Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Dan mengapa uang setiap orang di rekening bank mereka tidak pernah
berkurang, padahal katanya dari uang-uang merekalah bank meminjamkan
uang ke debitur mereka, mereka pun langsung mengambil kesimpulan ini
memang hal yang wajar. Titik.
Tapi tidak demikian dengan hal-hal lainnya tentang ekonomi atau politik.
Mengenai hal lainnya, semua orang punya banyak komentar, masing-
masing punya penjelasan betapa yang satu baik dan yang lainnya jahat. Ada
yang memaki sistem, katanya ekonomi kapitalisme sangatlah jahat, ada
juga yang berpikir model negara komunis & sosialisme sangatlah biadab.
Ada yang menyindir budaya modern, katanya zaman sekarang manusia
sudah kehilangan nilai-nilai sosialnya, dan makian-makian lainnya.
Apakah mereka benar atau salah? Entahlah... Saya pribadi tidak berminat
berargumen untuk topik-topik itu. Ada hal yang menurut saya lebih
mendasar, dan semuanya bermula dari uang…
Baik, sekarang kita mulai. Tapi sebelum membahas lebih lanjut, ada
beberapa konsep mendasar yang perlu kita ketahui dulu:
• Di dalam sistem ada 2 macam uang, uang bank sentral dan uang bank
komersial. Dua-duanya memiliki fungsi yang sama, sebagai alat tukar &
pembayaran yang sah. Perbedaannya hanyalah penamaan mereka di dalam
sistem dan hitungan statistik suplai uang.
Ok, katakanlah hari ini kita memiliki sebuah negara baru, Negara Kesatuan
Repulik Balon. Pemerintah ini memperhitungkan bahwa mereka
memerlukan 100 milyar rupis untuk menjalankan operasi mereka, dan juga
untuk memulai perputaran roda produksi barang dan jasa di negara
tersebut. Pemerintahan ini, bukannya menerbitkan 100 milyar uang rupis
untuk diedarkan, yang mereka lakukan adalah menerbitkan surat hutang
sebesar 100 milyar rupis. Siapa yang beli? Awalnya adalah sebuah institusi
yang mereka namakan Bank Sentral, sebuah organisasi independen, yang
bebas dari intervensi pemerintah dan publik yang katanya mereka wakili.
* Di kemudian hari, campur tangan Bank Sentral untuk membeli surat hutang negara
menjadi semakin lama semakin berkurang. Pemerintah akan menjalankan semua
operasi mereka dengan menarik pajak dari penduduknya, dan juga menjual surat
hutang mereka kepada sektor swasta.
Jawaban dari para politisi & ekonom Republik Balon, ini adalah hak dan
mandat yang harus diberikan kepada institusi ini, meniru sistem yang
diterapkan oleh semua negara-negara beradab yang lain di planet ini.
Penyebab lainnya, mereka tahu dari pengalaman politisi negeri lain, bahwa
negara manapun yang mencoba keluar dari sistem ini, politisi di sana
biasanya memiliki karier politik yang pendek. Negeri seperti itu biasanya
akan berakhir dengan sejenis kudeta, revolusi, bahkan perang. Mengenai
siapa otak (master mind) di balik berbagai kekacauan itu, nobody cares.
Teknisnya, Bank Sentral akan menukar surat hutang negara tadi dengan
100 milyar uang rupis yang mereka ciptakan, yang disetor ke rekening
pemerintah di bank-bank umum (dealer) yang ditunjuk pemerintah.
Negara mendapatkan uang, Bank Sentral mendapatkan surat hutang, dan
bank yang digunakan pemerintah mendapatkan uang yang bisa dijadikan
sebagai dana cadangan ke Bank Sentral untuk jaminan penciptaan uang
berikut.
Lalu, apakah setiap kali ada suntikan uang tunai di dalam sistem, lantas
suplai uang nantinya pasti akan berlipat 10x seperti potensi di atas?
Gunakan sedikit imajinasi Anda kawan… Perhatikan bahwa bank memang
bisa meminjamkan uang, tetapi proses ini adalah tepukan 2 tangan, satu
tangan saja tepukan tidak akan berbunyi. Di sisi debitur, harus ada orang
yang datang meminjam. Harus ada orang yang punya kapasitas untuk
meminjam (layak dipinjami karena bank menilainya sanggup
membayarnya kembali). Tanpa orang-orang itu, roda kredit akan macet,
suplai uang akan berhenti bertambah.
