Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
Alasan yang paling sering menjadi penyebab pasien dengan sindrom ini
datang ke dokter ialah adanya gangguan pada siklus menstruasi dan infertilitas,
masalah obesitas dan pertumbuhan rambut yang berlebihan serta kelainan lainnya
seperti hipertensi, kadar lemak darah dan gula darah yang meningkat.1,3,4
Saat ini sudah terbukti bahwa sindrom ovarium polikistik tidak hanya
menyebabkan kelainan pada bidang ginekologi saja tetapi juga berkaitan dengan
kelainan metabolisme lain, yaitu adanya resistensi insulin yang berimplikasi pada
kesehatan jangka panjang pasien. Wanita dengan kelainan ini mempunyai risiko
lebih besar untuk mendapat penyakit diabetes melitus, penyakit jantung koroner
dan karsinoma endometrium.2,3,4
Oleh karena PCOS sering menunjukkan beragam manifestasi klinis maka
pemahaman gejala klinis sangat penting sehingga diagnosis dapat ditegakkan
seakurat mungkin, dengan demikian penatalaksanaan yang diberikan dapat
serasional mungkin dan bermanfaat baik secara medikamentosa ataupun operatif.
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang sindroma
polikistik ovarium meliputi definisi, epidemiologi, etiologi, patofisiologi, gejala
klinis, pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosis, dan terapi.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a) Oligo/anovulation
b) Gejala hiperandrogen baik secara klinik maupun biokimia
c) Adanya gambaran morfologi ovarium yang polikistik dengan USG (12
atau lebih folikel-folikel dengan ukuran diameter antara 2-9 mm
dan/atau peningkatan volume ovarium (>10 ml).
3
biokimia meliputi meningkatnya konsentrasi total testosterone dan
androstendione dan meningkatnya free androgen index yang diukur
dengan membandingkan total testosterone dan sex hormone binding
globulin (SHBG). Akan tetapi, pengukuran petanda biokimia untuk
hiperandrogenism sering memberikan hasil yang tidak konsisten, hal
ini disebabkan oleh pemakaian berbagai metode yang berbeda.
- Ovarium polikistik : adanya 12 atau lebih folikel dalam salah satu
ovarium dengan ukuran diameter 2-9 mm dan/atau meningkatnya
volume ovarium (>10 ml). Menurut kriteria Rotterdam diagnostic ini,
kebanyakan wanita dengan PCOS dapat didiagnosa tanpa memerlukan
pemeriksaan laboratorium.2,4,6
2.1.2 Epidemiologi
Prevalensi PCOS dapat dipengaruhi oleh faktor ras/etnik dan
kondisi Negara. Di Eropa, sebesar 26% wanita menderita PCOS pada usia
18-24 tahun. Prevalensi tertinggi sebesar 52% adalah pada warga imigran
dari Asia yang menetap di Inggris. Obesitas didapatkan pada 35% - 50%
wanita dengan PCOS.1,2,3
4
dan sebanyak 16 % wanita siklus menstruasinya teratur. Conway dkk
mendapatkan 20-25% wanita dengan gambaran ovarium polikistik (USG)
mempunyai siklus menstruasi yang teratur.3,6,11
2.1.3 Etiologi
Penyebab yang mendasari terjadinya PCOS belum diketahui. Akan
tetapi dasar genetik dicurigai menjadi penyebabnya, dimana sindrom ini
banyak ditemukan pada keluarga yang sama. Secara spesifik, peningkatan
prevalensi tercatat pada individu yang terkena dan saudaranya (32-66 %)
dan ibunya (24-52 %). Faktor lain penyebabnya adalah faktor endokrine
(kenaikan LH/FSH ratio, hiperandrogenisme) dan faktor metabolik
(resistensi insulin).3,6,7
Penyebab terbanyak PCOS adalah akibat adanya gangguan
hormonal. Gangguan hormonal berupa resistensi insulin, adanya deposit
lemak sentral (obesitas) dan Diabetes Melitus tipe 2 sering dianggap
berhubungan dengan kejadian PCOS pada wanita usia subur.6,7,8
2.1.4 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya PCOS sampai serkarang ini masih
