Vous êtes sur la page 1sur 20

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS DENGAN DISASTER

( DISASTER NURSING )

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunitas

Disusun oleh : Kelompok 4

Fitri Kurnia Hayati (1712051)


Linda Trisnawati (1712032)
Yosi Krismanto (1712054 )
Renny Ramadhani (1712034)
Dharma Indarto Yugo (1712045)
Ismadi (1712033)
Uji Martusiana (1612090)
Mustofa (16120 )

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATRIA HUSADA BLITAR

Jl. Sudanco Supriyadi 168 Blitar 66132. 0342-814086 stikesphblitar@gmail.com


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bencana alam selama ini selalu dipandang sebagai forcemajore yaitu sesuatu hal
yang berada di luar kontrol manusia, oleh karena itu, untuk meminimalisir terjadinya
korban akibat bencana diperlukan kesadaran dan kesiapan masyarakat dalam
menghadapi bencana.
Kesadaran dan kesiapan menghadapi bencana ini idealnya sudah dimiliki oleh
masyarakat melalui kearifan local daerah setempat karena mengingat wilayah Indonesia
merupakan daerah yang mempuyai risiko terhadap bencana.
Beberapa kejadian besar bencana alam di Indonesia seperti, gempa bumi dan tsunami
yang melanda Provinsi Aceh dan sebagian Provinsi Sumatera Utara pada akhir tahun
2004 tercatat telah menelan korban sangat besar yaitu 120.000 orang meninggal, 93.088
orang hilang, 4.632 orang luka-luka. Gempa bumi Nias Sumatera Utara yang terjadi pada
awal tahun 2005 menelan korban 128 orang meninggal, 25 orang hilang dan 1.987 orang
luka-luka (Depkes RI, 2007). Gempa bumi DI Yogyakarta dan Jawa Tengah terjadi pada
tanggal 27 Mei 2006 juga mengakibatkan 5.778 orang meninggal, 26.013 orang luka di
rawat inap dan 125.195 orang rawat jalan. Demikian juga gempa bumi dan tsunami yang
terjadi di pantai Selatan Jawa (Pangandaran, Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Bandar,
Cilacap, Kebumen, Gunung Agung dan Tulang Agung) pada tanggal 17 Juli 2006 telah
menelan korban, meninggal dunia sebanyak 684 orang, korban hilang sebanyak 82
orang dan korban dirawat inap sebanyak 477 orang dari 11.021 orang yang luka-luka
(Depkes RI, 2007).
Bencana gempa bumi dan tsunami di Aceh dan Sumatera Utara yang terjadi pada
tahun 2004 tergolong bencana dahsyat bahkan membawa dampak ke wilayah yang lebih
luas seperti Sri Langka. Beberapa penelitian yang dilakukan setelah bencana,
menyebutkan, banyaknya jumlah korban justru disebabkan para korban tidak
mempunyai pengetahuan tentang ancaman gempa dan tsunami (Ella dan Usman, 2008).
Menurut Bakornas Penanggulangan Bencana (2008), risiko bencana adalah interaksi
antara tingkat kerentanan daerah dengan ancaman bahaya (hazards).
Ancaman bahaya khususnya bahaya alam bersifat tetap karena bagian dari dinamika
proses alami pembangunan atau pembentukan roman muka bumi baik dari tenaga internal
maupun eksternal, sedangkan tingkat kerentanan (vulnerability) daerah dapat dikurang
dengan melakukan mitigasi (tindakan preventif), serta kemampuan / ketahanan dalam
menghadapi ancaman (disaster resilience) tersebut semakin meningkat sehingga dapat
meminimalisir dampak akibat bencana.
Semakin tinggi ancaman bahaya, kerentanan dan ketidakmampuan,maka semakin
besar pula risiko bencana yang dihadapi.
Berdasarkan potensi ancaman bencana dan tingkat kerentanan yang ada, maka dapat
diperkirakan risiko bencana yang akan terjadi di wilayah Indonesia tergolong tinggi.
Dengan mengetahui risiko yang terjadi akibat bencana masyarakat dan bekerja sama
dengan pemerintah diharapkan dapat melakukan penanggulangan bencana (Bakornas
Penanggulangan Bencana, 2008).
Penanggulangan bencana (PB) sebagai rangkaian kegiatan baik sebelum maupun saat
dan sesudah terjadi bencana dilakukan untuk mencegah, mengurangi, menghindari dan
memulihkan diri dari dampak yang ditimbulkan oleh bencana.
Secara umum kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam penanggulangan bencana