Apa yang terjadi saat B melunasi pinjaman ini? Ya, money that came from
thin air will back to thin air… 90 juta uang rupis menghilang dari
neraca bank X, yang ada adalah +18 juta rupis yang statusnya sudah
menjadi modal bank X (laba ditahan).
Darimana datangnya 18 juta ini? Jawabannya bukan dari 90 juta yang tadi
(uang itu sudah menghilang di tengah udara), tetapi dari hutang seseorang
lainnya di dalam sistem. B harus menjual barang atau jasa tertentu selama
2 tahun ini dan menemukan 18 juta rupis tambahan untuk membayar bank
X.
Ini adalah neraca bank X saat B melunasi hutangnya (transaksi dengan B):
* Selain reserve requirement, ada rasio lainnya yang bisa digunakan Bank Sentral
untuk mengontrol level fractional reserve banking dari bank komersial,
namanya Capital Adequacy Ratio (Rasio Kecukupan Modal). Apa maksudnya? Itu
adalah rasio minimal Modal dibagi Aset di dalam neraca. Kurang dari angka
tertentu, maka sebuah bank akan termasuk kategori under-capitalized. Mereka harus
mencari modal tambahan sebelum bisa menciptakan kredit lagi di dalam sistem.
Di dalam capital accord I, rasio dibagi secara sederhana, nilai nominal modal dibagi
dengan nilai nominal aset di neraca. Sekarang, perbankan mulai menerapkan capital
accord II (Basel II), perbedaannya adalah cara menghitung aset agak berubah. Aset
yang dinilai “aman” bisa memiliki daya fractional reserve yang lebih tinggi. Ini
dinamakan risk-based fractional reserve banking. Untuk ilustrasinya, silahkan lihat
contohnya di sini.
Semakin tinggi CAR yang ditentukan, semakin berkurang kapasitas bank dalam
menciptakan kredit. Semakin rendah CAR yang ditentukan, semakin meningkat
kapasitas bank dalam menciptakan kredit.
Dua hal ini akan menyebabkan semua uang cepat atau lambat dihisap
menjadi modal (laba ditahan) oleh perbankan. Pemilik sistem ini akan
memiliki semua uang yang eksis di masyarakat manapun. Semua orang
secara langsung ataupun tidak adalah penyewa uang mereka. Rokiburger
in real action my friend…
Sekaligus penduduk ini sudah tidak memerlukan rumah baru, mobil baru,
pabrik baru, dan mainan-mainan baru lainnya, mereka mau gak mau harus
terus mengekspansi produksi mereka, terus menciptakan keinginan
konsumsi yang lain, atau terus membuka lahan dan hutan baru. Keluarga
yang awalnya hanya perlu 1 orang bekerja mencari nafkah harus bertambah
menjadi 2 orang, dan mungkin sebentar lagi menjadi 3 atau 4 orang.
Mengapa? Karena bila tidak dilakukan, kolam suplai uang akan mengering.
Kalau Anda lihat grafik suplai uang mereka, dalam jangka panjang,
biasanya akan menukik tajam ke atas membentuk grafik parabolik.
Mengapa parabolik? Karena faktor bunga-berbunga di dalam
sistem (compounding interest). Masyarakat akan dibentuk untuk terus
berekspansi dan mengejar bunga. Ekspansi dan ekspansi, jatuh bangun
untuk mengejar puncak potensial mereka. Dan ketika potensial maksimal
sudah tercapai, grafik paraboliknya akan berhenti dan kemudian berbalik
arah.
Balon USD, yang diekpsor ke
seluruh dunia
Sebaliknya, waktu yang paling berbahaya di dalam sistem ini adalah kalau
penduduk Republik Balon ini benar-benar sudah“kelelahan,” kalau mereka
(secara komulatif) benar-benar sudah tidak sanggup lagi berhutang,
membayar dan mempertahankan suplai uang di negeri mereka. Melewati
level itu, yang ada di depan mereka adalah deflasi dan pemiskinan massal.
Dalam kondisi yang lebih buruk, mereka akan menghadapi proses likuidasi
liabilitas (penyingkiran debt slave yang tidak berguna).
