Vous êtes sur la page 1sur 29

MAKALAH TUGAS

RPL BATURAJA

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN ANSIETAS


(KECEMASAN)”

DI SUSUN OLEH:

DI SUSUN OLEH:

NELPI YUSNITA

NIP. 198408012014092002

PUSKESMAS PENINJAUAN KABUPATEN OKU

2017/2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha

Melihat dan atas segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah ini sesuai dengan waktu yang telah

direncanakan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada

baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya

yang selalu membantu perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka

bumi ini.

Dalam penulisan ini, tentunya banyak pihak yang telah memberikan

bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan

ucapan terimakasih yang tiada hingganya kepada rekan dan teman yang telah

membantu dalam penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,

maka saran dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi

penyempurnaan selanjutnya. Hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua

urusan dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya

bagi penulis dan para pembaca pada umumnya, semoga Allah meridhoi dan

dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.

Palembang, Agustus 2017

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang ..................................................................................1
1.2 Rumusan masalah .............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ..............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi ............................................................................................4
2.2 Etiologi .............................................................................................4
2.3 Klisifikasi Ansietas...........................................................................6
2.4 Manifestasi Klinis.............................................................................6
2.5 Patofisiologi ..................................................................................10
2.6 Penatalaksanaan..............................................................................10
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan keperawatan pada Gangguan Ansietas (Cemas) ...............13
3.1.1 Pengkajian ............................................................................13
3.1.2 Pengkajian psikologis ...........................................................18
3.1.3 Pengkajian sosial ..................................................................19
3.2 Diagnosa Keperawatan ...................................................................19
3.3 Perencanaan ....................................................................................19
BAB IV PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan.....................................................................................24
4.2 Saran ...............................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Globalisasi telah membuat perubahan diberbagai bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi. Persaingan kelompok dan individu semakin
ketat, dampak dari perubahan tersebut merupakan salah satu stressor bagi
individu, apabila seseorang tidak bisa bertahan dengan perubahan yang
terjadi. Hal tersebut akan dirasakan sebagai stressor yang berkepanjangan,
koping individu yang tidak efektif menjadikan seseorang mengalami
gangguan secara psikologis. Menurut Organisasi kesehatan dunia (WHO),
bahwa 10% dari populasi mengalami gangguan jiwa, hal ini didukung oleh
laporan dari hasil studi bank dunia dan hasil survei Badan Pusat Statistik
yang melaporkan bahwa penyakit yang merupakan akibat masalah
kesehatan jiwa mencapai 8,1% yang merupakan angka tertinggi
dibanding prosentase penyakit lain.
Data riset kesehatan dasar tahun 2007 menunjukkan bahwa gangguan
mental emosional (depresi dan kecemasan) di alami oleh sekitar 11,6%
populasi usia di atas 15 tahun sedangkan sekitar 0,48% populasi
mengalami gangguan jiwa berat atau psikosis (Depkes, 2012). Gangguan
ansietas lebih sering di alami oleh wanita individu berusia kurang dari 45
tahun, bercerai atau berpisah, dan individu yang berasal dari status sosial –
ekonomi rendah (Videbeck. 2008)
Gangguan kecemasan atau ansietas merupakan keadaan psikiatri yang
paling sering ditemukan di Amerika serikat dan di seluruh dunia .
Depression Association of The Anxiety and Amerika. (kaplan & sadock,
2012). Menuliskan bahwa gangguan kecemasan dan depresi di derita oleh
40 juta populasi orang dewas di amerika pada usia 18 tahun atau lebih
(18% dari populasi). Di prkirakan 20% dari populasi dunia menderita
kecemasan (Gail et all,2002).Dan sebanyak 47,7% remaja sering merasa
cemas (Hariyadi, 2007).

