Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
pendapat anda, dan berikan dan jelaskan contoh yang anda ketahui
sekarang ini.
Saat ini, Internet telah membuka jalan kemudahan bagi komunikasi dan koordinasi
yang cepat dan efektif antara unit-unit dan operasi global. Teknologi ini juga memfasilitasi
relasi bisnis-ke-bisnis (B2B). Banyak perusahaan sekarang yang berlomba untuk bergabung
dengan revolusi e-commerce.
Para pelaku bisnis di Indonesia saat ini telah merasakan ketergantungan mereka
semakin meningkat terhadapat teknologi informasi dan komunikasi, dan tidak lama lagi
teknologi yang lebih spesifik yaitu aplikasi internet akan mendominasi praktek bisnis.
Meskipun demikian, tidak sedikit perusahaan yang masih mencari bentuk teknologi yang
tepat dan sesuai dengan kebutuhannya.
Yang perlu menjadi catatan penting adalah bahwa IT Master Plan merupakan turunan
dari Business Plan perusahaan. Teknologi informasi diimplementasikan sebagai tool untuk
membantu perusahaan dalam mencapai visi dan misinya. Karena itu, tanpa ada visi dan misi
yang jelas dari perusahaan, IT Master Plan juga tidak bisa dibangun.
Karena IT Master Plan harus mengacu pada Business Plan perusahaan, maka
langkah pertama yang harus dilakukan adalah memahami visi-misi perusahaan, target dan
tujuan yang akan dicapai perusahaan dalam kurun waktu tertentu. Dari situ kita bisa
melakukan breakdown secara lebih detil kebutuhan informasi bisnis seperti apa yang
dibutuhkan.
Kebutuhan informasi itu misalnya: "Informasi real time tentang kondisi keuangan,
profil pelanggan, efektifitas marketing channel, produktifitas setiap pekerja, produktifitas
mesin, inventory, profitabilitas setiap produk", dan berbagai informasi spesifik lain yang
disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perusahaan.
Dari berbagai kebutuhan informasi bisnis inilah yang kemudian diterjemahkan
menjadi kebutuhan sistem dan teknologi seperti apa yang harus diimplementasikan
perusahaan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Biasanya, kebutuhan sistem dan teknologi
informasi ini pada saat implementasi diterjemahkan secara teknis menjadi kebutuhan aplikasi
perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) .
Bagian akhir dari IT Master Plan adalah apa yang disebut sebagai manajemen
proyek yang harus diimplementasikan perusahaan. Pada bagian ini dipetakan proyek IT apa
yang menjadi skala prioritas perusahaan dibandingkan dengan proyek yang lain. Manajemen
proyek juga mengatur kalender impelementasi setiap proyek hingga kurun waktu tertentu,
misalnya dalam tiga hingga lima tahun ke depan. Hal ini akan sangat berguna bagi
perusahaan dalam mengatur sumber daya mulai dari keuangan, SDM, dan berbagai sumber
daya lain yang terkait.
Cara yang paling ampuh untuk melihat sejauh mana sebuah perusahaan telah
memiliki kinerja pemanfaatan sumber daya yang optimal adalah dengan melakukan proses
“IT Audit” atau yang oleh beberapa praktisi disebut sebagai “Information Technology
Effectiveness Review”. Melalui aktivitas audit ini perusahaan tidak saja dapat secara jelas
dan detail mengetahui tingkat optimalisasi pemakaian sumber daya teknologi informasi yang
dimilikinya, namun di sisi lain dapat pula memperoleh informasi mengenai aspek-aspek
penting lainnya, seperti: profil resiko bisnis yang dihadapi, tingkat efektivitas penggunaan
teknologi informasi, gambaran kesepadanan manfaat dengan biaya yang harus dikeluarkan
untuk membangun aplikasi, dan lain sebagainya.
Pendekatan lain yang kerap dipergunakan pula untuk menilai tingkat optimalisasi
penerapan teknologi informasi adalah dengan menggunakan konsep “Capability Maturity
Model” yang pada mulanya diperkenalkan oleh Software Engineering Institute (Carnegie-
Mellon University) dan kemudian dikembangkan oleh Information Technology Governance
Institute dalam metode COBIT-nya (Common OBjectives for Information and related
Technology), dimana tingkat kematangan manajemen sistem dan teknologi informasi dapat
dibagi menjadi 6 (enam) level, yaitu masing-masing:
Dengan menggunakan “tools” yang telah disediakan COBIT (dimana harus dilakukan
analisa terhadap 34 proses manajemen teknologi informasi), setiap perusahaan dapat
melakukan kajian terhadap tingkat kematangan manajemen teknologi informasinya. Tentu
saja semakin optimal perusahaan dalam mengelola sumber daya teknologi informasinya,
akan semakin tinggi nilai akhir tingkat kematangan yang diperoleh. COBIT juga memberikan
sejumlah panduan bagi perusahaan yang berniat untuk meningkatkan tingkat
kematangannya, agar yang bersangkutan dapat memperbaiki tingkat optimalisasi yang ada
tanpa mengesampingkan pencapaian manfaat bisnis yang dicanangkan.
