Vous êtes sur la page 1sur 10

1

I. UJI DAYA KECAMBAH BENIH

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Aspek fisiologi ditunjukan oleh viabilitas benih yang meliputi
daya berkecambah dan vigor benih. Viabilitas benih merupakan daya
benih yang dapat ditunjukan oleh metabolismenya atau pertumbuhannya.
Viabilitas benih tidak sekedar gejala hidup yang dapat diamati tetapi
daya hidup itu harus dapat dijadikan indikasi mutu benih, khususnya
fisiologi benih. Secara umum pengujian viabilitas benih mencakup
pengujian daya berkecambah atau daya tumbuh dan pengujian vigor
benih. Perbedaan antara daya berkecambah dengan vigor benih adalah
bila informasi daya berkecambah ditentukan oleh kecambah yang
tumbuh normal pada lingkungan yang optimum, sedangkan vigor
ditentukan oleh kecambah yang tumbuh normal pada lingkungan yang
suboptimum atau bibit yang tumbuh di lapang.
Pengujian daya berkecambah benih digunakan untuk mendeteksi
parameter viabilitas potensial benih. Daya berkecambah atau daya
tumbuh benih adalah tolok ukur bagi kemampuan benih untuk tumbuh
normal dan berproduksi normal pada kondisi lingkungan yang optimum.
Ciri lain dan khas dari pengujian daya berkecambah benih adalah
pengamatan terhadap benih yang tumbuh dilakukan dua kali. Pengamatan
pertama biasa disebut hitungan pertama, dilakukan pada hari ketiga
setelah tanam untuk benih jagung, kedelai, kacang tanah; untuk benih
padi pada hari kelima dan untuk benih cabe, tomat dan terong pada 7 hari
setelah benih ditanam. Pengamatan pertama ditujukan untuk optimalisasi
media, benih yang telah tumbuh menjadi kecambah normal dihitung,
dicatat jumlahnya, setelah itu dikeluarkan dari media. Benih yang busuk,
bercendawan juga disingkirkan. Bila media kering ditambah
kelembabannya. Benih yang belum berkecambah atau kecambah belum
tumbuh normal dibiarkan dalam media tanam hingga akhir pengujian.
2

Daya kecambah biji erat hubungannya dengan pemasakan biji,


dalam kehidupan sehari-hari sering dibayangkan bahwa perkecambahan
biji adalah suatu peristiwa atau proses pada biji yang terjadi sesudah
panen atau biji berkecambah setelah biji tersebut masak. Daya kecambah
(viabilitas) akan meningkat dengan bertambah tuanya biji dan mencapai
maximum germination tetapi sesudah itu akan menurun dengan
kecapatan yang sesuai dengan keadaan lapangan. Makin jelek keadaan
lapangan maka makin cepat turunnya viabilitas. Dalam kegiatan
budidaya tanaman daya kecambah digunakan untuk menentukan jumlah
benih yang dibutuhkan per lubang tanam dan untuk mendapatkan
pertumbuhan tanaman yang seragam satu sama lain.
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dalam praktikum Uji Daya Kecambah ini yaitu :
a. Untuk mengetahui daya kecambah benih
b. Untuk mengetahui kecepatan kecambah benih

B. Metodologi Praktikum
1. Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum Produksi dan Penyimpanan Benih acara Uji Daya
Kecambah Benih ini dilaksanakan pada hari Selasa, 06 Februari 2018
pukul 18.30 s.d selesai di Laboratorium Ekologi Manajemen Produksi
Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
1) Petridish
2) Bak kecambah
3) Kertas perkecambahan
4) Aqua gelas
b. Bahan
1) Benih Kedelai (Glycine max)
2) Benih Kangkung (Ipomoea aquatic)
3) Media pasir
3

3. Cara Kerja
a. Menyiapkan media perkecambahan berupa kertas dan pasir
b. Mengecambahkan benih pada media perkecambahan Pada Kertas
(PK), Pada Pasir (PP), Dalam Pasir (DP), Antar Kertas (AK) dan Pada
Kertas Digulung Dalam Pasir (PKDP)
c. Menempatkan substratum perkecambahan pada bak perkecambahan
d. Menjaga kelembabannya
e. Mengamati kecambah normal, abnormal dan yang mati
f. Menghitung daya kecambah dan kecepatan kecambah
g. Menggambar kecambah normal beserta bagian – bagiannya
4. Pengamatan yang Dilakukan
Pengamatan yang dilakukan yaitu mengenai jumlah benih yang
berkecambah pada hari ke-7 pada perlakuan Pada Kertas (PK), Pada
Pasir (PP), Dalam Pasir (DP), Antar Kertas (AK) dan Pada Kertas
Digulung Pasir (PKDP).
4

C. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil Pengamatan
Tabel 1.1 Hasil Pengamatan Jumlah Benih Berkecambah Perlakuan Pada Kertas (PK)
Kondisi Benih Tinggi Panjang
DK
Benih Ulangan Kelompok Tanaman Akar
Normal Abnormal (%) (cm) (cm)
Kedelai 1 1 4 1 80 2 2
(Glycine
3 2 100 2,5 4
max) 2 3
Kangkung 1 2 2 3 60 3,5 0,3
(Ipomoea
2 5 - 100 3,5 2
aquatica) 4
Sumber: Data Rekapan

Tabel 1.2 Hasil Pengamatan Jumlah Benih Berkecambah Perlakuan Pada Pasir (PP)
Kondisi Benih Tinggi Panjang
DK
Benih Ulangan Kelompok Tanaman Akar
(%)
Normal Abnormal (cm) (cm)
Kedelai 1 1 - - 0 0 0
(Glycine
max) 2 3 3 1 80 5 4
Kangkung 1 2 2 3 60 8 5
(Ipomoea
2
aquatica) 4 - - 0 0 0
Sumber: Data Rekapan

Tabel 1.3 Hasil Pengamatan Jumlah Benih Berkecambah Perlakuan Dalam Pasir (DP)
Kondisi Benih Tinggi Panjang
DK
Benih Ulangan Kelompok Tanaman Akar
(%)
Normal Abnormal (cm) (cm)
Kedelai 1 1 V 100 12 10
(Glycine
- - 0 0 0
max) 2 3
Kangkung 1 2 2 2 40 10 6
(Ipomoea
2 4 - 80 10 8,7
aquatica) 4
Sumber: Data Rekapan
5

Tabel 1.4 Hasil Pengamatan Jumlah Benih Berkecambah Perlakuan Antar Kertas (AK)
Kondisi Benih Tinggi Panjang
DK
Benih Ulangan Kelompok Tanaman Akar
(%)
Normal Abnormal (cm) (cm)
Kedelai 1 1 - - 0 0 0
(Glycine
4 1 100 2,5 4
max) 2 3
Kangkung 1 2 3 2 60 5,8 3,4
(.........) 2 4 4 - 80 6 6,5
Sumber: Data Rekapan

Tabel 1.5Hasil Pengamatan Jumlah Benih Berkecambah Perlakuan Pada Kertas Dalam
Pasir (PKDP)
Kondisi Benih Tinggi Panjang
DK
Benih Ulangan Kelompok Tanaman Akar
(%)
Normal Abnormal (cm) (cm)
Kedelai 1 1 5 0 0 0
(.........) 2 3 4 - 80 17,5 5,5
Kangkung 1 2 1 4 20 6 2
(Ipomoea
2 3 - 60 9,6 5
aquatica) 4
Sumber: Data Rekapan

2. Pembahasan
Kedelai termasuk tanaman kacang-kacangan dengan klasifikasi
lengkap tanaman kedelai adalah sebagai berikut, divisi Spermatophyta,
subdivisi Angiospermae, kelas Dicotyledonae, ordo Rasales, famili
Leguminosae, genus Glycine, spesies Glycine max (L.) Merril. Sistem
perakaran kedelai terdiri atas dua macam, yaitu akar tunggang dan akar
sekunder (serabut) yang tumbuh dari akar tunggang. Selain itu kedelai juga
seringkali membentuk akar adventif yang tumbuh dari bagian
bawahhipokotil. Pada umumnya, akar adventif terjadi karena cekaman
tertentu, misalnya kadar air tanah yang terlalu tinggi. Hal itu didukung
oleh Ridha et al. (2017), yang menyatakan bahwa kedelai (Glycine max L.)
merupakan sumber protein nabati yang paling utama di Indonesia.
Kebutuhan nasional kedelai terus-menerus meningkat seiring dengan
pertambahan penduduk. Upaya peningkatan produksi kedelai oleh
pemerintah terus dilakukan melalui program intensifikasi, ekstensifikasi
6