Sebelum tiba waktu itu, ketika tanda-tanda “kelelahan” baru mulai terjadi,
penduduk Republik Balon (termasuk industri perbankan!) biasanya akan
ramai-ramai meminta tolong kepada pemerintah, sebuah institusi yang
sebelumnya mereka katakan tidak boleh dipercaya untuk mengatur uang!
Karena itu, kadang-kadang pemerintah mengatakan mereka akan
melancarkan proyek stimulus. Mereka akan memperbanyak proyek
pembangunan. Di kesempatan lain, mereka mengatakan mereka akan
mengurangi pajak. Sungguh menyenangkan…
Hal lainnya dari pemerintah adalah tampaknya jumlah pegawai dan gaji
mereka hanya memiliki satu arah, yaitu naik. Kalau benar pajak dikurangi,
dan proyek pembangunan dinaikkan, darimana uang untuk itu akan
datang? Jawabannya adalah penerbitan surat hutang baru. Tetapi, karena
yang namanya surat hutang perlu dibayar (+bunga), maka mau gak mau
pajak juga nantinya akan dinaikkan. Pajak yg dikurangi demi janji stimulus
hanyalah sementara, nantinya akan naik bahkan lebih banyak lagi, karena
semua biaya operasional pemerintah dan hutangnya tetap harus dibayar…
Dan menurut sistem keuangan planet “beradab,”semua penerimaan
pemerintah (selain dividen BUMN) ujung-ujungnya memang
harus adalah pajak.
Para guru besar dan ekonom korban propaganda pikiran pun gak kalah
sindirannya, “Siapapun yang tidak setuju silahkan lihat Zimbabwe atau
Weimar!,” Tak ada argumen yang lain, setiap kali gagasan printing money
diutarakan warga negeri Balon yang bingung atas konsep “beradab” ini,
jawaban para simpatisan pro status quo itu tidak akan jauh-jauh dari
argumen di atas.
Dan akhirnya akan tiba suatu saat, di mana pemerintah negeri Balon pun
tidak sanggup memberikan lagi stimulus. Saatnya mereka sendirilah yang
sekarang perlu diinfus dengan vitamin S (stimulus). Hehe.. Jangan Anda
kira tidak ada limit berapa surat hutang yang bisa dicetak oleh negara. Ada,
limitnya ada di kondisi fiskal mereka, berapa yang mereka dapat dari pajak,
dan berapa yang harus mereka bayar dalam anggaran tahunan mereka.
Bukan karena mereka melancarkan proyek stimulus, lantas penerimaan
mereka dari pajak di bulan-bulan mendatang pasti akan naik sebanding
stimulus itu. Belum tentu. Kalau publik sudah kelebihan beban hutang dan
pengeluaran, mereka akan sampai ke titik di mana mereka akan menolak
distimulir, bagaimanapun mereka dipancing.
Uang tetap akan dicetak, tetapi statusnya adalah uang bebas hutang.
Bagaimana pemerintahan negeri Balon bisa mengatakan mereka adalah
negara berdaulat (sovereign) kalau mereka bahkan tidak punya hak untuk
mencetak uang negeri Balon sendiri (sovereign currency)? Apakah
kosakata berdaulat (sovereign) bukan sebuah sindiran orang-orang
“beradab” kepada pemerintahan idiot Republik Balon?
Tidak ada bunga apapun yang perlu dibayarkan atas uang cetakan ini.
Semua industri-industri BUMN yang produksinya tidak berjalan lancar
karena kekurangan modal akan mendapat suntikan dana hasil printing
money ini. Semua potensi produksi bisa dimaksimalkan untuk
meningkatkan output barang dan penyerapan tenaga kerja di level setinggi
yang mereka bisa. Pendidikan dan pengobatan mendasar pun bisa menjadi
hak setiap penduduk negeri Balon.
Quantitative Easing (QE) adalah solusi versi ini (Bank Sentral membeli
surat hutang negara ataupun korporat). Tapi ada kesalahan yang serius,
yaitu status uang yang dicetak itu. Dalam QE, status uang baru itu masih
adalah hutang, dan akan terus membebani anggaran negara-negara yang
memang sudah bobrok itu. Tetapi percobaan ini juga bagus bagi para
orang-orang yang terus menyindir mengenai Zimbabwe dan Weimar.
