirkan, diare, muntah berat, luka bakar luas,
cedera luka bakar, setelah mengalami episode serangan infark, adanya
riwayat minum obat NSAID atau pemakaian antibiotik, adanya riwayat
pemasangan tranfusi darah, serta adanya riwayat trauma langsung pada
10
ginjal.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih, infeksi sistem perkemihan
yang berulang, penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada masa
sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab pasca renal. Penting untuk
dikaji tentang riwayat pemakaian obat-obatan masa lalu dan adanya riwayat
alergi terhadap jenis obat dan dokumentasikan.
11
Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan berkonsentrasi,
kehilangan memori, kacau, penurunan tingkat kesadaran (azotemia,
ketidakseimbangan elektrolit/asam/basa). Klien berisiko kejang, efek sekunder akibat
gangguan elektrolit, sakit kepala, penglihatan kabur, kram otot/kejang biasanya akan
didapatkan terutama
pada fase oliguri yang berlanjut pada sindrom uremia.
4. B4 (Bladder)
Perubahan pola kemih pad aperiode oliguri akan terjadi penurunan frekuensi dan
penurunan urine output <400 ml/hari, sedangkan pada periode diuresis terjadi
peningkatan yang menunjukkan peningkatan jumlah urine secara bertahap, disertai
tanda perbaikan filtrasi glomerulus. Pada pemeriksaan didapatkan perubahan warna
urine menjadi lebih pekat/gelap.
5. B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, serta anoreksia sehingga sering didapatkan
penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
6. B6 (Bone)
Didapatkan adnaya kelemahan fisik secara umum efek sekunder dari anemia dan
penurunan perfusi perifer dari hipetensi.
12
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
13
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
14
Diagnosa Keperawatan Intervensi Rasional
15
3.4 Implementasi
Menurut Carpenito, (2009, hal. 57).
komponen implementasi dalam proses keperawatan mencakup penerapan ketrampilan yang
diperlukan untuk mengimplentasikan intervensi keperawatan. Keterempilan dan pengetahuan
yang diperlukan untuk implementasi biasanya berfokus pada: Melakukan aktivitas untuk
klien atau membantu klien. Melakukan pengkajian keperawatan untuk mengidentifikasi
masalah baru atau memantau status masalah yang telah ada. Memberi pendidikan kesehatan
untuk membantu klien mendapatkan pengetahuan yang baru tentang kesehatannya atau
penatalaksanaan gangguan. Membantu klien membuat keptusan tentang layanan
kesehatannya sendiri. Berkonsultasi dan membuat rujukan pada profesi kesehatan lainnya
untuk mendapatkan pengarahan yang tepat. Memberi tindakan yang spesifik untuk
menghilangkan, mengurangi, atau menyelesaikan masalah kesehatan. Membantu klien
melakukan aktivitasnya sendiri. Membantu klien mengidentifikasi risiko atau masalah dan
menggali pilihan yang tersedia.
3.5 Evaluasi
Menurut Nursalam (2006, hal. 46)
Hasil yang didapatkan setelah diberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan gagal ginjal
akut adalah sebagai berikut :
1. tekanan darah stabil, tidak edema, dan pernapasan normal.
2. Tidak ada tanda infeksi
3. Asupan makan cukup
16
17
References
Hilton, P., Taylor, J., Forni, L. & Treacher, D., 1998. Bicarbonate-based haemofiltration in the
management of acute renal failure with lactic acidosis. QJM, p. 279–283.
Hoke, T. S. et al., 2007. Acute Renal Failure after Bilateral Nephrectomy Is Associated with Cytokine-
Mediated Pulmonary Injury. J Am Soc Nephrol, p. 155–164.
https://www.scribd.com/doc/128833344/Uii-Skripsi-Penggunaan-Obat-Pada-04613173-EVA-
TRISNAWATI-7078856765-Abastrak diakses tanggal 25 Maret 2018 Pukul 19.00.