Vous êtes sur la page 1sur 10

SENIN, 05 JANUARI 2009

Mengenai Vaksin
Melacak sejarah vaksin modern, mungkin kita bisa memulai dari Flexner
bersaudara. Bos mereka, Rockefeller, awal abad ke-20 membiayai beberapa
saudara ini, yang salah satunya kemudian bergerak dalam penelitian vaksin
untuk disuntikkan ke tubuh manusia.

Propaganda bahwa vaksin bermanfaat bagi kesehatan dan bisa mencegah


penyakit kemudian disebarkan lewat berbagai universitas dan sekolah,
yang juga dilakukan oleh salah satu Flexner brothers ini.

Karena pentingnya isu ini, saya tidak berani mengklaim 100% benar
mengenai bahaya vaksin. Anda harus melakukan research sendiri
mengenai masalah ini. Keselamatan anak-anak Anda adalah berada di
tangan Anda sendiri.

Berikut sebuah artikel yang saya terjemahkan untuk Anda, semoga bisa
membantu Anda memulai memikirkan masalah ini...

**Link

MENGAPA ANDA SEHARUSNYA MENGHINDARI VAKSIN

Oleh : Dr. James Howenstine, MD

"Satu-satunya vaksin yang aman adalah vaksin yang tidak pernah


digunakan."
- Dr. James R. Shannon, mantan direktur Institusi Kesehatan Nasional -

Vaksin cacar dipercayai bisa memberikan imunisasi kepada masyarakat


terhadap cacar. Pada saat vaksin ini diluncurkan, sebenarnya kasus cacar
sudah sedang menurun. Jepang mewajibkan suntikan vaksin pada 1872.
Pada 1892, ada 165.774 kasus cacar dengan 29.979 berakhir dengan
kematian walaupun adanya program vaksin.

Pemaksaan vaksin cacar, di mana orang yang menolak bisa diperkarakan


secara hukum, dilakukan di Inggris tahun 1867. Dalam 4 tahun, 97.5&
masyarakat usia 2 sampai 50 tahun telah divaksinasi. Setahun kemudian
Inggris merasakan epidemik cacar terburuknya dalam sejarah dengan
44.840 kematian. Antara 1871 - 1880 kasus cacar naik dari 28 menjadi 46
per 100.000 orang. Vaksin cacar tidak berhasil.

Kebanyakan dari sukses program vaksinasi sebenarnya datang dari


perbaikan kesehatan publik lewat kualitas air bersih dan sanitasi,
kepadatan hunian yang berkurang, nutrisi yang lebih baik, dan perbaikan
standar hidup. Secara umum kasus berbagai penyakit sudah menurun
sebelum vaksin penyakit itu ditemukan. Di Inggris, kasus polio telah
menurun 82% sebelum vaksin polio diperkenalkan pada 1956. Pada awal
1900-an, seorang dokter yang sangat cerdas, Dr. W.B. Clarke, mengatakan
"Kanker pada dasarnya tidak dikenal sebelum kewajiban vaksinasi cacar
mulai diperkenalkan. Saya telah menghadapi 200 kasus kanker, dan tak
seorang pun dari mereka yang terkena kanker tidak mendapatkan vaksinasi
sebelumnya."

Ada sebuah kepercayaan di masyarakat bahwa kita tidak seharusnya


mengkritik vaksin karena nantinya publik akan menolak melakukannya.
Hal ini valid hanya bila manfaat dari vaksin jauh lebih besar dari resikonya.
Apakah vaksin benar-benar mencegah penyakit? Pertanyaan penting ini
tampaknya tidak benar-benar dipelajari oleh masyarakat. Vaksin sangatlah
menguntungkan bagi perusahaan farmasi dan legislasi di Amerika telah
memberikan perkecualian kepada mereka, bahwa mereka bebas dari
tuntutan hukum bila tidak menuliskan reaksi / efek vaksin yang cukup
umum terjadi. Pada tahun 1975 Jerman menghentikan vaksinasi pertusis
(batuk). Hari ini kurang dari 10% anak-anak Jerman divaksinasi terhadap
pertusis. Kasus pertusis tetap menurun sekalipun lebih sedikit anak-anak
yang divaksinasi dibanding sebelumnya.

