Vous êtes sur la page 1sur 12

SEMINAR NASIONAL CITIES 2014

Nursakti Adhi P;
LanduseSim sebagai aplikasi pemodelan dan simulasi spasial perubahan penggunaan lahan
berbasis Sistem Informasi Geografis dalam konteks perencanaan wilayah dan kota

LanduseSim sebagai aplikasi pemodelan dan simulasi spasial


perubahan penggunaan lahan berbasis Sistem Informasi Geografis
dalam konteks perencanaan wilayah dan kota
Nursakti Adhi PRATOMOATMOJO
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, ITS; Indonesia
nursaktiadhi@gmail.com , www.pratomoatmojo.com

ABSTRAK
Perencanaan wilayah dan kota dewasa ini tidak lepas dari pemanfaatan teknologi SIG (Sistem
Informasi Geografis), khususnya ketika digunakan dalam proses penyusunan dokumen rencana tata
ruang yang melibatkan proses membuat, mengelola, memvisualisasikan dan menganalisis data-data
spasial. Namun hingga saat ini masih terdapat celah (gap) cukup besar dalam proses penyusunan
tersebut, dikarenakan adanya tuntutan dalam membuat rencana penggunaan lahan (land use) yang
logis, sistematis, terstruktur dan memiliki landasan keilmuwan yang cukup. Ketidakmampuan
perencana dalam meramalkan perubahan dinamika wilayah menjadi batasan/kendala yang sering
dialami oleh para perencana. Dikarenakan terkendala cara, metoda dan alat, pada akhirnya
perencana lebih menekankan pada pendekatan intuitif pada saat pengusulan rencana pola ruang.
Namun berkat kemajuan teknologi, batasan tersebut mulai dapat diatasi dengan memanfaatkan
komputer sebagai alat bantu memprediksi dan simulasi spasial.
Dalam paper ini menunjukkan serta menjelaskan LanduseSim sebagai software (perangkat
lunak) spatial planning model mampu memberikan kontrol dan solusi kepada perencana untuk
mendapatkan informasi Land Use Change (perubahan penggunaan lahan) di masa yang akan datang
akibat dari suatu alternatif perencanaan. Kemampuan LanduseSim dalam memprediksi secara trend
maupun mensimulasikan skenario perencanaan (melibatkan rencana struktur, rencana pola ruang,
dan kebijakan pola ruang yang diadopsi menjadi skenario perencanaan) mempermudah perencana
dalam mengkreasikan skenario perencanaan spasial serta mengevaluasi secara cepat (rapid
assessment) untuk menentukan skenario perencanaan terbaik. Selain itu, kemampuan LanduseSim
yang dapat meningkatkan keterlibatan ahli GIS dalam proses perencanaan untuk dapat terlibat lebih
dalam pada bagian perencanaan (planning part). Dengan dimilikinya kemampuan untuk
mengakomodasi pendekatan perencanaan spasial baik Top-Down dan/atau Bottom-up, LanduseSim
menjadi daya tarik bagi perencana tata ruang maupun para peneliti spasial dalam berkeksplorasi dan
bereksperimen untuk mengembangkan pendekatan-pendekatan perencanaan spasial yang
membutuhkan mekanisme simulasi dengan keterlibatan data-data spasial SIG.