dipelajari. Namun telah disetujui bahwa ketidakseimbangan hormon
menjadi salah satu penyebabnya, kemungkinkan juga dikombinasikan
dengan adanya resistensi insulin, yang mana dapat meningkatkan produksi
androgen. Dalam studi dibuktikan bahwa faktor intrinsik dari
folikulogenesis ovarium berpengaruh dalam PCOS yakni hipersekresi dari
sel teca dan juga sekresi abnormal insulin. Penyebab ketidakseimbangan
hormon sendiri belum diketahui, namun ini telah menjadi proses yang
berulang-ulang 12,13,17
Patofisiologi dari PCOS sangat kompleks, temuan utama adalah
peningkatan dari kadar LH serum dan FSH rendah atau normal. Selain itu
dijumpai pula peningkatan kadar androgen. Kelainan metabolik berupa
5
hiperinsulinemia dan resistensi insulin ikut berperan dalam timbulnya
PCOS. 4,15,16
a) Kelainan neuroendokrin
Pada pasien PCOS terjadi peningkatan hormone LH yang akan
meningkatkan jumlah dan frekuensi respon dari Gonadotropin-
releasing hormone (Gn-RH) dari hipotalamus. GnRH merupakan
stimulan utama untuk menghasilkan sekresi gonadotropin dan
menstimulasi sel-sel teka interna folikel untuk memproduksi
androstenedion, yang dikonversi di perifer, utamanya di dalam
jaringan lemak, menjadi estron (E1), dan testoteron dalam jumlah
yang lebih sedikit meningkat, berlawanan dengan pasien-pasien
dengan hipertekosis. Kadar estradiol (E2) tetap normal atau sedikit
dibawah normal, yang menyebabkan peningkatan rasio E1/E2.
Peningkatan kadar E1, dan pada beberapa pasien akan meningkatkan
sekresi dari inhibin-F suatu peptida nonsterois yang dihasilkan oleh
sel-sel granulosa, akan menghambat sekresi FSH. Peningkatan rasio
LH/FSH merupakan temuan yang khas pada ovarium polikistik.
Peningkatan estrogen yang bersirkulasi tampaknya akan meningkatkan
sekresi dari Luteinizing hormone relasing factor (LHRF) dan
mempertinggi sensitifitas sel-sel hipofisis yang memproduksi LH
terhadap LHRF. Produksi estrogen ovarium pada pasien polikistik
ovarium secara nyata berkurang dari jaringan ovarium, mungkin
karena inaktivasi dari sistem aromatese FSH dependent pada sel-sel
granulosa. Sintesis estrogen intrafolikel, dan peningkatan rasio
LH/FSH akan menyebabkan rendahnya pertumbuhan folikel pada
stadium midantral, terjadi anovulasi, dan ovarium yang sklerokistik.
Sejumlah kelainan akan menyebabkan hiperestronemia dan perubahan
sekresi gonadotropin secara potensial berperan dalam inisiasi atau
terjadinya polikistik ovarium yang terus- menerus. 1,4,16
6
Gambar 3. Patofisiologi polikistik ovarium syndrome
b) Hiperandrogenisme
Salah satu studi menunjukkan bahwa wanita dengan PCOS terjadi
peningkatan aktivitas 11-hidroksisteroid dehidrogenase, yang merupakan
enzim yang memetabolisme kortisol menjadi kortison. Hal ini
mengakibatkan peningkatan kadar clearence kortisol dan menurunkan
feedback negatif dari sekresi adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan
secara sekunder meningkatkan sekresi androgen adrenal. Pada studi ini
wanita yang obes menunjukkan peningkatan aktivitas 11-hidroksisteroid
dehidrogenase, tetapi tidak sesuai dengan derajat yang terlihat pada wanita
dengan PCOS. Ini kemungkinan adanya pengaruh hiperinsulinemia yang
dapat meningkatkan aktivitas enzim ini yang mengarahkan terjadinya
hiperandrogen adrenal.4,6,17
Peningkatan androgen adrenal dapat menyebabkan
hiperestronemia karena akan memanjangkan fase folikuler dan
memendekkan fase luteal dan konsekuensinya terjadi peningkatan rasio
LH/FSH. Peristiwa ini yang menerangkan kerapnya infertilitas dan
7
ketidakteraturan haid pada wanita dengan hiperandrogen. Terapi
