Vous êtes sur la page 1sur 15

Dosen : Ns.Rosita,S.Kep,M.

Kes

MAKALAH SISTEM MUSKULOSKELETAL


“ARTRITIS REMATOID”

OLEH
KELOMPOK II

AISYAH (P1207002) KRISPINUS DARU (P1207021)


FATRI DARMANSYAH (P1207008) MARIA CAROLINDA(P1207023)
IRFITRIANI (P1207015) MARIA IMMACULATA (P1207022)
IRMAWATI .M (P1207017) NUZULYA RAHMADHANI .N (P1207025)
IYAN TOMIA (P1207018)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


STIKES GRAHA EDUKASI
MAKASSAR
2014
BAB I
PENDAHULUAN

Penyakit artritis rematoid merupakan suatu penyakit yang telah lama dikenal dan
tersebar diseluruh dunia serta melibatkan semua ras dan kelompok etnik. Artritis
rheumatoid sering dijumpai pada wanita, dengan perbandingan wanita denga pria
sebesar 3 : 1. kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid dan sering
dijumpai remisi pada wanita yang sedang hamil, hal ini menimbulkan dugaan
terdapatnya faktor keseimbangan hormonal sebagai salah satu faktor yang
berpengaruh pada penyakit ini.

Artritis Reumatoid (AR) salah satu dari beberapa penyakit rematik adalah suatu
penyakit otoimun sistemik yang menyebabkan peradangan pada sendi. Penyakit ini
ditandai oleh peradangan sinovium yang menetap, suatu sinovitis proliferatifa kronik
non spesifik. Dengan berjalannya waktu, dapat terjadi erosi tulang, destruksi
(kehancuran) rawan sendi dan kerusakan total sendi. Akhirnya, kondisi ini dapat pula
mengenai berbagai organ tubuh.

Penyakit ini timbul akibat dari banyak faktor mulai dari genetik (keturunan)
sampai pada gaya hidup kita (merokok). Salah satu teori nya adalah akibat dari sel
darah putih yang berpindah dari aliran darah ke membran yang berada disekitar sendi.

Sebagian besar penderita menunjukkan gejala penyakit kronik yang hilang


timbul, yang jika tidak diobati akan menyebabkan terjadinya kerusakan persendian dan
deformitas sendi yang progresif yang menyebabkan disabilitas bahkan kematian dini.
Walaupun faktor genetik, hormon sex, infeksi dan umur telah diketahui berpengaruh
kuat dalam menentukan pola morbiditas penyakit ini.hingga etiologi AR yang
sebenarnya tetap belum dapat diketahui dengan pasti.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

 Konsep Medis
A. Definisi
 Rheumatoid Arthritis berasal dari dua kata Artitis yang artinya radang
sendi dan Rematoid yang berasal dari kata "rheumatos" yang artinya
mengalir. Dari kata rheumatos ini kemudian terciptalah istilah "demam
rematik", yaitu dimulai dengan infeksi tenggorokan dan disertai dengan
radang sendi. Suku kata "oid" berasal dari kata rematiod yang berarti
"mirip", maka dapat diartikan sebagai penyakit yang mirip demam rematik.
Tapi bedanya Rheumatoid Arthritis bersifat progresif.
 Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak
diketahui penyebabnya dikarekteristikan dengan reaksi inflamasi dalam
membrane sinovial yang mengarah pada destruksi kartilago sendi dan
deformitas lebih lanjut. (Susan Martin Tucker, 1998).
 Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan
manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ
tubuh. (Arif Mansjour, 2001).
 Reumatoid arthritis adalah gangguan autoimun kronik yang menyebabkan
proses inflamasi pada sendi (Lemone & Burke, 2001 : 1248).
 Rhemaotid Arthritis atau RA harus segera ditangani dan diobati secara
tepat karena dapat menyebabkan kecacatan, penurunan kualitas hidup,
bahkan kematian jika sudah mencapai tingkat keparahan yang bersifat
lanjut.
 RA merupakan suatu penyakit otoimun. Otoimun yaitu kondisi dimana
sistem kekebalan tubuh yang seharusnya melawan benda asing yang
membahayakan tubuh tapi menyerang tubuh itu sendiri. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa RA disebabkan oleh kesalahan sistem kekebalan
tubuh yang justru menyerang tubuh sendiri, terutama menyerang sendi-
sendi dan menyebabkan peradangan.
 RA menyerang sinovium yaitu lapisan dalam bungkus sendi. Peradangan
pada sinovium ini disebut dengan sinovitis. RA adalah penyakit sendi
menahun dimana terkadang gejala penyakitnya tidak muncul dalam
selang waktu beberapa lama namun kemudian dapat muncul lagi,
menyerang berbagai sendi, dan biasanya simetris (bila menyerang bagian
tubuh kanan maka bagian kiri juga ikut terkena).

