Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKRIPSI
By :
JOECHIANA ROSIDI
A 25107003
THE UTILIZATION OF THE HULL RICE CHARCOAL AND PEATY SOIL FOR
REDUCING OF THE WATER TEMPORARY HARDNESS
SKRIPSI
JOECHIANA ROSIDI
A 25107003
: The Utilization of the Hull Rice Charcoal and the Peaty Soil for Reducing of the Water
Temporary Hardness
hor : Joechiana Rosidi
Register Number : A 251 07 003
Supervisor I Supervisor II
Approved by,
Head of the Mathematics and Science Education Department
FKIP Tadulako University
RATIFICATION PAGE
Skripsi examination committee in the program of strata 1 (SI), Teacher Training and
Education Faculty, Mathematics and Science Education Department, Chemistry Education Study
Program, Tadulako University accepted and approved the Skripsi in the title of “The utilization
of the Hull Rice Charcoal and the Peaty Soil for Reducing of the Water
Temporary Hardness”, under the responsibility of Joechiana Rosidi, Register Number A 251 07
003. Wednesday, November 2th, 2011.
EXAMINATION COMMITTEE
ABSTRAK
Joechiana Rosidi, 2011. Pemanfaatan Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut Untuk Menurunkan
Kesadahan air. Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia. Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako. Pembimbing (I) H. Suherman, (II) Vanny
M.A Tiwow.
Joechiana Rosidi, 2011. The utilization of the Hull Rice Charcoal and the Peaty Soilfor reducing of
the water temporary hardness. Thesis, Study Program of Chemistry Education, Mathematics and
Natural Science Education Department, Teacher Training and Education Faculty
of TadulakoUniversity. Supervisor (I) Suherman, (II) Vanny M. A Tiwow.
Peaty soil is now recognized as one of the natural materials for reducingwater temporary
hardness. In its use is often combined with the hull rice charcoal and its componen as a filter. In
this research both of the substances are mixed for reducing
the water temporary hardness, after mixing the analysis of water quality had been carried out by
adsorption. The used water samples took from the two DAB water wells of the Talise Village,
Palu. The result of this research shows that temporary hardness water values treatment for the
sample A was 604,8 mg / l of CaCO3, composition sample B Sample was
520,128 mg/l of CaCO3. The combined Peaty soil and the hull rice charcoal with various
composition ratio such as 50:0 g, 40:10 g, 30:20 g, 20:30 g, 10:40 g, and 0:50 g. From these
composition ratio, the optimum values of this combined peaty soil and the rice hull charcoal for
reducing water temporary hardness was 40 : 10 gram with the value 24,192 mg / l of CaCO3for
the sample A, while the sample B composition ratio was 30 : 20 gram with the value was 20,16
mg / l of CaCO3. It can be concluded the decrease of the temporary water hardness before and
after adsorption for sample A was 96 % and sample B was 96,12 %
MOTTO
“ Bersabarlah Kamu Dengan Cara Yang Baik”
Kupersembahkan Sebuah Karya Kecil ini
Kepada :
Yang Maha Kuasa Allah SWT
Serta Rasulullah Muhammad SAW
Dan orang-orang yang sangat kusayangi dan kucintai :
Abd. Rasid Sidik S.Pd
Roslina Rosal
”Ayahanda dan Ibunda Juara 1 Sedunia”
Atas semua keringat, air mata, nasihat dan doanya
Beserta Adik-adikku:
Dwi Yunestira Rosidi
Tri Utari Rosidi
Fauziah Rosidi
Ahmad Rosidi
Ramadan Rosidi
Bunga Dea Rosidi
Teman dan Sahabat-sahabatku yang senantiasa
mendoakan dan mencurahkan cinta dan kasih
Sayangnya untukku
Almamaterku
”Semoga Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat-Nya bagi kita semua”
Amin.
KATA PENGANTAR
Subhanallah, walhamdulillah, walailahaillallah, wallahuakbar.
Tiada kata yang pantas dan patut penulis ucapkan, selain memanjatkan puji dan syukur
kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan judul “Pemanfaatan Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut Untuk
Menurunkan Kesadahan air”.