1
Prevalensi gangguan kecemasan menurut Control and center for
Disease prevantion pada tahun 2011 sebesar lebih dari 15%. National
Comorbidity study melaporkan bahwa satu dari empat orang memenuhi
kriteria untuk sedikitnya satu gangguan kecemasan dan terdapat anka
prevalensi 12 bulan per 17,7% (kaplan & Sadock, 2012).
Kecemasan merupakan gejala normal pada manusia dan disebut
patologis bila gejalanya menetap dalam jangka waktu tertentu dan
menggangu ketentraman individu . kecemasan sangat menggangu .
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, Azrul Azwar, mengatakan
bahwa satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa seperti
cemas, depresi, stres sampai skizofrenia (Yosep, 2009). Suatu studi yang
dilakukan di RSJ Daerah Propinsi Sumatra Selatan mengemukakan bahwa
terjadi peningkatan 10-15% kasus gangguan jiwa yang dirawat dari tahun
sebelumnya dimana pada tahun 2003 sebanyak 4.101 kasus dan pada
tahun.
Kecemasan adalah kondisi membingungkan yang muncul tanpa alasan
dari kejadian yang akan datang. Kecemasan akan muncul pada keluarga
yang salah satu anggota keluarganya sedang sakit. Bila salah satu anggota
keluarga sakit maka hal tersebut akan menyebabkan terjadinya krisis
keluarga. Kecemasan merupakan respon yang tepat terhadap suatu
ancaman, tetapi kecemasan dapat menjadi abnormal bila tingkatannya
tidak sesuai dengan proporsi ancaman (Nevid, et al 2005)

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari ansietas?
2. Apa etiologi dari ansietas?
3. Apa saja klasifikasi ansietas?
4. Apa manifestasi klinis dari ansietas?
5. Bagaimana patofisiologi ansietas?
6. Bagaimana penatalaksanaan ansietas?
7. Bagaimana konsep asuhan keperawatan pada klien ansietas?

2
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi dari ansietas
2. Untuk mengetahui etiologi ansietas
3. Untuk mengetahui klasifikasi dari ansietas
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari ansietas
5. Untuk mengetahui patofisiologi ansietas
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan
7. Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan ansietas

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Ansietas adalah suatu perasaan takut dengan gejala fisiologis,
sedangkan pada gangguan ansietas terkandung unsur penderitaan yang
bermakna dan gangguan fungsi yang di sebabkan oleh kecemasan tersebut
(Tomb. Dafit A 2003)
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini
tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas di alami secara subjektif dan
dikomunikasikan secaar interpersonal. (Stuart & Laraia 2005).
Ansietas merupakan satu keadaan yang ditandai oleh rasa khawatir
disertai dengan gejala somatik yang menandakan suatu kegiatan berlebihan
dari Susunan Saraf Autonomic (SSA). Ansietas merupakan gejala yang
umum tetapi non-spesifik yang sering merupakan satu fungsi emosi.
Sedangkan depresi merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya
termasuk perubahan pola tidur dan nafsu makan, psikomotor, konsentrasi,
kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta gagasan bunuh diri.

2.2 Etiologi
Meski penyebab ansietas belum sepenuhnya diketahui, namun
gangguan keseimbangan neurotransmitter dalam otak dapat menimbulkan
ansietas pada diri seseorang. Faktor genetik juga merupakan faktor yang
dapat menimbulkan gangguan ini. Ansietas terjadi ketika seseorang
mengalami kesulitan menghadapi situasi, masalah dan tujuan hidup
(Videbeck, 2008).
Setiap individu menghadapi stres dengan cara yang berbeda-beda,
seseorang dapat tumbuh dalam suatu situasi yang dapat menimbulkan stres
berat pada orang lain.

4
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi ansietas adalah :
a. Faktor Predisposisi
1. Dalam pandangan psikoanalisis, ansietas adalah konflik emosional
yang terjadi antara dua elemen kepribadiani yaitu id, ego dan
superego. Id mewakili dorongan insting dan impuls primitif,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani dan dikendalikan
oleh norma budaya, sedangakan ego di gambarkan sebagai
mediator antara tuntunan dari id dan super ego
2. Menurut pandangan interpersonal, ansietas timbul dari perasaan
takut terhadap ketidak setujuan dan penolakan interpersonal.
3. Menurut pandangan perilaku, ansietas merupakan produk frustasi
yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan yang di inginkan.
4. Kajian keluarga menunjukkan bahwa gangguan ansietas
merupakan hal yang biasa di temui dalam suatu keluarga.
5. Kajian biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor
khusus untuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA),
yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang
dapat mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stresor
presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik yang meliputi :
a. Sumber internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis
sistem imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal
(misalnya : hamil).

