Vous êtes sur la page 1sur 43

Oshin anD sTile

Sabtu, 19 November 2011

PEMANFAATAN ARANG SEKAM PADI DAN TANAH GAMBUT UNTUK


MENURUNKAN KESADAHAN AIR

UTILIZATION OF THE HULL RICE CHARCOAL AND PEATY SOIL FOR


REDUCING OF THE WATER TEMPORARY HARDNESS

SKRIPSI
By :
JOECHIANA ROSIDI
A 25107003

CHEMISTRY EDUCATION STUDY PROGRAM


MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCE EDUCATION DEPARTMENT
TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY
TADULAKO UNIVERSITY
NOVEMBER, 2011

THE UTILIZATION OF THE HULL RICE CHARCOAL AND PEATY SOIL FOR
REDUCING OF THE WATER TEMPORARY HARDNESS

SKRIPSI

Submitted to Tadulako University


in partial fulfillment of Requirements for Completion
Chemistry Education of Undergraduated Program S1
By :

JOECHIANA ROSIDI
A 25107003

CHEMISTRY EDUCATION STUDY PROGRAM


MATHEMATICS AND NATURAL SCIENCE EDUCATION DEPARTMENT
TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY
TADULAKO UNIVERSITY
NOVEMBER, 2011

SUPERVISOR APPROVAL PAGE

: The Utilization of the Hull Rice Charcoal and the Peaty Soil for Reducing of the Water
Temporary Hardness
hor : Joechiana Rosidi
Register Number : A 251 07 003

Has been examinated and approved

Palu, 2 November 2011

Supervisor I Supervisor II

Dra. Vanny M.A Tiwow, M.Sc, Ph.D


NIP. 19650828 199001 2 001
DR. H Suherman, M.S
NIP. 19611231 198702 1 006

Approved by,
Head of the Mathematics and Science Education Department
FKIP Tadulako University

Dr. Samsurizal M. Suleman, M.Si.


NIP.19650416 199103 1 002

RATIFICATION PAGE

Skripsi examination committee in the program of strata 1 (SI), Teacher Training and
Education Faculty, Mathematics and Science Education Department, Chemistry Education Study
Program, Tadulako University accepted and approved the Skripsi in the title of “The utilization
of the Hull Rice Charcoal and the Peaty Soil for Reducing of the Water
Temporary Hardness”, under the responsibility of Joechiana Rosidi, Register Number A 251 07
003. Wednesday, November 2th, 2011.

EXAMINATION COMMITTEE

No. Position Name / NIP Signature


Drs. Supriadi, M.Si
1. Chairman 1. …………….
19581231 198603 1 028
2. Secretary Ratman, S.Pd., M.Si 2. ……………..
19730715 200012 1 001
Main Dra. Sitti Aminah, M.Si.
3. 3. …………….
Reviewer 19650505 199102 2 001
Reviewer I / DR. H Suherman, M.S
4. 4. …………….
Supervisor I 19611231 198702 1 006
Reviewer II / Dra. Vanny M.A Tiwow, M.Sc, Ph.D
5. 5. …………….
Supervisor II NIP. 19650828 199001 2 001

Palu, 2 November 2011


Approved by,
Dean of the Teacher Training and Education Faculty
Tadulako University

Dra. Mestawati As. A., M.P.


NIP. 19520501 197702 1 006

ABSTRAK

Joechiana Rosidi, 2011. Pemanfaatan Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut Untuk Menurunkan
Kesadahan air. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia. Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Pembimbing (I) H. Suherman, (II) Vanny
M.A Tiwow.

Kata Kunci: Tanah Gambut, Arang Sekam Padi, Air, Kesadahan


Tanah Gambut saat ini telah dikenal sebagai salah satu bahan alami yang dapat
menurunkan kesadahan air. Dalam penggunaannya, sering dipadukan dengan saringan yang
salah satu komponennya adalah arang sekam padi. Kedua bahan tersebut dipadukan dalam
penelitian ini untuk menurunkan kesadahan air, setelah itu dilakukan analisis kesadahan
sementara air hasil adsorpsi. Sebagai sampel digunakan air yang berasal dari 2 sumur DAB di
Kelurahan Talise, Palu. Nilai kesadahan sementara sebelum perlakuan untuk sampel A adalah
604,8 mg/l CaCO3dan Sampel B 520,128 mg/l CaCO3. Kombinasi Tanah Gambut dan Arang
Sekam Padi dibuat dengan beberapa perbandingan, mulai dari 50:0 gram, 40:10 gram, 30:20
gram, 20:30 gram, 10:40 gram, dan 0:50 gram. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dengan komposisi perbandingan berat antara Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut yang
optimal dalam menurunkan nilai kesadahan sementara pada sampel air A adalah pada
perbandingan 40 : 10 gram dengan nilai kesadahan sementara24,192 mg/l CaCO3, sedangkan
pada sampel B adalah pada perbandingan 30 : 20 gram dengan nilai kesadahan sementara 20,16
mg/l CaCO3. Berdasarkan data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa tingkat penurunan
kesadahan sementara untuk sampel A adalah 96 % dan untuk sampel B 96,12 %.
.
ABSTRACT

Joechiana Rosidi, 2011. The utilization of the Hull Rice Charcoal and the Peaty Soilfor reducing of
the water temporary hardness. Thesis, Study Program of Chemistry Education, Mathematics and
Natural Science Education Department, Teacher Training and Education Faculty
of TadulakoUniversity. Supervisor (I) Suherman, (II) Vanny M. A Tiwow.

Keywords: Peaty soil, Rice Hull Charcoal, Water, and Hardness

Peaty soil is now recognized as one of the natural materials for reducingwater temporary
hardness. In its use is often combined with the hull rice charcoal and its componen as a filter. In
this research both of the substances are mixed for reducing
the water temporary hardness, after mixing the analysis of water quality had been carried out by
adsorption. The used water samples took from the two DAB water wells of the Talise Village,
Palu. The result of this research shows that temporary hardness water values treatment for the
sample A was 604,8 mg / l of CaCO3, composition sample B Sample was
520,128 mg/l of CaCO3. The combined Peaty soil and the hull rice charcoal with various
composition ratio such as 50:0 g, 40:10 g, 30:20 g, 20:30 g, 10:40 g, and 0:50 g. From these
composition ratio, the optimum values of this combined peaty soil and the rice hull charcoal for
reducing water temporary hardness was 40 : 10 gram with the value 24,192 mg / l of CaCO3for
the sample A, while the sample B composition ratio was 30 : 20 gram with the value was 20,16
mg / l of CaCO3. It can be concluded the decrease of the temporary water hardness before and
after adsorption for sample A was 96 % and sample B was 96,12 %

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO
“ Bersabarlah Kamu Dengan Cara Yang Baik”
Kupersembahkan Sebuah Karya Kecil ini
Kepada :
Yang Maha Kuasa Allah SWT
Serta Rasulullah Muhammad SAW
Dan orang-orang yang sangat kusayangi dan kucintai :
Abd. Rasid Sidik S.Pd
Roslina Rosal
”Ayahanda dan Ibunda Juara 1 Sedunia”
Atas semua keringat, air mata, nasihat dan doanya
Beserta Adik-adikku:
Dwi Yunestira Rosidi
Tri Utari Rosidi
Fauziah Rosidi
Ahmad Rosidi
Ramadan Rosidi
Bunga Dea Rosidi
Teman dan Sahabat-sahabatku yang senantiasa
mendoakan dan mencurahkan cinta dan kasih
Sayangnya untukku
Almamaterku
”Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat-Nya bagi kita semua”
Amin.

KATA PENGANTAR
Subhanallah, walhamdulillah, walailahaillallah, wallahuakbar.

