Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PASIEN HEMODIALISA
1. Ginjal Buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh, bila fungsi
kedua ginjal sudah tidak memadai lagi (Gagal Ginjal Terminal / GGT)
a. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
b. Mengeluarkan racun-racun atau toksin yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal
Kronik (GGK)
Sedangkan fungsi hormaonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal
buatan. Dengan demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari
ginjal alami yang normal.
Macam-macam gagal ginjal buatan :
a. Paraller-Plate Diyalizer
Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi, karena darah dalam
ginjal ini sangat banyak sekitar 1000 cc, disamping cara menyiapkannya sangat sulit
dan membutuhkan waktu yang lama.
b. Coil Dialyzer
Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang dipakai karena volume
darah dalam ginjal buatan ini banyak sekitar 300 cc, sehingga bila terjadi kebocoran
pada ginjal buatan darah yang terbuang banyak. Ginjal ini juga memerlukan mesin
khusus, cara menyiapkannya juga memerlukan waktu yang lama.
c. Hollow Fibre Dialyzer
Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume darah dalam ginjal buatan
sangat sedikit sekitar 60-80 cc, disamping cara menyiapkannya mudah dan cepat.
2. Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya mempunyai
tekanan osmotik yang sama dengan darah
Fungsi Dialisat pada dialisit:
a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa metabolisme
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa
Table perbandingan darah dan dialisat :
Darah Dialisat
1. Natrium/sodium 136mEq/L 1. Natrium/sodium 134mEq/L
2. Kalium/potassium 4,6mEq/L 2. Kalium/potassium 2,6mEq/L
3. Kalium 4,5mEq/L 3. Kalium 2,5mEq/L
4. Chloride 106mEq/L 4. Chloride 104mEq/L
5. Magnesium 1,6mEq/L 5. Magnesium 1,5mEq/L
4. Akses Darah
Hemodialisme akan efektif jika dialisme dilakukan sekitar 2-6 jam/minggu pada
pasien baru, sedangkan pada pasien yang sudah stabil dan menjalani kronik
hemodialisa sekitar 6 – 18 jam /minggu.
Untuk mendapatkan aliran darah yang besar ( sekitar 200 -300 cc/menit) selama 2-5
jam sangatlah sulit. Biasannya pada pasien akut kita lakukan pada vena vemoralis,
sehingga dapat diperoleh aliran darah yang besar.
Pada Penderita GGT dengan program HD berkala yaitu 2 -3 kali/minggu harus
disiapkan penyambungan pembuluha darah arteri dan vena.
5. Antikoagulan
Selama hemodialisa berlangsung diperlukan antikoagulan agar tidak terjadi
pembekuan darah, yang biasanya digunakan heparin. Pemakaian heparin ini dikenal
dengan heparinisasi.
Macam heparinisasi :
a. Heparinisasi sistemik
Digunakan pada hemodialisa kronik yang stabil. Bolus heparin 1000 – 5000 unit tiap
jam. Pada jam terakhir tidak diberikan lagi.
b. Heparinisasi regional
sedang haid) bolus heparin tetap diberiak sebanyak 1000 – 5000 unit, selanjutnya
diinfuskan sebelum ginjal buatan dan protamine sulfat sesudah ginjal buatan,
sebelum darah masuk kedalam tubuh penderita. Jadi heparin diberikan pada
sirkulasi ekstrakorporeal saja.
c. Heparinisasi minimal
Diberikan hanya 500 unit saja pada awal tusukan karena penderita cenderung
berdarah selanjutnya tidak diberikan lagi.
6. Tekhnik hemodialisa
Sebelum berbicara tentang tekhnik hemodialisa terlebih dahulu menjelaskan
beberapa istilah :
a. Sirkulasi ekstrakorporeal
Sirkulasi diluar tubuh selama terjadi hemodialisa.
b. Sirkulasi sistemik
Sirkulasi dalam tubuh
c. Selaput semipermiabel
Selaput yang sangat tipis mempunyai pori-pori halus, hanya dapat dilihat dengan
mikroskop.
e. Blood Lines
Selang darah yang mengalirkan darah dari tubuh penderita ke dyalizer disebut
arteria blood lines/inlet, sedangkan selang yang mengalirkan darah dari dyalizer ke
tubuh penderita disebut venous blood line/outlet.
