Vous êtes sur la page 1sur 6

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH (LKPD)

KOTA SURABAYA TAHUN 2016

Tugas
Akuntansi Sektor Publik

Dosen Pengampu:
Nur Laila Yuliani, S.E., M.Sc.

Disusun Oleh:
Fifi Andiyani (15.0102.0208)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2018
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA
SURABAYA TAHUN 2016

I. UNDANG-UNDANG PP NO. 71 TAHUN 2010


Pemerintah Kota Surabaya dalam melaksanakan pembangunan selalu diawali
dengan proses perencanaan pembangunan seperti yang diamanatkan dalam
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

Sesuai dengan UU PP Nomor 71 Tahun 2010 Standar Akuntansi Pemerintahan


(SAP) memasuki babak baru. Melalui PP 71 Tahun 2010 (Perubahan atas Peraturan
Pemerintah No. 24 tahun 2005) SAP kini didasarkan pada basis akrual. Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan terdiri
dari tiga lampiran utama, yaitu :
Lampiran I : Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual
Lampiran II : Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Kas Menuju Akrual
Lampiran III : Proses Penyusunan Standar Akuntansi Pemerintah berbasis Akrual

Dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, maka Kepala Daerah harus


menyampaikan Laporan Keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Operasional, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca, Laporan Arus Kas (LAK) dan Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLK).

Kebijakan akuntansi yang dipergunakan dalam penyusunan Laporan Keuangan


Pemerintah Kota Surabaya Tahun 2011 berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5165), Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tanggal 15
Mei 2006 sebagaimana telah diubah dengan kedua kali dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, Peraturan Dalam Negeri Nomor 64 Tahun
2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada
Pemerintah Daerah dan Peraturan Walikota Nomor 32 Tahun 2014 sebagaimana
telah diubah kedua kali dengan Peraturan Walikota Nomor 10 tahun 2016 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Kota Surabaya dan Peraturan Walikota Nomor 33
Tahun 2014 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 75 tahun
2015 tentang Sistem Akuntansi Pemerintah Kota Surabaya.

Pada Tahun Anggaran 2015 Pemerintah Kota Surabaya telah


meng-implementasikan e Accounting berbasis akrual, Sistem Anggaran Berbasis
Kinerja (SABK) dan Sistem Administrasi Penatausahaan Anggaran (SAPA)
menghasilkan antara lain laporan keuangan yang terdiri dari Laporan Realisasi
APBD, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Arus Kas, Laporan Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan
sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah
diubah kedua kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21

Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan.

Di Pemerintah Kota Surabaya entitas pelaporan dalam hal ini adalah Dinas
Pendapatan dan Pengelolaan Keuangan yang mempunyai kewajiban menyusun
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD. Sedangkan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah
entitas akuntansi yang berkewajiban menyusun laporan keuangan atas
pertangungjawaban pelaksanaan APBD di SKPD selaku Pengguna
Anggaran/Pengguna Barang.

Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan


Pemerintah Kota Surabaya menggunakan 2 basis akuntansi yaitu :
1. Akuntansi berbasis Kas digunakan untuk :
a. Laporan Realisasi Anggaran yaitu untuk pengakuan pendapatan, belanja dan
pembiayaan,

b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang menyajikan informasi


kenaikan atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya,

c. Laporan Arus Kas merupakan laporan yang menyajikan informasi mengenai


sumber, penggunaan dan perubahan kas selama satu periode akuntansi serta
saldo kas pada tanggal pelaporan serta
2. Akuntansi berbasis Akrual digunakan untuk :

a. Neraca yaitu menggambarkan posisi keuangan entitas akuntansi dan entitas


pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas pada periode tertentu.
b. Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya dikelola oleh Pemerintah Kota untuk
kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan.

c. Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau penurunan


ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

d. Dan Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan naratif atau


rincian dari angka yang tertera dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, Neraca dan Laporan Arus Kas.
II. PRINSIP AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN
Prinsip yang digunakan dalam Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah
Kota yaitu :
1. Basis Akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah kota


adalah basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca,
pengakuan pendapatan-LO dan beban dalam laporan operasional.

