Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
II. Etiologi
TUR Syndrome disebabkan oleh absorbsi masif dari cairan irigasi. Absorbsi
masif tergantung oleh: Proses TURP yang lama. Absorbsi meningkat jika reseksi
dilakukan lebih dari 90menit Tekanan intravaskuler meningkat karena tinggi
bagian irigasi lebih dari 60 cm di atas lokasi pembedahan. Banyak sinus prostat
yang terbuka. Semakin besar prostat yang direseksi, semakin banyak sinus prostat
yang terbukaJenis cairan irigan yang digunakan.
Diperkirakan 2% dari pasien yang dilakukan TURP mengalami Sindrom
TUR dari berbagai tingkat. Suatu penelitian yang dilakukan di Filipina
menunjukkan angka kekerapan sebesar 6%. Penelitian yang lain menunjukkan
frekuensi Sindoma TUR sampai 10%.
Penelitian Marrero menunjukkan frekuensi Sindrom TUR meningkat bila:
1. Prostat yang ukurannya lebih dari 45 gr.
2. Operasi yang berlangsung lebih dari 90 menit
3. Cairan irigasi 30 liter atau lebih
4. ketinggian cairan irigasi lebih dari 60 cm
Karena itu TURP hanya boleh dilakukan jika ahli bedah yakin bahwa operasi pasti
dapat diselesaikan tidak lebih dari 90 menit.
Sebaliknya risiko Sindrom TUR akan menurun bila:
1. Dipakai cairan irigasi yang tidak menimbulkan hemolisis (isotonik).
2. Tekanan cairan irigasi yang masuk (in flow) dijaga serendah mungkin.
III. Patofisiologi
Sejumlah besar cairan dapt diserap selama operasi terutama bila sinus vena
terbuka secara dini atau bila operasi berlangsung lama. Rata-rata diperkirakan
terjadi penyerapan 20 cc cairan permenit atau kira-kira 1000-1200 cc pada 1 jm
pertama operasi, sepertiga bagian diantaranya diserap langsung ke dalam sistem
vena. Dan hal ini akan menimbulkan hiponatremia dilusional.
Faktor utama yang menyebabkan timbulnya sindroma TURP adalah
circulatory overload, keracunan air, dan hiponatremia.
1. Circulatory overload
Penyerapan cairan irigasi praktis terjadi pada semua operasi TURP dan hal
ini terjadi melalui jaringan vena pada prostat. Menurut penelitian, dalam 1 jam
pertama dari operasi terjadi penyerapan sekitar 1 liter cairan irigasi yang setara
dengan penurunan akut kadar Na sebesar 5-8 mmol/liter. Penyerapan air di atas 1
liter menimbulkan risiko timbulnya gejala sindrom TUR. Penyerapan air rata-rata
selama TUR adalah 20 ml/menit. Dengan adanya circulatory overload, volume
darah meningkat, tekanan darah sistolik dan diastolik menurun dan dapat terjadi
payah jantung. Cairan yang diserap akan menyebabkan pengenceran kadar protein
serum, menurunnya tekanan osmotik darah. Pada saat yang sama, terjadi
peningkatan volumedarah dan cairan di dorong dari pembuluh darah ke dalam
jaringan interstitial dan menyebabkan udema paru dan cerebri. Di samping
absorbsi cairan irigasi ke dalam peredaran darah sejumlah besar cairan dapat
terkumpul di jaringan interstitial periprostat dan rongga peritoneal. Setiap 100 cc
cairan yang masuk ke dalam cairan interstitial akan membawa 10-15 ml eq Na.
Lamanya pembedahan berhubungan dengan jumlah cairan yang diserap.
Morbiditas dan mortalitas terbukti tinggi bila pembedahan berlangsung lebih dari
90 menit.
Penyerapan cairan intravaskuler berhubungan dengan besarnya prostat
sedang penyerapan cairan interstitial tergantung dengan integritas kapsul prostat.