Tiada kata yang pantas dan patut penulis ucapkan, selain memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Pemanfaatan Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut Untuk
Menurunkan Kesadahan air”.
Sebagai manusia biasa yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan, penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak, skripsi ini tidak
akan mungkin dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setingi-
tingginya kepada Dr. H. Suherman M.Sselaku pembimbing I dan Dra. Vanny M.A Tiwow
M.Sc Ph.D selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, petunjuk,
dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis demi penyusunan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada yang tercinta,
terkasih dan teristimewa penulis persembahkan untuk orang tuaku, ibunda Roslina Rosal dan
ayahanda Abd. Rasid Sidik S.Pd yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis
dengan limpahan cinta dan kasih sayang serta berdo’a, berkorban, menasehati, dan memotivasi
penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Semoga ALLAH SWT membalas setiap jerih
payah dan peluh yang diberikan untukku.
Selanjutnya, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih tak terhingga
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, S.E, M.S., Rektor Universitas Tadulako.
2. Dra. Mestawaty As. A, M.P., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tadulako.
3. Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.
4. Dr. Samsurizal M. Sulaeman, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD.
5. Dr. H. Suherman, MS dan Ratman S.Pd, M.Si., Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan
Kimia FKIP UNTAD.
6. Seluruh Dosen di lingkungan FKIP Universitas Tadulako, terutama Dosen dan Laboran Program
Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako yang telah mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan mereka kepada penulis dari awal sampai akhir.
7. Adik-adikku tercinta Dewi, Utari, Fauziah, Ahmad, Rama dan Dhea yang selama ini
memberikan motivasi, canda tawanya dan dorongan kepada penulis.
8. Dra.Daswati M.Si, Roslandi, Rosmita S.Pd., Hj Tang, H. Juhri, Sangka, teristimewa Roslini
Rosal S.Pd terimakasih atas segala bantuan, nasihat, dan dorongan selama ini.
9. Keluarga Besar Pawiccangi dan Rosi terima kasih atas bantuan, nasihat, dan motivasinya.
10. Semua teman-teman kimia angkatan 2007 dan adik-adikku 2008 sampai 2010 tanpa terkecuali
yang telah memberikan banyak cerita, kenangan kepada penulis selama bersama di program
studi kimia terima kasih atas cinta dan persahabatannya selama ini, dukungan, serta bantuannya,
do’a, kebersamaan, canda, tawa, dan segalanya.
11. Kepada teman-teman PPLT PPGMIPABI Angkatan ke-2 tanpa terkecuali dan teman-teman
posko Tondo dan teristimewa buat teman-teman posko Layana terimakasih atas bantuannya
selama PPLT.
12. Kepada Sobatku Tersayang Ayu Mufida S.Pd, Inda Permatasari.,Niluh Sriyuti Sarko, Yanti
Anggraeni Saleh Wantah, Siti Nur Magfira, Lusy Pasiamping S.Pd., Ismail Kamur, dan Rinsen
Riga. Terimakasih atas segala bantuan, saran, dan semangatnya.
13. Hermawan Julianto Uga., terimakasih atas kesabaran dan senantiasa menemani, memberikan
motivasi, perhatian, nasehat dan doa sehingga penulis menjadi semangat.
Semoga ALLAH SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
dan semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan Ni’mat, Hidayah, dan Rahmat-Nya kepada
kita semua. Khususnya Ni’mat IMAN dan ISLAM bagi saudara seimanku. Amin Ya
Rabbal’Alamin.
Sebagai hamba ALLAH SWT, penulis tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan.
Oleh karenanya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata, dengan segala
kesederhanaannya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca yang
membutuhkannya. Amin..
Palu, November 2011

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... . iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
ABSTRAK.................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1... Latar Belakang .................................................................. 1
1.2... Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3... Tujuan Penelitian............................................................... 4
1.4... Manfaat Penelitian............................................................. 4
1.5... Batasan Masalah.................................................................. 5
AB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Air Baku...................................................... 6
2.2 Karakteristik Fisik Air……………………………………. 8
2.3 Karakteristik Kimia Air…………………………………… 9
2.4 Persyaratan Kualitas Air Minum………………………….. 11
2.5 Air Sadah………………………………………………….. 13
2.6 Arang Sekam Padi………….…………………………… .. 14
2.7 Tanah Gambut…………………………………………….. 18
2.8 Adsorpsi…………………………………………………… 22
AB III METODE PENELITIAN
3.1.. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ...................... 25
3.2 Parameter Penelitian.......................................................... 25
3.3 Sampel................................................................................ 25
3.4 Alat dan Bahan................................................................... 26
3.5 Prosedur Penelitian............................................................. 26
AB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian.................................................................... 30
4.2 Pembahasan.................................................................................... 31
AB V PENUTUP
5.1.. Kesimpulan ....................................................................... 40
5.2.. Saran ................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Halaman
2.1 Persyaratan Kualitas Air Minum Menurut Pemkes 2010…………… 12
2.2 Produksi padi sawah menurut kabupaten/kota di Sulawesi Tengah… 15
2.3 Komposisi Kimiawi Sekam Padi.......................................................... 16
2.4 Komposisi Kimiawi Arang Sekam Padi……………………………... 17
4.1 Data Titrasi Kesadahan Sementara Sebelum Penyaringan................... 30
4.2 Data Titrasi sesudah penyaringan........................................................ 31
4.3 Data penentuan kesadahan sementara ................................................ 31
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman
1.1 Arang Sekam Padi …………………………………………………. 18

1.2 Tanah Gambut…………………………………………………........ 19

3.1 Penyaringan Sederhana................................................................. 26


3.2 Sekam Padi................................................................................... 27
3.3 Arang Sekam Padi......................................................................... 27
4.1 Grafik Kesadahan Sementara dan Komposisi Perbandingan
Arang Sekam Padi-Tanah Gambut sampel A…….………………… 33
4.2 Grafik Kesadahan Sementara dan Komposisi Perbandingan
Arang Sekam Padi-Tanah Gambut sampel B………………………. 36
1.3 Diagram perbandingan penurunan Kesadahan Sementara
antara sampel A dan B………………………………………………. 37

DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Skema Penelitian ............................................................ ….. 44
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian ....................................................... . 46
Lampiran 3 Hasil Pengamatan dan Perhitungan ….................................. 50

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Air merupakan kebutuhan sangat vital bagi kehidupan dan di muka bumi ini terutama air bersih
bagi manusia. Sumber air bersih merupakan kekayaan alam yang perlu di jaga kelestariannya. Air bersih
penting untuk manusia, karena air tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain manapun. Tubuh
manusia terdiri dari 70% air (Orang dewasa). Sekitar 2,50 liter air dalam tubuh manusia harus diganti
dengan air yang baru setiap hari. Diperkirakan dari sejumlah air yang harus diganti, 1,5 liter berasal
dari air minum dan sekitar 1 liter berasal dari bahan makanan yang dikonsumsi. (Bachtiar.2007).
Menurut WHO jumlah air minum yang harus dipenuhi agar dapat mencapai syarat kesehatan
adalah 86,4 liter per kapita per hari, sedang kondisi di Indonesia ditentukan sebesar 60 liter per
hari.( Saputra,2008).
Jumlah tersebut terjadi berdasarkan ketersediaan air bersih di kota dan di pedesaan. Jika air
bersih di pedesaan sekitar 40 liter/hari berarti hanya tersedia sekitar 50 % dari anjuran WHO.
Sumber Air bersih dapat membantu pemerintah atau masyarakat pada penyiapan air minum.
Sumber air minum yang bersih menjadi sumbangan kepada peningkatan kesehatan manusia. Karena itu
air minum yang diperlukan telah diatur melalui Peraturan Kementerian Kesehatan No. 492 Tahun 2010
yang meliputi beberapa parameter kualitas air. Salah satu diantaranya adalah kandungan kalsium yang
berpotensi meningkatkan kesadahan dalam air.
Kesadahan merupakan salah satu parameter tentang kualitas air bersih, karena kesadahan
menunjukkan ukuran pencemaran air oleh mineral-mineral terlarut berupa Ca2+dan Mg2+. Air
yang kesadahannya tinggi apabila dikonsumsi secara terus menerus akan mengakibatkan
terjadinya gangguan kesehatan, yaitu perut menjadi mual bahkan terjadinya gangguan pada
fungsi ginjal. Selain itu dapat pula mengurangi daya aktif sabun, membentuk kerak pada alat
pemasak dan penyumbatan pada pipa.
Metode sederhana untuk menentukan kesadahan air adalah dengan sabun. Sabun akan
menghasilkan busa yang banyak dalam air lunak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa
atau menghasilkan sedikit sekali busa. Ini diakibatkan oleh kandungan natrium stearat (C 17H35COONa)
dalam sabun yang beraksi dengan ion-ion Mg2+ dan Ca2+lalu membentuk busa yang mengendap, maka
busa sabun baru akan terbentuk bila semua ion-ion magnesium dan kalsium telah terendapkan. Ini
berarti untuk mencuci diperlukan sabun dengan jumlah yang banyak. Cara yang lebih kompleks adalah
melalui titrasi. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm (Part per
Million) berat per volume (w/v) dari CaCO3. (Anonim,2007).
Di Kota Palu, kesadahan airnya bervariasi, tetapi menurut pendapat masyarakat di
Kelurahan Talise kecamatan Palu-Timur yang bermukim sekitar 1 kilometer dari pantai
menyatakan bahwa air sumur DAB ( Mesin pompa air) yang mereka gunakan untuk keperluan
sehari-hari utamanya untuk dikomsumsi masih tergolong mengandung zat kapur. Sedangkan
menurut masyarakat yang bermukim sekitar 500 meter dari pantai berpendapat bahwa air sumur
DAB mereka saat pertama kali keluar dari kran, airnya masih berbau dan kelihatan jernih, namun
setelah beberapa menit baunya hilang dan terjadi endapan cokelat. Sehingga perlu dilakukan
pengolahan air terlebih dahulu agar layak dikonsumsi oleh masyarakat. Salah satu upaya dalam
mengurangi tingkat kesadahan dalam air tanah adalah dengan memanfaatkan limbah material
alam dan tanah gambut dengan cara adsorpsi. (Anonim,2007).
Sekam Padi sebagai limbah pertanian masih memungkinkan untuk dimanfaatkan dengan adanya
kandungan bahan-bahan organiknya. Senyawa utama dinding sel sekam padi adalah polisakarida yaitu
serat kasar atau selulosa, lignin, dan hemiselulosa yang memiliki gugus hidroksil yang dapat berperan
dalam proses adsorpsi. (Bachtiar.2007).
Tanah Gambut adalah tanah lunak organik yang mempunyai daya dukung yang sangat rendah.
Gambut mengandung bahan organik lebih dari 30%, sebagai campuran dari fragmen dan material
organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati, lapuk dan membusuk. Tanah Gambut
secara umum memiliki kadar pH yang rendah, memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi, kejenuhan
basa rendah, memiliki kandungan unsur K, Mg, P yang rendah dan juga memiliki kandungan unsur mikro
(seperti Cu, Zn, Mn serta B) yang rendah pula. (Uripsantoso, 2007).
Karena Sekam Padi dan Tanah Gambut memiliki kandungan bahan organik yang tinggi sehingga
sangat baik digunakan sebagai adsorbent pada pengolahan air untuk menurunkan kesadahannya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang timbul adalah :
 Bagaimana tingkat kesadahan sementara pada sebelum dan sesudah menggunakan Arang
Sekam Padi dan Tanah Gambut sebagai adsorbent.
 Berapa perbandingan sekam padi dan tanah gambut mempunyai daya saring paling maksimum
dalam air.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
 Untuk menentukan kualitas air menggunakan Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut ditinjau
dari segi kesadahannya.
 Untuk mencari perbandingan yang tepat antara Arang Sekam Padi : Tanah Gambut yang dapat
menghasilkan air dengan kualitas yang lebih baik dari segi kimia (kesadahan).