Pada beberapa kasus, IT Master Plan memang biasanya mengalami revisi sesuai
dengan dinamika bisnis dan kebutuhan perusahaan. Tetapi tentu saja, implementasi IT yang
kadang bisa jadi sangat mahal akan lebih mudah dikelola resikonya dan dikontrol jika
perusahaan mempunyai IT Master Plan yang baik.
Berbagai literatur menunjukkan setidaknya ada tiga jenis kesalahan (error) yang
berkaitan dengan TI ini. Pertama, kesalahan teknis (technical error) yang berkaitan dengan
kualitas teknis yang rendah. Kedua, kesalahan fungsional (functionality error) yang berkaitan
dengan ketidaksesuaian antara fungsi teknologi dengan kebutuhan perusahaan atau
organisasi. Ketiga, kesalahan manusia (human error) yang secara garis besar berkaitan
dengan kemampuan (skill) dan kemauan (motivation) karyawan untuk menggunakan
teknologi tersebut.
Ketiga jenis kesalahan ini sudah harus dipikirkan sejak awal proyek implementasi
tersebut dimulai. Tulisan ini akan memberikan perhatian khusus pada kesalahan ketiga, yaitu
human error, yang terkait dengan kemampuan melakukan manajemen perubahan sejalan
dengan implementasi TI dalam perusahaan.
Dengan adanya perencanaan yang jelas, diharapkan perusahaan bisa mengelola resiko
tersebut dengan baik sejak awal.
Jika kita sepakat bahwa implementasi TI dalam perusahaan atau organisasi merupakan
suatu bentuk perubahan, dan tunduk pada hukum-hukum manajemen perubahan, maka hal
akan berimplikasi pada kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang manajer proyek TI.
Untuk membantu tugasnya, biasanya ditunjuk seseorang dengan jabatan khusus yang
bertanggung jawab terhadap proses perencanaan dan pengembangan sistem dan teknologi
informasi di perusahaan. Tugas utama yang bersangkutan ini adalah untuk menjamin
lancarnya implementasi teknologi informasi (TI), sehingga dapat memberikan kontribusi
signifikan bagi operasional dan perkembangan bisnis sehari-hari. Tinggi rendahnya posisi
orang ini sangat ditentukan oleh posisi dan peranan TI bagi perusahaan. Semakin kritikal
fungsi TI, biasanya semakin tinggi pula jabatan penanggung jawabnya di dalam organisasi.
Jabatan tertinggi adalah pada level Direktur (anggota Direksi) atau Chief Information Officer
(CIO).
Suatu kali seorang praktisi manajemen mengatakan bahwa seorang CIO yang baik akan
dapat “memanusiakan” karyawannya dengan cara memanfaatkan TI untuk membantunya
melaksanakan aktivitas pekerjaan sehari-hari.
Pimpinan perusahaan ini harus dapat menjadi “lokomotif” yang dapat merubah paradigma
pemikiran (mindset) terhadap orang-orang di dalam organisasi yang belum mengetahui
manfaat strategis dari teknologi informasi bagi bisnis perusahaan.
Disamping itu, yang bersangkutan harus memiliki rencana strategis atau roadmap yang jelas
terhadap pengembangan teknologi informasi di perusahaannya dan secara konsisten dan
kontinyu disosialisasikan ke seluruh jajaran manajemen dan stafnya. Hal-hal semacam
business plan, kebijakan (policy), masterplan, cetak biru, dan lain sebagainya dapat dijadikan
sebagai alat untuk membantu manajemen dalam usahanya untuk mengembangkan TI secara
holistik, efektif, dan efisien.
Hakekat penerapan sebuah aplikasi teknologi informasi adalah untuk memberikan nilai
tambah bagi organisasi yang menerapkannya, dimana dalam perusahaan komersial prinsip
ini disebut sebagai business value of information technology. Dalam implementasinya,
besarnya manfaat tersebut memang harus sepadan dengan tingginya biaya yang perlu
dialokasikan untuk membangun aplikasi tersebut. Oleh karena itulah maka setiap inisiatif
penerapan aplikasi teknologi informasi di perusahaan selalu dimulai dengan melakukan
kajian biaya dan manfaat atau yang lebih dikenal sebagai cost and benefit analysis.
***