adalah sebagai berikut: pencegahan, pengurangan dampak bahaya, kesiapsiagaan, tanggap
darurat, pemulihan (rehabilitasi dan rekonstruksi), dan pembangunan berkelanjutan yang
mengurangi risiko bencana (UNDP Indonesia, 2007).
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
a. Definisi
Bencana adalah peristiwa / kejadian pada suatu daerah yang mengakibatkan
kerusakan ekologi, kerugian kehidupan manusia serta memburuknya kesehatan dan
pelayanan kesehatan yang bermakna sehingga memerlukan bantuan luar biasa dari
pihak luar (Departemen Kesehatan Republik Indonesia).
Bencana adalah situasi dan kondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Tergantung pada cakupannya, bencana ini bisa merubah pola kehidupan dari kondisi
kehidupan masyarakat yang normal menjadi rusak, menghilangkan harta benda dan
jiwa manusia, merusak struktur sosial masyarakat, serta menimbulkan lonjakan
kebutuhan dasar (BAKORNAS PBP).
Bencana (disaster) adalah setiap kejadian yang menyebabkan kerusakan,
gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia atau memburuknya derajat kesehatan
atau pelayanan kesehatan pada skala tertentu yang memerlukan respon dari luar
masyarakat atau wilayah yang terkena (WHO).
b. Epidemiologi bencana
Bencana itu bisa murni sebagai kejadian alam (gempa bumi, topan, volcano,
badai, banjir) bisa juga karena perbuatan dan kelalaian manusia (kebakaran, perang,
kecelakaan transportasi). Agen primer termasuk angin, air, lumpur, asap, dan panas.
Sedangkan agen sekunder termasuk bakteri dan virus yang menkontaminasi/
menginfeksi akibat yang ditimbulkan oleh agen primer tersebut.
Faktor-faktor host (manusia) juga mempengaruhi efek dari bencana tersebut,
sebut saja usia, status kesehatan, status imunisasi, tingkat mobilisasi, dan kondisi
psikologis.
Secara langsung maupun tidak langsung bencana ikut dipengaruhi oleh agen-
agen lingkungan yang sifatnya fisik, kimia, biologi maupun social. Secara fisik
bencana dipengaruhi oleh kondisi cuaca, ketersediaan makanan dan air.Secara kimia
termasuk kebocoran zat kimia ke dalam air, udara, dan ke dalam suplai makanan.
Secara biologi termasuk kontaminasi pada makanan dan air, pembuangan akhir dan
pengelolaan sampah yang tidak layak, dan penyimpanan makanan yang tidak sesuai.
Faktor sosial termasuklah perbedaan pendapat tentang keyakinan, fanatisme, strata
sosial dan lainnya.
c. Jenis Bencana
Usep Solehudin (2005), mengelompokkan bencana menjadi 2 jenis yaitu:
1. Bencana alam (natural disaster) yaitu kejadian-kejadian alami seperti kejadian-
kejadian alami seperti banjir, genangan, gempa bumi, gunung meletus, badai,
kekeringan, wabah, serangga dan lainnya.
2. Bencana ulah manusia (man made disaster) yaitu kejadian-kejadian karena
perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran,
huru-hara, sabotase, ledakan, gangguan listrik, ganguan komunikasi, gangguan
transportasi dan lainnya.
Sedangkan berdasarkan cakupan wilayah, bencana terdiri dari:
1. Bencana Lokal
Bencana ini biasanya memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan. Bencana terjadi pada sebuah gedung atau bangunan-bangunan
disekitarnya. Biasanya adalah karena akibat faktor manusia seperti kebakaran,
ledakan, terorisme, kebocoran bahan kimia dan lainnya.
2. Bencana Regional
Jenis bencana ini memberikan dampak atau pengaruh pada area geografis yang
cukup luas, dan biasanya disebabkan oleh faktor alam, seperti badai, banjir,
letusan gunung, tornado dan lainnya.
d. Fase-Fase Bencana
Menurut Barbara Santamaria dalam buku Community Health Nursing:
1. Fase pre-impact
Fase “WARNING”, tahap awal dari bencana. Informasi didapat dari badan satelit
& meteorologi cuaca. Seharusnya pada fase inilah segala persiapan dilakukan baik
oleh pemerintah, lembaga, dan warga.
2. Fase impact
Fase terjadinya klimaks dari bencana. Inilah saat-saat dimana manusia sekuat
tenaga mencoba untuk survive. Fase impact ini terus berlanjut hingga terjadi