Sebagai manusia biasa yang penuh dengan kelemahan dan kekurangan, penulis
menyadari bahwa tanpa bantuan dan kerja sama yang baik dari berbagai pihak, skripsi ini tidak
akan mungkin dapat terselesaikan. Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setingi-
tingginya kepada Dr. H. Suherman M.Sselaku pembimbing I dan Dra. Vanny M.A Tiwow
M.Sc Ph.D selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, masukan, petunjuk,
dan meluangkan waktunya untuk membimbing penulis demi penyusunan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada yang tercinta,
terkasih dan teristimewa penulis persembahkan untuk orang tuaku, ibunda Roslina Rosal dan
ayahanda Abd. Rasid Sidik S.Pd yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis
dengan limpahan cinta dan kasih sayang serta berdo’a, berkorban, menasehati, dan memotivasi
penulis dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Semoga ALLAH SWT membalas setiap jerih
payah dan peluh yang diberikan untukku.
Selanjutnya, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih tak terhingga
kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Muhammad Basir, S.E, M.S., Rektor Universitas Tadulako.
2. Dra. Mestawaty As. A, M.P., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Tadulako.
3. Pembantu Dekan I, II, dan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako.
4. Dr. Samsurizal M. Sulaeman, M.Si., Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP UNTAD.
5. Dr. H. Suherman, MS dan Ratman S.Pd, M.Si., Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan
Kimia FKIP UNTAD.
6. Seluruh Dosen di lingkungan FKIP Universitas Tadulako, terutama Dosen dan Laboran Program
Studi Pendidikan Kimia Universitas Tadulako yang telah mendidik dan memberikan ilmu
pengetahuan mereka kepada penulis dari awal sampai akhir.
7. Adik-adikku tercinta Dewi, Utari, Fauziah, Ahmad, Rama dan Dhea yang selama ini
memberikan motivasi, canda tawanya dan dorongan kepada penulis.
8. Dra.Daswati M.Si, Roslandi, Rosmita S.Pd., Hj Tang, H. Juhri, Sangka, teristimewa Roslini
Rosal S.Pd terimakasih atas segala bantuan, nasihat, dan dorongan selama ini.
9. Keluarga Besar Pawiccangi dan Rosi terima kasih atas bantuan, nasihat, dan motivasinya.
10. Semua teman-teman kimia angkatan 2007 dan adik-adikku 2008 sampai 2010 tanpa terkecuali
yang telah memberikan banyak cerita, kenangan kepada penulis selama bersama di program
studi kimia terima kasih atas cinta dan persahabatannya selama ini, dukungan, serta bantuannya,
do’a, kebersamaan, canda, tawa, dan segalanya.
11. Kepada teman-teman PPLT PPGMIPABI Angkatan ke-2 tanpa terkecuali dan teman-teman
posko Tondo dan teristimewa buat teman-teman posko Layana terimakasih atas bantuannya
selama PPLT.
12. Kepada Sobatku Tersayang Ayu Mufida S.Pd, Inda Permatasari.,Niluh Sriyuti Sarko, Yanti
Anggraeni Saleh Wantah, Siti Nur Magfira, Lusy Pasiamping S.Pd., Ismail Kamur, dan Rinsen
Riga. Terimakasih atas segala bantuan, saran, dan semangatnya.
13. Hermawan Julianto Uga., terimakasih atas kesabaran dan senantiasa menemani, memberikan
motivasi, perhatian, nasehat dan doa sehingga penulis menjadi semangat.
Semoga ALLAH SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis
dan semoga ALLAH SWT senantiasa melimpahkan Ni’mat, Hidayah, dan Rahmat-Nya kepada
kita semua. Khususnya Ni’mat IMAN dan ISLAM bagi saudara seimanku. Amin Ya
Rabbal’Alamin.
Sebagai hamba ALLAH SWT, penulis tidak luput dari kekurangan dan keterbatasan.
Oleh karenanya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata, dengan segala
kesederhanaannya, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca yang
membutuhkannya. Amin..