1.3 Manfaat Penelitian


Dalam penelitian ini ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh, yaitu:
 Memberikan informasi dalam upaya mencari alternatif menurunkan kesadahan air yang baik
dan murah.
 Dapat menjadi bahan penjernih air yang lebih praktis sekaligus memiliki harga jual bagi
masyarakat.
 Memberi solusi terhadap melimpahnya limbah sekam padi yang belum dimanfaatkan secara
maksimal.

1.4 Batasan masalah


Ruang lingkup penelitian ini yaitu air sumur DAB yang ada di Kelurahan Talise,
Kecamatan Palu-Timur sebagai populasinya dan sebagai sampel penelitian diambil dua titik air
sumur DAB yang ada di Kelurahan tersebut. Ada pun variabel-variabel yang menjadi focus
dalam penelitian ini yaitu :
 Tanah gambut yang berasal dari Desa Lalundu
 Arang Sekam Padi. Sekam Padi berasal dari Gilingan Padi Biromaru.
 Air Sadah
Sebagai akibat perlakuan maka indikator perubahan yang dapat diamati adalah kesadahan
sementara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Karakteristik air baku


Air merupakan bahan yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan fungsinya
tidak pernah dapat digantikan oleh senyawa lain. Air juga merupakan komponen penting dalam
bahan makanan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta cita rasa makanan
kita. Air berperan sebagai pembawa zat-zat makanan dan sisa-sisa metabolisme, sebagai media
reaksi yang menstabilkan pembentukan biopolimer, dan sebagainya. (Atastina,2008)
Air merupakan pelarut yang baik, oleh karena itu air alam tidak pernah murni, air alam
mengandung berbagai zat terlarut maupun tidak larut. Air alam juga mengandung
mikroorganisme. Apabila kandungan air itu tidak mengganggu kesehatan manusia, maka air itu
dianggap bersih. Selain itu air yang tidak layak untuk diminum, masih dapat digunakan untuk
keperluan lain, seperti irigasi atau untuk industri.
Air dikatakan tercemar apabila ada gangguan terhadap kualitas air sehingga air tidak
dapat digunakan untuk tujuan penggunaannya. Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak
berbau, tidak berwarna, tidak berasa. Air minum pun seharusnya tidak mengandung kuman
patogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat
kimia yang dapat merubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis dan dapat merugikan
secara ekonomis. (Purba, 2000)
Penyediaan air bersih, selain kuantitasnya, kualitasnya pun harus memenuhi standar yang
berlaku. Dalam hal air bersih, sudah merupakan hal umum bahwa dalam menetapkan kualitas dan
karakteristik dikaitkan dengan suatu baku mutu air tertentu (standar kualitas air). Untuk memperoleh
gambaran yang nyata tentang karakteristik air baku, seringkali diperlukan pengukuran sifat-sifat air
atau biasa disebut parameter kualitas air, yang beraneka ragam. Formulasi-formulasi yang
dikemukakan dalam angka-angka standar tentu saja memerlukan penilaian yang kritis dalam
menetapkan sifat-sifat dari tiap parameter kualitas air.
Standar kualitas air adalah baku mutu yang ditetapkan berdasarkan sifat-sifat fisik, kimia,
radioaktif maupun bakteriologis yang menunjukkan persyaratan kualitas air tersebut. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian
Pencemaran Air, air menurut kegunaannya digolongkan menjadi :
 Kelas I : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
 Kelas II : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air,
pembudidayaan ikan air tawar, Peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan
lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
 Kelas III : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar,
peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan
mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
 Kelas IV : Air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau
peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
(Lail,2008).

2.2 Karakteristik Fisik Air


2.2.1 Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organic yang
terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan industri.
2.2.2 Temperatur
Kenaikan temperatur air menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut. Kadar oksigen
terlarut yang terlalu rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobic
yang mungkin saja terjadi.
2.2.3 Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi yang
berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
2.2.4 Solid (Zat padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan turunnya kadar
oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari kedalam air.
2.2.5 Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta oleh
adanya gas seperti H2S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh adanya senyawa-
senyawa organik tertentu

2.3 Karakteristik Kimia Air


2.3.1 pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan efisiensi
klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk molekuler, dimana
disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH.
Diketahui, pH dari air murni adalah ±7. Secara umum, air dengan nilai pH kurang dari 7
dianggap asam dan nilai pH lebih dari 7 dianggap basa. Nilai pH normal untuk air permukaan
antara adalah 6,5 - 8,5 dan air tanah dari 6 - 8,5. Secara umum, air dengan nilai pH rendah
bersifat korosif, karena mengandung ion logam seperti besi, mangan, tembaga, timbal, dan seng.
Ini dapat menyebabkan kerusakan dini pada pipa logam, dan memiliki masalah yang
berhubungan dengan rasa yang asam atau rasa logam, noda pada baju, dan noda pada tempat
cucian di dapur dan pembuangan. Sedangkan air dengan pH > 8,5 menunjukkan bahwa air
tersebut memiliki kesadahan yang tinggi. Masalah ini berupa rasa alkali pada air (membuat kopi
menjadi lebih pahit), dan kesulitan untuk membuat sabun dan detergen berbusa(Anonim. 2006)
2.3.2 DO (dissolved oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorbsi
atmosfer/udara. Semakin banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik.
2.3.3 BOD (biological oxygent demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk
menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan secara
biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self purification badan air
penerima.
2.3.4 COD (chemical oxygent demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-bahan
organik secara kimia.
2.3.5 Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun
sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air ketel, air
pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah dikehendaki. Kesadahan yang
tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut yang tinggi dalam air.

2.3.6 Senyawa-senyawa kimia yang beracun


Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun terhadap
manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat (± 0,05 mg/l). Kehadiran besi (Fe) dalam air
bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligan, menimbulkan warna koloid merah
(karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang dapat menjadi racun bagi manusia. (Hanum,
2002).

2.4 Persyaratan Kualitas Air Minum


Air merupakan faktor penting dalam pemenuhan kebutuhan vital bagi mahluk hidup
diantaranya sebagai air minum atau keperluan rumah tangga lainnya. Air yang digunakan harus
bebas dari kuman penyakit dan tidak mengandung bahan beracun. Sumber air minum yang
memenuhi syarat sebagai air baku air minum jumlahnya makin lama makin berkurang sebagai
akibat ulah manusia sendiri baik sengaja maupun tidak disengaja. (Wulan, 2005)
Sebagai acuan, terdapat standar persyaratan kualitas air minum menurut Menkes 2010,
berarti untuk air minum kontaminan tidak diperbolehkan. Sementara itu, persyaratan
bakteriologis, bahan kimia anorganik, kimia pestisida, kimia desinfektan dan sampingannya,
kimia anorganik yang dapat menimbulkan keluhan pada manusia, kimia organik yang dapat
menimbulkan keluhan pada manusia, radioaktivitas, dan persyaratan fisik sesuai
dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 492.

Tabel 2.1 Persyaratan kualitas air minum

Kadar Maksimum
No. Jenis Parameter Satuan
Yang Diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter microbiologi
1. E. Coli Jumlah per 100 ml 0
sampel
2. Total bakteri Coliform Jumlah per 100 ml 0
sampel
b. Kimia An-Organik
1. Arsen mg/l 0,01
2. Fluorida mg/l 1,5
3. Total Kromium mg/l 0,05
4. Cadmium mg/l 0,003
5. Nitrit (sebagai NO2-) mg/l 3
6. Nitrat (sebagai NO3-) mg/l 50
7. Sinida mg/l 0,07
8. Selenium mg/l 0,01
2. Parameter yang tidak langsung
berhubungan dengan kesehatan.
a. Parameter Fisik
1. Bau Tidak berbau
2. Warna TCU 15
3. Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
4. Kekeruhan NTU 5
5. Rasa Tidak berasa
o
6. Suhu C Suhu udara + 3
b. Parameter Kimiawi
1. Aluminium mg/l 0,2
2. Besi mg/l 0,3
3. Kesadahan mg/l 500
4. Klorida mg/l 250
5. Mangan mg/l 0,4
6. pH 6,5 – 8,5
7. Seng mg/l 3
8. Sulfat mg/l 250
9. Tembaga mg/l 2
10. Amonia mg/l 1,5
Sumber : Permenkes No.492 Tahun 2010
Standar kualitas yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492/2010 yang
digunakan sebagai paramater air. (PEMKES,2010).