kerusakan dan bantuan-bantuan darurat dilakukan.
3. Fase post-impact
Saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase darurat, juga tahap dimana
masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi komunitas normal.Secara umum
dalam fase postimpact ini para korban akan mengalami tahap penolakan hingga
penerimaan.Tidak hanya fisik dan kejiwaan masyarakat yang terganggu, keadaan
fisik fasilitas umum yang membantu menunjang kehidupan juga akan terganggu.
e. Evolusi Pandangan Terhadap Bencana
1. Pandangan Konvensional
Bencana merupakan sifat alam. Terjadinya bencana : Kecelakaan (accident) ;
tidak dapat diprediksi, tidak menentu, tidak terhindarkan, dan tidak terkendali.
Masyarakat dipandang sebagai ‘korban’ dan ‘penerima bantuan’ dari pihak luar.
2. Pandangan Ilmu Pengetahuan Alam
Bencana merupakan unsur lingkungan fisik yang membahayakan kehidupan
manusia. Karena kekuatan alam yang luar biasa. Proses geofisik, geologi dan
hidrometeorologi. Tidak memperhitungkan manusia sebagai penyebab bencana.
3. Pandangan Ilmu Terapan
Besaran (magnitude) bencana tergantung besarnya ketahanan atau kerusakan
akibat bencana. Pengkajian bencana ditujukan pada upaya meningkatkan kekuatan
fisik struktur bangunan untuk memperkecil kerusakan.
4. Pandangan Progresif
Menganggap bencana sebagai bagian dari pembangunan masyarakat yang
‘normal’. Bencana adalah masalah yang tidak pernah berhenti. Peran sentral dari
masyarakat adalah mengenali bencana itu sendiri.
5. Pandangan Ilmu Sosial
Fokus pada bagaimana tanggapan dan kesiapan masyarakat menghadapi bahaya.
Ancaman adalah alami, tetapi bencana bukan alami. Besaran bencana tergantung
perbedaan tingkat kerawanan masyarakat.
6. Pandangan Holistik
Menekankan pada ancaman (threat) dan kerentanan (vulnerability), serta
kemampuan masyarakat dalam menghadapi risiko. Gejala alam menjadi ancaman
jika mengancam hidup dan harta-benda. Ancaman akan berubah menjadi bencana
jika bertemu dengan kerentanan
f. Paradigma-paradigma Penanggulangan Bencana
1. Daur Penanggulangan Bencana : Memandang bencana sebagai rentetan kejadian
dengan fokus ketika, sebelum dan sesudah bencana.
2. Model Kue-marmer : Upaya penanggulangan bencana dapat dilaksanakan setiap
saat, masing-masing meluas atau menyempit, tergantung pada risiko yang
dihadapi.
3. Tabrakan Unsur : Upaya mengatasi (melepaskan tekanan) kerentanan (tekanan)
yang berakar pada proses proses sosial ke arah masyarakat yang aman, berdaya
tahan, dan berkesinambungan.
4. Pengurangan Risiko : Upaya-upaya untuk mengatasi secara komprehensif dan
terpadu untuk mengurangi risiko bencana
g. Peran Perawat
Seorang perawat, khususnya perawat komunitas memiliki tanggung jawab
peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap preimpact,
impact/emergency, dan postimpact.
1. Pre-impact
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan perawat dalam masa pra bencana ini,
antara lain:
a. Mengenali instruksi ancaman bahaya;
b. Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency (makanan, air,
obat-obatan, pakaian dan selimut, serta tenda)
c. Melatih penanganan pertama korban bencana.
d. Berkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang
merah nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam memberikan
penyuluhan dan simulasi persiapan menghadapi ancaman bencana kepada
masyarakat
e. Pendidikan kesehatan diarahkan kepada :
• Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut)
• pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolong anggota
keluarga dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan
pertama luka bakar
• memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat seperti dinas
kebakaran, RS dan ambulans.
• Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa (misal
pakaian seperlunya, portable radio, senter, baterai)
• Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-
posko bencana.
2. Impact