Palu, November 2011
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... . iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
ABSTRAK.................................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. viii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xi
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xiii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1... Latar Belakang .................................................................. 1
1.2... Rumusan Masalah ............................................................. 4
1.3... Tujuan Penelitian............................................................... 4
1.4... Manfaat Penelitian............................................................. 4
1.5... Batasan Masalah.................................................................. 5
AB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Air Baku...................................................... 6
2.2 Karakteristik Fisik Air……………………………………. 8
2.3 Karakteristik Kimia Air…………………………………… 9
2.4 Persyaratan Kualitas Air Minum………………………….. 11
2.5 Air Sadah………………………………………………….. 13
2.6 Arang Sekam Padi………….…………………………… .. 14
2.7 Tanah Gambut…………………………………………….. 18
2.8 Adsorpsi…………………………………………………… 22
AB III METODE PENELITIAN
3.1.. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ...................... 25
3.2 Parameter Penelitian.......................................................... 25
3.3 Sampel................................................................................ 25
3.4 Alat dan Bahan................................................................... 26
3.5 Prosedur Penelitian............................................................. 26
AB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian.................................................................... 30
4.2 Pembahasan.................................................................................... 31
AB V PENUTUP
5.1.. Kesimpulan ....................................................................... 40
5.2.. Saran ................................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
2.1 Persyaratan Kualitas Air Minum Menurut Pemkes 2010…………… 12
2.2 Produksi padi sawah menurut kabupaten/kota di Sulawesi Tengah… 15
2.3 Komposisi Kimiawi Sekam Padi.......................................................... 16
2.4 Komposisi Kimiawi Arang Sekam Padi……………………………... 17
4.1 Data Titrasi Kesadahan Sementara Sebelum Penyaringan................... 30
4.2 Data Titrasi sesudah penyaringan........................................................ 31
4.3 Data penentuan kesadahan sementara ................................................ 31
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1.1 Arang Sekam Padi …………………………………………………. 18
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Skema Penelitian ............................................................ ….. 44
Lampiran 2 Dokumentasi Penelitian ....................................................... . 46
Lampiran 3 Hasil Pengamatan dan Perhitungan ….................................. 50
BAB I
PENDAHULUAN
Kadar Maksimum
No. Jenis Parameter Satuan
Yang Diperbolehkan
1. Parameter yang berhubungan
langsung dengan kesehatan
a. Parameter microbiologi
1. E. Coli Jumlah per 100 ml 0
sampel
2. Total bakteri Coliform Jumlah per 100 ml 0
sampel
b. Kimia An-Organik
1. Arsen mg/l 0,01
2. Fluorida mg/l 1,5
3. Total Kromium mg/l 0,05
4. Cadmium mg/l 0,003
5. Nitrit (sebagai NO2-) mg/l 3
6. Nitrat (sebagai NO3-) mg/l 50
7. Sinida mg/l 0,07
8. Selenium mg/l 0,01
2. Parameter yang tidak langsung
berhubungan dengan kesehatan.
a. Parameter Fisik
1. Bau Tidak berbau
2. Warna TCU 15
3. Total zat padat terlarut (TDS) mg/l 500
4. Kekeruhan NTU 5
5. Rasa Tidak berasa
o
6. Suhu C Suhu udara + 3
b. Parameter Kimiawi
1. Aluminium mg/l 0,2
2. Besi mg/l 0,3
3. Kesadahan mg/l 500
4. Klorida mg/l 250
5. Mangan mg/l 0,4
6. pH 6,5 – 8,5
7. Seng mg/l 3
8. Sulfat mg/l 250
9. Tembaga mg/l 2
10. Amonia mg/l 1,5
Sumber : Permenkes No.492 Tahun 2010
Standar kualitas yang terdapat dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No 492/2010 yang
digunakan sebagai paramater air. (PEMKES,2010).
