Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah menentukan mutu biji kakao berdasarkan SNI
2323-2008.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Syarat mutu biji kakao menurut SNI 2323-2008 adalah sebagai berikut:
A. Syarat Umum
Tabel 1 – Persyaratan Mutu
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Serangga hidup - Tidak ada
2. Kadar air % fraksi masa Maks. 7,5
3. Biji berbau asap dan atau - Tidak ada
hammy dan atau berbau
asing
4. Kadar benda asing - Tidak ada
B. Syarat Khusus
Tabel 2 – Persyaratan Mutu
Satuan dalam persen
Jenis Mutu Persyaratan
Kakao Kakao Kadar Kadar biji Kadar biji Kadar Kadar biji
Mulia Lindak biji slaty berserangga kotoran berkecam
(Fine (Bulk berjamur (biji/biji) (biji/biji) waste bah
Cocoa) Cacao) (biji/biji) (biji/biji) (biji/biji)
I–F I–B Maks. 2 Maks. 3 Maks. 1 Maks. 1,5 Maks. 2
II – F II – B Maks. 4 Maks. 8 Maks. 2 Maks. 2,0 Maks. 3
III – F III - B Maks. 4 Maks. 20 Maks. 2 Maks. 3,0 Maks. 5
BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM
Pembukaan kemasan
Gambar 3.1 Diagram alir penentuan serangga hidup dan benda asing
Pada praktikum kakao, langkah pertama yang harus dilakukan adalah
mengamati adanya serangga hidup atau benda asing pada biji kakao. Pada
pengamatan ini, langkah pertama yaitu biji kakao dalam kemasan dibuka.
Kemudian amati dengan seksama secara visual adanya serangga hidup dan benda
asing pada sekeliling partai biji kakao dan pada saat kemasan contoh uji dibuka.
Apabila tidak ditemukan adanya serangga hidup maka dinyatakan tidak ada,
apabila ditemukan serangga hidup maka dinyatakan ada. Apabila tidak ditemukan
adanya benda asing maka dinyatakan tidak ada, apabila ditemukan benda asing
maka dinyatakan ada. Pengamatan ini berfungsi untuk mendapatkan biji kakao
yang sesuai dengan standar SNI.
3.2.2 Penentuan Kadar Air
10 g biji Kakao
Pengecilan ukuran
Penimbangan
Pembelahan
Pengamatan kotoran
Penimbangan
((M2-M1)/M0) x 100%
Keterangan:
M0= bobot contoh uji dinyatakan dalam gram
M1= bobot kaca arloji kosong dinyatakan dalam gram
M2= bobot kaca arloji dan kotoran dinyatakan dalam gram
3.2.5 Penentuan Jumlah Biji Kakao per 100 gram
Pada acara penentuan jumlah biji kakao/100 gram, pertama menyiapkan 100
gram biji kakao. Kemudian dilakukan penghitungan jumlah biji kakao dalam 100
gram biji tersebut sehingga dapat diketahui jumlahnya dan dapat diketahui
penggolongan sesuai dengan mutunya menurut SNI kakao. Jika AA = maks 85
biji per seratus gram, A=86-100 biji per seratus gram, B=101-110 biji per seratus
gram, C= 111-120 biji per seratus gram, dan S= lebih dari 120 biji per seratus
gram (SNI, 2008).
3.2.6 Penentuan Kadar Biji Cacat
Pemotongan memanjang
Pengamatan
Perhitungan
Pengamatan Hasil
Biji berbau asap Tidak ada
Bau asing Tidak ada
4.1.4 Penentuan Kadar Kotoran
Pengamatan Gram/1000gram
Plasenta 20,12
Biji dempet 42,12
Pecahan biji 1,44
Pecahan kulit 2,78
Biji pipih 35,67
Ranting 0
4.1.5 Penentuan Jumlah Biji Kakao Per Seratus Gram
Pengamatan Hasil
Jumlah biji per seratus gram 86 biji/ 100 g (A)
4.1.6 Penentuan Kadar Biji Cacat pada Kakao
5.3 Penentuan Adanya Biji Berbau Asap Atau Berbau Asing Lainnya
Pada praktikum penentuan adanya biji kakao yang berbau asap atau berbau
asing menggunakan 15 biji kakao yang diambil secara acak. Biji kakao yang
berbau asap atau asing ini dapat mengurangi kualitas dari olahan biji kakao,
karena dapat menimbulkan aroma selain aroma khas kakao. Sehinga biji kakao
tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam persyaratan mutu biji kakao. Menurut
SNI 2323-2008 tentang biji kakao pada persyaratan umum mutu biji kakao
disebutkan bahwa tidak boleh ada biji yang berbau asap atau bau asing. Menurut
Haryadi dan Supriyanto (1991) Aroma khas biji kakao terbentuk pada saat
fermentasi yaitu pulp teraerasi, pH menurun sampai 4,5 karena kenaikan produksi
asam. Produksi asam didominasi oleh bakteri asam asetat dan bakteri asam laktat.