2.5 Air Sadah


Air yang mengandung ion Ca2+ dan Mg2+ disebut air sadah. Air sadah menyebabkan
sabun sukar berbuih karena ion ion Ca2+ dan Mg2+ mengendapkan sabun. Reaksinya :
Ca2+ + 2CH3(CH2)16COO-(aq) Ca(CH3(CH2)16COO)2(s)
Ion stearat dari sabun Endapan sabun
Kesadahan air digolongkan menjadi dua jenis, berdasarkan jenis anion yang diikat oleh
kation (Ca2+ atau Mg2+), yaitu air sadah sementara dan air sadah tetap. Kesadahan sementara
disebabkan oleh garam-garam hidrogen karbonat yaitu Ca(HCO3)2 atau Mg(HCO3)2. Kesadahan
sementara akan hilang jika air dididihkan. Garam hidrogen karbonat mengendap pada pemanasan,
contoh reaksinya :
Ca(HCO3)2 (aq) CaCO3 (s) + H2O (l) + CO2 (g)
Kesadahan tetap disebabkan oleh garam selain garam hidrogen karbonat, seperti CaSO4,
CaCl2, MgSO4, dan MgCl2. Kesadahan tetap lebih sulit dihilangkan bahkan tidak hilang
meskipun dipanaskan. (Purba,2000).
Salah satu syarat air dikatakan berkualitas ketika mengandung garam-garam mineral
dalam jumlah yang tidak berlebihan. Susunan unsur kimia dari air tergantung pada darimana
sumber air tersebut berasal, misalnya air tanah kandungan airnya tergantung pada lapisan tanah
yang dilewati air tersebut. Apabila air melewati lapisan tanah kapur maka ia akan menjadi sadah
karena mengandung Ca(HCO3)2 dan Mg(HCO3)2, apabila melewati batuan granit, maka air akan
lunak dan agresif karena mengandung CO2 dan Mn(HCO3)2. Jika kita memperhatikan dasar ketel
yang selalu digunakan untuk memasak air, Semakin lama dasar ketel tersebut akan semakin
tebal. Kerak yang terbentuk pada dasar ketel akan menyebabkan penghantaran panas terhambat,
sehingga untuk memanaskan air akan membutukan pemanasan yang lebih
lama. .(Kristyanto,2011).
Kerak yang terbentuk pada dasar ketel disebabkan oleh air sadah. Air sadah adalah air
yang mengandung ion Ca2+ atau Mg2+. Air sadah bukan merupakan air yang berbahaya, karena
memang ion-ion tersebut dapat larut dalam air. Akan tetapi dengan kadar Ca2+ yang tinggi akan
menyebabkan air menjadi keruh. (Ilhad, 2008).
Kesadahan Karbonat dapat diturunkan dengan merebus air yang bersangkutan, atau
dengan mengalirkan air melewati Gambut. Proses penghilangan kesadahan air yang sering
dilakukan pada industri-industri adalah melalui penyaringan dengan menggunakan zat-zat
sebagai berikut : Resin pengikat kation dan anion. Resin adalah zat polimer alami ataupun
sintetik yang salah satu fungsinya adalah dapat mengikat kation dan anion
tertentu.(Kristyanto,2011).
2.6 Arang Sekam Padi
Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering, bersisik,
dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam (endospermiumdan embrio). Sekam dapat
dijumpai pada hampir semua anggota rumput-rumputan (Poaceae).
Sekam Padi dihasilkan dari proses penggilingan padi. Dari proses penggilingan padi
biasanya diperoleh sekam sekitar 20-30%, dedak antara 8- 12% dan beras giling antara 50-63,5%
data bobot awal gabah (Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian). Berdasarkan data
produksi padi sawah di Sulawesi Tengah maka dapat dihasilkan Sekam Padi kurang lebih
sebesar 192.268 ton untuk tahun 2008, jika setiap 1 kilogram berat Padi dihasilkan 200 gram
sekam. (Anonim,2010)
Produksi Padi di Sulawesi Tengah mencapai 961.340 ton tahun 2008 dengan luas panen
mencapai 203.040 hektar (BPS, 2008). Adapun penyebaran produksi padi sawah menurut
kabupaten/kota di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada tabel 2 :
Tabel 2.2 Produksi padi sawah menurut kabupaten/kota di Sulawesi Tengah tahun 2008

No. Kabupaten / Kota Produksi (ton)


1 Banggai Kepulauan 2.252
2 Banggai 165.131
3 Morowali 49.442
4 Poso 86.112
5 Donggala 289.579
6 Toil-toli 92.765
7 Buol 28.913
8 Parigi Moutong 240.134
9 Tojo Una-una 5.413
10 Palu 1.599
Sumber : BPS, 2008
Dalam Pertanian, Sekam dapat dipakai sebagai campuran pakan, alas kandang, dicampur di
tanah sebagai pupuk, dibakar, atau arangnya dijadikan media tanam (Anonim, 2005). Tetapi hingga
saat ini, pemanfaatan Arang Sekam Padi mulai beragam. Selain sebagai bahan bakar, juga tengah
dikembangkan sebagai bahan alami penjernih air yang dapat menyerap bau serta warna dari air yang
kotor sehingga menghasilkan air jernih. Dalam pemanfaatannya yang tersebut biasanya arang sekam
padi dimasukkan dalam sistem filterisasi dalam pengolahan air bersih (Yulian, 2005).
Dalam bidang industri dikenal bermacam-macam arang yang berhubungan dengan pembuatan
dan kegunaannya, tetapi yang banyak dimanfaatkan ada 2 yaitu arang aktif dan arang briket.
Pembuatan arang briket terutama dimaksudkan untuk keperluan bahan bakar, sedangkan pembuatan
arang aktif bukan untuk keperluan bahan bakar, akan tetapi keperluan bahan penyerap dalam berbagai
industri pangan dan non pangan. Ditinjau data komposisi kimiawi, sekam mengandung beberapa unsur
kimia yang penting, sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan. Adapun komposisi
komponen kimiawi dapat dilihat pada tabel 2.4 berikut :
Tabel 2.3 : Komposis Kimiawi Sekam Padi

No. Komponen %
1 Kadar Air 9.02
2 Protein Kasar 3.03
3 Lemak 1.18
4 Serat Kasar 35.68
5 Abu 17.71
6 Karbohidrat Kasar 33.71
7 Karbon (Zat Arang) 1.33
8 Hidrogen 1.54
9 Oksigen 33.64
10 Silika 16.98
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian (2006)

Menurut Ketaran (1980) dalam Subroto (2007), Arang adalah bahan padat yang berpori-
pori dan merupakan hasil pembakaran dari bahan yang mengandung unsur karbon (C). Sebagian
besar pori-porinya masih tertutup dengan hidrokarbon, dan senyawa organik lain yang
komponennya terdiri dari fixed carbon, abu, air, nitrogen dan sulfur. Arang dengan komponen
penyusun utamanya berupa karbon dapat digunakan sebagai bahan bakar, filter atau penyerap
dengan diolah menjadi karbon aktif, pewarna dengan diolah menjadi karbon black dan berbagai
kebutuhan industri kimia lainnya. Penggunaan arang yang lain sebagai reduktor sebagaimana
halnya coke pada industri logam, karena mengandung karbon bebas yang tinggi (>70%).
Kegunaan lainnya dari arang diantaranya adalah sebagai bahan penjernih, arang kompos, dan
baterai Lithium.
Tabel 2.4 : Komposisi kimia Arang sekam padi

No. Komponen Persen (%)


1. SiO2 52
2. Carbon 31
3. Al2O3 1,05
4. Fe2O3 1,05
5. CaO 0,25
6. MgO 0,23
7. SO4 1,13
8. Na2O 0,78
9. K2O 1
Sumber : Tanti (2009)