Biasanya pertolongan pertama pada korban bencana dilakukan tepat setelah
keadaan stabil. Setelah bencana mulai stabil, masing-masing bidang tim survey
mulai melakukan pengkajian cepat terhadap kerusakan-kerusakan, begitu juga
perawat sebagai bagian dari tim kesehatan. Perawat harus melakukan pengkajian
secara cepat untuk memutuskan tindakan pertolongan pertama. Ada saat dimana
”seleksi” pasien untuk penanganan segera (emergency) akan lebih efektif (Triase),
meliputi :
a. Merah ( paling penting, prioritas utama )
Biasanya merah adalah keadaan yang mengancam kehidupan sebagian besar
pasien mengalami hipoksia, syok, trauma dada, perdarahan internal, trauma
kepala dengan kehilangan kesadaran, luka bakar derajat I-II
b. Kuning ( penting, prioritas kedua )
Prioritas kedua meliputi injury dengan efek sistemik namun belum jatuh ke
keadaan syok karena dalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat
bertahan selama 30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang
multipel, fraktur terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajat
II
c. Hijau ( prioritas ketiga )
Yang termasuk kategori ini adalah fraktur tertutup, luka bakar minor, minor
laserasi, kontusio, abrasio, dan dislokasi
d. Hitam ( meninggal )
Ini adalah korban bencana yang tidak dapat selamat dari bencana, ditemukan
sudah dalam keadaan meninggal.
Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencana :
a. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-
hari.
b. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.
c. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS.
d. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.
e. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi,
peralatan kesehatan.
f. Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatan sehari-
hari
g. Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian
h. Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan
penanganan kesehatan di RS
i. Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian
j. Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanan khusus bayi,
peralatan kesehatan.
3. Post-impact
a. Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan
psikologis korban.
b. Selama masa perbaikan perawat membantu masyarakat untuk kembali pada
kehidupan normal.
c. Beberapa penyakit dan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka waktu yang
lama untuk normal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan terjadi.
2.2 Konsep masalah
a. Gempa Bumi
1. Definisi
Gempa bumi adalah suatu peristiwa alam dimana terjadi getaran
pada permukaan bumi akibat adanya pelepasan energi secara tiba-tiba dari pusat
gempa. Energi yang dilepaskan tersebut merambat melalui tanah dalam
bentuk gelombang getaran. Gelombang getaran yang sampai ke permukaan bumi
disebut gempa bumi.
2. Penyebab Terjadinya Gempa
• Runtuhnya gua-gua besar yang berada di bawah permukaan tanah.
Namun, kenyataannya keruntuhan yng menyebabkan terjadinya
gempa bumi tidak pernah terjadi.
• Tabrakan meteor pada permukaan bumi. Bumi merupakan salah satu
planet yang ada dalam susunan tata surya. Dalam tata surya kita
terdapat ribuan meteor atau batuan yang bertebaran mengelilingi orbit bumi.
Sewaktu-waktu meteor tersebut jatuh ke atmosfir bumi dan kadang-
kadang sampai ke permukaan bumi. Meteor yang jatuh ini akan
menimbulkan getaran bumi jika massa meteor cukup besar. Getaran ini
disebut gempa jatuhan, namun gempa ini jarang sekali terjadi. Kejadian
ini sangat jarang terjadi dan pengaruhnya juga tidak terlalu besar.
• Letusan gunung berapi. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya
aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Gempa bumi
jenis ini disebut gempa vulkanik dan jarang terjadi bila dibandingkan
dengan gempa tektonik. Ketika gunung berapi meletus maka
getaran dan goncangan letusannya bisa terasa sampai dengan sejauh
20 mil.
• Kegiatan tektonik. Semua gempa bumi yang memiliki efek yang cukup besar