No. Komponen %
1 Kadar Air 9.02
2 Protein Kasar 3.03
3 Lemak 1.18
4 Serat Kasar 35.68
5 Abu 17.71
6 Karbohidrat Kasar 33.71
7 Karbon (Zat Arang) 1.33
8 Hidrogen 1.54
9 Oksigen 33.64
10 Silika 16.98
Sumber : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian (2006)
Menurut Ketaran (1980) dalam Subroto (2007), Arang adalah bahan padat yang berpori-
pori dan merupakan hasil pembakaran dari bahan yang mengandung unsur karbon (C). Sebagian
besar pori-porinya masih tertutup dengan hidrokarbon, dan senyawa organik lain yang
komponennya terdiri dari fixed carbon, abu, air, nitrogen dan sulfur. Arang dengan komponen
penyusun utamanya berupa karbon dapat digunakan sebagai bahan bakar, filter atau penyerap
dengan diolah menjadi karbon aktif, pewarna dengan diolah menjadi karbon black dan berbagai
kebutuhan industri kimia lainnya. Penggunaan arang yang lain sebagai reduktor sebagaimana
halnya coke pada industri logam, karena mengandung karbon bebas yang tinggi (>70%).
Kegunaan lainnya dari arang diantaranya adalah sebagai bahan penjernih, arang kompos, dan
baterai Lithium.
Tabel 2.4 : Komposisi kimia Arang sekam padi
Sekam Bakar atau Arang Sekam adalah Sekam/kulit padi yang dibakar dengan teknik
sedemikian rupa, sehingga menghasilkan sekam yang menjadi arang. Sekam bakar yang baik
adalah sekam yang sudah terbakar, tetapi tidak terlalu hancur. Sifat sekam bakar yang porous dan
mampu menyimpan air.
Gambar 2.1 Sekam bakar
Arang Sekam atau Sekam Bakar adalah Sekam yang sudah melewati proses pembakaran
yang tak sempurna berwarna hitam. Proses sama dengan pembuatan arang, yaitu menghentikan
pembakaran sebelum sekam jadi abu dengan cara ditutup atau disiram dengan air. Struktur
bentuk tak jauh beda dengan sekam mentah/putih – berwarna hitam, karena sudah ikut hangus
terbakar. (Yulian, 2005).
2.7 Tanah Gambut
Luas lahan Gambut di Indonesia merupakan 87% dari seluruh luas gambut diasia
Tenggara atau 52,4% dari seluruh lahan Gambut di daerah tropik. Lahan gambut diIndonesia
tersebar di Sumatera (41,1%), Kalimantan (33,8 %), Irian Jaya (23,0 %), Sulawesi (1,6 %) serta
Halmahera dan Seram (0,5 %). Di Kalimantan, lahan gambut terdapat di wilayah pantai Propinsi
Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan serta sebagian kecil Pantai
Kalimantan Timur.
Gambut terbentuk tatkala bagian-bagian tumbuhan yang luruh terhambat pembusukannya,
biasanya di lahan-lahan berawa, karena kadar keasaman yang tinggi atau kondisi anaerob di
perairan setempat. Tidak mengherankan jika sebagian besar tanah gambut tersusun dari serpih
dan kepingan sisa tumbuhan, daun, ranting, pepagan, bahkan kayu-kayu besar, yang belum
sepenuhnya membusuk. Kadang-kadang ditemukan pula, karena ketiadaan oksigen bersifat
menghambatdekomposisi, sisa-sisa bangkai binatang dan serangga yang turut terawetkan di
dalam lapisan-lapisan gambut lazimnya di dunia, disebut sebagai Gambut apabila kandungan
bahan organik dalam tanah melebihi 30%; akan tetapi hutan-hutan rawa
gambut di Indonesia umumnya mempunyai kandungan melebihi 65% dan kedalamannya
melebihi dari 50cm. Tanah dengan kandungan bahan organik antara 35–65% juga biasa
disebut muck. (Anonim. 2007).
Gambar 2.2 Tanah gambut
Tanah Gambut di Sulawesi Tengah tergolong tanah gambut dangkal dan topogen tersebar
di wilayah Lalundu, Laemanta dan Kasimbar. Gambut topogen terbentuk karena proses
pembentukannya disebabkan oleh topografi daerah cekungan. Gambut Topogen biasanya relatif
subur (eutrofik) karena adanya pengaruh tanah mineral. Bahkan pada waktu tertentu, misalnya
jika ada banjir besar, terjadi pengkayaan mineral yang menambah kesuburan Gambut tersebut.