Kasus campak terjadi di sekolah dengan tingkat vaksinasi lebih dari 98% di
seluruh bagian Amerika termasuk area yang sebelumnya tidak mengenal
campak. Seiring meningkatnya tingkat imunisasi, campak menjadi
penyakit yang terjadi hanya pada orang-orang yang telah divaksinasi.
Wabah campak terjadi di sekolah yang 100% anak-anaknya telah
mendapatkan vaksinasi sebelumnya. Di Inggris, kasus campak menurun
97% sebelum program vaksinasi dilakukan.

Pada 1986 ada 1300 kasus pertusis di Kansas dan 90% penderita adalah
anak-anak yang telah mendapatkan vaksinasi ini sebelumnya. Kegagalan
sejenis juga terjadi di Nova Scotia di mana pertusis telah muncul sekalipun
telah dilakukan vaksinasi universal. Pertusis tetap menjadi endemik di
Belanda di mana selama 20 tahun 96% anak-anak telah mendapatkan 3
suntikan pertusis sebelum umur 12 bulan. Setelah dimulainya vaksinasi
dipteri di Inggris dan Wales tahun 1894, kasus kematian dipteri naik 20%
pada 15 tahun kemudian. Jerman mewajibkan vaksinasi tahun 1939.
Jumlah kasus dipteri naik menjadi 150.000 kasus, di mana pada tahun
yang sama, Norwegia yang tidak melakukan vaksinasi, kasus dipterinya
hanya sebanyak 50 kasus. Berlanjutnya penyakit pada anak-anak yang
telah mendapatkan vaksinasi membuktikan bahwa imunitas seumur hidup
paska vaksinasi sebenarnya tidak terjadi. Proses suntikan partikel viral ke
dalam darah ini sebenarnya tidak menyediakan jalan yang jelas untuk
mengeliminasi substansi ini.

Mengapa vaksin gagal melindungi terhadap penyakit?

Walene James, pengarang buku Immunization: the Reality Behind The


Myth, mengatakan respon inflamatori penuh diperlukan untuk
menciptakan kekebalan nyata. Sebelum introduksi vaksin cacar dan
gondok, kasus cacar dan gondok yang menimpa anak-anak adalah kasus
tidak berbahaya. Vaksin "mengecoh" tubuh sehingga tubuh kita tidak
menghasilkan respon inflamatory terhadap virus yang diinjeksi. SIDS
(Sudden Infant Death Syndrome) naik dari 0.55 per 1000 orang di 1953
menjadi 12.8 per 1000 pada 1992 di Olmstead County, Minnesota. Puncak
kejadian SIDS adalah umur 2 - 4 bulan, waktu di mana vaksin mulai
diberikan kepada bayi. 85% kasus SIDS terjadi di 6 bulan pertama bayi.
Persentase kasus SIDS telah naik dari 2.5 per 1000 menjadi 17.9 per 1000
dari 1953 sampai 1992. Naikan kematian akibat SIDS meningkat pada saat
hampir semua penyakit anak-anak menurun karena perbaikan sanitasi dan
kemajuan medikal kecuali SIDS. Kasus kematian SIDS meningkat pada
saat jumlah vaksin yang diberikan kepada balita naik secara meyakinkan
menjadi 36 per anak.

Dr. W. Torch berhasil mendokumentasikan 12 kasus kematian pada anak-


anak yang terjadi dalam 3,5 - 19 jam paska imunisasi DPT. Dia kemudian
juga melaporkan 11 kasus kematian SIDS dan satu yang hampir mati 24
jam paska injeksi DPT. Saat dia mempelajari 70 kasus kematian SIDS, 2/3
korban adalah mereka yang baru divaksinasi mulai dari 1,5 hari sampai 3
minggu sebelumnya. Tidak ada satu kematianpun yang dihubungkan
dengan vaksin. Vaksin adalah hal yang mulia dan tidak ada pemberitaan
negatif apapun mengenai mereka di media utama karena mereka begitu
menguntungkan bagi perusahaan farmasi.

Ada alasan yang valid untuk percaya bahwa vaksin bukan saja tak berguna
dalam mencegah penyakit, tetapi mereka juga kontraproduktif karena
melukai sistem kekebalan yang meningkatkan resiko kanker, penyakit
kekebalan tubuh, dan SIDS yang menyebabkan cacat dan kematian.

Apakah vaksin steril?