Persiapan Penderita :
Indikasi hemodialisa
a. Segera/ indikasi mutlak : over hidrasi atau edema paru, hiperkalemi, aliguri berat
atau anuria, asidosis, hipertensi maligma.
b. Dini/ profilaksi : gejala uromia (mual muntah) perubahan mental, penyakit tulang,
gangguan pertumbuhan dan seks, perubahan kualitas hidup.
Bila penderita baru yang dating di ruang HD, sebelum kita melakukan HD terlebih
dahulu periksa kembali hasil-hasil pemeriksaan yang penting (Hb, hematokrit,
ureum, kreatinin, dan HbsAg), hal ini perlu untuk menentukan tindak lanjut sperlu
untuk menentukan tindak lanjut suatu HD.
Langkah-langkah HD
a. Timbang dan catat BB
b. Ukur dan catat tekanan darah (dapat digunakan untuk menginterpretasikan
kelebihan cairan)
c. Tentukan akses darah yang akan ditusuk
d. Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan betadine 10% lalu alcohol 70%
kemudian ditutup pakai duk steril
e. Sediakan alat-alat yang steril didalam bak spuit kecil :spuit 2,5 cc sebanyak 1, spuit
1 cc 1 buah, mangkok kecil berisi saline 0,9% dan kasa steril
f. Sediakan obat-obatan yang perlu yaitu lidonestdan heparin
g. Pakai masker dan sarung tangan steril
h. Lakukan anestesi local didaerah akses darah yang akan ditusuk
i. Tusuk dengan AV fistula lalu berikan heparin sebanyak 2000 unit pada inlet
sedangkan outlet sebanyak 1000 unit
j. Siap sambungkan ke sirkulasi tertutup yang telah disediakan
k. Aliran darah permulaan sampai 7 menit 75 ml/menitkemudian dinaikkan perlahan
sampai 200 ml/menit
l. Temtukan TMP sesuai dengan kenaikkan berat badan
m. Segera ukur kemabali tekanan darah, nadi, pernapasan, akses darah yang
digunakan dicatat dalam status yang telah tersedia.
b. Data Biologis
1. Makan/ minum
Biasanya terjadi penurunan nafsu makan sehubungan dengan keluhan mual muntah
akibat peningkatab ureum dalam darah.
2. Eliminasi
Biasanya terjadi ganggutian pengeluaran urine seperti oliguri, anuria, disuria, dan
sebagainya akibat kegagalan ginjal melakukan fungsi filtrasi, reabsorsi dan sekresi.
3. Aktivitas
Pasien mengalami kelemahan otot, kehilangan tonus dan penurunan gerak sebagai
akibat dari penimbunan ureum dan zat-zat toksik lainnya dalam jaringan.
4. Istrahat/ tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan pola istrahat tidur akibat keluhan-keluhan
sehubungan dengan peningkatan ureum dan zat-zat toksik seperti mual, muntah,
sakit kepala, kram otot dan sebagainya.
c. Pemeriksaan fisak
n umum : lemah dan penurunan tingkat kesadaran akibat terjadinya uremia
n : biasanya terjadi hipertensi akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sistim
rennin
: Biasanya meningkat akibat oedema
1. Inspeksi
- Tingkat kesadaran pasien biasanya menurun
- Biasanya timbul pruritus akibat penimbunan zat-zat toksik pada kulit
- Oedema pada tangki, acites, sebagai akibat retensi cairan dan natrium
2. Auskultasi
Perlu dilakukan untuk mengetahui edema pulmonary akibat penumpukan cairan
dirongga pleura dan kemungkinan gangguan jantung (perikarditis) akibat iritasi pada
lapisan pericardial oleh toksik uremik serta pada tingkat yang lebih tinggi dapat
terjadi gagal jantung kongestif.
3. Palpasi
Untuk memastikan oedema pada tungkai dan acietas.