Dalam hal anggaran disusun dan dilaksanakan berdasarkan basis kas maka
LRA disusun berdasarkan basis kas berarti pendapatan dan penerimaan
pembiayaan diakui pada saat kas diterima oleh kas daerah atau entitas pelaporan,
serta belanja dan pengeluaran pembiayaan diakui pada saat kas dikeluarkan dari
kas daerah.
2. Prinsip Nilai Perolehan (Historycal Cost Principle)

Penggunaan nilai perolehan lebih dapat diandalkan daripada nilai yang lain,
karena nilai perolehan lebih obyektif dan dapat diverifikasi. Dalam hal tidak
terdapat nilai historis dapat digunakan nilai wajar aset atau kewajiban terkait.
3. Prinsip Realisasi (Realization Principle)

Ketersediaan pendapatan (basis kas) yang telah diotorisasi melalui APBD


selama suatu tahun anggaran akan digunakan untuk membiayai belanja daerah
dalam periode tahun anggaran dimaksud atau membayar utang.
4. Prinsip Substansi Mengungguli Formalitas (Substance Over Form Principle)

Informasi akuntansi dimaksudkan untuk menyajikan dengan jujur transaksi


serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan, maka transaksi atau peristiwa lain
tersebut harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi,
bukan hanya mengikuti aspek formalitasnya. Apabila substansi transaksi atau
peristiwa lain tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka hal
tersebut harus diungkapkan dengan jelas dalam Catatan Atas Laporan Keuangan
5. Prinsip Periodisitas (Periodicity Principle)

Kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah kota perlu dibagi


menjadi periode-periode pelaporan sehingga kinerja Pemerintah Kota dapat
diukur dan posisi sumber daya yang dimilikinya dapat ditentukan.
6. Prinsip Konsistensi (Consistency Principle)
Perlakuan akuntansi yang sama harus diterapkan pada kejadian yang serupa
dari periode ke periode oleh pemerintah kota (prinsip konsistensi internal). Hal
ini tidak berarti bahwa tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode akuntansi
ke metode akuntansi yang lain.
7. Prinsip Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure Principle)

Laporan keuangan pemerintah kota harus menyajikan secara lengkap


informasi yang dibutuhkan oleh pengguna laporan. Informasi yang dibutuhkan
oleh pengguna laporan dapat ditempatkan pada lembar muka (on the face)
laporan keuangan atau catatan atas laporan keuangan.
8. Prinsip Penyajian Wajar (Fair Presentation Principle)

Laporan keuangan pemerintah kota harus menyajikan dengan wajar Laporan


Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan
Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas
Laporan Keuangan

III. OPINI AUDIT BPK ATAS LKPD KOTA SURABAYA TAHUN 2016
Berdasarkan laporan hasil pemeriksaan nomor 063/LHP/XVIII.SBY/06/2017
tanggal 29 Mei 2017, BPK telah melakukan pemeriksaan terhadap Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah Kota Surabaya Tahun Anggaran 2016. Dari hasil
pemeriksaan tersebut, BPK memberikan opini WAJAR TANPA
PENGECUALIAN (WTP).

Berkat kecakapannya dalam mengelola keuangan yang transparan dan akuntabel,


Pemkot Surabaya kembali menerima penganugerahan penghargaan dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) pemerintah Republik Indonesia terkait Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tingkat Provinsi Jatim dan pemkab/pemkot di
Jawa Timur tahun anggaran 2016. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Gubernur
Jatim Dr H Soekawo.

Wakil Wali Kota Surabaya Wisnu Sakti Buana mengatakan, penghargaan yang
diraih Kota Surabaya ini dilandasi oleh kerja keras dan konsistensi dari seluruh
elemen atau stakeholder pemkot dalam meningkatkan serta mempertahankan kinerja
pengelolaan keuangan daerah yang setiap tahunnya diperiksa oleh BPK.

“Ini adalah penghargaan kali ke-7 yang diterima Surabaya dari BPK sejak 2011,”
kata Wisnu seusai acara di Gedung Negara Grahadi, Rabu (1/11).
Disampaikan Wisnu, di bawah kepemimpinan Wali Kota Surabaya Tri
Rismaharini, Pemkot Surabaya selalu mendapat predikat Wajar Tanpa Pengecualian
(WTP) yang mana opini tersebut merupakan penilaian tertinggi dari BPK untuk
melihat bagaimana laporan keuangan dari masing-masing pemda.

“Pengelolaan keuangan di Pemkot Surabaya dari tahun ke tahun sudah


pada track yang benar dengan capaian standar tertinggi,” ujar Wisnu.
Ditanya harapan ke depan terkait pengelolaan keuangan daerah di Surabaya,
Wisnu mengatakan, selain mempertahankan predikat kualitas pengelolaan keuangan
negara yang efektif, pemkot juga perlu memperhatikan evaluasi dan rekomendasi dari
BPK agar terhindar dari segala bentuk kesalahan-kesalahan yang nantinya
menimbulkan permasalahan.

”Selain itu, pemkot juga diminta untuk mampu meningkatkan pelayanan publik
kepada masyarakat Surabaya. Hal ini perlu dilakukan supaya warga Surabaya
merasa terayomi atas kinerja pemkot,” terangnya.

Vous aimerez peut-être aussi