Tanaman tertentu masih dapat tumbuh subur di atas Gambut Topogen. Hasil pelapukannya
membentuk lapisan gambut baru yang lama kelamaan membentuk kubah (dome) Gambut yang
permukaannya cembung . Gambut yang tumbuh di atas Gambut Topogen dikenal dengan
Gambut Ombrogen, yang pembentukannya ditentukan oleh air hujan. Gambut Ombrogen lebih
rendah kesuburannya dibandingkan dengan Gambut topogen karena hampir tidak ada
pengkayaan mineral. Sedangkan Tanah Gambut dangkal memiliki kedalaman > 50 – 100
meter. (Syafrudin, 2004)
Klasifikasi Tanah Gambut :
Berdasarkan faktor pembentukannya (Polak ,1961):
Gambut Ombrogen; terbentuk dari sisa-sisa hutan seperti di Sumatra, Kalimantan dan Papua.
Gambut Topogen; terbentuk dalam depresi Topografi rawa seperti Rawa Pening, Jatiroto, Tanah
payau Deli.
Gambut Pegunungan; terbentuk pada depresi-depresi daerah pegunungan yang tidak aktif
(kawah yang merupakan rawa) seperti Gunung Papandayan, dataran tinggi Dieng.
Berdasarkan batuan induk yang membentuknya (Backman, 1969):
Gambut endapan; tanaman yang mudah dihumifikasikan, koloidal, padat dan kenyal.
Gambut berserat; berserat, mempunyai kapasitas menahan air tinggi.
Gambut kayuan; sisa-sisa pohon, semak atau vegetasi rawa.
Berdasarkan ketebalannya (Noor, 2001):
Gambut dangkal kedalaman < 50 – 100 cm
Gambut sedang kedalaman 100 - 200 cm
Gambut dalam kedalaman 200 – 300 cm
Gambut sangat dalam kedalaman > 300 cm
Berdasarkan kematangannya:
Fibrik, digolongkan demikian apabila bahan vegetatif aslinya masih dapat diidentifikasikan atau
telah sedikit mengalami dekomposisi.
Hemik, disebut demikian apabila tingkat dekomposisinya sedang.
Saprik, merupakan penggolongan terakhir yang apabila telah mengalami tingkat dekomposisi
lanjut.
Kandungan Air dan Batas Cair Tanah Gambut Semakin tinggi derajat dekomposisinya,
kandungan air dan batas cairnya akan makin mengecil. Hal ini disebabkan semakin tinggi proses
dekomposisi akan menyebabkan semakin mengecil ruang di dalam partikel serat dan antar
partikel serat serta struktur serat gambut akan rusak menjadi bentuk amorf. Sebaliknya, semakin
rendah derajat dekomposisi, maka struktur dan ruang antar serat serta struktur serat gambut
masih dalam keadaan baik sehingga kondisi endapan gambut tersebut semakin tinggi kandungan
air dan batas cairnya.
Tanah Gambut secara umumnya memiliki kadar pH yang rendah, memiliki kapasitas
tukar kation yang tinggi, kejenuhan basa rendah, memiliki kandungan unsur K, Ca, Mg, P yang
rendah dan juga memiliki kandungan unsur mikro (seperti Cu, Zn, Mn serta B) yang rendah pula.
(Aryapersada.2010).
2.8 Adsorpsi
Adsorpsi adalah proses penyerapan bahan-bahan tertentu. Dengan penyerapan tersebut air
menjadi jernih karena zat-zat didalamnya diikat adsorben. System ini efektif untuk mengurangi
warna serta menghilangkan bau dan rasa. Prinsip kerja absorpsi yaitu ion-ion bebas didalam air
diserap oleh absorben.
Dengan penyerapan tersebut air menjadi jernih karena zat-zat didalamnya diikat adsorben.
Bahan adsorben yang biasa digunakan untuk mengolah air adalah karbon aktif. Sistem ini efektif
untuk mengurangi warna serta menghilangkan bau dan rasa. Prinsip kerja adsorpsi yaitu ion-ion
bebas di dalam air diserap oleh adsorben. (Kusnaedi. 2002). Pengolahan air minum dengan
karbon aktif hanyalah salah satu dari terapan adsorpsi.