berasal dari kegiatan tektonik. Gaya-gaya tektonik biasa
disebabkan oleh proses pembentukan gunung, pembentukan patahan,
gerakan-gerakan patahan lempeng bumi, dan tarikan atau tekanan
bagian-bagian benua yang besar. Gempa ini merupakan gempa yang
umumnya berkekuatan lebih dari 5 skala Richter.
3. Karakteristik Gempa bumi
• Berlangsung dalam waktu yang sangat singkat
• Lokasi kejadian tertentu
• Akibatnya dapat menimbulkan bencana
• Berpotensi terulang lagi
• Belum dapat diprediksi
• Tidak dapat dicegah, tetapi akibat yang ditimbulkan dapat dikurangi
4. Jenis Gempa Bumi
Berdasarkan penyebabnya :
• Gempa bumi tektonik
Gempa Bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran
lempeng-lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari
yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak
menimbulkan kerusakan atau bencana alam di Bumi, getaran gempa Bumi
yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian Bumi. Gempa bumi tektonik
disebabkan oleh pelepasan tenaga yang terjadi karena pergeseran lempengan
plat tektonik seperti layaknya gelang karet ditarik dan dilepaskan dengan tiba-
tiba.
• Gempa bumi tumbukan
Gempa Bumi ini diakibatkan oleh tumbukan meteor atau asteroid yang jatuh
ke Bumi, jenis gempa Bumi ini jarang terjadi
• Gempa bumi runtuhan
Gempa Bumi ini biasanya terjadi pada daerah kapur ataupun pada daerah
pertambangan, gempabumi ini jarang terjadi dan bersifat lokal.
• Gempa bumi buatan
Gempa bumi buatan adalah gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas dari
manusia, seperti peledakan dinamit, nuklir atau palu yang dipukulkan ke
permukaan bumi.
• Gempa bumi vulkanik (gunung api)
Gempa Bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi
sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan
menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya
gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut
Berdasarkan Kedalaman :
• Gempa bumi dalam
Gempa bumi dalam adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih
dari 300 km di bawah permukaan bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya
tidak terlalu berbahaya.
• Gempa bumi menengah
Gempa bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada
antara 60 km sampai 300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi
menengah pada umumnya menimbulkan kerusakan ringan dan getarannya
lebih terasa.
• Gempa bumi dangkal
Gempa bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang
dari 60 km dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan
kerusakan yang besar.
Berdasarkan Gelombang/Getaran Gempa
• Gelombang Primer
Gelombang primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang atau getaran
yang merambat di tubuh bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik.
Getaran ini berasal dari hiposentrum.
• Gelombang Sekunder
Gelombang sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran
yang merambat, seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah
berkurang,yakni 4-7 km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat
melalui lapisan cair.
5. Cara Menghadapi Gempa Bumi
• Bila berada di dalam rumah: Jangan panik dan jangan berlari keluar,
berlindunglah dibawah meja atau tempat tidur, Bila tidak ada, lindungilah
kepala dengan bantal atau benda lainnya, Jauhi rak buku, lemari dan kaca
jendela, Hati-hati terhadap langit-langit yang mungkin runtuh, benda-benda
yang tergantung di dinding dan sebagainya
• Bila berada di luar ruangan: Jauhi bangunan tinggi, dinding, tebing terjal,
pusat listrik dan tiang listrik, papan reklame, pohon yang tinggi dan
sebagainya, Usahakan dapat mencapai daerah yang terbuka, Jauhi rak-rak dan
kaca jendela.
• Bila berada di dalam ruangan umum: Jangan panik dan jangan berlari keluar
karena kemungkinan dipenuhi orang, Jauhi benda-benda yang mudah
tergelincir seperti rak, lemari, kaca jendela dan sebagainya.
• Bila sedang mengendarai kendaraan: Segera hentikan di tempat yang terbuka,