Kata Kunci : GIS, LanduseSim, Simulasi, Land Use, Land Use


Change

VI -1
PENDAHULUAN

Perkembangan dan pemanfaatan teknologi dalam praktek perencanaan wilayah dan


kota di abad 21 ini telah memasuki era digital, dimana semakin maraknya penggunaan
aplikasi-aplikasi yang digunakan untuk mempermudah penyusunan rencana tata ruang.
Salah satu teknologi yang semakin banyak digunakan dalam bidang perencanaan wilayah
dan kota adalah SIG (Sistem Informasi Geografis).
Dalam implementasinya, SIG dalam penyusunan dokumen tata ruang telah
digunakan diberbagai analisis untuk aspek-aspek yang dikaji, salah satunya adalah aspek
rencana penggunaan lahan. Namun hingga saat ini masih terdapat gap pada mekanisme
tersebut, terutama saat perencana melakukan penetapan rencana penggunaan lahan (land
use) yang logis, tepat dan memiliki landasan keilmuwan yang cukup. Gap tersebut
disebabkan karena ketidakmampuan perencana dalam meramalkan perubahan dinamika
wilayah. Alhasil mekanisme instan sering dilalui, yaitu melakukan pendekatan intuitif
dikarenakan terkendala cara, metoda dan alat. Namun berkat kemajuan teknologi, batasan
tersebut mulai dapat diatasi dengan memanfaatkan komputer sebagai alat bantu
memprediksi dan simulasi spasial, terutama untuk melihat dinamika penggunaan lahan
dalam perencanaan wilayah dan kota.
Rencana penggunaan lahan/pola ruang merupakan salah satu keluaran utama dalam
proses penyusunan dokumen rencana tata ruang. Hal ini dikarenakan rencana pola ruang
merupakan salah satu dasar utama yang dijadikan landasan dalam menurunkan kebijakan-
kebijakan zonasi di masa yang akan datang. Namun pada umumnya perencana, khususnya
di Indonesia tidak melakukan pendekatan analisis langsung terhadap penggunaan lahan,
melainkan perencana menganalisis secara parsial aspek-aspek lain yang kemudian dengan
pendekatan intuitif dalam menghasilkan usulan rencana pola ruang. Dalam mekanisme
seperti ini, perencana dikatakan tidak optimal dikarenakan tidak memiliki gambaran/informasi
terhadap komposisi penggunaan lahan di masa depan.
Untuk dapat mengetahui kondisi spasial masa depan suatu wilayah perencanaan
maka perencana membutuhkan alat dalam memprediksi dinamika penggunaan lahan
termasuk meramalkan perubahan lahan yang terjadi akibat suatu skenario perencanaan
spasial. Peramalan perubahan penggunaan lahan (land use forecasting) merupakan hal
yang kompleks sehingga membutuhkan bantuan komputer untuk melakukannya.
Sebagaimana Marshal (1994) menyatakan “In any type of analysis, it is generally the case
that complexity causes greater difficulties in manual methods than in computer methods.
Land use forecasting is no exception”.
Salah satu aplikasi yang dapat meramalkan / memprediksi perkembangan wilayah
melalui simulasi penggunaan lahan adalah LanduseSim. Dengan menggunakan teknik
komputasi, LanduseSim dapat dijadikan alat untuk melakukan simulasi spasial, termasuk
simulasi penggunaan lahan yang memiliki kemampuan mengakomodasi pendekatan bottom-
up dan top-down. Dalam makalah ini akan dibahas beberapa manfaat LanduseSim dari segi
teori maupun praktis.

METODOLOGI

Penelitian ini disajikan dalam bentuk penelitian deskriptif, dimana penulis berusaha
mendeskripsikan dan menjelaskan suatu gejala, peristiwa, dan kejadian kaitannya dengan
implementasi aplikasi LanduseSim sebagai perangkat lunak untuk pemodelan dan simulasi
penggunaan lahan pada konteks perencanaan wilayah dan kota. Pada makalah ini pula
disajikan pula beberapa konsep dan contoh kasus yang melibatkan LanduseSim dalam
penerapannya.
Adapun tujuan dari paper ini adalah untuk mendeksripsikan serta menunjukkan
beberapa manfaat aplikasi LanduseSim dalam praktek perencanaan wilayah dan kota
terutama kegunaannya dalam membantu proses penyusunan rencana penggunaan lahan
pada dokumen rencana tata ruang. Beberapa hal yang akan dijelaskan pada paper ini antara
lain;
1. LanduseSim sebagai aplikasi simulasi spasial berbasis grid/cell
2. Teknik dan algoritma LanduseSim dalam melakukan simulasi penggunaan lahan
3. LanduseSim dalam memenuhi tuntutan simulasi dalam praktek perencanaan wilayah
dan kota
4. LanduseSim dalam meningkatkan pelibatan ahli GIS dalam praktek perencanaan
5. LanduseSim mampu mengakomodasi pendekatan top-down dan bottom-up dalam
perencanaan spasial
6. LanduseSim mampu melakukan simulasi spasial berbasis trend maupun target