Ada sejumlah hal yang mempengaruhi efektivitas adsorpsi, yaitu:
Jenis adsorben,apakah berupa arang batok, batubara (antrasit), sekam, dll;
Temperatur lingkungan(udara, air, cairan): proses adsorpsi makin baik jika temperaturnya
makin rendah;
Jenis adsorbat, bergantung pada bangun molekul zat, kelarutan zat (makin mudah larut,makin
sulit diadsorpsi), taraf ionisasi (zat organik yang tidak terionisasi lebih mudah diadsorpsi).
Berdasarkan jenis adsorbatnya, tingkat adsorpsi digolongkan menjadi tiga,yaitu lemah
(weak), terjadi pada zat anorganik kecuali golongan halogen (salah satunya adalah Clor).
Adsorpsi menengah (medium), terjadi pada zat organik alifatik dan adsorpsi kuat (strong) terjadi
pada senyawa aromatik (zat organik yang berbau (aroma) dengan struktur benzena, C6H6).
(Anonim,2010)
Salah satu adsorben yang biasa diterapkan dalam pengolahan air minum (juga air limbah)
adalah karbon aktif atau arang aktif. Arang ini digunakan untuk menghilangkan bau, warna, dan
rasa air termasuk ion-ion logam berat, karena merupakan fenomena permukaan maka semakin
luas permukaan kontaknya makin tinggilah efisiensi pengolahannya. Syarat ini dapat dipenuhi
oleh arang yang sudah diaktifkan sehingga menjadi porous dan kaya saluran kapiler. Yang belum
aktif, ruang kapilernya masih ditutupi oleh pengotor berupa zat organik dan anorganik. (Gede,
2009).
Karbon aktif merupakan senyawa karbon amorph dan berpori yang mengandung 85-95%
karbon yang dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon (batubara, kulit kelapa, dan
sebagainya) atau dari karbon yang diperlakukan dengan cara khusus baik aktivasi kimia maupun
fisika untuk mendapatkan permukaan yang lebih luas. Karbon aktif dapat mengadsorpsi gas dan
senyawa-senyawa kimia tertentu atau sifat adsorpsinya selektif, tergantung pada besar atau
volume pori-pori dan luas permukaan. Daya serap karbon aktif sangat besar, yaitu 25- 100%
terhadap berat karbon aktif. Karena hal tersebut maka karbon aktif banyak digunakan oleh
kalangan industri. Hampir 60% produksi karbon aktif di dunia ini dimanfaatkan oleh industri-
industri gula dan pembersihan minyak dan lemak, kimia dan farmasi.
Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas permukaan seluas 500-1500
m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap partikel-partikel yang sangat halus berukuran
0.01-0.0000001 mm. Karbon aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak
dengan karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut manjadi jenuh dan
tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya karbon aktif di kemas dalam kemasan yang kedap udara.
Sampai tahap tertentu beberapa jenis karbon aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun
demikian tidak jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif sangat
tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu diperhatikan keterangan pada
kemasan produk tersebut. (Ahmad,2010)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.3 Sampel
Sampel penelitian adalah :
a. Sekam Padi yang berasal dari Gilingan Padi Biromaru.
b. Tanah Gambut yang berasal dari Desa Lalundu.
c. Air berasal 2 sumur DAB di Kelurahan Talise, yang memiliki penampakan fisik yang keruh.
c. Tanah Gambut
Tanah Gambut yang diperoleh dikeringkan dibawah sinar matahari.
Tanah Gambut disimpan dalam wadah kedap air yang bersih dan kering sebelum digunakan.
3.5.2 Pemeriksaan kesadahan air sebelum penyaringan
a. Sampel air A dan B diambil sebanyak 25 ml, masing-masing dimasukkan kedalam labu Erlenmeyer 250
ml, kemudian ditambahkan 2-3 tetes indicator metil orange.
b. Masing-masing sampel A dan B dititrasi dengan menggunakan H 2SO4 0,02 N sampai timbul warna merah
pucat.
c. Dicatat banyaknya H2SO4 0,02 N yang digunakan. Misalnya p ml
d. Kesadahan sementara diukur dengan rumus :
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
Derajat kesadahan sementara dapat dinyatakan dalam mg/l atau ppm CaCO3
3.5.3 Prosedur penyaringan air
a. Dipersiapkan Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut
b. Ditimbang Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut dengan masing-masing komposisi berat
perbandingan 0:50 gr , 10:40 gr , 20:30 gr, 30:20 gr, 40:10 gr dan 50:0 gram.