Jangan berhenti di atas jembatan atau dibawah jembatan layang/jembatan
penyeberangan.
• Bila sedang berada di pusat perbelanjaan, bioskop, dan lantai dasar mall:
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan, Ikuti semua
petunjuk dari pegawai atau satpam.
• Bila sedang berada di dalam lift: Jangan menggunakan lift saat terjadi
gempabumi atau kebakaran. Lebih baik menggunakan tangga darurat, Jika
anda merasakan getaran gempabumi saat berada di dalam lift, maka tekanlah
semua tombol, Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan
mengungsilah., Jika anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan
menggunakan interphone jika tersedia.
• Bila sedang berada di dalam kereta api: Berpeganganlah dengan erat pada
tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya kereta dihentikan secara
mendadak, Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari petugas kereta, Salah
mengerti terhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan mengakibatkan
kepanikan.
• Bila sedang berada di gunung/pantai: Ada kemungkinan lonsor terjadi dari atas
gunung. Menjauhlah langsung ke tempat aman, Di pesisir pantai, bahayanya
datang dari tsunami. Jika Anda merasakan getaran dan tanda-tanda tsunami
tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yang tinggi.
6. Akibat gempa bumi
• Kehilangan jiwa atau cacat jasmani
• Keruntuhan dan kerusakan dari lingkungan alam dan konstruksi.
• Dari segi teknis dan finansial, kita hanya dapat mereduksi bahaya gempa
ini untuk gempa-gempa besar. Pada dasarnya perencanaan struktur tahan
gempa adalah untuk mengurangi korban jiwa, baik yang disebabkan
oleh keruntuhan struktur atau kerusakan sekunder seperti reruntuhan
bangunan atau kebakaran, dan untuk mengurangi kerusakan dan
kehilangan konstruksi.
b. Banjir
1. Definisi
Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan (yang biasanya kering)
karena volume air yang meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang
berlebihan di suatu tempat akibat hujan besar, peluapan air sungai, atau pecahnya
bendungan sungai..” (www.g-excess.com)
2. Penyebab banjir
• Curah hujan dalam jangka waktu panjang
• Erosi tanah menyisakan batuan, hingga tidak ada resapan air.
• Buruknya penanganan sampah, hingga sumber saluran-saluran air tersumbat.
• Pembangunan tempat permukiman dimana tanah kosong diubah menjadi jalan
/ tempat parkir, hingga daya serap air hujan tidak ada.
• Bendungan dan saluran air rusak.
• Keadaan tanah tertutup semen, paving atau aspal, hingga tidak menyerap air.
• Pembabatan hutan secara liar (Illegal logging).
• Didaerah bebatuan daya serap air sangat kurang, mengakibatkan banjir
kiriman atau banjir bandang.
3. Penanggulangan banjir
a) Metode Penanggulangan secara Filosofis
- Memindahkan warga dari daerah rawan banjir. Cara ini cukup mahal dan
belum tentu warga bersedia pindah, walau setiap tahun rumahnya
terendam banjir.
- Memindahkan banjir keluar dari warga. Cara ini sangat mahal, tetapi
sedang populer dilakukan para insinyur banjir, yaitu normalisasi sungai,
mengeruk endapan lumpur, menyodet-nyodet sungai. Faktanya banjir
masih terus akrab melanda permukiman warga.
- Hidup akrab bersama banjir. Cara ini paling murah dan kehidupan sehari-
hari warga menjadi aman walau banjir datang, yaitu dengan membangun
rumah-rumah panggung setinggi di atas muka air banjir.
b) Metode Penanggulangan secara Normatif
- Manajemen di hilir di daerah rawan banjir, antara lain pembuatan peta
banjir, membangun sistem peringatan dini bencana banjir, sosialisasi
sistem evakuasi banjir, kelembagaan penanganan banjir, rekonstruksi
rumah akrab banjir, peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat
dalam penanggulangan banjir, serta kemungkinan asuransi bencana banjir.
- Manajemen di hulu daerah aliran sungai, antara lain pengedalian erosi,
pengendalian perizinan pemanfaatan lahan, tidak membuang sampah dan