TEMUAN DAN DISKUSI

Adapun penjelasan singkat dari beberapa poin yang telah diutarakan pada sasaran
dijelaskan pada beberapa materi berikut ini;

A. LanduseSim sebagai aplikasi simulasi spasial berbasis grid / raster


LanduseSim (www.landusesim.com) merupakan software simulasi dan pemodelan
spasial berbasis grid/cell dengan menggunakan data raster penggunaan lahan sebagai
atribut spasial. Pemodelan dan simulasi berbagis grid telah membuktikan dimana simulasi
dengan sistem grid memiliki beberapa keuntungan, yaitu: entitas geografis dan karakteristik
perilaku individu/obyek dalam lingkup mikro-spatial dilibatkan, model berorientasi obyek dan
dapat menyatukan spatial topologi, ekspresi terintegrasi di dalam maupun diluar ruangan
dapat direalisasikan, dan mampu menerapkan model simulasi kerumunan (Song dkk, 2013).

B. Teknik dan algoritma LanduseSim dalam melakukan simulasi penggunaan lahan


Implementasi simulasi pada aplikasi LanduseSim menggunakan teknik Cellular
Automata. CA yang ditunjukkan sebagai sebuah cabang keilmuwan baru (Wolfram, 2002)
saat ini benar-benar diimplementasikan di berbagai bidang baik dibidang transportasi,
interaksi manusia, dan perkembangan kota. Implementasi CA dalam memodelkan
perubahan penggunaan lahan secara umum telah didemonstrasikan oleh Sun (2003), Samat
(2009), Liu (2009) dan Ahmed (2010). Selain itu, implementasi CA dalam memodelkan
penggunaan lahan telah dapat dikombinasikan dengan variabel kebencanaan sebagaimana
ditunjukkan oleh Pratomoatmojo (2012) dan Nugraha (2013) dalam memodelkan
perkembangan kota yang mempertimbangkan kompleksitas lain seperti rob di Kota
Pekalongan dan Kota Surabaya.
Dengan menggunakan teknik komputasi, Cellular Automata merupakan metode
terbaik saat ini dalam melakukan simulasi spasial, termasuk simulasi landuse dengan
kemampuannya mengakomodasi pendekatan bottom-up dan top-down. Yin dkk (2008)
mengemukakan bahwa “Cellular automata is capable of simulating two-dimension state in
discrete time, hence it is of spatial-temporal dynamics and the characteristic makes it
superior in simulating urban growth and land use change”.
One-Step Simulaton (Time-Step)

Constraint Update Overlay Process

Suitability Land Use


Map Map

Transition New
Filter Map Rank Map
Map Growth

Neighborhood Rank Process New Growth


Filter Process Allocation Process

Gambar 1. Skema simulasi pada aplikasi LanduseSim

Pada Gambar 1 menjelaskan bahwa algoritma CA pada LanduseSim bekerja dengan


mekanisme iterasi dimulai dari peta penggunaan lahan, peta kesesuaian suatu penggunaan
lahan, neighborhood operation, aturan-aturan yang diberlakukan (transition rules), kemudian
berdasarkan nilai tersebut diurutkan (rank) sebelum dilanjutkan alokasi perubahan sesuai
dengan jumlah grid yang diekspektasikan. Penetapan time-step (banyak iterasi) juga sangat
mempengaruhi hasil simulasi spasial yang dihasilkan, terutama kaitannya alokasi lahan per
waktu simulasi. Mekanisme tersebut terus berulang dan berurutan pada setiap land use yang
disimulasikan hingga peta penggunaan lahan akhir didapatkan.