dan rehabilitasi dalam perspektif sistem usahatani menuju peningkatan


pendapatan. Ketersediaan benih bermutu menjadi bagian penting dalam
rangka intensifikasi kedelai.
Kangkung termasuk keluarga tanaman Convolvulaceae memiliki
nama latin Ipomoea spp. Menurut Santoso dan Purwaka (2014), Tanaman
kangkung berbunga dengan warna yang beragam dari putih sampai merah
muda, dan batangnya dari warna hijau sampai ungu. Buahnya berbentuk
kapsul bulat telur, berdiameter 7-9 mm, halus, berwarna coklat, berisi 2-4
biji. Benihnya memiliki sudut yang bulat, permukaannya halus atau
beludru, memiliki panjang 4 mm, berwarna hitam atau coklat gelap. Tipe
perkecambahan yaitu epigeal dengan kotiledon berbentuk tapal kuda.
Perkecambahan merupakan aktivitas berkembangnya biji menjadi
tanaman muda. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih
pada kondisi yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut,
kemudian dilanjutkan menghitung presentase daya berkecambahnya.
Persentase daya berkecambah merupakan jumlah proporsi benih-benih
yang telah menghasilkan perkecambahan dalam kondisi dan periode
tertentu. Daya kecambah itu sendiri memiliki pengertian yaitu kemampuan
(viabilitas) benih untuk berkecambah normal, artinya semakin besar daya
kecambah benih berarti keberhasilan tanaman yang tumbuh di lapang akan
semakin besar pula. Pengujian daya tumbuh atau daya kecambah
hendaknya dilakukan pada benih yang murni. Menurut Subantoro dan
Prabowo (2013) menyatakan bahwa viabilitas benih dipakai untuk
mengetahui kemampuan tumbuh normal benih dalam kondisi optimal dan
sub optiamal. Pengujian benih ayng sering dilakukan dengan
mengecambahkan benih kemudian dihitung daya kecambahnya dimana
pengujian yang dilakukan berlangsung lama.
Kecambah normal menurut Nurlaela et al. (2012) merupakan
kecambah yang menunjukan potensi untuk berkembang lebih lanjut hingga
menjadi tanaman normal. Sedangkan kecambah tidak normal atau
abnormal tidak menunjukan adanya potensi untuk berkembang lebih
7

lanjut. Kriteria untuk kecambah normal diantaranya adalah kecambah


dengan pertumbuhan sempurna, ditandai dengan akar dan batang yang
berkembang baik, jumlah kotiledon sesuai, daun berkembang baik dan
berwarna hijau, dan mempunyai tunas pucuk yang baik, Kecambah dangan
cacat ringan pada akar, hipokotil/ epikotil, kotiledon, daun primer, dan
koleoptil dan Kecambah dengan infeksi sekunder tetapi bentuknya masih
sempurna.
Kecambah abnormal adalah kecambah yang tidak
memperlihatkan potensi untuk berkembang menjadi kecambah normal
(Nurlaela 2012). Dibawah ini digolongkan ke dalam kecambah abnormal
menurut Pramono (2012) adalah Kecambah rusak: kecambah yang struktur
pentingnya hilang atau rusak berat. Kecambah cacat atau tidak seimbang:
kecambah dengan pertumbuhan lemah atau kecambah yang struktur
pentingnya cacat atau tidak proporsional. Dan Kecambah lambat
kecambah yang pada akhir pengujian belum mencapai ukuran normal. Jika
dibandingkan dengan pertumbuhan kecambah benih normal kecambah
pada benih abnormal ukurannya lebih kecil.
Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, uji daya
kecambah dilakukan dengan menggunakan benih Kedelai (Glycine max)
dan Kangkung (Ipomoea aquatica). Perlakuan yang diberikan untuk
perkecambahan benih adalah perlakuan Pada Kertas (PK), Pada Pasir
(PD), Dalam Pasir (DP), Antar Kertas Dalam Pasir (AKDP), Antar Kertas
(AK). Perlakuan ini diberikan untuk mengetahui kemampuan benih untuk
berkecambah pada hari ke-7. Hasil praktikum menunjukkan bahwa benih
kedelai dan kangkung pada tiap-tiap ulangan dan perlakuan dengan
kelompok sebagai ulangan menunjukkan pertumbuhan benih yang
berbeda-beda. Perlakuan benih pada kertas (PK) memberikan hasil bahwa
smeua benih daat tumbuh dnegan kondisi normal maupun abnormal.
Daya kecambah (DK) tertinggi yaitu pada benih kangkung dan
kedelai ulangan kedua dengan DK 100% dan tinggi tanamannya masing-
masing 3,5 cm serta panjang akarnya 2 dan 0,3 cm. Perlakuan benih pada
8