limbah ke sungai, kelembagaan konservasi, pengamanan kawasan lindung,
peningkatan kapasitas dan partisipasi masyarakat dalam kegiatan
konservasi.
4. Pencegahan banjir
• Disiplin Membuang Sampah
Dibutuhkan kedisiplinan warga untuk membuang sampah di tempat sampah
dan berakhir di tempat pembuangan akhir sampah.
• Pembersihan Saluran Air
Tanggul-tanggul sebagai penahan membutuhkan perawatan. Tanaman-
tanaman sekitar sungai pun perlu ditanam sebanyak mungkin yang fungsinya
untuk memperkuat bantaran sungai. Tentu saja bantaran sungai yang kuat ini
akan mencegah longsornya tanah di bantaran ke sungai. Jika longsor, pun akan
menghambat air mengalir. Itu juga akan menyebabkan banjir.
• Kerja Sama yang Baik dari Seluruh Pihak
Bila kerja sama warga di suatu wilayah dapat terjalin dengan baik, pencegahan
banjir ini bisa dilakukan dengan mudah. Tentu saja jalinan warga dan
pemerintah tetap harus dilakukan. Bila ada pembangunan di suatu wilayah
oleh proyek tertentu dan hal itu akan mengganggu lancarnya saluran air, tentu
warga harus segera melaporkan ke pemerintah untuk diadakan sebuah
tindakan yang tepat.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Contoh kasus:
Di suatu daerah perkotaan Artajasa terdapat 50 rumah dengan jumlah 50 KK dan 150
warga. Usia warga sebagai berikut : 5-12 tahun 45 orang, 13-22 tahun 25 orang, 23-30 tahun
30 orang, 31-55 tahun 50 orang .Dimana jarak antara rumah yang satu dengan yang lain
saling menempel. Dengan kriteria lingkungan seperti berikut : ada sebuah sungai melintasi
perumahan, 35 rumah tidak mempunyai tempat sampah dan membuangnya di sungai, sampah
menumpuk disungai, aliran sungai tersumbat, 15 rumah memiliki tempat sampah kemudian
setelah sampah terkumpul dibakar, ada sebuah pabrik yang berjarak sekitar 1 km dari
pemukiman warga, limbah pabrik mengalir ke sungai, sungai digunakan juga untuk mencuci
baju dan membuang kotoran, penyakit yang diderita adalah diare, batuk pilek dan demam
berdarah yang kebanyakan menyerang pada anak- anak.
Dikota ini rawan sekali terjadi banjir apalagi pada saat ini adalah musim penghujan.
Ketika hujan lebat turun, sungai meluap, sampah tergenang dimana-dimana, air tidak dapat
meresap ke tanah. 80 warga tidak mengerti tentang dampak yang ditimbulkan dari
membuang sampah di sungai, 40 warga cukup mengerti tentang dampak yang ditimbulkan
dari membuang sampah di sungai, 30 warga mengetahui tentang cara membuang sampah
yang benar.
Masyarakat mayoritas bekerja sebagai pedagang dengan rata-rata penghasilan < 500
rb/bulan. Komunikasi antar warga berjalan cukup baik karena jarak rumah satu dengan yang
lain saling menempel. Warga artajasa mayoritas beragam islam, pendidikan mayoritas SMP,
sarana informasi yang digunakan adalah televisi dan radio.
Fasilitas kesehatan yang ada di Desa artajasa adalah 1 bidan praktek swasta, 1
puskesmas, 1 dokter praktek umum akan tetapi jarak antara pemukiman warga dengan
fasilitas pelayanan kesehatan cukup jauh sekitar 1,5 km. Dan jika sakit 85 warga
mengkonsumsi obat-obatan bebas yang dijual ditoko , 65 warga mengkonsumsi jamu
tradisional, bila dirasa sakitnya menjadi lebih parah mereka baru pergi ke puskesmas dan
bidan.
A. Pengkajian
Umur : 5-12 tahun 45 orang, 13-22 tahun 25 orang, 23-30 tahun 30 orang 31-55 tahun 50
orang.
a. Lingkungan fisik
b. Kesehatan dan pelayanan social
Fasilitas kesehatan yang ada yaitu 1 bidan praktek swasta, 1 puskesmas, 1 praktek
dokter umum. Warga mayoroitas menderita penyakit diare ketika musim penghujan
datang dan kebanyakan menyerang pada anak-anak.
c. Ekonomi
Tingkat sosial ekonomi mayoritas warga artajasa di bawah UMR (<500rb/ bln)
d. Transpotasi dan keamanan
e. Politik dan pemerintah
f. Komunikasi
Sarana komunikasi yang digunakan untuk mengetahui informasi tentang hal tersebut
adalah televisi dan radio.
g. Pendidikan
h. Rekreasi
B. Analisa data
NO DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF MASALAH