C. LanduseSim dalam memenuhi tuntutan simulasi dalam praktek perencanaan


wilayah dan kota
LanduseSim merupakan software yang didesain dan dikembangkan untuk kebutuhan
perencanaan dimana perencana memiliki kemampuan untuk menentukan faktor-faktor
spasial yang digunakan untuk memprediksi masa depan dengan pendekatan perencanaan.
Sebagaimana telah disampaikan oleh Hall (2002), bahwa model dimana menempatkan
perencana untuk memiliki kontrol terhadap faktor-faktor merupakan model perencanaan. Hall
(2002) menyatakan,

“Model design is one of the most complex and intriguing stages of the modern planning
process. Designing a model, or models, to suit the precise problem involves logical analysis of
a set of interrelated questions. Once it is determined precisely which questions the model is
supposed to answer, the problem is to list the concepts to be represented, which must be
measurable. It is also necessary to investigate which variables can be controlled by the
planner, at least in part; if the assumption is that no parts are controllable, then the model is a
pure forecasting model, but if at least some of the factors are under the planner‟s control, then
it is a planning model.” .

Masih menurut Hall (2002) bahwa yang dikatakan model perencanaan adalah model
dimana perencana (planner) dapat mengontrol faktor-faktor yang dilibatkan dalam
pemodelan. Hal ini dicerminkan oleh aplikasi LanduseSim dimana perencana dapat
menentukan dan berkuasa penuh terhadap simulasi land use yang dihasilkan, mulai dari
driving-factors, neighborhood process, transition-rules, zoning, dan besaran simulasi yang
diinginkan.
Keterlibatan perencana (planner) dimana planner perlu melakukan tes/simulasi
terhadap solusi-solusi yang ditawarkan sebelum solusi tersebut diadopsi sebagai suatu
rencana yang diputuskan. Tuntutan tersebut sebagaimana yang dijabarkan, dapat berbentuk
verbal, fisik ataupun matematis. Dengan perkembangan teknologi terutama kemampuan
komputasi di era modern ini, maka mekanisme simulasi khususnya untuk kebutuhan bidang
perencanaan wilayah dan kota dapat ditemukan dalam beberapa software yang tersedia,
termasuk salah satunya adalah LanduseSim yang fokus pada mengakomodasi kebutuhan
dan memiliki kemampuan untuk melakukan simulasi spasial penggunaan lahan. Bara TD
(1989) menyatakan,

“The planner then formulates a set of alternative courses of action in order to solve the
problem. The planner will also have theory about the way in which reality is structured, and
about how it will react to the changes being considered. Planners will then test their proposed
solutions, and in order to do so, they will simulate them with a model derived from the theory.
The model can be expressed in a variety of forms, such as verbal, physical or mathematical.
Simulation will produce as a result the probable effects of each alternative course of action‖

Dalam pernyataan tersebut, Bara TD (1989) menjelaskan juga bahwa dalam


mekanisme perencanaan, perencana perlu suatu model untuk simulasi dari suatu set
alternatif perencanaan. Selain itu ditambahkan pula bahwa mekanisme perencanaan
memerlukan proses yang merupakan siklus terus menerus sebagaimana digambarkan pada
Gambar 2.

Gambar 2. “The Planning System”


Sumber : Bara TD (1989). Integrated Land use and transport Modelling, Social Sciences and
Planning. 10-11.

Dengan adanya mekanisme simulasi pada proses perencanaan (Gambar 2), maka
diharapkan proses penyusunan rencana tersebut mampu menggambarkan kemungkinan-
kemungkinan perubahan ataupun dampak yang akan timbul di masa depan dari tiap
alternatif rencana spasial yang diusulkan dalam rencana tata ruang.