Dr. Robert Strecker mengklaim bahwa Departemen Pertahanan (DOD)


diberikan 10 juta dolar pada 1969 untuk menciptakan virus AIDS yang
akan digunakan sebagai senjata pengurangan populasi terhadap orang kulit
hitam. Dengan menggunakan hukum kebebasan informasi, Dr. Strecker
berhasil mempelajari bahwa DOD mendapatkan dana dari Konggres untuk
melakukan penelitian untuk menhancurkan kekebalan tubuh lewat virus.
Setelah diproduksi, vaksinnya diberikan di 2 lokasi.

Vaksin cacar yang mengandung HIV diberikan kepada 100 juta penduduk
Afrika tahun 1977. Lebih dari 2000 pria homoseksual kulit putih di New
York juga diberikan vaksin hepatitis B yang mengandung HIV pada 1978.
Vaksin tersebut diberikan di Central Darah kota New York. Vaksin hepatitis
yang mengandung HIV juga diberikan kepada pria homoseks lainnya di
kota San Fransisco, Los Angeles, St. Louis, Houston, dan Chicago pada
1978 dan 1979. Instansi Kesehatan Publik Amerika melaporkan bahwa
kasus AIDS terbanyak terjadi di 6 kota tersebut. Saat sebuah virus
memasuki sebuah komunitas, butuh 20 tahun sebelum jumlah kasusnya
berganda. Bila cerita karangan bahwa gigitan monyet hijau menyebabkan
epidemik HIV, maka dugaan gigitan monyet yang terjadi 1940-an
seharusnya sudah menyebabkan puncak insiden HIV pada 1960-an yang
mana HIV belum eksis sama sekali di Afrika. WHO memulai vaksinasi
cacar di Afrika tahun 1977 yang menargetkan populasi perkotaan dan
menghindari pedesaan. Bila gigitan monyet hijau yang benar-benar
menyebabkan HIV, maka insiden HIV di pedesaan seharusnya lebih tinggi
daripada perkotaan. Namun, kebalikannyalah yang terjadi.

Pada 1954 Dr. Bernice Eddy (bakteriologis) menemukan bahwa virus


monyet hidup dalam keadaan steril akan menginaktifasikan vaksin polio
yang dikembangkan oleh Dr. Jonas Salk. Penemuan ini tidak diterima baik
oleh NIH dan Dr. Eddy kemudian diturunkan pangkatnya. Kemudian, Dr.
Eddy, bekerja bersama Sarah Stewart, menemukan virus SE polyoma. Virus
ini cukup penting karena dia menyebabkan kanker pada setiap binatang
yang menerimanya. Vaksin panas kuning (yellow fever) sebelumnya
ditemukan mengandung virus leukimia avian (burung). Kemudian Dr.
Hilleman mengisolasi virus SV 40 dari vaksin polio Salk dan Sabin. Mereka
mengandung 40 virus berbeda. Tetapi mereka tidak pernah berhasil
menghilangkan virus-virus tersebut dari vaksin polio.

Virus SV 40 menyebabkan penyakit yang berbahaya. Mereka telah


diidentifikasi dalam 43% kasus non-hodgekin lymphoma, 36% tumor otak,
18% sample darah sehat, dan 22% sample sperma sehat, mesothiolomas
dan penyakit lainnya. Pada saat hal ini ditemukan SV 40 telah diinjeksi ke
10 juta penduduk yang menerima vaksin polio. Pencernaan lambung
menginaktivasi sejumlah SV 40 dalam vaksin Sabin. Walaupun demikian,
isolasi vaksin polio Sabin dalam 38 kasus Guillan Barre Syndrome (GBS) di
Brasil menyimpulkan bahwa jumlah yang signifikan bis diinfeksi dari
vaksin ini. Semua 38 dari pasien ini telah menerima vaksin polio Sabin
beberapa bulan sampai tahun sebelum munculnya GBS.

Insiden non-hodgkin lymphoma secara "misterius" berganda sejak 1970-


an. Dr. John Martin, profesor patalogi di Universitas Southern California,
dipekerjakan oleh cabang Viral Oncology di Biro Biologi (FDA) dri 1976
sampai 1980. Saat bekerja di sana dia menemukan bahwa DNA luar negeri
dalam vaksin polio hidup orimune lederle mengandung kontaminasi serius.
Dia melaporkan kepada atasannya dan kemudian malahan disuruh untuk
berhenti mengecek karena bukan pekerjaannya untuk meneliti itu.