deksametason dapat mengoreksi rasio LH/FSH yang abnormal pada
beberapa pasien dengan polikistik ovarium, yang dapat menyebabkan
terjadinya ovulasi lagi. Walaupun beberapa penelitian percaya bahwa pada
pasien-pasien polikistik ovarium, abnormalitas adrenal adalah gangguan
yang primer, penelitian lain telah menyimpulkan bahwa itu adalah
sekunder dari kelainan hormonal.2,6
Pada pihak lain, hiperandrogen endogen akan menebalkan tunika
albuginea ovarium. Juga ternyata bahwa pemberian androgen eksogen
yang berlebihan dapat menebalkan kapsul ovarium. Selanjutnya keadaan
tersebut akan mengganggu pelepasan folikel dan pecahannya bintik
ovulasi. Ini merupakan bentuk lain dari androgen dalam mengganggu
mekanisme ovulasi. Secara klinis dengan menekan kadar androgen yang
tinggi akan menyebabkan folikel ovarium menjadi lebih peka terhadap
gonadotropin endogen dan eksogen.4,11,17
8
Hiperinsulinemia merupakan penyebab utama dari PCOS,
meskipun peningkatan produksi androgen sendiri dapat menyebabkan
terjadinya PCOS. Wanita dengan predisposisi resistensi insulin
mengkombinasikan hubungan antara obesitas yang menyebabkan
resistensi insulin. Hiperinsulinemia dapat meningkatkan androgen melalui
setidaknya 3 mekanisme: (1) Stimulasi dari hiperandrogenisme ovarium
melalui peningkatan LH atau stimulasi aktivitas 17-hidroksilase/17,20-
lyase, (2) stimulasi hiperandrogenisme adrenal melalui augmentasi
aktivitas 11-hidroksisteroid dehidrogenase, atau (3) supresi kadar SHBG.
Jaringan adiposa mengandung aromatase yang merupakan enzim yang
mengkonversi androgen menjadi estrogen. Meningkatnya keadaan
androgen dan estrogen mengarah kepada terjadinya atresia folikuler,
anovulasi, dan meningkatnya sekresi LH, yang secara lebih lanjut
meningkatkan produksi androgen ovarium.1,6,16
Kadar androgen meningkat pada wanita gemuk. Baik tingkat
produksi androgen maupun tingkat clearance-nya meningkat. Penurunan
Sex hormone binding globulin (SHBG) berhubungan dengan obesitas
yang meningkatkan kadar clearance androgen. Tingkat kelebihan berat
badan berkorelasi dengan derajat aromatisasi ekstraglanduler dari
androgen menjadi estrogen. Meningkatnya kadar androgen, tingginya
rasio E2:E1, dan rendahnya kadar SHBG membuat keadaan biokimiawi
kepada keadaan PCOS. Lebih dari 50% pasien PCOS merupakan pasien
gemuk. Pada banyak wanita PCOS, pengurangan dari berat badan dapat
menurunkan kadar androgen, menghilangkan hirsutism, dan bahkan
mengembalikan ovulasi.6,17
Obesitas, ketika dikaitkan dengan PCOS, mempunyai hubungan
dengan hiperinsulinemia, resistensi insulin, dan tes toleransi glukosa yang
abnormal. Resistesi insulin dan hiperinsulinemia ditentukan terjadi pada
wanita PCOS, baik yang gemuk maupun tidak gemuk. Insulin
menstimulasi sekresi androgen dari stroma ovarium, hal ini disebabkan
9
karena insulin merupakan famili insulin lainnya dari insulin growth factor
1 (IGF-1). IGF-1 dapat meningkatkan produksi sel teka ovarium
menghasilkan androgen. Disebabkan karena reseptor untuk insulin dan
IGF-1 serupa, sehingga pada percobaan secara in vitro insulin dapat
meningkatkan produksi androgen pada sel teka dan stroma.
Hiperinsulinemia juga secara potensial menyebabkan peningkatan kadar
androgen yang bersirkulasi (dan dengan konversi di perifer, estron) pada
pasien-pasien PCOS. Hasil dari hiperandogenisme ini pada gilirannya
akan meningkatkan resistensi insulin.1,4,16
Ketidaknormalan lipoprotein secara umum terdapat pada PCOS
meliputi meningkatnya kolesterol, trigliserida, dan low density lipoprotein
(LDL), dan rendahnya kadar high density lipoprotein dan apoporetin.