1 • Warga mengatakan 1. Tempat pembuangan Resiko terjadi


sampah di buang di sampah peningkatan penyakit
sungai. • Di bakar (30 %) akibat lingkungan
• Warga mengatakan air • Di sungai (70%) yang kurang sehat
limbah pabrik mengalir 2. Tempat pembuangan (diare, batuk pilek,
di sungai. limbah pabrik demam berdarah )
• Sungai (100%) pada masyarakat b.d
3. Keadaan aliran sungai kurangnya
tersumbat (100 %) pengetahuan
4. Musim hujan masyarakat dalam
5. Penyakit yang diderita menciptakan dan

• Diare (50%) memelihara

• Batuk pilek (30%) lingkungan yang

• Demam berdarah sehat.

(20%)
2 • Warga mengatakan ada 1. Fasilitas pelayanan Resiko penurunan
fasilitas kesehatan. kesehatan status kesehatan
• Warga mengatakan • 1 bidan praktek berhubungan dengan
hanya mengkonsumsi swasta kurang pengetahuan
obat-obatan bebas yang • 1 dokter praktek dalam memanfaatkan
dijual di toko apabila umum fasilitas pelayanan
sakit. • 1 puskesmas kesehatan.
2. Kebiasaan bila sakit
• Konsumsi obat bebas
(45%)
• Konsumsi jamu
(55%)
3. Jarak pemukiman
dengan sarana pelayanan
kesehatan 1,5 km.

C. Diagnosa
1. Resiko terjadi peningkatan penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat (diare,
batuk pilek, demam berdarah ) pada masyarakat b.d kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam menciptakan dan memelihara lingkungan yang sehat.
2. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan dalam
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
D. Intervensi
1. Resiko terjadi peningkatan penyakit akibat lingkungan yang kurang sehat (diare,
batuk pilek, demam berdarah ) pada masyarakat b.d kurangnya pengetahuan
masyarakat dalam menciptakan dan memelihara lingkungan yang sehat.
No Intervensi
1 Penyuluhan dan pendidikan tentang kesehatan lingkungan dampak yang
ditimbulkan dari lingkungan yang tidak sehat.
2 Pembinaan kepada seluruh masyarakat untuk tidak membuang sampah
sembarangan.
3 Perencanaan kerja bakti seluruh anggota masyarakat
4 Kerjasama dengan perangkat desa setempat untuk mengadakan tempat
sampah pada tiap-tiap rumah.
5 Pembentukan petugas pengangkut sampah pada tiap-tiap rumah.
2. Resiko penurunan status kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan dalam
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
No Intervensi
1 Berikan informasi tentang manfaat keberadaan pelayanan kesehatan
2 Kerjasama dengan petugas kesehatan yang ada untuk mengadakan
penyuluhan tentang penyakit yang sedang terjadi, cara pencegahan dan
penularannya.
3 Anjurkan warga untuk melakukan pemeriksaan sejak dini pada penyakit
yang sedang terjadi
DAFTAR PUSTAKA

Community Health Nursing Theory&Practice.1995


Turkanto.2006. Splinting & Bandaging. Kuliah Keperawatan Kritis PSIK Universitas
Airlangga, Surabaya.

Vous aimerez peut-être aussi