Percobaan vaksin lederle menunjukkan bahwa pimpinan di atas tidak


peduli akan bahaya dari vaksin. Infeksi pada binatang masih menjadi
masalah yang tak terselesaikan pada manufaktur vaksin. Club of Romeyang
berpengaruh besar secara tertulis bahkan menyatakan bahwa populasi
dunia terlalu besar dan perlu untuk dikurangi sebesar 90%. Artinya dari 6
milyar sekarang perlu dikurangi menjadi 500 - 600 juta orang.
Menciptakan kelaparan dan perang dan pembantaian seperti yang di
Afrika, dan penyakit buatan seperti HIV, Ebola, Marburg, dan mungkin
juga virus Nil Barat dan SARS tentu saja bisa membantu mengurangi
populasi. Grup elit lainnya (Trilateral, Bildergers) juga telah menyatakan
hal yang sama.
Perusahaan yang ditunjuk untuk membuat vaksin cacar di Inggris sudah
dalam masalah besar di Amerika karena kualitas operasionalnya yang
buruk. Bagaimana bisa performa mereka kemudian menjadi bagus setelah
datang ke Inggris? Bila memang ada grup-grup berpengaruh besar yang
bertekad mengurangi populasi dunia, cara apa lagi yang lebih cerdik selain
menginjeksi orang-orang dengan vaksin yang bisa menyebabkan kanker?
Orang yang menerimavaksin tidak akan pernah curiga vaksin yang dia
terima 10 - 15 tahun sebelumnya menyebabkan dia terkena penyakit
kanker.

Bahaya Lainnya Dari Vaksin

Pada 4 Maret 1977, dalam majalah Science, Jonas dan Darrel Salk
memperingatkan, "vaksin virus hidup terhadap flu dan polio bisa
memproduksi penyakit yang seharusnya dia cegah." Virus hidup terhadap
campak dan gondok bisa menyebabkan efek samping seperti kerusakan
otak. Vaksin flu babi dipaksakan kepada publik Amerika walaupun tidak
pernah ada kasus flu babi pada manusia. Petani juga menolak vaksin itu
karena membunuh ternak-ternak mereka. Dalam beberapa bulan sejak
penggunaan vaksin ini telah terjadi banyak gangguan serius (GBS).

Sebuah artikel di Washington Post tanggal 26 Januari 1988 menyebutkan


bahwa semua kasus polio sejak 1979 disebabkan oleh vaksin polio.
Harusnya situasi ini bisa menghentikan penggunaan vaksin, tetapi tetap
saja vaksin diberikan. Vaksin adalah arus profit yang hebat tanpa resiko
bagi perusahaan obat karena sekarang gangguan akibat vaksin akan
direkompensasikan oleh pemerintah (pembayar pajak). Terus naikknya
pengguna vaksin diikuti dengan terus naiknya penyakit kekebalan
(rheumatoid arthritis, subacute lupus erythematosus, psoriasis, sclerosis,
asthma) pada anak-anak. Walaupun memang ada yang disebabkan oleh
faktor pembawaan genetik, tetapi kebanyakan adalah akibat partikel
protein luar, merkury, aluminium, formaldehyde dan bahan-bahan beracun
lainnya di vaksin.
Pada 1999, vaksin rotavirus direkomendasikan oelh Central Pengendalian
Penyakit untuk semua anak-anak. Saat dijalankan, beberapa anak
meninggal dan sejumlah yang lain mengalami gangguan lainnya.
Percobaan pra penjualan menunjukkan insiden intussusception meningkat
30 kali lipat tetapi tetap saja vaksin ini dipasarkan tanpa menuliskan
peringatan di dalamnya. Vaksin anak-anak sering kali tidak dipelajari
keracunannya karena penelitian ini bisa membuat vaksin tersebut tidak
jadi digunakan.

Dalam studi yang besar di Australia ditemukan bahwa resiko mendapatkan


encephalitis dari vaksin pertusis adalah 5 kali lipat lebih besar daripada
mendapatkannya secara alamiah.

Vaksin menyebabkan Diabetes Melitus Type 1

Dr. John Classen menerbitkan 29 artikel mengenai diabetes akibat vaksin.