Sekam Bakar atau Arang Sekam adalah Sekam/kulit padi yang dibakar dengan teknik
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan sekam yang menjadi arang. Sekam bakar yang baik
adalah sekam yang sudah terbakar, tetapi tidak terlalu hancur. Sifat sekam bakar yang porous dan
mampu menyimpan air.
Gambar 2.1 Sekam bakar
Arang Sekam atau Sekam Bakar adalah Sekam yang sudah melewati proses pembakaran
yang tak sempurna berwarna hitam. Proses sama dengan pembuatan arang, yaitu menghentikan
pembakaran sebelum sekam jadi abu dengan cara ditutup atau disiram dengan air. Struktur
bentuk tak jauh beda dengan sekam mentah/putih – berwarna hitam, karena sudah ikut hangus
terbakar. (Yulian, 2005).
2.7 Tanah Gambut
Luas lahan Gambut di Indonesia merupakan 87% dari seluruh luas gambut diasia
Tenggara atau 52,4% dari seluruh lahan Gambut di daerah tropik. Lahan gambut diIndonesia
tersebar di Sumatera (41,1%), Kalimantan (33,8 %), Irian Jaya (23,0 %), Sulawesi (1,6 %) serta
Halmahera dan Seram (0,5 %). Di Kalimantan, lahan gambut terdapat di wilayah pantai Propinsi
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan serta sebagian kecil Pantai
Kalimantan Timur.
Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya,
biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang tinggi atau kondisi anaerob di
perairan setempat. Tidak mengherankan jika sebagian besar tanah gambut tersusun dari serpih
dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang belum
sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen bersifat
menghambatdekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut terawetkan di
dalam lapisan-lapisan gambut lazimnya di dunia, disebut sebagai Gambut apabila kandungan
bahan organik dalam tanah melebihi 30%; akan tetapi hutan-hutan rawa
gambut di Indonesia umumnya mempunyai kandungan melebihi 65% dan kedalamannya
melebihi dari 50cm. Tanah dengan kandungan bahan organik antara 35–65% juga biasa
disebut muck. (Anonim. 2007).
Gambar 2.2 Tanah gambut
Tanah Gambut di Sulawesi Tengah tergolong tanah gambut dangkal dan topogen tersebar
di wilayah Lalundu, Laemanta dan Kasimbar. Gambut topogen terbentuk karena proses
pembentukannya disebabkan oleh topografi daerah cekungan. Gambut Topogen biasanya relatif
subur (eutrofik) karena adanya pengaruh tanah mineral. Bahkan pada waktu tertentu, misalnya
jika ada banjir besar, terjadi pengkayaan mineral yang menambah kesuburan Gambut tersebut.
Tanaman tertentu masih dapat tumbuh subur di atas Gambut Topogen. Hasil pelapukannya
membentuk lapisan gambut baru yang lama kelamaan membentuk kubah (dome) Gambut yang
permukaannya cembung . Gambut yang tumbuh di atas Gambut Topogen dikenal dengan
Gambut Ombrogen, yang pembentukannya ditentukan oleh air hujan. Gambut Ombrogen lebih
rendah kesuburannya dibandingkan dengan Gambut topogen karena hampir tidak ada
pengkayaan mineral. Sedangkan Tanah Gambut dangkal memiliki kedalaman > 50 – 100
meter. (Syafrudin, 2004)
Klasifikasi Tanah Gambut :
Berdasarkan faktor pembentukannya (Polak ,1961):
 Gambut Ombrogen; terbentuk dari sisa-sisa hutan seperti di Sumatra, Kalimantan dan Papua.
 Gambut Topogen; terbentuk dalam depresi Topografi rawa seperti Rawa Pening, Jatiroto, Tanah
payau Deli.
 Gambut Pegunungan; terbentuk pada depresi-depresi daerah pegunungan yang tidak aktif
(kawah yang merupakan rawa) seperti Gunung Papandayan, dataran tinggi Dieng.
Berdasarkan batuan induk yang membentuknya (Backman, 1969):
 Gambut endapan; tanaman yang mudah dihumifikasikan, koloidal, padat dan kenyal.
 Gambut berserat; berserat, mempunyai kapasitas menahan air tinggi.
 Gambut kayuan; sisa-sisa pohon, semak atau vegetasi rawa.
Berdasarkan ketebalannya (Noor, 2001):
 Gambut dangkal kedalaman < 50 – 100 cm
 Gambut sedang kedalaman 100 - 200 cm
 Gambut dalam kedalaman 200 – 300 cm
 Gambut sangat dalam kedalaman > 300 cm
Berdasarkan kematangannya:
 Fibrik, digolongkan demikian apabila bahan vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasikan atau
telah sedikit mengalami dekomposisi.
 Hemik, disebut demikian apabila tingkat dekomposisinya sedang.
 Saprik, merupakan penggolongan terakhir yang apabila telah mengalami tingkat dekomposisi
lanjut.
Kandungan Air dan Batas Cair Tanah Gambut Semakin tinggi derajat dekomposisinya,
kandungan air dan batas cairnya akan makin mengecil. Hal ini disebabkan semakin tinggi proses
dekomposisi akan menyebabkan semakin mengecil ruang di dalam partikel serat dan antar
partikel serat serta struktur serat gambut akan rusak menjadi bentuk amorf. Sebaliknya, semakin
rendah derajat dekomposisi, maka struktur dan ruang antar serat serta struktur serat gambut
masih dalam keadaan baik sehingga kondisi endapan gambut tersebut semakin tinggi kandungan
air dan batas cairnya.
Tanah Gambut secara umumnya memiliki kadar pH yang rendah, memiliki kapasitas
tukar kation yang tinggi, kejenuhan basa rendah, memiliki kandungan unsur K, Ca, Mg, P yang
rendah dan juga memiliki kandungan unsur mikro (seperti Cu, Zn, Mn serta B) yang rendah pula.
(Aryapersada.2010).

2.8 Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses penyerapan bahan-bahan tertentu. Dengan penyerapan tersebut air
menjadi jernih karena zat-zat didalamnya diikat adsorben. System ini efektif untuk mengurangi
warna serta menghilangkan bau dan rasa. Prinsip kerja absorpsi yaitu ion-ion bebas didalam air
diserap oleh absorben.
Dengan penyerapan tersebut air menjadi jernih karena zat-zat didalamnya diikat adsorben.
Bahan adsorben yang biasa digunakan untuk mengolah air adalah karbon aktif. Sistem ini efektif
untuk mengurangi warna serta menghilangkan bau dan rasa. Prinsip kerja adsorpsi yaitu ion-ion
bebas di dalam air diserap oleh adsorben. (Kusnaedi. 2002). Pengolahan air minum dengan
karbon aktif hanyalah salah satu dari terapan adsorpsi.
Ada sejumlah hal yang mempengaruhi efektivitas adsorpsi, yaitu:
 Jenis adsorben,apakah berupa arang batok, batubara (antrasit), sekam, dll;
 Temperatur lingkungan(udara, air, cairan): proses adsorpsi makin baik jika temperaturnya
makin rendah;
 Jenis adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat (makin mudah larut,makin
sulit diadsorpsi), taraf ionisasi (zat organik yang tidak terionisasi lebih mudah diadsorpsi).
Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga,yaitu lemah
(weak), terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah satunya adalah Clor).
Adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat organik alifatik dan adsorpsi kuat (strong) terjadi
pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma) dengan struktur benzena, C6H6).
(Anonim,2010)
Salah satu adsorben yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum (juga air limbah)
adalah karbon aktif atau arang aktif. Arang ini digunakan untuk menghilangkan bau, warna, dan
rasa air termasuk ion-ion logam berat, karena merupakan fenomena permukaan maka semakin
luas permukaan kontaknya makin tinggilah efisiensi pengolahannya. Syarat ini dapat dipenuhi
oleh arang yang sudah diaktifkan sehingga menjadi porous dan kaya saluran kapiler. Yang belum
aktif, ruang kapilernya masih ditutupi oleh pengotor berupa zat organik dan anorganik. (Gede,
2009).
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang mengandung 85-95%
karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon (batubara, kulit kelapa, dan
sebagainya) atau dari karbon yang diperlakukan dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun
fisika untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau
volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25- 100%
terhadap berat karbon aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh
kalangan industri. Hampir 60% produksi karbon aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-
industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi.
Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500
m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran
0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak
dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan
tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya karbon aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara.
Sampai tahap tertentu beberapa jenis karbon aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun
demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif sangat
tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu diperhatikan keterangan pada
kemasan produk tersebut. (Ahmad,2010)
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian


Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pendidikan Kimia FKIP UNTADdan telah
dilaksanakan pada bulan Juli - Agustus 2011.

3.2 Parameter penelitian


Parameter penelitian ini adalah kandungan kesadahan sementara air. Penelitian ini akan
dilakukan analisa pengukuran kesadahan sementara air berdasarkan tingkat perbedaan berat
Tanah Gambut dan Sekam Padi yaitu berat 0 gr : 50 gr ; 10 gr : 40 gr ; 20 gr : 30 gr ; 30 gr : 20
gr ; 40 gr : 10 gr ; dan 50 gr : 0 gr.

3.3 Sampel
Sampel penelitian adalah :
a. Sekam Padi yang berasal dari Gilingan Padi Biromaru.
b. Tanah Gambut yang berasal dari Desa Lalundu.
c. Air berasal 2 sumur DAB di Kelurahan Talise, yang memiliki penampakan fisik yang keruh.

3.4 Alat dan bahan


Alat-alat yang digunakan yaitu buret, statif dan klem, labu Erlenmeyer, gelas ukur 100 ml,
labu ukur, pipet tetes, pipet ukur, Sendok, botol plastic 1 liter, pipa L, kran air dan stop kran, lem
lilin. Sedangkan bahan – bahan yang digunakan adalah sampel air yang berasal dari 2 sumur
DAB di Kelurahan Talise , Tanah Gambut, Arang Sekam Padi , H2SO4 0,02 N dan Indicator
metil orange.