Jika substrat pulp digunakan oleh mikroorganisme sampai habis, pH akan naik
sehingga menyebabkan warna kulit biji kakao menjadi gelap dan terjadi
perubahan bau.
Setelah dilakukan pengamatan didapatkan data bahwa tidak ada biji yang
berbau asap atau berbau asing. Sehingga dapat disimpulkan bahwa biji kakao
tersebut dapat dimasukkan ke dalam penggolongan mutu biji kakao. Hal ini telah
sesuai menurut SNI 2323-2008 tentang biji kakao dimana disebutkan bahwa
dalam persyaratan umum mutu biji kakao tidak boleh ada biji yang berbau asap
atau asing.
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dari praktikum penentuan mutu biji
kakao yaitu pada pengamatan biji kakao berserangga tidak ditemukan serangga
dalam stadia apapun sedangkan untuk pengamatan benda asing ditemukan benda
asing di dalam kemasan. Kadar air biji kakao telah memenuhi syarat umum mutu
biji kakao yaitu maksimal 7,5. Tidak ditemukan adanya bau asap abnormal/bau
asing lainnya pada biji kakao kering. Jumlah biji per seratus gram biji kakao
termasuk golongan A yaitu 86 biji per 100 gram. Kadar kotoran biji kakao sebesar
10,211% sehingga masuk ke dalam mutu II yaitu dengan nilai maksimum 2%.
Kadar biji berjamur pada biji kakao tersebut sebesar 0,67% sehingga biji kakao
tersebut masuk ke dalam mutu I, sedangkan untuk kadar biji slaty sebesar 0,22
sehingga masuk ke dalam mutu I, dan untuk kadar biji berserangga dan
berkecambah tidak ada sehingga biji kakao tersebut dimasukkan ke dalam mutu I.
Dapat disimpilkan biji kakao tersebut memiliki jumlah berat golongan A, akan
tetapi tidak termasuk kedalam kelas mutu dikarena pada kadar kotoran tidak
memenuhi syarat.
6.2 Saran
a. Pada saat praktikum sebaiknya metodologi harus benar-benar dipahami.
b. Pada saat praktikum sebaiknya tidak terlalu banyak bicara karena akan
mengganggu jalannya praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
IEK, Anita. 2009. Evaluasi Mutu Biji Kakao (Thebroma cacaoL) Kering di SP 5
Kampung Macuan Distrik Masni Kabupaten Manokwari. Papua:
Universitas Negeri Papua
SNI-01-2323.2000.Biji Kakao:BSN.
Wood, G.A.R. 1985. From Harvest to Store, in G.A.R. Wood & R.A. Loss (ed.).
Cocoa. Logman. London
LAMPIRAN PERHITUNGAN
= 6,48%
0,59
C2 : 10,04 × 100%
= 5,88%
0,66
C3 : 10,02 × 100%
= 6,59%
0,72
C4 : 10,02 × 100%
= 7,18%
6,48+5,88+6,59+7,18
Rata-rata kadar air = 4
= 6,53
b. Perhitungan kadar kotoran
20,12
- Plasenta = x 100
1000
= 2,012 %
42,12
- Biji dempet = x 100
1000
= 4,212 %
1,44
- Pecahan biji = x 100
1000
= 0,144 %
2,78
- Pecahan kulit = 1000 x 100
= 0,278 %
35,67
- Biji pipih = x 100
1000
= 3,567 %
Total kadar kotoran = 2,012 + 4,212 + 0,144 + 0,278 + 3,567
= 10,211 %
= 0,67%
2
- Biji slaty = x 100%
900
0, 22 %
0
- Biji berserangga = 900 x 100%
=0
0
- Biji berkecambah = 900 x 100%
=0
Total kadar cacat = 0,67 + 0,22
= 0,89%
DOKUMENTASI
No. Gambar Dokumentasi