4. Perkusi
Untuk memastikan hasil auskultasi apakah terjadi oedema pulmonar yang apabila
terjadi oedema pulmonary maka akan terdengar redup pada perkusi.
d. Data psikologis
Pasien biasanya mengalami kecemasan akibat perubahan body image, perubahan
peran baik dikeluarga maupun dimasyarakat. Pasien juga biasanya merasa sudah
tidak berharga lagi karena perubahan peran dan ketergantungan pada orang lain.
b. Data Penunjang
1. Rontgen foto dan USG yang akan memperlihatkan ginjal yang kecil dan atropik
2. Laboratorium :
- BUN dan kreatinin, terjadi peningkatan ureum dan kreatinin dalam darah.
- Elektrolit dalam darah : terjadi peningkatan kadar kalium dan penurunan kalium.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
DX I : Kelebihan volume cairan berhubungan darah penurunan haluaran urin, diet
berlebihan dan retensi urine.
Intervensi Keperawatan :
- Kaji status pasien
a. Timbang berat badan harian
b. Keseimbangan masukan dan haluaran
c. Turgor kulit dan adanya oedema
d. Tekanan darah, denyut nadi dan irama nadi
- Batasi masukan cairan
- Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat pembatasan cairan
Rasionalisasi :
- Pengkajian meruapakan dasar dan data dasar berkelanjutan untuk memantau
perubahan dan mengevaluasi intervensi
- Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal, haluaran urin dan respon
terhadap terapi
- Sumber kelebihan cairan yang tidak diketahui dapat diidentifikasi
- Pemahaman meningkatkan kerja sama pasien dan keluarga dalam pembatasan
cairan.
Kriteria Evaluasi
- Menunjukkan perubahan berat badan yang lambat
- Mempertahankan pembatasan diet dan cairaan
- Menunjukkan turgor kulit normal tampa oedema
- Melaporkan adanya kemudahan dalam bernapas atau tidak terjadi napas pendek.
DX II : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual,
muntah, pembatasan diet dan perubahan membram mukosa mulut.
Intervensi Keperawatan :
- Kaji faktor berperan dalam merubah masukan nutrisi
a. Anoreksia, mual muntah
b. Diet yang tidak menyenangkan bagi pasien
c. Depresi
d. Kurang memahami pembatasan diet
e. Stomatis
- Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas diet
- Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis, tinggi, telur, produk
susu, daging.
Rasionalisasi :
- Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat diuabah atau dihilangkan
untuk meningkatkan masukan diet.
- Mendorong peningkatan masukan diet.
- Protein lengkap diberikan untuk mencapai keseimbangan nitrogen yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan penyembuhan.
Kriteria Evaluasi :
- Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam batasi diet.
- Menunjukkan tidak adanya penambahan atau penurunan berat badan yang cepat
- Menunjukkan turgor kulit yang normal tampa oedema, kadar albumin plasma dapat
diterima.
Rasionalisasi :
Pasien dapat melihat bahwa kehidupannya tidak harus berubah akibat penyakitnya.
Kriteria Evaluasi :
- Menyatakan rencana untuk melanjutkan kehidupan normalnya sedapat mungkin.
- Menggunakan informasi dan instruksi tertulis.
DIAGRAM CARA KERJA DIALISA
DIALISIS PERITONEAL
A. Dialisis peritoneal adalah salah satu bentuk dialisis untuk membantu penenganan
pasien GGA (gagal ginjal akut )maupun GGK (gagal ginjal kronik), menggunakan
membran peritoneum yang bersifat semipermiabel. Melalui membran tersebut darah
dapat difiltrasi . keuntungan dialisis peritoneal (DP) bila dibandingkan dengan
hemodialasis ,secara teknik lebih sederhana , cukup aman serta cukup efisien dan
tidak memerlukan fasilitas khusus , sehingga dapat di lakukan di pati kedudukan
cukup penting untuk menengani kasus –kasus tertentu dalam rumah sakit besar dan
modern.
b. Komplikasi metabolik
Gangguan keseimbanganp cairan ,elektrolik dan asam basa .
Gannguan metabolism karbohidrat perlu diperhatikan terutama pada penyandang DM
berupa hiperglikemia post dialisis.
Kehilangan protein yang terbuang lewat cairan dialisat
Sindrom disequilibrium.