c. Dimasukkan Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut yang telah ditimbang kedalam masing-
masing gelas kimia.
d. Dimasukkan sampel air A kedalam masing-masing gelas kimia dimana volume air diperkirakan
dengan kompisisi berat yang ada.
e. Masing-masing gelas kimia ditutup dengan aluminium foil dan didiamkan selama satu jam,
dengan tujuan untuk menghomogenkan air dengan Arang Sekam Padi -Tanah Gambut.
f. Masing-masing gelas kimia yang telah didiamkan selama satu jam dimasukkan kedalam wadah
penyaringan.
g. Dijalankan aliran air dengan membuka kran air (laju air diperkirakan)
h. Air hasil penyaringan dimasukkan kedalam labu erlenmeyer. (dinding labu ditempelkan label
keterangan)
i. Mengulangi perlakuan a sampai h untuk sampel air B.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Pembahasan
4.2.1 Kesadahan sementara sebelum penyaringan
Pengukuran kesadahan sementara sebelum penyaringan dilakukan masing-masing pada
sampel air A dan B. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai kesadahan sementara untuk
sampel air A 604,8 mg/l CaCO3, secara fisik sampel A keruh dan tampak butiran-butiran
berwarna putih yang melayang-layang, sedangkan untuk sampel B nilai kesadahan
sementaranya adalah 520,128 mg/l CaCO3 dan secara fisik memiliki kekeruhan dan butiran-
butiran putih yang melayang seperti pada sampel A. Jika dibandingkan dengan standar kualitas
air bersih menurut Permenkes RI No 492 Tahun 2010 sebesar 500 mg/l, angka tersebut telah
melebihi standart atau tidak memenuhi syarat. Akibatnya apabila air tersebut dikonsumsi, maka
akan berdampak bagi kesehatan yaitu penyumbatan pembuluh darah jantung dan batu ginjal.
Tingginya nilai kesadahan sampel air A dan B karena kondisi lingkungan sumur DAB di
Daerah Talise yang berada dilereng bukit yang memiliki struktur bebatuan kapur, hal ini
mengakibatkan air tanah mengalami kontak dengan batuan kapur yang ada pada lapisan tanah
yang dilalui air. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan adanya residu terlarut yang tinggi dalam
air (Hanum, 2002).
Nilai kesadahan sementara sampel air A lebih tinggi dibandingkan sampel B karena
pengaruh perbedaan kandungan kapur dari setiap jenis tanah. Bahkan kandungan kapur dari
lapisan atas tentu berbeda dengan lapisan di bawahnya. Hal ini disebabkan oleh adanya proses
pelindian kapur pada lapisan atas oleh air yang akan diendapkan pada lapisan bawahnya. Selain
itu keberadaan kapur tanah sangat dipengaruhi oleh batuan induk yang ada disuatu lokasi.
Kandungan Ca dan Mg yang tinggi dalam Tanah berhubungan dengan taraf
perkembangan tanah tersebut, semakin kuat pelindian / semakin tua tanahnya, akan semakin
kecil pula kandungan kedua zat tersebut. Kadar tinggi berkaitan dengan pH yang netral atau agak
kalis. (Ayatullah, 2010)
4.2.2 Kesadahan sementara setelah penyaringan
- Penentuan kesadahan sementara untuk sampel air A
Dalam penelitian ini untuk sampel air A dilakukan pengujian sebanyak 6 kali dengan
variasi komposisi perbandingan berat yang berbeda-beda antara arang sekam padi dan tanah
gambut. Berdasarkan tabel 6 diperoleh data nilai kesadahan sementara yang jauh berbeda dengan
data sebelum penyaringan.
Kesadahan Sementara
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari data penelitian yang diperoleh dan dari analisa data yang telah dilakukan, maka
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut dapat digunakan sebagai absorban untuk menurunkan
kesadahan sementara air melalui proses penyaringan.