Berdasarkan salah satu penelitian, ciri yang paling penting dari
peningkatan lipid ialah menurunnya kadar HDL,2,4,6
Penemuan lain yang muncul pada wanita dengan PCOS meliputi
gangguan fibronolisis yang ditunjukkan oleh meningkatnya kadar
inhibitor aktivator plasminoge, meningkatnya insidensi hipertensi terjadi
pada 40% perimenopaus, prevalensi yang besar dari aterosklerosis dan
penyakit kardiovaskuler, dan resiko infark myokard.6,17
10
2.1.5 Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita PCOS harus ditujukan pada
tanda-tanda hirsutisme yaitu kebotakan, jerawat (akne), klitoromegali
(pembesaran klitoris), distribusi rambut pada tubuh (muka, di atas bibir,
dada, linea alba), pengecilan payudara, dan tanda-tanda resistensi insulin
(obesitas, distribusi lemak sentripetal, akantosis nigrikans). Sedangkan
pada pemeriksaan bimanual dapat juga ditemukan ovarium yang
membesar atau dapat juga tidak teraba.6,7,8
11
Hirsutisme (70%) adalah suatu keadaan dimana ditemukan pola
pertumbuhan rambut pria (diatas bibir, dagu, dada, punggung) pada
seorang wanita. Sedangkan akantosis nigrikans adalah penanda
dermatologis akibat resistensi insulin dan hiperinsulinemia yang ditandai
dengan perubahan warna kulit menjadi abu-abu kecoklatan, halus, kadang-
kadang seperti veruka pada leher, selangkangan dan aksila. Oleh sebab itu,
efek-efek ekstrem dari anovulasi kronik hiperandrogenik dari PCOS
disebut sebagai Sindrom HAIR-AN (hiperandrogenisme, resistensi
insulin, dan akantosis nigrikans).7,8
Menurut National Institute of Health – National Institute of Child
Health and Human Development NIH-NICHD untuk mendiagnosa PCOS
ditetapkan 2,12,17
Kriteria mayor :
Anovulasi
Hiperandrogenemia
Tanda klinis hiperandrogenisme
Penyebab lainnya dapat disingkirkan
Kriteria minor :
Resistensi insulin
Hirsutisme dan obesitas yang menetap
Meningkatnya perbandingan rasio LH FSH
Anovulasi intermiten yang berhubungan dengan hiperandrogenemia
Bukti secara ultrasonografi terdapat ovarium polikistik
12
Penyakit ini diperkirakan terjadi pada 3,5% - 7% dari populasi wanita.
Pasien-pasien yang terkena khususnya mereka yang berada pada dekade
ketiga dengan riwayat obesitas pramenars, amenorea sekunder atau
oligomenorea, infertil dan hirsutisme.7,12,17
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium seperti testosterone (T) atau
dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) bermanfaat untuk menunjukkan
hiperandrogenisme ovarium. Tumor yang mensekresi androgen pada ovarium
atau kelenjar adrenal juga selalu disertaix dengan kadar androgen dalam
sirkulasi yang meningkat, tetapi tidak terdapat kadar absolut yang bersifat
patognomonik untuk suatu tumor atau kadar minimum yang dapat
menyingkirkan kemungkinan adanya tumor. Kadar T yang tinggi selalu
berasal dari ovarium (> 1,5 ng/ml), sedangkan kadar DHEAS yang tinggi
selalu berasal dari suprarenal (> 5-7ng/ml).7,8,11
Indikasi pemeriksaan T maupun DHEAS dapat di lihat dari ringan
beratnya pertumbuhan rambut. Bila pertumbuhan rambut yang terlihat hanya
sedikit saja (ringan), maka kemungkinan besar penyebab tingginya androgen
serum adalah akibat gangguan pada ovarium yaitu berupa anovulasi kronik,
sedangkan bila terlihat pertumbuhan rambut yang mencolok, maka
peningkatan androgen kemungkinan besar berasal dari kelenjar supra renal
yang dapat berupa hiperplasia, atau tumor.7,8,17
Alat utama untuk diagnosis PCOS adalah Ultrasonografis (USG) dan
atau laparoskopi. Dengan USG, hampir 95 % diagnosis dapat dibuat. Pada
USG terlihat gambaran seperti roda pedati, atau folikel-folikel kecil
berdiameter 7-10 mm. Baik dengan USG, maupun dengan laparoskopi, ke
dua, atau salah satu ovarium pasti tampak membesar.7,11,17
Dengan USG pada 25% wanita normal ditemukan adanya ovarium
polikistik. Wanita polikistik ovarium meunjukkan kadar FSH, Prolaktin dan
estrogen normal, sedangkan LH sedikit tinggi (nisba LH/FSH>3). LH yang
13
tinggi akan meningkatkan sintesis testosteron di ovarium, dan membuat
stroma ovarium menjadi tebal dan membuat folikel atresi.4,8,11
Kriteria Ultrasonografis (USG) :
Kriteria diagnostik jika memakai USG transabdominal:
1. Penebalan stroma
2. Lebih dari 10 folikel berdiameter 2-8 mm di subkorteks dalam satu
bidang.