3.5 Prosedur penelitian


3.5.1 Tahap Persiapan
a. Pembuatan wadah penyaringan air sederhana
Tahap pembuatan wadah penyaringan, dengan rincian alat yang digunakan adalah botol plastik 1
liter, pipa L, lem lilin, isolasi kran, kran air dan stop kran.
Gambar 3.1 Penyaringan sederhana
b. Pembuatan Arang Sekam Padi (ASP)
Sekam Padi dikeringkan dengan sinar matahari langsung.
Sekam Padi yang telah dikeringkan kemudian diarangkan (karbonisasi) dengan cara disangrai.
Setelah Sekam menjadi arang (berwarna hitam) diangkat dan disiram air untuk mencegah arang
menjadi abu.
Arang Sekam Padi dikeringkan dibawah sinar matahari langsung
Arang Sekam Padi siap digunakan.

Gambar 3.2 Sekam padi Gambar 3.3 Arang sekam padi

c. Tanah Gambut
 Tanah Gambut yang diperoleh dikeringkan dibawah sinar matahari.
 Tanah Gambut disimpan dalam wadah kedap air yang bersih dan kering sebelum digunakan.
3.5.2 Pemeriksaan kesadahan air sebelum penyaringan
a. Sampel air A dan B diambil sebanyak 25 ml, masing-masing dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250
ml, kemudian ditambahkan 2-3 tetes indicator metil orange.
b. Masing-masing sampel A dan B dititrasi dengan menggunakan H 2SO4 0,02 N sampai timbul warna merah
pucat.
c. Dicatat banyaknya H2SO4 0,02 N yang digunakan. Misalnya p ml
d. Kesadahan sementara diukur dengan rumus :
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
Derajat kesadahan sementara dapat dinyatakan dalam mg/l atau ppm CaCO3
3.5.3 Prosedur penyaringan air
a. Dipersiapkan Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut
b. Ditimbang Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut dengan masing-masing komposisi berat
perbandingan 0:50 gr , 10:40 gr , 20:30 gr, 30:20 gr, 40:10 gr dan 50:0 gram.
c. Dimasukkan Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut yang telah ditimbang kedalam masing-
masing gelas kimia.
d. Dimasukkan sampel air A kedalam masing-masing gelas kimia dimana volume air diperkirakan
dengan kompisisi berat yang ada.
e. Masing-masing gelas kimia ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama satu jam,
dengan tujuan untuk menghomogenkan air dengan Arang Sekam Padi -Tanah Gambut.
f. Masing-masing gelas kimia yang telah didiamkan selama satu jam dimasukkan kedalam wadah
penyaringan.
g. Dijalankan aliran air dengan membuka kran air (laju air diperkirakan)
h. Air hasil penyaringan dimasukkan kedalam labu erlenmeyer. (dinding labu ditempelkan label
keterangan)
i. Mengulangi perlakuan a sampai h untuk sampel air B.

3.5.4 Pemeriksaan kesadahan air setelah penyaringan


a. Sampel air A dan B diambil sebanyak 25 ml, masing-masing dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250
ml, kemudian ditambahkan 2-3 tetes indicator metil orange.
b. Masing-masing sampel A dan B dititrasi dengan menggunakan H2SO4 0,02 N sampai timbul warna merah
pucat.
c. Dicatat banyaknya H2SO4 0,02 N yang digunakan. Misalnya p ml
d. Kesadahan sementara diukur dengan rumus :
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
Derajat kesadahan sementara dapat dinyatakan dalam mg/l atau ppm CaCO3

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian


Penelitian ini terdiri dari 3 bagian utama, yaitu tahap persiapan bahan (pembuatan Sekam
Bakar), pemeriksaan kesadahan sementara air sebelum penyaringan dan sesudah penyaringan.
4.1.1 Pembuatan Arang Sekam Padi
Sekam Padi pada penelitian ini berasal dari Pabrik beras di Desa Biromaru. Untuk
menghasilkan sekam bakar, dilakukan proses sangrai selama 1 jam sehinggasekam berwarna
hitam, dan selanjutnya untuk mencegah sekam menjadi abu, maka disiram dan dikeringkan.
4.1.2 Pemeriksaan kesadahan air sebelum penyaringan
Tabel 4.1 Data titrasi penentuan kesadahan sementara sebelum penyaringan

Sampel Volume Volume Air Kesadahan sementara


No. Air H2SO4 ( ml ) (ml) (mg/lCaCO3)
1. Sampel A 15 25 604,8
2. Sampel B 13,9 25 520,128

4.1.3 Pemeriksaan kesadahan setelah penyaringan

Tabel 4.2 Data Titrasi sesudah penyaringan

Berat perbandingan Volume H2SO4 (ml)


Volume air a(ml)
No. Tanah gambut : Sekam
padi ( gram) Sampel A Sampel B Sampel A Sampel B
1. 50 : 0 1,2 0,3 25 10
2. 40 : 10 0,6 0,8 25 25
3. 30 : 20 0,9 0,5 25 25
4. 20 : 30 3,2 0,9 25 10
5. 10 : 40 2,9 1,4 25 10
6. 0 : 50 5,1 4,2 25 25

Berat Kesadahan sementara (mg/l CaCO3)


perbandingan
No Tanah gambut :
Sampel A Sampel B
Sekam padi
( gram)
1. 50 : 0 48,384 30,24
2. 40 : 10 24,192 32,245
3. 30 : 20 36,288 20,16
4. 20 : 30 129,024 90,72
5. 10 : 40 116,928 141,12
6. 0 : 50 205,632 169,344 Tabel 4.3 Data
penentuan kesadahan
sementara dan pH

4.2 Pembahasan
4.2.1 Kesadahan sementara sebelum penyaringan
Pengukuran kesadahan sementara sebelum penyaringan dilakukan masing-masing pada
sampel air A dan B. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai kesadahan sementara untuk
sampel air A 604,8 mg/l CaCO3, secara fisik sampel A keruh dan tampak butiran-butiran
berwarna putih yang melayang-layang, sedangkan untuk sampel B nilai kesadahan
sementaranya adalah 520,128 mg/l CaCO3 dan secara fisik memiliki kekeruhan dan butiran-
butiran putih yang melayang seperti pada sampel A. Jika dibandingkan dengan standar kualitas
air bersih menurut Permenkes RI No 492 Tahun 2010 sebesar 500 mg/l, angka tersebut telah
melebihi standart atau tidak memenuhi syarat. Akibatnya apabila air tersebut dikonsumsi, maka
akan berdampak bagi kesehatan yaitu penyumbatan pembuluh darah jantung dan batu ginjal.
Tingginya nilai kesadahan sampel air A dan B karena kondisi lingkungan sumur DAB di
Daerah Talise yang berada dilereng bukit yang memiliki struktur bebatuan kapur, hal ini
mengakibatkan air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan tanah
yang dilalui air. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan adanya residu terlarut yang tinggi dalam
air (Hanum, 2002).
Nilai kesadahan sementara sampel air A lebih tinggi dibandingkan sampel B karena
pengaruh perbedaan kandungan kapur dari setiap jenis tanah. Bahkan kandungan kapur dari
lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses
pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain
itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi.
Kandungan Ca dan Mg yang tinggi dalam Tanah berhubungan dengan taraf
perkembangan tanah tersebut, semakin kuat pelindian / semakin tua tanahnya, akan semakin
kecil pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral atau agak
kalis. (Ayatullah, 2010)
4.2.2 Kesadahan sementara setelah penyaringan
- Penentuan kesadahan sementara untuk sampel air A
Dalam penelitian ini untuk sampel air A dilakukan pengujian sebanyak 6 kali dengan
variasi komposisi perbandingan berat yang berbeda-beda antara arang sekam padi dan tanah
gambut. Berdasarkan tabel 6 diperoleh data nilai kesadahan sementara yang jauh berbeda dengan
data sebelum penyaringan.
Kesadahan Sementara

Gambar 4.1 Grafik Kesadahan Sementara dan Komposisi Perbandingan


ASP-Tanah Gambut sampel A

Berdasarkan diagram diatas perbandingan 40 : 10 gram (ASP : Tanah Gambut) memiliki