Setidaknya 8 dari 10 anak-anak dengan diabetes type 1 adalah akibat
vaksinasi. Anak-anak ini bisa saja terbebas dari cacar, gondok, atau batuk,
tetapi mereka mendapatkan yang jauh lebih buruk: penyakit yang akan
mengurangi umur mereka 10 - 15 tahun dan sisa kehidupan dalam
perawatan. Dr. Classen telah menunjukkannya di Finlandia, introduksi
vaksin hemophilus type B menyebabkan 3 kali lipat diabetes type 1 dan
sejumlah kematian dan kerusakan otak lainnya.

In New Zealand, insiden diabetes type 1 pada anak-anak meningkat 61%


setelah program vaksinasi agresif hepatitis B. Peningkatan yang serupa
juga terjadi di Inggris, Italy, Swedia, dan Denmark paska program
imunisasi hepatitis B.

Substansi Beracun Diperlukan Untuk Membuat Vaksin

Vaksin mengandung substansi berbahaya yang diperlukan untuk mencegah


infeksi dan meningkatkan performa vaksin. Seperti merkuri, formaldehyde,
dan aluminium. Dalam 10 tahun terakhir, jumlah anak austik meningkat
dari antara 200 - 500 % di setiap negara bagian di Amerika.

Di Amerika, injeksi vaksin telah meningkat dari 10 menjadi 36 jenis dalam


25 tahun terakhir. Dalam periode ini, anak-anak yang menderita gangguan
belajar dan perhatian terus meningkat. Sejumlah memang mungkin
disebabkan karena pengguanan kokain oleh ibu mereka, tetapi
kemungkinan vaksinlah penyebab utamanya. Sejumlah vaksin
mengandung aluminium.

Hampir semua vaksin mengandung aluminium dan merkuri. Metal ini


memiliki pengaruh yang penting dalam penyakit Alzheimer. Seorang pakar
pada Konferensi Vaksin Internasional 1997 menunjukkan bahwa orang
yang menerima 5 atau lebih vaksin flu memiliki kemungkinan terkena
Alzheimer 10 kali lipat lebih besar dibanding orang yang mendaptkan
injeksi 2 kali atau kurang. Saat kita menerima injeksi vaksin, kita
sebenarnya sedang bermain Russian Roulette. Kita bukan hanya terekspos
aluminium, merkuri, formaldehyde, dan protein asing lainnya, tetapi juga
virus simian 40 dan virus-virus berbahaya lainnya yang bisa menyebabkan
kanker, leukimia, dan gangguan lainnya.

Konggres telah memproteksi manufaktur dari tuntutan hukum, jadi vaksin-


vaksin berbahaya meningkatkan profit perusahaan obat tanpa resiko bagi
mereka.

Kebijakan pemerintah mewajibkan vaksinasi anak-anak sebelum


memasuki sekolah diambil tanpa bukti akan efisiensi dan keamanan vaksin
itu sendiri. Tidak ada bukti vaksin bekerja dan tidak ada penelitian akan
keamanan penggunaan mereka. Pendapat saya adalah ada bukti dalam
jumlah besar bahwa vaksin itu berbahaya dan satu-satunya alasan mereka
eksis adalah karena profit luar biasa bagi perusahaan farmasi.
Dr. James Howenstine
D I P O S K A N O L E H PU ST A K A P O H O N B O D H I J A M 4 : 0 8 P M

3 KOMENTAR:

materials mengatakan...
It seems my language skills need to be strengthened, because I totally
can not read your information, but I think this is a good BLOG
jordan shoes
22 JANUARI 2009 20.5 2

KOPERASI PROUT BALI mengatakan...


ya tuhan. alangka berdosanya mereka karena perbuatannya. hanya
engkau ya tuhan yang bisa menyelamatkan kami. hanya engkau ya
tuhan bisa melindungi kami dari kejahatan mereka. tuhan saat inlah
sebenarnya kami membutuhkan campur tanganmu di bumi. semoga
engkau mendengar doa kami ya tuhan
13 FEBRUARI 2009 16. 43

Pohonbodhi mengatakan...
2 abad vaksin..
http://childhealthsafety.wordpress.com/graphs/
8 NOVEMBER 2010 21.1 1

Vous aimerez peut-être aussi