Kriteria diagnostik jika memakai USG transvaginal:
1. Penebalan stroma 50%
2. Volume ovarium lebih dari 8 cm3
3. Lebih dari 15 folikel dengan diameter 2-10 mm dalam satu bidang
Pemeriksaan penunjang pada PCOS beserta tujuan pemeriksaannya
mU/L) tiroid
yang menghasilkan
androgen
(1,40-7,00 pmol/L)
14
Pemeriksaan Nilai normal Tujuan
glukosa
: insulin insulin
hidup
hidup
mmol/L) hidup
15
4. Gambaran Histopatologi
Gambaran Makroskopis
ovarium, membesar 2 sampai 5 kali ukuran normal dan lebih besar dari
ini, volume ovarium pada pasien ovarium polikistik 3 kali lebih besar dari
diameter kurang dari 1 cm. Biasanya ada suatu zona sentral stroma dengan
beberapa atau kadang tidak ada sama sekali stigmata ovulasi (misalnya
16
Gambaran mikroskopis
superfisial ke korteks yang lebih dalam atau bahkan ke medula. Kista ini
merupakan folikel kistik yang atretik yang mempunyai batas sebelah dalam
mengalami eksfoliasi fokal. Suatu lapisan yang lebih luar dari sel-sel teka
folikel kistik pada wanita dengan ovarium polikistik berbeda dari yang
ditemui pada wanita normal, dimana pada wanita normal hanya ditemui
sebelumnya tidak ada, tetapi korpora lutea telah didiskripsikan sebanyak 30%
dari kasus-kasus khusus ovarium polikistik. Korteks yang lebih dalam dan
17
Gambar 8. Kista ovarium secara mikroskopis
2.1.6 Penatalaksanaan
Tujuan dari terapi pada PCOS adalah
a. Non farmakologi
kosmetik.1,4,11,17
18
yang mengalami penurunan berat badan sebesar 16,2 kg akan
ovulasi.1,4,11
b. Farmakologi
1. Kontrasepsi Oral
antara lain:
reduktase. 1,11,17
19
Pasien dengan PCOS terjadi anovulasi yang kronis dimana
pada pasien SOPK dengan anovulasi yang kronis. Banyak dari kasus
tinggi, seperti megestrol asetat 40-60 mg/hari untuk 3-4 bulan. Ketika
a. Medroksiprogesteron Asetat
20
atau dengan dosis ganda setiap hari 0,25 mg mulai hari ke 7 siklus
efek samping lainnya dari menopause, seperti hot flushes dan atrofi
c. Ketokonazol
bebas.1,17
d. Flutamid
pada laki-laki. Obat ini digunakan secara umum dalam dosis 125-250
mg dua kali sehari. Efek samping yang umum ialah kulit kering dan
21
e. Cyproterone Acetate
mg/hari pada hari ke-5-15, dan ethinyl estradiol 30-50 mg/hari pada
ditambahkan.1,14,17
2. Spironolactone
22
yang lebih besar mengganggu aktivitas sitokrom P-450, yang mengurangi
ialah menstruasi yang ireguler, mual dan lemah dengan dosis yang lebih
3. Insulin Sensitizers
untuk diabetes mellitus tipe 2 karena mempunyai profil yang baik dalam
dosis yang rendah yang diminum saat makan, dan dosis ini ditingkatkan
23
selama 1 minggu kemudian dosis dinaikkan 500 mg saat sarapan dan 1000
4. Clomiphene citrate
diperlukan untuk kerja klomifen sitrat yang tepat. Lebih khusus lagi,
yang merugikan pada kesuburan pada sebagian kecil individu. Obat ini
24