D. LanduseSim dalam meningkatkan keterlibatan ahli SIG dan perencana dalam


proses perencanaan wilayah dan kota
Seringkali dalam perencanaan wilayah dan kota, para ahli SIG diposisikan pada
penyedia data spasial yang sifatnya lebih kepada penyusunan data spasial baik berasal dari
survey primer maupun survey sekunder. Selain itu para ahli SIG yang memiliki latar
belakang perencana wilayah dan kota, terbentur pada ketersediaan tools/aplikasi yang dapat
digunakan untuk masuk lebih dalam diranah planning dalam proses penyusunan dokumen
rencana tata ruang. Batasan-batasan tersebut menjadikan perencana cenderung melalaikan
fungsi-fungsi utama dalam proses penyusunan rencana tata ruang, yaitu membuat skenario
perencanaan spasial, mensimulasikan skenario untuk memilih skenario yang terbaik,
sebagaimana telah dijabarkan dalam FAO (1993) terdapat 10 tahapan dalam menyusun
rencana penggunaan lahan, salah satunya adalah menghasilkan skenario, dan melakukan
pemilihan skenario yang terbaik sebelum menetapkan suatu rencana.

Gambar 3. Level kompetensi yang diharapkan dari perencana

Dalam kasus tersebut (Gambar 3) LanduseSim dapat berperan untuk meningkatkan


tingkat partisipasi ahli SIG dan juga perencana untuk berkolaborasi dalam ranah
perencanaan sebenarnya, yaitu antara lain;
 Membuat skenario spasial
Perencana dapat bereksperimen dengan melakukan serangkaian uji coba dengan
satu atau lebih skenario perencanaan yang akan diusulkan pada suatu dokumen tata
ruang, termasuk juga membuat skenario kebijakan dimana skenario tersebut
mengadopsi pembangunan infrastruktur yang sedang berjalan dan/atau yang akan
direalisasikan. LanduseSim dalam hal ini mampu mengakomodasi skenario-skenario
yang dibuat oleh perencana yang kemudian akan disimulasikan.
 Mensimulasikan skenario yang diusulkan
Dengan LanduseSim maka perencana mampu mensimulasikan perubahan spasial
terutama dinamika pola ruang atau perubahan pola pemanfaatan lahan di suatu
wilayah dengan mengacu pada pertimbangan skenario yang diusulkan. Perencana
akan mampu untuk memprediksi bagaimana apabila suatu skenario perencanaan
spasial diterapkan dan melihat perubahan di masa yang akan datang.
 Perencana dapat bertindak sebagai fasilitastor dalam mekanisme perencanaan
Dengan usulan skenario perencanaan, yang kemudian disimulasikan dengan
LanduseSim untuk melihat efek perubahan land use dari skenario perencanaan,
maka perencana dapat berlaku sebagai fasilitator yaitu menunjukkan hasil simulasi
kepada stakeholder yang terlibat, sehingga stakeholder memahami dan dapat
mengambil kesimpulan dari opsi-opsi yang ditawarkan perencana. Dalam hal ini,
stakeholder juga mendapat pendidikan tentang perencanaan wilayah dan kota.
 Memonitor dan mendapat informasi time-series terhadap perubahan spasial akibat
direalisasikannya suatu skenario perencanaan
LanduseSim juga dapat digunakan untuk melakukan observasi perubahan lahan dan
menghasilkan prediksi secara series untuk mengamati dan mengantisipasi
perubahan-perubahan yang akan terjadi apabila suatu skenario perencanaan
direalisasikan.