nilai kesadahan sementara terendah yaitu 24,192 mg/l CaCO3. Secara parameter fisik tidak
menampakkan kekeruhan dan airnya kelihatan jernih. 40 gram arang sekam padi yang
digunakan sangat berpengaruh terhadap kejernihan air. Arang sekam padi memiliki komposisi
kimiawi terdiri dari SiO2 dengan kadar 52% dan C sebanyak 31%. Sementara kandungan lainnya
terdiri dari Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil serta beberapa
bahan organik lainnya.(Anonim,2010). Arang Sekam Padi memiliki kerapatan yang tinggi
sehingga saat dilalui air secara otomatis dapat menjerap zat-zat terlarut dalam air sehingga air
yang dihasilkan jernih. Pada perbandingan inilah merupakan perbandingan optimum
menurunkan nilai kesadahan sementara sampel air A, hal ini terbukti dengan nilai kesadahan
sementara yang terendah dibandingkan kelima perbandingan yang ada.
Pada perbandingan 0 : 50 gram (ASP dan Tanah Gambut) memiliki nilai kesadahan
sementara yang tertinggi sebesar 205,632 mg/l CaCO3 dan secara fisik
kelihatan keruh. Kekeruhan air pada dasarnya disebabkan oleh berbagai logam yang terkandung
di dalamnya, adanya koloid, serta spesi renik lainnya. Kekeruhan juga menjadi penilaian awal
bagi setiap orang dalam melihat kualitas air (Imran Riyadi,2010).
Pada komposisi ini hanya menggunakan Tanah Gambut (50 gram), dimana tanah gambut
pada dasarnya terdiri dari hasil pelapukan bahan-bahan organik sehingga menghasilkan warna air
yang kecoklatan dan mengandung zat-zat terlarut dari bahan organic yang terkandung.
Perbandingan Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut (50 : 0) menghasilkan nilai
kesadahan sementara sebesar 48,384 mg/l CaCO3 serta secara fisik tampak keruh. Padahal pada
perbandingan ini tidak menggunakan Tanah Gambut melainkan hanya Arang Sekam Padi saja.
Meningkatnya nilai kesadahan serta terjadinya kekeruhan ini diakibatkan tidak adanya tanah
gambut, meskipun Tanah Gambut mengandung bahan-bahan organic yang dapat menyebabkan
tingginya kekeruhan, tetapi tanah gambut dapat menyeimbangi arang sekam padi untuk
menurunkan nilai kesadahan. Hal ini terbukti dari sifat tanah gambut yang mengandung bahan
organic sehingga memiliki kapasitas tukar kation yang tinggi.
Perbandingan 30 : 20 gram warna sampel air A kelihatan jernih. Komposisi Nilai
kesadahan sementara diperoleh sebesar 36,288 mg/l CaCO3. Nilai kesadahannya meningkat
dibandingkan dengan perbandingan sebelumnya. Semakin banyaknya arang sekam padi
digunakan maka nilai kesadahannya semakin menurun.
Perbandingan 20 : 30 gram menghasilkan warna sampel air yang keruh, kekeruhannya
menyerupai pada perbandingan 0:50 gram. Pada perbandingan ini digunakan arang sekam padi
lebih sedikit, yaitu 20 gram. Nilai kesadahan sementaranya sebesar 129,024 mg/l CaCO3.
Adanya kekeruhan ini bisa disebabkan air mengandung bahan anorganik dan organic seperti
lumpur. Begitupun halnya pada perbandingan 40 : 10 gram dengan nilai kesadahan sebesar
116,918 mg/l CaCO3. Secara fisik kekeruhannya lebih sedikit dibandingkan
dengan perbandingan 0 : 50 gram namun nilai kesadahannya lebih tinggi atau meningkat.
- Penentuan kesadahan sementara untuk sampel air B
Sampel air B berasal dari sumur DAB di Kelurahan Talise, tepatnya di Jalan
Tombolotutu Lorong V. Sesuai dengan biografi lingkungannya yang berada di daerah perbukitan
yang keadaan tanahnya mengandung bebatuan kapur, seperti halnya kondisi lingkungan sampel
air A.
Secara berturut-turut sesuai dengan variasi komposisi perbandingan berat antara Arang
Sekam Padi dan Tanah Gambut diperoleh grafik nilai kesadahan sementara sebagai berikut :
Gambar 4.2 Grafik Kesadahan Sementara dan Komposisi Perbandingan
ASP dan Tanah Gambut sampel B

Berdasarkan diagram antara kesadahan sementara dan komposisi perbandingan Arang


sekam padi-tanah gambut diatas menunjukkan perbandingan optimum yang dapat menurunkan
kesadahan sementara adalah pada perbandingan 30:20 gram (ASP : Tanah Gambut). Secara fisik
sampel air B setelah kontak dengan arang sekam padi dan tanah gambut hasilnya tampak jernih.
Hal ini membuktikan bahwa komposisi Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut seimbang
sehingga dapat menjerat zat-zat terlarut pada air.
diagram diatas juga menunjukkan nilai kesadahan sementara cukup tinggi pada
perbandingan 0 : 50 gram dengan nilai kesadahan sementara 169,344 mg/l CaCO3. Seperti
halnya pada sampel air A yang nilai kesadahan tertinggi pada perbandingan yang sama.
Tingginya nilai kesadahan pada perbandingan ini disebabkan penggunaan 50 gram Tanah
Gambut tidak dikombinasikan dengan arang sekam padi, dalam arti proses adsorpsi pada
perbandingan ini tidak melibatkan Arang Sekam Padi, sehingga daya serap Tanah Gambut tidak
efisien dalam mengikat logam-logam alkali tanah pada air .
Berdasarkan data nilai kesadahan sementara pada sampel A dan B yang ada pada tabel 6
memiliki perbedaan dari komposisi perbandingan yang ada. Hal ini dapat terlihat jelas pada
diagram batang dibawah ini.
Gambar 4.3 Diagram perbandingan penurunan kesadahan sementara antara sampel
A dan B
Diagram diatas menunjukkan kesadahan sementara pada sampel A lebih tinggi pada
perbandingan Arang Sekam Padi-Tanah Gambut 50:0 gram, 30:20 gram, 20:30 gram, dan 0:50
gram. Hal ini sesuai dengan tingginya kesadahan sementara sampel A sebelum perlakuan.
Sebelum penyaringan sampel air A kesadahan sementaranya lebih tinggi dibanding sampel air B
(Tabel 4.1) namun setelah penyaringan pada komposisi perbandingan 40:10 gram (ASP-Tanah
Gambut) dan perbandingan 10:40 gram kesadahan sementaranya lebih rendah dibanding sampel
B. adanya perbedaan disebabkan pH sampel B pada kedua perbandingan ini lebih rendah
dibandingkan pH sampel A. Menurut Windy Zamrudi adsorpsi akan meningkat jika terjadi pada
pH rendah karena kemampuan asam mineral untuk mengurangi ionisasi asam organik tersebut,
sebaliknya jika pH meningkat adsorpsi akan berkurang sebagai akibat terbentuknya
garam.(Zamrudi, 2007)
Perbandingan optimum sampel A dan sampel B berada pada perbandingan yang berbeda.
Daya serap adsorbent paling optimum untuk sampel A pada perbandingan 40 : 10 gram
sedangkan untuk sampel B pada perbandingan 30 : 20 gram. Perbedaan ini disebabkan nilai
kesadahan sementara sampel A sebelum perlakuan lebih tinggi dibandingkan sampel air B
sehingga dibutuhkan bobot arang sekam padi yang lebih banyak (40 : 10 gram) dibandingkan
sampel B (30 : 20 gram). Arang sekam padi berperan sangat penting pada proses adsorpsi ini,
karena arang sekam padi merupakan adsorben yang memiliki struktur pori yang lebih kecil
dibandingkan tanah gambut. Struktur pori berhubungan dengan luas permukaan, semakin kecil
pori-pori suatu adsorbent mengakibatkan luas permukaan semakin besar sehingga kecepatan
adsorpsi bertambah (Zamrudi,2007). Hal inilah yang menyebabkan daya serap sampel A
optimum pada bobot arang sekam terbanyak yang juga diimbagi dengan Tanah Gambut yang
memiliki karakteristik kapasitas tukar kation yang tinggi.
Sampel B sebelum perlakuan memiliki nilai kesadahan yang lebih rendah dibandingkan
sampel A, hal ini mengakibatkan daya serap optimumnya terletak pada bobot karbon aktif yang
lebih rendah dibandingkan sampel A.
Pengujian berikutnya adalah pengujian sederhana untuk lebih meyakinkan masyarakat
tentang kemampuan daya saring dari Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut yaitu dengan
memanaskan sampel A dan B hasil penyaringan pada perbandingan yang optimum untuk
membuktikan masih adanya kerak yang terbentuk atau tidak. Setelah melakukan pemanasan
selama 20 menit secara parameter fisik pada sampel A kelihatan sangat jernih, tampa terbentuk
kerak namun ada setitik butiran kalsium yang melayang di permukaan air. Sedangkan untuk
sampel B stelah melewati proses pemanasan tampak air kelihatan jernih tanpa ada butiran-
butiran putih serta tidak tebentuk kerak pada dasar ketel. Hal ini membuktikan bahwa sampel air
A dan B terbebas dari kandungan kalsium.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN
Dari data penelitian yang diperoleh dan dari analisa data yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
 Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut dapat digunakan sebagai absorban untuk menurunkan
kesadahan sementara air melalui proses penyaringan.
 Komposisi perbandingan berat antara Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut yang optimal
dalam menurunkan nilai kesadahan sementara pada sampel air A adalah pada perbandingan 40 :
10 gram dengan nilai kesadahan 24,192 mg/l CaCO3, sedangkan pada sampel B pada
perbandingan 30 : 20 gram dengan nilai kesadahan sementara 20,16 mg/l CaCO3.
5.2 SARAN
Beberapa saran untuk penelitian lebih lanjut adalah :
 Untuk memperoleh perbandingan yang optimal, maka proses sangrai Sekam Padi menjadi
sekam bakar lebih lama lgi, agar menghasilkan nilai silika yang lebih tinggi.
 Proses dengan Tanah Gambut akan menghasilkan warna yang keruh, jadi sebelum Gambut
digunakan, maka kukus terlebih dahulu, agar organisme-organisme yang tidak dikehendaki
hilang.
 Menambahkan kerikil atau pasir pada wadah penyaringan, agar air hasil penyaringan lebih
jernih.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Supriadi. 2010. Adsorpsi Karbon aktif.


http://smk3ae.wordpress.com/2010/08/28/adsorpsi-karbon-aktif/. (Diakses 7 September 2011)

Anonymous. 2010. Adsorpsi. http://www.scribd.com/doc/47299413/ADSORPSI-2. (diakses Pada


tanggal 7 September 2011).