B. Etiologi
Walaupun belum dapat dipastikan sebagai penyebab, faktor genetik, hormonal,
infeksi dan head shock protein telah diketahui berpengaruh kuat dalam
menentukan pola morbiditas penyakit ini.
a) Faktor genetik dan beberapa faktor lingkungan, telah lama diduga berperan
dalam timbulnya penyakit ini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan
antara produk kompleks tustokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA –
DR4 dengan AR seropositif. Karena adanya temuan terhadap antigen
tustokompatibilitas spesifik (HLA) pada anggota keluarga.
b) Kecendurungan wanita untuk menderita AR dan serig dijumpai pada wanita
yang sedang hamil menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan
hormonal sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.
c) Karena pemberian hormon estrogen eksternal tidak menghasilkan perbaikan
sebagaimana yang diharapkan.
d) Infeksi telah diduga merupakan penyebab AR. Dugaan faktor infeksi sebagai
penyebab AR juga timbul karena umumnya omset penyakit ini terjadi secara
mendadak dan timbul dengan
e) disertai oleh gambaran inflamasi yang mencolok. Agen infeksius yang
diduga merupakan penyabab AR antara lain adalah bakteri mikoplasma atau
virus.
f) Heat Shock Protein (HSP) adalah sekelompok protein berukuran sedang (60
sampai 90 Kda) yang dibentuk oleh sel selruuh spesiec sebagai respon
terhadap stress.
C. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada
nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan
kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa
menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian. Invasi dari tulang sub
chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan
masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang
yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.
Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan
rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
Secara singkat dapat dikatakan Reaksi autoimun dalam jaringan sinovial
yang melakukan proses fagositosis yang menghasilkan enzim – enzim dalam
sendi untuk memecah kolagen sehingga terjadi edema proliferasi membran
sinovial dan akhirnya membentuk pannus. Pannus tersebut akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang sehingga akan
berakibat menghilangnya permukaan sendi yang akan mengganggu gerak
sendi.

D. Manifestasi Klinik

Ada beberapa gambaran / manifestasi klinik yang ditemukan pada penderita


reumatik. Gambaran klinik ini tidak harus muncul sekaligus pada saat yang
bersamaan oleh karena penyakit ini memiliki gambaran klinik yang sangat
bervariasi.

 Gejala-gejala konstitusional, misalnya lelah, kurang nafsu makan, berat


badan menurun dan demam.
 Poliartritis simetris (peradangan sendi pada sisi kiri dan kanan) terutama
pada sendi perifer, termasuk sendi-sendi di tangan, namun biasanya tidak
melibatkan sendi-sendi antara jari-jari tangan dan kaki. Hampir semua sendi
diartrodial (sendi yang dapat digerakan dengan bebas) dapat terserang.
 Kekakuan di pagi hari selama lebih dari 1 jam, dapat bersifat umum tetapi
terutama menyerang sendi-sendi. Kekakuan ini berbee da dengan kekakuan
sendi pada osteoartritis (peradangan tulang dan sendi), yang biasanya hanya
berlangsung selama beberapa menit dan selama kurang dari 1 jam.
 Artritis erosif merupakan merupakan ciri khas penyakit ini pada gambaran
radiologik. Peradangan sendi yang kronik mengakibatkan pengikisan ditepi
tulang .
 Deformitas : kerusakan dari struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit. Pergeseran ulnar atau deviasi jari, pergeseran sendi pada tulang
telapak tangan dan jari, deformitas boutonniere dan leher angsa adalah
beberapa deformitas tangan yang sering dijumpai pada penderita. . Pada kaki
terdapat tonjolan kaput metatarsal yang timbul sekunder dari subluksasi
metatarsal. Sendi-sendi yang besar juga dapat terserang dan mengalami
pengurangan kemampuan bergerak terutama dalam melakukan gerakan
ekstensi.
 Nodula-nodula reumatoid adalah massa subkutan yang ditemukan pada
sekitar sepertiga orang dewasa penderita rematik. Lokasi yang paling sering
dari deformitas ini adalah bursa olekranon (sendi siku) atau di sepanjang
permukaan ekstensor dari lengan, walaupun demikian tonjolan) ini dapat juga
timbul pada tempat-tempat lainnya. Adanya nodula-nodula ini biasanya
merupakan petunjuk suatu penyakit yang aktif dan lebih berat.