Circulatory overload sering terjadi bila prostat lebih dari 45 gram. Faktor penting
yang berhubungan dengan kecepatan penyerapan cairan adalah tekanan
hidrostatik dalam jaringan prostat. Tekanan ini berhubungan dengan tingginya
tekanan cairan irigasi dan tekanan dalam kandung kencing selama pembedahan.
Tinggi dari cairan irigasi adalah 60 cm yang dapat memberikan kecepatan 300 cc
cairan permenit dengan visualisasi yang baik.
2. Keracunan air
Beberapa pasien dengan sindrom TUR menunjukkan gejala dari keracunan
air karena meningkatnya kadar air dalam otak. Penderita menjadi somnolen,
inkoheren dan gelisah. Dapat terjadi kejang-kejang dan koma, dan posisi
desereberate. Dapat terjadi klonus dan refleks babinsky yang postif. Terjadi papil
udem dan midriasis. Gejala keracunan air terjadi bila kadar Na 15-20 meq/liter di
bawah kadar normal.
3. Hiponatremia
Na sangat penting untuk fungsi sel jantung dan otak. Beberapa mekanisme
terjadinya hiponatremia pada pasien TUR adalah:
a. Pengenceran Na karena penyerapan cairan irigasi yang besar.
b. Kehilangan Na dari daerah reseksi prostat ke dalam cairan irigasi.
c. Kehilangan Na ke dalam kantong-kantong cairan irigasi di daerah periprostat
dan rongga peritoneal.
Gejala hiponatremia adalah gelisah, bingung, inkoheren, koma, dan
kejang-kejang. Bila kadar Na di bawah 120 meq/liter, terjadi hipotensi dan
penurunan kontraktilitas otot jantung. BIla kadar Na di bawah 115 meq/liter,
terjadi bradikardi dan kompleks QRS yang melebar, gelombang ektopik
ventrikuler dan gelombang T yang terbalik. Di bawah 100 meq/liter terjadi
kejang-kejang, koma, gagal napas, takikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel, dan
cardiac arrest.
4. Koagulopati
Pada Sindroma TUR dapat terjadi Disseminated Intravasculer
Coagulation(DIC) yang terjadi akibat lepasnya partikel prostat yang mengandung
tromboplastin dalam jumlah besar ke dalam peredaran darah dan menyebabkan
fibrinolisis sekunder.DIC ini dapat diketahui dari turunnya kadar trombosit dan
meningkatnya Fibrin Degradation Product (FDP) serta kadar fibrinogen yang
rendah.
5. Bakteriemia dan Sepsis
Pada 30% penderita yang dilakukan TURP sudah terjadi infeksi sebelum
operasi. Bila sinus vena prostat terbuka sebelum operasi dan dilakukan irigasi
dengan tekanan tinggi maka kuman bisa masuk ke dalam peredaran darah dan
terjadi bakteremia. Pada 6% pasien bakteremia ini menyebabkan sepsis.
V. Penatalaksanaan
a. Menilai Air way, Breating and circulation. Pertimbangkan pemasangan
intubasi jika terjadi odema paru, menilai arteri dan vena central dan
evaluasi hemodinamic dan terapi cairan.
b. Jika dideteksi saat intra operatif terjadi syndrome TUR maka
tindakan operasi harus di hentikan
c. Jika pasien gelisah atau berontak berikan benzodiazepan atau barbiturat
d. Kirim sample darah untuk mengetahui electrolit, ABG, dan kougulasi
e. Pada kasus syndrome TUR biasanya Na < 120 mEq/L
f. Jika Na < 120 mEq/L berikan terapi hipertonic salin, cairan salin 3% tidak
lebih dari 100 ml/jam diberikan kontinyu sampai sodium serum > 120
mEq/L. Sodium serum tidak akan meningkat lebih dari 12 mEq/L dalam
24 jam.
g. Jika Na > 120 mEq/L berikan furosemid dan Cairan infus dihentikan.