E. LanduseSim mampu mengakomodasi pendekatan Top-Down dan Bottom-Up dalam


perencanaan spasial
Terdapat dua pendekatan utama perencanaan spasial ditinjau dari proses
keterlibatannya, yaitu top-down dan bottom-up.
 LanduseSim mengakomodasi pendekatan Top-Down
Simulasi perubahan penggunaan lahan dalam konteks perencanaan spasial, harus
dapat menerjemahkan rencana-rencana pada hirarki yang lebih tinggi untuk tetap
diikuti. Sebagai contoh, simulasi perubahan pemanfaatan lahan dapat mengikuti
zoning ruang terbuka hijau, dimana zonasi tersebut tidak dapat berubah/dikonversi
menjadi lahan terbangun. Selain itu dapat juga mengadopsi rencana-rencana
pembangunan infrastruktur yang sudah ditetapkan pada suatu perencanaan
pembangunan.
 LanduseSim mengakomodasi pendekatan Bottom-Up
Pada proses perencanaan, masukan yang diberikan oleh stakeholder (pemerintah,
swasta, ataupun masyarakat) dapat diakomodasi sebagai alternatif-alternatif skenario
yang kemudian dapat disimulasikan. Masukan dapat berupa rencana spasial,
konservasi area, target pertumbuhan. Dengan hal ini maka alternatif tersebut dapat
dibandingkan dengan pendekatan top-down yang telah dihasilkan.
 LanduseSim mengakomodasi pendekatan Top-Down dan Bottom-Up
Proses simulasi ini memerlukan gabungan antara pendekatan Top-down (kebijakan)
dan partisipasi stakeholder (Bottom-Up). Gabungan kedua pendekatan tersebut juga
dapat dijadikan sebagai skenario kombinasi yang kemudian dapat disimulasikan
untuk melihat prediksi perubahan komposisi unit pemanfaatan lahan di suatu wilayah
perencanaan.
F. LanduseSim mampu melakukan simulasi spasial secara runtut baik trend maupun
skenario
LanduseSim dapat memberikan hasil prediksi/peramalan secara runtut dilengkapi
dengan pola perkembangan yang terjadi, sehingga pengguna dapat melakukan pengamatan
secara rinci terkait dinamika yang akan terjadi. Dengan mengetahui dinamika masa depan
yang lebih detail, maka diharapkan tindakan perencanaan spasial yang berorientasi masa
depan dapat lebih sesuai. Hal ini juga akan menjelaskan bagaimana suatu lahan berubah,
misal semula adalah sawah, dan 20 tahun adalah menjadi industri, bisa jadi selama proses
simulasi berlangsung, lahan sawah tersebut berubah tidak langsung menjadi industri
melainkan mengalami beberapa transisi perubahan; sawah  lahan kering  pemukiman 
industri.
Dalam kasus penyusunan rencana tata ruang dimana periode perencanaan pada
umumnya adalah 20 tahun, dengan menggunakan LanduseSim memungkinkan perencana
untuk mendapatkan peta prediksi tahun secara runtut mulai tahun 2010, 2011, 2012, 2013
hingga tahun 2030.
Selain itu ketika aplikasi lain cenderung melakukan peramalan berbasis trend,
LanduseSim dapat sangat fleksibel untuk melakukan prediksi trend maupun target
(perencanaan). Sebagai contoh prediksi hingga 50 tahun kedepan suatu desa, yang semula
tidak pernah memiliki lahan industri dalam sejarahnya, LanduseSim dapat mensimulasikan
akan tumbuh lahan industri di wilayah tersebut (ketika diinginkan oleh perencana), dimana
aplikasi sejenis tidak dapat mengakomodasi kebutuhan tersebut. Berikut adalah 2 contoh
simulasi dengan menggunakan satu penggunaan lahan dan multi penggunaan lahan
(termasuk melibatkan land use baru).