Anonymous. 2007. Kesadahan air


http://id.wikipedia.org.(diakses pada tanggal 16 November 2010).

Anonymous. 2010. Sekam bakar.


http://tabloidgallery.wordpress.com. (diakses pada tanggal 25 Desember 2010)

Anonymous. 2011.Filtrasi
http://id.wikipedia.org( Diakses pada tanggal 31 Januari 2011)

Ayatullah S. M. 2010. Kapur Dalam Tanah


http://septa-ayatullah.blogspot.com/2009/04/kapur-dalam-tanah.html. (Diakses pada tanggal 15
September 2011)

Aryapersada.2008.klasifikasi tanah gambut.


http://aryapersada.com( diakses pada tanggal 16 November 2010).
Basset, J. dkk. 1994. Buku Ajar Vogel:Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik.Terjemahan A. Hadyana
Pudjaatmaka dan L. Setiono. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta. http://annisanfushie.wordpress.com.( Diakses pada tanggal 7 Februari 2011).
Cahyana H. Gede.2009.Karbon Aktif.
http://gedehace.blogspot.com/2009/03/adsorpsi-karbon-aktif.html.(Diakses 7 September 2011)
Farida Hanum. 2002. Proses pengolahan air sungai untuk keperluan air.
http://repository.usu.ac.id (Diakses pada tanggal 27 Januari 2011)

Halimah Nisa. 2009. Pemisahan Campuran


http://nisahalimah1.files.wordpress.com.(Diakses pada tanggal 31 januari 2011) .( Diakses pada
tanggal 7 Februari 2011)
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia. Jakarta.
http://annisanfushie.wordpress.com.( Diakses pada tanggal 7 Februari 2011)
Ilhad. 2008.Kesadahan air.http://ilhadsblog.blogspot.com (diakses pada tanggal 21 November 2010).

Khopkar. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik.UI Press. Jakarta.


http://annisanfushie.wordpress.com

Kristyanto.2011.Kesadahan.http://studilingkungan.blogspot.com/2011_03_01_archive.html (Diakses
pada tanggal 6 Agustus 2011)
Lail Nuzulul.2008. dalam skripsi : Penggunaan tanaman eceng gondok sebagai pre treatment pengolahan air
minum.Jogjakarta : Universitas Islam Indonesia

Riyadi, Imran S.Pd.2010. Dalam skripsi : Analisis Kualitas Air Hasil Pengolahan dengan Komposit Biji Kelor
(Moringa oleifera) – Arang Sekam Padi. Palu : Untad

Saputra Yoky Edy, S.Si.2008.Mengapa Air Penting Bagi Kehidupan http://www.chem-is-try.org


( Diakses 31 Januari 2011)

Uripsantoso. 2007.Air.
http://uripsantoso.wordpress.com.( diakses pada tanggal 15 November 2010)

Wulan, Anisa I.S.2005.dalam skripsi : Kualitas Air Bersih Untuk Kebutuhan Rumah Tangga di Desa
Pesarean Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal.Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Zamrudi Windi, 2007. Dalam Skripsi : Pembuatan karbon aktif dari ampas biji jarak
pagar. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1208151162.pdf.(Diakses pada tanggal 15
September 2011)

LAMPIRAN I

SKEMA PENELITIAN
Diagram alir sebelum penyaringan dan penentuan kesadahan, serta pH
Sampel air

Sampel air A
(Salah satu sumur
DAB bukit EL-Rahma)
Sampel air B
(salah satu Sumur DAB Lorong V Tomblotutu)
Erlenmeyer
I
Erlenmeyer
II
Dititrasi dengan H2SO4 0,2 N
Dicatat Volume H2SO4

Menghitung nilai kesadahan dan pH masing-masing


SKEMA PENELITIAN
Diagram alir penyaringan dan penentuan kesadahan, serta pH
Tanah Gambut Dan Arang Sekam Padi
Dicampur, Diaduk merasata sesuai perbandingan masing-masing (Tanah Gambut : ASP)
Perbandingan Komposisi Berat
Tanah Gambut : ASP (gram)
I
50 : 0
II
40 : 10
III
30 : 20
IV
20 : 30
V
10 : 40
VI
0 : 50
Dialirkan melewati wadah penyaringan (6 wadah)
Masing-masing
Ditambahkan Sampel air
(Volume diperkirakan)
Didiamkan selama 60 menit
Tanah Gambut

Sekam Padi

Disangrai kemudian Dikeringkan

Arang Sekam Padi Siap pakai

Tanah Gambut Siap pakai

Dikeringkan
Menghitung nilai kesadahan dan pH masing-masing
Dicatat Volume H2SO4
Masing-masing
Di Titrasi dengan H2SO4 0,2 N
Erlenmeyer
III
Erlenmeyer
IV
Erlenmeyer
V
Laju air diperkirakan
Erlenmeyer
VI
Erlenmeyer
II
Erlenmeyer
I

Skema ini juga berlaku untuk sampel air B

LAMPIRAN II

DOKUMENTASI PENELITIAN

Arang Sekam Padi Tanah Gambut

Wadah penyaringan

Pengukuran sampel Air A


Pencampuran sampel A kedalam wadah
( Tanah Gambut dan ASP)
Pengukuran sampel air B

Menghomogenkan sampel air A selama 1 jam


Menghomogenkan sampel air B selama 1 jam

Pengambilan sampel air A untuk dititrasi

Pengambilan sampel air B untuk dititrasi

Proses titrasi sampel air

LAMPIRAN 3

HASIL PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

I. Perhitungan
Pemeriksaan kesadahan air sebelum penyaringan
Tabel 4 Data titrasi penentuan kesadahan sementara sebelum penyaringan

No. Sampel Volume Volume Air Kesadahan


Air H2SO4 ( ml ) (ml) sementara (CaCO3)
1. Sampel A 15 ml 25 ml 604,8 mg/l CaCO3
2. Sampel B 13,9 ml 25 ml 520,128 mg/l CaCO3
Perhitungan :
esadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
1. Sampel A
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 604,8 mg/l CaCO3
2. Sampel B
Kesadahan Sementara (mg/l
CaCO3) = =
= 520,128 mg/l CaCO3

Perhitungan :
esadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
1. Sampel A
a. Perbandingan 50 : 0 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 48,384 mg/l CaCO3
b. Perbandingan 40 : 10 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 24,192 mg/l CaCO3
c. Perbandingan 30 : 20 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 36,288 mg/l CaCO3

d. Perbandingan 20 : 30 gram (Tanah Tanah Gambut : ASP)


Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 129,024 mg/l CaCO3
e. Perbandingan 10 : 40 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 116,928 mg/l CaCO3
f. Perbandingan 0 : 50 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 205,632 mg/l CaCO3

2. Sampel B

a. Perbandingan 50 : 0 gram (Tanah Gambut : ASP)


Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 30,24 mg/l CaCO3
b. Perbandingan 40 : 10 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 32,245 mg/l CaCO3
c. Perbandingan 30 : 20 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 20,16 mg/l CaCO3
d. Perbandingan 20 : 30 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 90,72 mg/l CaCO3
e. Perbandingan 10 : 40 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 141,12 mg/l CaCO3
f. Perbandingan 0 : 50 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 169,344 mg/l CaCO3
Tingkat penurunan kesadahan sementara

Sampel Air
No. Tingkat Penurunan %
Sebelum Sesudah
1 604,8 mg/l CaCO3 24,192 mg/l CaCO3 580,608 mg/l CaCO3 96
2 520,128 mg/l CaCO3 20,16 mg/l CaCO3 499,968 mg/l CaCO3 96,12

Diposkan oleh Oshin Mungil di 13.08


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar

Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda


Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Pengikut

Mengenai Saya Arsip Blog


 ▼ 2011 (10)
o ▼ November (10)
 PENETAPAN KONSENTRASI SULFAT DI DALAM LARUTA
 TITRASI SPEKTROFOTOMETRI BISMUT DAN TEMBAGA
Oshin Mungil  TITRASI SPEKTROFOTOMETRI BISMUT DAN TEMBAGA
 PENENTAPAN AMONIUM SECARA SPEKTROFOTOMETRI
anneyong Haseyo Je ireumeun Joechiana Rosidi-
 METODE PENAMBAHAN STANDAR
Inmida, 22 sarieYo. hy..hy..hy.. za OsHin,,, za asLi  MATCHING KUVET
NaK Palu getooo danK But I am Buginies za  PENETAPAN BESI SECARA SPEKTROMETRI SINAR TAMP
pengangguran berat..hehehe sebeLumx za Mahasiswa
 ANALISIS MULTI KOMPONEN TAMPA PEMISAHAN DENG
UntaD Fkip Kimia 2007,, za Suka Internetan,,kejaR
tayang Movie N drama Asia za suka white colour za  PEMANFAATAN ARANG SEKAM PADI DAN TANAH GAMB
suka makan yg enak2 Tukang tidur Kong telaT bangun UNTU...
za suka kelinci N Kucing n the best i am Lovers all  hello world!
about KoreaN..Ok
Lihat profil lengkapku
Template Perjalanan. Gambar template oleh jpique. Diberdayakan oleh Blogger.

Vous aimerez peut-être aussi