Komposisi perbandingan berat antara Arang Sekam Padi dan Tanah Gambut yang optimal
dalam menurunkan nilai kesadahan sementara pada sampel air A adalah pada perbandingan 40 :
10 gram dengan nilai kesadahan 24,192 mg/l CaCO3, sedangkan pada sampel B pada
perbandingan 30 : 20 gram dengan nilai kesadahan sementara 20,16 mg/l CaCO3.
5.2 SARAN
Beberapa saran untuk penelitian lebih lanjut adalah :
Untuk memperoleh perbandingan yang optimal, maka proses sangrai Sekam Padi menjadi
sekam bakar lebih lama lgi, agar menghasilkan nilai silika yang lebih tinggi.
Proses dengan Tanah Gambut akan menghasilkan warna yang keruh, jadi sebelum Gambut
digunakan, maka kukus terlebih dahulu, agar organisme-organisme yang tidak dikehendaki
hilang.
Menambahkan kerikil atau pasir pada wadah penyaringan, agar air hasil penyaringan lebih
jernih.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2011.Filtrasi
http://id.wikipedia.org( Diakses pada tanggal 31 Januari 2011)
Kristyanto.2011.Kesadahan.http://studilingkungan.blogspot.com/2011_03_01_archive.html (Diakses
pada tanggal 6 Agustus 2011)
Lail Nuzulul.2008. dalam skripsi : Penggunaan tanaman eceng gondok sebagai pre treatment pengolahan air
minum.Jogjakarta : Universitas Islam Indonesia
Riyadi, Imran S.Pd.2010. Dalam skripsi : Analisis Kualitas Air Hasil Pengolahan dengan Komposit Biji Kelor
(Moringa oleifera) – Arang Sekam Padi. Palu : Untad
Uripsantoso. 2007.Air.
http://uripsantoso.wordpress.com.( diakses pada tanggal 15 November 2010)
Wulan, Anisa I.S.2005.dalam skripsi : Kualitas Air Bersih Untuk Kebutuhan Rumah Tangga di Desa
Pesarean Kecamatan Adiwerna Kabupaten Tegal.Semarang : Universitas Negeri Semarang.
Zamrudi Windi, 2007. Dalam Skripsi : Pembuatan karbon aktif dari ampas biji jarak
pagar. http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/1208151162.pdf.(Diakses pada tanggal 15
September 2011)
LAMPIRAN I
SKEMA PENELITIAN
Diagram alir sebelum penyaringan dan penentuan kesadahan, serta pH
Sampel air
Sampel air A
(Salah satu sumur
DAB bukit EL-Rahma)
Sampel air B
(salah satu Sumur DAB Lorong V Tomblotutu)
Erlenmeyer
I
Erlenmeyer
II
Dititrasi dengan H2SO4 0,2 N
Dicatat Volume H2SO4
Sekam Padi
Dikeringkan
Menghitung nilai kesadahan dan pH masing-masing
Dicatat Volume H2SO4
Masing-masing
Di Titrasi dengan H2SO4 0,2 N
Erlenmeyer
III
Erlenmeyer
IV
Erlenmeyer
V
Laju air diperkirakan
Erlenmeyer
VI
Erlenmeyer
II
Erlenmeyer
I
LAMPIRAN II
DOKUMENTASI PENELITIAN
Wadah penyaringan
LAMPIRAN 3
I. Perhitungan
Pemeriksaan kesadahan air sebelum penyaringan
Tabel 4 Data titrasi penentuan kesadahan sementara sebelum penyaringan
Perhitungan :
esadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
1. Sampel A
a. Perbandingan 50 : 0 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 48,384 mg/l CaCO3
b. Perbandingan 40 : 10 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 24,192 mg/l CaCO3
c. Perbandingan 30 : 20 gram (Tanah Gambut : ASP)
Kesadahan Sementara (mg/l CaCO3) =
=
= 36,288 mg/l CaCO3
2. Sampel B
Sampel Air
No. Tingkat Penurunan %
Sebelum Sesudah
1 604,8 mg/l CaCO3 24,192 mg/l CaCO3 580,608 mg/l CaCO3 96
2 520,128 mg/l CaCO3 20,16 mg/l CaCO3 499,968 mg/l CaCO3 96,12