kertas ini rata-rata memberikan pertumbuhan yang sama dengan jumlah


benih normal yang lebih banyak dibandingkan benih abnormal. Kemudian
perlakuan pada pasir (PP) memberikan hasil yang berbeda dengan adanya
benih yang tidak tumbuh.
Berdasarkan tabel diatas didapatkan hasil bahwa benih kedelai
pada ulangan pertama memberikan DK 100% dengan tinggi tanaman 12
cm dan panjang akar 10 cm. Benih kedelai ulangan kedua tidak tumbuh
sedangkan untuk tanaman kangkung semua dapat tumbuh dengan DK
terbesar yaitu 80%. Benih dengan perlakuan antar kertas semua tumbuh
kecuali pada benih kedelai ulangan pertama. DK tertingi terdapat pada
benih kedelai ulangan kedua dnegan DK 100% dan dengn tinggi tanaman
2,5 cm dan panjang akar 4 cm. Kemudian pada Perlakuan Pada Kertas
Dalam Pasir (PKDP) benih kedelai yang tidak tumbuh pada ulangan
pertama tetapi terdapat benih abnormal berjumlah 5. DK tertinggi terdapat
pada benih kedelai ulangan kedua yaitu sebesar 80%. Sedangkan untuk
benih kangkung DK yang didapatkan hanya 20% dan 60% pada ulangan
pertama dan ulangan kedua.
9

D. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berikut ini adalah beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari
praktikum acara Uji Daya Kecambah Benih :
a. Pengujian daya kecambah adalah mengecambahkan benih pada kondisi
yang sesuai untuk kebutuhan perkecambahan benih tersebut, kemudian
dilanjutkan menghitung presentase daya berkecambahnya.
b. Kriteria untuk kecambah normal ditandai dengan pemunculan dan
perkembangan struktur – struktur penting dari embrio, yang
menunjukkan kemampuan untuk menjadi tanaman normal pada kondisi
lingkungan yang optimum.
c. Pada praktikum ini, perkecambahan dilakukan menggunakan benih
kedelai dan kangkung. Perlakuan yang diberikan untuk perkecambahan
benih adalah dalam pasir (DP), antar kertas dalam pasir (AKDP), pada
pasir (PP), pada kertas (PK), dan antar kertas (AK). Perlakuan ini
diberikan untuk mengetahui kemampuan benih untuk berkecambah.
d. Hasil praktikum menunjukkan bahwa benih yang dapat berkecambah
pada perlakuan yang diberikan kebanyakan adalah benih kangkung.
2. Saran
Saran untuk praktikum ini adalah dalam menyimpan benih
dengan metode apapun sebaiknya tempat terlindung dari gangguan luar
agar selama penyimpanan benih tidak hilang dan seharusnya coass
menyediakan peralatan yang akan digunakan dengan lengkap supaya
dalam praktikum terdapat keseragaman dalam melakukan percobaan.
10

DAFTAR PUSTAKA

Nurlaela IS. Yati, dan Y Yuyu. 2012. Tanaman Sayur. Jakarta: Penebar Swadaya.
Pramono E. 2012. Penuntun Praktikum Teknologi Benih. Bandarlampung:
Universitas Lampung.
Ridha R, M Syahril, Boy RJ. 2017. Viabilitas dan Vigoritas Benih Kedelai
(Glycine max (L.) Merrill) Akibat Perendaman dalam Ekstrak Telur
Keong Mas. J Penelitian 4(1): 84-90.
Santoso dan Purwoko 2014. Pertumbuhan bibit tanaman pada berbagai kedalaman
dan posisi tanam benih. Bul Agron. 36 (1): 70-77.
Sawma JT dan Mohler CL. 2015. Evaluating Seed Viability by an Unimbibed
Seed Crush Test in Comparison with the Tetrazolium Test. Source:
Weed Technology, 16(4):781-786. 2002. Published By: Weed Science
Society of America.
Subantoro R dan Prabowo R. 2013. Pengkajian Viabilitas Benih dengan
Tetrazolium Test pada Jagung dan Kedelai. J Mediagro 9(2): 1-8.

Vous aimerez peut-être aussi