Adapun,manifestasi ekstra-artikular (diluar sendi): reumatik juga dapat


menyerang organ-organ lain diluar sendi. Seperti mata: Kerato konjungtivitis,
sistem cardiovaskuler dapat menyerupai perikarditis konstriktif yang berat, lesi
inflamatif yang menyerupai nodul rheumatoid dapat dijumpai pada myocardium
dan katup jantung, lesi ini dapat menyebabkan disfungsi katup, fenomena
embolissasi, gangguan konduksi dan kardiomiopati.

E. Pemeriksaan penunjang
a) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan ( perubahan
awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan
subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara bersamaan.
b) Scan radionuklida :mengidentifikasi peradangan sinovium
c) Artroskopi Langsung : Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/
degenerasi tulang pada sendi
d) Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
normal: buram, berkabut, munculnya warna kuning ( respon inflamasi, produk-
produk pembuangan degeneratif ); elevasi SDP dan lekosit, penurunan
viskositas dan komplemen ( C3 dan C4 ).
e) Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.
f) Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan
kurang kental dibanding cairan sendi yang normal.

Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap
sekurang-kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau
gambaran erosi peri-artikuler pada foto rontgen
F. Penatalaksanaan
Tujuan utama dariprogram pengobatan adalah sebagai berikut :
 Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
 Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan maksimal dari penderita.
 Untuk mencegah dan / atau memperbaiki detormitas yang terjadi pada sendi.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan-tujuan ini : Pendidikan, istirahat, latihan fisik dan temoterapi, gizi dan
obat-obatan.
Langkah-Langkah :
1) Pendidikan yang cukuop tentang penyakit kepada penderita, keluarganya, dan
siapa saja yang berhubungan dengan penderita. Pendidikan yang diberikan
meliputi pengertian tentang patofisiologi, penyebab dan prognosis ini, semua
komponen program penatalaksanaan termasuk rejimen obat yang komplek.
2) Istirahat adalah penting karena artritis reumatoid biasanya disertai rasa lelah
yang hebat. Walaupun rasa lelah tersebut dapat saja timbul setiap hari.
Kekakuan dan rasa tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini
berarti bahwa penderita dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari
karena nyeri.
3) Metode-metode untuk mengurangi nyeri malam hari harus diajarkan, misalnya
dengan pemberian obat anti radang kerja lama dan analgesik.
4) Latihan-latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi,
sendi yang sakit sedikitnya dua kali sehari. Obat-obatan untuk menghilangkan
nyeri mungkin perlu diberikan sebelum memulai latihan. Kompres panas sendi-
sendi yang sakit dan bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin
dengan suhu yang bisa diatur dan mandi dengan suhu panas dan dingin dapat
dilakukan dirumah. latihan dan terapi panas ini paling baik diatur oleh pekerja
kesehatan yang sudah mendapatkan latihan khusus, seperti ahli terapi atau
terapi kerja.
5) Alat-alat pembantu danadaptif mungkin diperlukan untuk melakukan aktivitas
kehidupan sehari-hari.
6) Penderita difritis reumatoid tidak memerlukan diit khusus. Data sejumlah cara
pemberian diit dengan variasi yang bermacam-macam, tetapi kesemuanya
belum terbukti kebenarannya . Sejumlah obat yang dipakai untuk megobati
penyakit ini dapat menyebabkan rasa tidak enak pada lambung dan
mengurangi nutrisi yang diperlukan. Mempertahankan berat badan pada batas-
batas yang sewajarnya adalah penting. Bertambahnya berat badan dapat
menambah tekanan pada sendi panggul, lutut, dan sendi-sendi pada kaki.
7) Pemberian obat adalah bagian yang penting dari seluruh program
penatalaksanaan penyakit ini. Obat-obatan dipakai utnuk mengurangi nyeri,
meredakan peradangan dan untuk mencoba mengubah perjalanan penyakit.
Cara-cara pengobatan seperti kompres panas atau latihan fisik dapat dipakai
untuk menghilangkan nyeri.
Pemberian obat yang utama pada artritis reumatoid adalah dengan obat-
obatan anti inflamasi non steroid (AINS). Kelompok obat ini mengurangi
peradangan dengan menghalangi proses produksi mediator peradangan.
Tepatnya, obat-obat ini menghambat sintetase prostaglandin atau siklo-
oksigenase. Enzim-enzim ini mengubah asam lemaksistemik endogen, yaitu
asam arakidonal menjadi prostaglandin, prostasiklin, tromboksan dan radikal-
radikal oksigen, Tujuan pengobatan dengan obat-obatan yang bekerjaa lambat
ini adalah untuk mengendalikan manifestasi klinis dan menghentikan atau
memperlambat kemajuan penyakit.

 Sedikitnya ada 4 indikasi untuk pemakaian kortikosteroid :

1) Peradangan diredakan dengan mengambat pembentukan prostaglandin.