Dengan demikian hipotalamus akan melepaskan LH-FSH-RH yang
FSH dan LH. Dengan demikian akan terjadi pertumbuhan dan pematangan
sangat baik. Bahkan, pada beberapa populasi, 80% hingga 85% wanita
c. Operatif
akibat PCOS yang tidak segera mengalami ovulasi setelah pemberian terapi
a. “Wedge Resection”
membantu agar siklus haid menjadi teratur dan ovulasi berlangsung secara
berat badan dan memperoleh obat-obat pemicu ovulasi. Pada tindakan ini
25
Beberapa hasil penelitian memperlihatkan bahwa dengan tindakan ini
dilaporkan angka ovulasi sebesar 80% dan angka kehamilan sebesar 50%.
Wanita yang lebih muda dan dengan BMI dalam batas normal akan lebih
Resiko LOD :
Kegagalan ovarium
Perlekatan pasca-pembedahan
Lama paparan: 5”
Diameter lubang: 4 mm
26
Gambar 9. Laparoscopic ovarian drilling
27
Pengobatan PCOS harus disesuaikan dengan keinginan dan
kemampuan suami istri untuk memiliki anak atau tidak. Jika keluarga
buah.7,9,10
menurun. Selain itu, pil kontrasepsi menekan sekresi LH, sehingga sintesis
dan SHBG ini akan mengikat lebih banyak lagi testosteron dalam
darah.7,8,17
28
(SPA). SPA menghambat kerja androgen langsung pada target organ. SPA
mengandung SPA.
ovarium.6,7,11,17
a) Infertilitas
29
dengan hiperinsulinemia di mana terdapat resistensi insulin karena sel-sel
Makin tinggi kadar insulin seorang wanita, makin jarang wanita tersebut
sekresi SHBG oleh hati sehingga kadar testosteron dan estradiol bebas
lemak.6,8,17
30
kolesterol low density lipoprotein (LDL) yang bersifat aterogenik
c) Diabetes melitus
e) Obesitas
31
terutama di punggung dan paha. Wanita dengan sindrom ini sangat mudah
f) Kanker endometrium
2.1.7 Prognosis
32
BAB III
KESIMPULAN
Diagnosis PCOS ditegakkan berdasarkan dengan minimal dua kriteria mayor yang
hiperandrogenisme, dan tidak ada penyebab lain (etiologi lain telah disingkirkan).
Atau 1 kriteria mayor ditambah kriteria minor yang meliputi: resistensi insulin, onset
saat permenarke pada hirsutisme dan obesitas, adanya peningkatan rasio LH dan
(aterosklerotik), infertilitas dan gangguan metabolic (DM tipe 2), hirsutisme dan
33
DAFTAR PUSTAKA
4. Schorge, J.O., Schaffer, J.I., Halvorson, L.M., Hoffman, B.L., Bradshaw, K.D.,
USA
271 – 280.
34
9. Hardiman P, Pillay C, Atiomo W. Polycystic ovary syndrome and endometrial
12. Speroff L, Fritz MA (2005). Anovulation and the polycystic ovary. Clinical
13. Huang I, et al. (2007). Endocrine disorders. In JS Berek, ed., Berek and
14. Zelija Velija-Ašimi (2013). Evaluation of endocrine changes in women with the
polycystic ovary syndrome during metformin treatment. Bosn J Basic Med Sci
p: 43 – 55
16. Norwitz, Errol, Schorge, John. At Glance: Obstetrik dan Ginekologi. Edisi
35
17. Altchek, Albert. Deligdisch, Liane. Diagnostic and Management of Ovarian
36