Kasus 1 : Perkembangan Permukiman dengan batasan areal hutan

Landuse Eksisting (2006) Disimulasikan Landuse baru Penghambat :


-

Tahun 2006 Tahun 2007 (sim) Tahun 2008 (sim) Tahun 2009 (sim)

Simulasi perkembangan
permukiman (6) yang
diasumsikan tidak dapat
mengkonversi areal hutan
(2)

Tahun 2010 (sim) Tahun 2011 (sim) Tahun 2012 (sim)

Gambar 4 . Simulasi perkembangan single-landuse dengan LanduseSim


Kasus 2 : Perkembangan Permukiman disertai Real-estate (penggunaan lahan baru) dengan
batasan areal pertanian dan hutan

Landuse Eksisting (2006) Disimulasikan Landuse baru Penghambat :

Tahun 2006 (eks) Tahun 2007 (sim) Tahun 2008 (sim) Tahun 2009 (sim)

Pada kasus ini


disimulasikan
perkembangan permukiman
(6) dan realestate (11),
dimana keduanya
diasumsikan tidak dapat
mengkonversi lahan hutan
(2) dan pertanian (10)
Tahun 2010 (sim) Tahun 2011 (sim) Tahun 2012 (sim)

Gambar 5. Simulasi perkembangan multi-landuse dengan LanduseSim

Selain penggunaan single dan multi-landuse simulasi yang dapat diterapkan


menggunakan LanduseSim, berikut juga disajikan 2 contoh hasil implementasi aplikasi
LanduseSim mensimulasi perubahan penggunaan lahan bersifat trend maupun
mensimulasikan skenario perencanaan. Pada contoh pertama, LanduseSim
diimplementasikan untuk melakukan prediksi penggunaan lahan dengan mempertimbangkan
kompleksitas lain yaitu banjir rob di wilayah Surabaya Utara.

LANDUSE 2006 + PENDORONG + PENGHAMBAT = HASIL SIMULASI


• Pusat Pertumbuhan
• Jaringan Jalan
• Area Industri
• Pergudangan/Terminal
Kargo
• Pelabuhan Banjir Rob Simulasi 2012
• Terminal
• Permukiman
• Sawah
• Kolam Ikan/Tambak KOMPARASI


Sungai
Garis Pantai
AKURASI

AKURASI =

89,1%
Eksisting 2012

Gambar 6.. Pemodelan dan Simulasi perubahan landuse di pantai utara teluk lamong Surabaya.
Sumber : Nugroho (2013)

Pada kasus tersebut diatas mencoba mensimuasikan perubahan landuse dengan


LanduseSim versi 1.0 dengan melalui mekanisme cek keakuratan model. Pada penelitian
tersebut mencoba mensimulasikan dinamika dua belas (12) landuse, dimana tujuh (7) land
use yang diestimasikan berkembang sedangkan sisanya cenderung berkurang dan statis
(tetap). Adapun hasil yang diperoleh dari mekanisme pemodelan tersebut memiliki tingkat
akurasi sebesar 89,1 %, sedangkan ujicoba terbaru menggunakan LanduseSim versi 2.0
dengan beberapa peningkatan algoritma dan kustomisasi menghasilkan tingkat akurasi yang
lebih baik yaitu 92,3 %. Dengan beberapa catatan ini membuktikan bahwa LanduseSim
dapat digunakan untuk peramalan penggunaan lahan.
Pada kasus kedua adalah mengimplementasikan LanduseSim pada kasus
perencanaan.

Pola Ruang Eksisting Rencana yang diakomodasi

Waterfront Development
Pel. Teluk
Lamong

CBD

Tol Gate

2014

DryPort
RTH dan Bozem

Skenario-1 Skenario-2 Skenario-3 Skenario-4

Y 2034 Y 2034 Y 2034 Y 2034

Gambar 7. Simulasi berbasis skenario perencanaan menggunakan LanduseSim dalam


penyusunan Rencana Rinci Kawasan Teluk Lamong.

Pada gambar (Gambar 7) menunjukkan bahwa LanduseSim dapat digunakan untuk


mensimulasikan skenario perencanaan spasial. Pada kasus tersebut rencana dijabarkan
menjadi 4 skenario dengan target prediksi adalah tahun 2034 yang disimulasikan sejak
tahun 2014. Dengan kemampuan ini maka LanduseSim dapat memberikan ilustrasi dampak
suatu skenario perencanaan yang diputuskan terhadap perubahan komposisi penggunaan
lahan di suatu wilayah.