h. Selanjutnya observasi perubahan sistemic dan frequensi darah yang keluar
Tinggi cairan irigasi yang ideal adalah 60 cm dari pasien. Lamanya operasi
TURP tidak boleh lebih dari 1 jam. Bila diperlukan waktu lebih dari 1 jam, maka
TURP sebaiknya dilakukan bertahap. Pemeriksaan natrium serum sebaiknya
dilakukan tiap 30 menit dan perlu dilakukan koreksi sesuai dengan hasil serum
natrium. Perlu dilakukan pemberian furosemid profilaksis untuk mencegah
overload cairan. Bila perlu dilakukan transfusi darah, sebaiknya dilakukan dengan
PRC bukan dengan whole blood. Perlu dilakukan pencegahan hipotermi misalnya
dengan menghangatkan cairan irigasi sampai 37˚C.
ASUHAN KEPERAWATAN
I. Pengkajian
A. Primeri Survey
1. Air Way
Pada pasien dengan syndrome TUR pada jalan nafas biasanya tidak ada gangguan.
2. Breathing
pada pengkajian breathing pada pasien dengan syndrome TUR biasanya
mengalami retraksi otot bantu pernapasan, pernapsan pendek dan dangkal serta
hipoksia.
3. Circulation
Pada pasien yang mengalami syndrome TUR akan mengalami tekanan darah
meningkat, bradikardi, sianosis, konjungtiva anemis dan aritmia jantung.
4. Disability
Beberapa pasien dengan sindrom TUR menunjukkan gejala dari keracunan air
karena meningkatnya kadar air dalam otak. Penderita menjadi somnolen,
inkoheren dan gelisah. Dapat terjadi kejang-kejang dan koma
Tindakan awal pada syndrome TURP
a. Menilai Air way, Breating and circulation. Pertimbangkan pemasangan
intubasi jika terjadi odema paru, menilai arteri dan vena central dan evaluasi
hemodinamic dan terapi cairan.
b. Jika dideteksi saat intra operatif terjadi syndrome TUR maka
tindakan operasi harus di hentikan
c. Jika pasien gelisah atau berontak berikan benzodiazepan atau barbiturate
d. Kirim sample darah untuk mengetahui electrolit, ABG, dan kougulasi
e. Pada kasus syndrome TUR biasanya Na < 120 mEq/L
f. Jika Na < 120 mEq/L berikan terapi hipertonic salin, cairan salin 3% tidak
lebih dari 100 ml/jam diberikan kontinyu sampai sodium serum > 120 mEq/L.
Sodium serum tidak akan meningkat lebih dari 12 mEq/L dalam 24 jam.
g. Jika Na > 120 mEq/L berikan furosemid dan cairan infus dihentikan.
h. Selanjutnya observasi perubahan sistemic dan frekuensi darah yang keluar
B. Sekundery Survey
1. Identitas Klien
Nama, jenis kelamin laki-laki >60 thn, +80% laki-laki usia 80 thn, suku bangsa /
latar belakang kebudayaan, agama, status sipil, pendidikan, pekerjaan dan alamat .
(Purnomo, 2003)
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Pada sindrome TUR biasanya pasien mengeluh sesak napas dan kesadaran
menurun
b. Riwayat Kesehatan sekarang
Sindrome TUR biasanya terjadi pada pasien BPH dengan post operasi
TURP kemudian mengeluh sesak nafas, kesadaran menurun dan gangguan
keseimbangan cairan tubuh serta gangguan cardiopulmunal.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pernah mengalami BPH kemudian dilakukan operasi TURP
d. Riwayat Kesehatan keluaarga
Pada keluarga biasanya ada anggota keluarga yang pernah mengidap BPH.