Sudah 1,5 tahun sejak QE dilakukan di sana, ternyata dolar dan
poundsterling belum perlu diangkut dengan gerobak...
$1 trilyun lebih injeksi uang baru dari Bank Sentral Amerika (Federal
Reserve) tidak berhasil mempertahankan total suplai uang mereka. Uang
(kredit) yang menguap di tengah udara, yang sudah menghilang di dalam
sistem masih lebih besar dibandingkan suntikan uang dalam QE.
Ditinjau dari segi suplai uang saja, saat ini USA is no where near
hyperinflation. Yang harus dikhawatirkan justru adalah hiperdeflasi.
Namun, dalam konteks harga barang, belum tentu, karena seiring dengan
waktu, kita belum tahu apakah persentase output produksi barang di
Amerika akan jeblok lebih cepat atau lebih lambat dibanding suplai uang
mereka.
Kalau Anda lihat fakta bahwa angka pengangguran di Amerika yang terus
memburuk, maka cukup besar kemungkinannya bahwa sejumlah besar
uang-uang QE kemarin tidak masuk ke kantong perusahaan-perusahaan
yang menciptakan lapangan kerja, melainkan masuk ke kantong
perusahaan-perusahaan finansial sebagai modal untuk spekulasi kembali di
pasar finansial.
Faktor lain adalah kita juga tidak tahu kapan dolar-system akan
ditinggalkan. Mengandalkan populasi yang sudah melewati peak
credit adalah gagasan yang buruk bagi seluruh negara lain di dunia untuk
mendapatkan suplai uang transaksi internasional mereka. Saat dolar-
system ditinggalkan, dikombinasikan dengan proses deflasi suplai uang
mereka, Anda bisa yakin kehidupan yang amat gelap akan menghampiri
penduduk Amerika.
Ok, kita kembali lagi ke Republik Balon… Jadi apa yang sebaiknya
dilakukan di sana? Bagaimana agar mereka tidak akan berakhir sama
dengan para peniup balon di negeri-negeri beradab yang lain? Ya, agak lucu
juga, langkah awal adalah mereka harus menjadikan 2 mitos uang mereka
menjadi fakta.
1. Pemerintahlah yang mencetak uang.
2. Bank meminjamkan uang deposan ke debitur mereka (bukan
menciptakan uang dalam bentuk kredit).
Buku mereka, The Lost Science of Money, bisa Anda download di internet,
cari saja di google (file torrent). Anda cukup mengganti kosakata Federal
Reserve dengan Bank Sentral negara lain. Karena sistem semua negara
kurang lebih sama, maka rencana reformasi dia bisa diterapkan di negara
manapun juga.
Saya jadi teringat sebuah foto lama, foto yang hebat dan penuh makna.
Foto seorang mantan presiden, yang katanya adalah diktator gagah
perkasa, yang katanya adalah raja selama 32 tahun di Indonesia, yang
katanya kekuasaannya ibarat pohon beringin, kokoh tak tergoyahkan,
ternyata hanya bisa duduk patuh mengikuti instruksi saat menghadapi
seorang agen Money Power, upline-nya di piramida kekuasaan dunia.
Ok, hari ini sampai di sini. Saya tidak tahu apakah harus menganjurkan
Anda untuk menyebarkan artikel ini ke teman-teman Anda atau tidak...
End note:
Saya mendukung hak pemerintah untuk mencetak uang dalam proyek pembangunan
fisik dan usaha-usaha produktif, hanya itu. Bukan berarti saya mendukung semua
perbuatan pemerintah di bidang yang lain. Saya, sama seperti kebanyakan orang,
juga percaya institusi itu sangat tidak efisien dalam bekerja. Skala institusi itu
mungkin bisa diperkecil, jumlah pegawai negeri juga demikian. Anggaran tahunan
mereka (& pajak yang perlu ditarik) seharusnya masih bisa dikurangi. Biarkan lebih
banyak uang publik tetap berada di tangan mereka, dan publiklah yang menentukan
apa yang ingin mereka lakukan dengan uang mereka, bukannya terus-menerus
dipaksa membayar semakin banyak pajak setiap tahunnya.
D I P O S K A N O L E H PU ST A K A P O H O N B O D H I J A M 1 1 : 3 0 A M 4 4 K OM E N T A R : LINK
KE POSTING INI