KESIMPULAN

LanduseSim dapat digunakan oleh para perencana wilayah, perencana kota, ahli
geografi, ahli lingkungan maupun peneliti spasial lainnya sebagai aplikasi simulasi berbasis
grid yang dapat digunakan untuk kepentingan perencanaan spasial. Di bidang perencanaan
tata ruang, LanduseSim sangat sesuai diterapkan pada skala medium hingga makro, seperti
penyusunan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR), Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),
Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K), ataupun studi/kajian
yang melibatkan penggunaan lahan seperti perencanaan sistem transportasi, studi real-
estate, kajian Amdal, penyusunan KLHS (Kajian Lingkungan Hidup Strategis), rencana
pengembangan hutan, rencana pertanian dan masih banyak lainnya. Algoritma LanduseSim
yang mengadopsi teknik Cellular Automata sangat sesuai dan memiliki tingkat akurasi tinggi
untuk diterapkan pada kasus prediksi/peramalan perubahan penggunaan lahan (land use
change). Untuk perencanaan, LanduseSim juga dapat digunakan untuk mengembangkan
skenario perencanaan termasuk juga melakukan simulasi dari tiap skenario yang diusulkan.
Kebutuhan akan simulasi seperti ini dapat digunakan untuk dilanjutkan melakukan penilaian
skenario untuk memilih skenario perencanaan terbaik. Selain itu LanduseSim memudahkan
para peneliti spasial dalam berkeksplorasi dan bereksperimen untuk mengembangkan
pendekatan-pendekatan perencanaan spasial yang membutuhkan mekanisme simulasi
dengan keterlibatan data-data spasial SIG.

REFERENSI

Ahmed B. (2010). Land cover change prediction of Dhaka City: A Markov Cellular Automata
Approach, Bangladesh, India
FAO (1993). Guidelines for Land-Use Planning. Food and Agriculture Organization (FAO)
Development Series 1. ISSN 1020-0819.
Bara T.D. (1989). Integrated Land use and transport Modelling – Decisions chains and hierarchies.
Cambridge University Press.
Hall P. (2002). Urban and Regional Planning Fourth Edition. Routledge
Liu Y. (2009). Modeling Urban Development with Geographic Information Systems and Cellular
Automata. CRC Press
Marshal, N. and Lawe, S. (1994). Land use allocation modeling in uni-centric and multi-centric regions.
Paper presented at the 1994 TRB National Conference
Nugroho, A.A. (2013). Model Perubahan Landuse akibat kenaikan muka air laut dan pasang
maksimum di pantai utara teluk lamong (PUTL) bagian surabaya. Master Tesis Teknik
Manajemen Pantai ITS. Indonesia
Pratomoatmojo, N.A. (2012). Land use change modelling under tidal flood scenario by means of
markov-cellular automata in Pekalongan municipal. M.Sc. Thesis UGM. Indonesia
Samat N. (2009). Integrating GIS and CA-Markov model in evaluating urban spatial growth.
Malaysian Journal of Environmental Management 10(1).
Song, Y., Gong J., Niuc, L., Li, Y., Jiang, Y., Zhang, W., Cui T. (2013). A grid-based spatial data model
for the simulation and analysis of individual behaviours in micro-spatial environments. Simulation
Modelling Practice and Theory. Volume 38, November 2013, 58–68. DOI:
10.1016/j.simpat.2013.07.002
Sun Z (2003). Simulating Urban Growth Using Cellular Automata, A case study in Zhongshan
City, China
Wolfram, S (2002). A New Kind of Science.Wolfram Media Inc. ISBN-10:
1579550088.
Yin C, Yu D, Zhang H, You S, Chen G. (2008) Simulation of urban growth using a cellular automata-
based model in a developing nation‘s region. Proc. of SPIE Vol. 7143
ISBN : 978-602-71612-0-7

Vous aimerez peut-être aussi