2) Inhibisi kemotaksis dan fagositosis lekosit dan monosit, stabilisasi enzim-enzim
lisosomal.
3) Pencegahan perubahan pada membran kapiler.
4) Penekanan imunitas ditimbulkan dengan mengurangi proses antigen dari sel-
sel refikulo endotelial atau monosit makrofag, serta perubahan fungsi limfosit.
G. Komplikasi
a) Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain seperti adanya proses
granulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b) Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
c) Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
d) Terjadi splenomegali.
Slenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah
putih dan trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel
darah akan meningkat.

H. Pencegahan

Menjaga supaya rematik tidak terlalu mengganggu aktivitas sehari – hari,


sebaiknya digunakan air hangat bila mandi pada pagi hari. Dengan air hangat
pergerakan sendi menjadi lebih mudah bergerak. Selain mengobati, kita juga bisa
mencegah datangnya penyakit ini, seperti: tidak melakukan olahraga secara
berlebihan, menjaga berat badan tetap stabil, menjaga asupan makanan selalu
seimbang sesuai dengan kebutuhan tubuh, terutama banyak memakan ikan laut.
Mengkonsumsi suplemen bisa menjadi pilihan, terutama yang mengandung
Omega 3. Didalam omega 3 terdapat zat yang sangat efektif untuk memelihara
persendian agar tetap lentur.
 Konsep Keperawatan
A. Pengkajian
1) Aktivitas/istirahat
Gejala :
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada
sendi; kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
Tanda :
Malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan
pada sendi.
2) Kardiovaskular
Gejala :
Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat intermitten, sianosis,
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal).
3) Integritas Ego
Gejala :
Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan ( situasi
ketidakmampuan ). Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
( misalnya ketergantungan pada orang lain).
4) Makanan/Cairan
Gejala :
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/cairan
adekuat: mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah
Tanda :
Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
5) Hygiene
Gejala :
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan.
6) Neurosensori
Gejala :
Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda :
Pembengkakan sendi simetris
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala :
Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ).
8) Keamanan
Gejala :
Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah tangga.
Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
9) Interaksi Sosial
Gejala :
Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.

B. Diagnosa Keperawatan

1) Nyeri akut (00132) b/d reaksi peradangan


2) Hambatan mobilitas fisik (00085) b/d kekakuan sendi
3) Resiko cedera (00035)
4) Defisiensi pengetahuan (00126) b/d kurangnya pengetahuan tentang
proses penyakit
C. Implementasi
Implementasi disesuaikan dengan intervensi yg ada

D. Evaluasi
1) Nyeri klien teratasi
2) Hambatan mobilitas fisik klien teratasi
3) Tidak terjadi resiko cedera
4) Pengetahuan klien bertambah
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

 Arthritis rheumatoid adalah penyakit sistemik dengan gejala ekstra-artikuler. (


Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah,Volume 3. 2001 ).
 Artritis Reumatoid ( AR ) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai
mengenai membran sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan
dengan nyeri persendian, kaku sendi, penurunan mobilitas, dan keletihan. (
Diane C. Baughman. 2000 )
 Penyebab penyakit rheumatoid arthritis belum diketahui secara pasti, namun
faktor predisposisinya adalah mekanisme imunitas (antigen – antibodi),
faktor metabolik dan infeksi virus (Suratun, Heryati, Manurung & Raenah,
2008).

B. Saran

Sebaiknya kita menjaga aktivitas, pola tidur, diet dan yang lainnya agar seimbang,
untuk menghindari AR menyerang pada sistem imun kita.
DAFTAR PUSTAKA

Anoname,2014,makalh rheumatoid arthritis,diakses 17 September 2014

http://kumpulan-makalah-keperawatanku.blogspot.com/2014/01/makalah-
rheumatoid-artritis.html

Ramadhani,dian,2013,asuhan keperawatan pada klien dengan AR,diakses 17


September 2014

http://dianramadahani.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-pada-
klien-dengan_2.html

Anoname,2013,AR,diakses 17 September 2014

http://codenurman.blogspot.com/2013/01/normal-0-false-false-false-en-us-
x-none_4.html

Anoname,2013,asuhan keperawatan rheumatoid arthritis,diakses 17 September 2014

http://wong-ndeso-asli.blogspot.com/2013/11/asuhan-keperawatan-
rheumatoid-arthritis.html

Anoname,2012,asuhan keperawatan pada pasien dengan arthritis rematoid,diakses 17


September 2014

http://galanggalih.blogspot.com/2012/12/asuhan-keperawatan-pada-pasien-
dengan.html

Vous aimerez peut-être aussi