5
b. Sumber eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan
bakteri, polutan lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi,
tidak adekuatnya tempat tinggal.
2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal.
a. Sumber internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di
rumah dan tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru.
Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat
mengancam harga diri.
b. Sumber eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian,
perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.

2.3 Klasifikasi Ansietas


a. Tingkatan Ansietas :
1. Ansietas Ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari.
Menyebabkan individu menjadi lebih waspada dan meningkatkan
lapang persepsinya. Ansietas ini dapat memotivasi belajar dan
menghasilakn pertumbuhan serta kreativitas.
2. Ansietas Sedang
Memungkinkan individu unutk berfokus pada hal yang penting
dan mengesampingkan hal yang lain. Mempersempit lapang
persepsi individu. Sehingga individu mengalami tidak perhatian
yang selektif namun dapat lebih berfokus pasda area jika diarahkan
untuk melakukannya.
3. Ansietas Berat
Sangat mengurangi lapang persepsi individu, cenderung berfokus
ada sesuatu yang rinci dan spesifik sehingga tidak memikirkan hal
yang lain. Semua perilaku ditujukkan untuk mengurangi
ketegangan. Individu memerlukan banyak arahan untuk berfokus
pada hal lain.

6
4. Tingkat Panik dari Ansietas
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dan teror. Individu
yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu meskipun
dengan arahan, karena mengalami kehilangan kendali.

b. Rentang respon ansietas :

Gambar 1. Rentang Respon Ansietas (Stuart & Sundeen, 1990).

2.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi dengan gejala setiap kategori yaitu, ansietas ringan,
ansietas sedang, ansietas berat, dan ansietas panik.
1) Ansietas Ringan
a. Berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-
hari.
b. Lapang persepsi meluas/melebar dan individu berhati-hati serta
waspada.
c. Individu terdorong untuk belajar yang akan menghasilkan
pertumbuhan dan kreatifitas.
Respon Ansietas Ringan
a. Fisiologis
Kadang nafas pendek, nadi dan TD naik, gejala ringan pada
lambung, muka berkerut dan bibir bergetar.

7
b. Kognitif
Lapang persepsi meluas/melebar, mampu menerima rangsangan
yang kompleks, konsentrasi pada masalah, menyelesaikan masalah
secara efektif.
c. Perilaku dan Emosi
Tidak dapat duduk tenang, tremor halus pada tangan, suara kadang
meninggi.
2) Ansietas Sedang
Pada tingkat ini lapang pandang terhadap linngkungan
menurun, individu lebih memfokuskan pada hal penting saat itu dn
mengesampingkan hal lain.
Respon Ansietas Sedang
a. Fisiologis
Sering nafas pendek, nadi dan TD naik, mulut kering, anoreksia,
diare/konstipasi, gelisah
b. Kognitif
1. Lapang persepsi menyempit
2. Rangsang luar tidak mampu diterima
3. Berfokus pada apa yang menjadi perhatiannya
4. Perilaku dan Emosi
5. Gerakan tersentak-sentak (meremas tangan)
6. Bicara banyak & lebih cepat
7. Susah tidur
8. Perasaan tidak aman
3) Ansietas Berat
Pada tingkat ini lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu
cenderung memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal yang
lain. Individu tidak mampu berpikir berat lagi dan membutuhkan
banyak pengarahan/ tuntunan.

8
Respon Ansietas Berat
a. Fisiologis
Nafas pendek, nadi dan TD naik, berkeringat dan sakit kepala,
penglihatan kabur, ketegangan.
b. Kognitif
 Lapang persepsi sangat sempit
 Tidak mampu menyelesaikan masalah
c. Perilaku dan Emosi
 Perasaan ancaman tinggi
 Verbalisasi cepat
 Blocking
4) Ansietas Panik
Terganggu sehingga individu sudah tidak dapat mengendalikan diri
lagi dan tidak dapat melakukan apa-apa walaupun sudah diberi
pengarahan/ tuntunan
Respon Ansietas Panik
a. Fisiologis
Nafas pendek, rasa tercekik dan palpitasi, sakit dada, pucat,
hipotensi, koordinasi motorik rendah.
b. Kognitif
 Lapang pandang persepsi sangat sempit
 Tidak dapat berpikir logis
c. Perilaku dan Emosi
 Agitasi mengamuk dan marah
 Ketakutan dan berteriak-teriak, blocking
 Kehilangan diri kendali/ kontrol diri
 Persepsi kacau