3. Data Dasar Pengkajian Pasien
a. Sirkulasi
Tanda : peninggian tekanan darah
b. Eliminasi
Gejala : penurunan kekuatan/dorongan aliran urine:tetesan, keragu-raguan
pada berkemih awal, ketidakmampuan untuk mengosongkan kandung
kemih dengan lengkap: dorongan dan frekuensi berkemih, nokturia,
dysuria, hematuria, duduk untuk berkemih, ISK berulang, riwayat batu
(statis urinaria), konstipasi (protrusi prostat kedalam rektum)
Tanda : masa padat dibawah abdomen bawah (distensi kandung kemih),
nyeri tekan kandung kemih. Hernia inguinalis, hemoroid (mengakibatkan
peningkatan tekanan abdominal yang memerlukan pengosongan kandung
kemih mengatasi tahanan).
c. Makanan/cairan
Gejala : anoreksia, mual, muntah. Penurunan berat badan
d. Nyeri/keamanan
Gejala : nyeri suprapubis, panggul atau punggung, tajam, kuat (pada
prostatitis akut). Nyeri punggung bawah
e. Keamanan
Gejala : demam
f. Seksualitas
Gejala : masalah tentang efek kondisi/terapi pada kemampuan seksual.
Takut inkontinensia/menetes selama hubungan intim. Penurunan kekuatan
kontraksi ejakulasi
Tanda : pembesaran, nyeri tekan prostat
g. Penyuluhan/pembelajran
Gejala : riwayat keluarga kanker, hipertensi, penyakit ginjal. Penggunaan
antihipertensif atau antidepresan, antibiotic urinaria atau agen antibiotic,
obat yang dijual bebas untuk flu/alergi obat mengandung simpatomimetik.
4. Pemeriksaan Fisik
a. B1 breath: distress napas, odem paru, hipoksia, sianosis
b. B2 blood: hipertensi, aritmia.
c. B3 brain: penurunan kesadaran, TIK↑, konfusi sampai koma.
d. B4 bladder: gagal ginjal akut.
e. B5 bowel: mual, muntah.
f. B6 bone: kelemahan pada otot dan tulang
Intervensi :
a) Pantau TTV
Rasioanal: peningkatan tekanan darah mengindikasikan bertambahnya
ciran di dalam pembuluh darah karena absorbsi cairan irigasi pada
vena-vena prostat, aritmia mengindikasikan ketidak stabilan Na serum
b) Pantau tanda dan gejala hiponatremi.
Rasional: Gejala hiponatremia adalah gelisah, bingung, inkoheren,
koma, dan kejang-kejang. Bila kadar Na di bawah 120 meq/liter,
terjadi hipotensi dan penurunan kontraktilitas otot jantung.
c) Batasi pemberian intake cairan ke dalam tubuh
Rasional: pembatasan cairan bermaksud menurunkan over load cairan
dalam tubuh.
d) Kolaborasi pemberian terapi diuretic.
Rasional: diuritik diberikan dengan maksud menarik over load cairan
didalam tubuh untuk dieksresikan melelui urin
e) Atasi hiponatremi dengan cairan hipertonik (NaCl 3% = 0.513
mmol/ml) sampai gejala hilang.
Rasional: cairan hipertonik membantu memperbaikai kurangnya
kadar Na serum
V. Evaluasi Keperawatan
1. Menunjukan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan yang adekuat
SpO2 98-100%.
Analisa gas darah:
- PaO2 80 – 100 mmHg.
- PaCO2 35 – 45 mmHg.
- pH 7,35 – 7,45.
Tidak ada tanda distress napas:
- RR= 12 – 20 x/mnt, flaring nostril (-), tracheal tug (-), intrekking (-).
2. Odem paru (-), odema cerebral (-).
Ansietas (-).
Hasil lab elektrolit:
- Na+ 135 – 145 mEq/L.
- K+ 3,5 – 5,0 mEq/L.
Tanda vital: TD = 120/90 mmHg, nadi = 60 – 100 x/mnt.
3. Tidak ada tanda peningkatan TIK.Nyeri kepala, muntah proyektil, kaku kuduk,
papil edema.
Daftar Pustaka