9
2.5 Patofisiologi
Berdasarkan proses perkembangannya:
1) Bayi/anak-anak
 Berhubungan dengan perpisahan
 Berhubungan dengan lingkungan atau orang yang tidak dikenal
 Berhubungan dengan perubahan dalam hubungan teman sebaya
2) Remaja
a. Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder
akibat:
- Perkembangan seksual
- Perubahan hubungan dengan teman sebaya
3) Dewasa
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
 Kehamilan
 Menjadi orang tua
 Perubahan karir
 Efek penuaan
4) Lanjut usia
Berhubungan dengan ancaman terhadap konsep diri sekunder akibat:
 Penurunan sensori
 Penurunan motorik
 Masalah keuangan
 Perubahan pada masa pension

2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik (somatik), psikologik atau psikiatrik, psikososial dan
psikoreligius (Hawari, 2008) selengkapnya seperti pada uraian berikut :

10
1) Upaya meningkatkan kekebalan terhadap stress, dengan cara :
a. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
b. Tidur yang cukup.
c. Cukup olahraga.
d. Tidak merokok.
e. Tidak meminum minuman keras.
2) Terapi psikofarmaka
Terapi psikofarmaka merupakan pengobatan untuk cemas dengan
memakai obat-obatan yang berkhasiat memulihkan fungsi gangguan
neuro-transmitter (sinyal penghantar saraf) di susunan saraf pusat otak
(limbic system). Terapi psikofarmaka yang sering dipakai adalah obat
anti cemas (anxiolytic), yaitu seperti diazepam, clobazam,
bromazepam, lorazepam, buspirone HCl, meprobamate dan
alprazolam.
3) Terapi somatik
Gejala atau keluhan fisik (somatik) sering dijumpai sebagai gejala
ikutan atau akibat dari kecemasan yang bekerpanjangan. Untuk
menghilangkan keluhan-keluhan somatik (fisik) itu dapat diberikan
obat-obatan yang ditujukan pada organ tubuh yang bersangkutan.
4) Psikoterapi
Psikoterapi diberikan tergantung dari kebutuhan individu, antara lain :
a. Psikoterapi suportif, untuk memberikan motivasi, semangat dan
dorongan agar pasien yang bersangkutan tidak merasa putus asa
dan diberi keyakinan serta percaya diri.
b. Psikoterapi re-edukatif, memberikan pendidikan ulang dan koreksi
bila dinilai bahwa ketidakmampuan mengatsi kecemasan.
c. Psikoterapi re-konstruktif, untuk dimaksudkan memperbaiki
kembali (rekonstruksi) kepribadian yang telah mengalami
goncangan akibat stressor.

11
d. Psikoterapi kognitif, untuk memulihkan fungsi kognitif pasien,
yaitu kemampuan untuk berpikir secara rasional, konsentrasi dan
daya ingat.
e. Psikoterapi psiko-dinamik, untuk menganalisa dan menguraikan
proses dinamika kejiwaan yang dapat menjelaskan mengapa
seseorang tidak mampu menghadapi stressor psikososial sehingga
mengalami kecemasan.
f. Psikoterapi keluarga, untuk memperbaiki hubungan kekeluargaan,
agar faktor keluarga tidak lagi menjadi faktor penyebab dan faktor
keluarga dapat dijadikan sebagai faktor pendukung.
3. Terapi psikoreligius
Untuk meningkatkan keimanan seseorang yang erat hubungannya
dengan kekebalan dan daya tahan dalam menghadapi berbagai problem
kehidupan yang merupakan stressor psikososial.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan keperawatan pada Gangguan Ansietas (Cemas)


3.1.1 Pengkajian
Dalam bagian ini perawat harus dapat memahami dan menangani
pasien yang mengalami diagnosis keperawatan ansitas, baik menggunakan
cara individual maupun kelompok. Bagian ini juga memberikan pedoman
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada keluarga pasien dengan
kecemasan.
Ansietas adalah kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang
berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi
ini tidak memiliki objek yang spesifik. Ansietas dialami secara subjektif
dan di komunikasikan secaar interpersonal.
Adapun tanda dan gejala dari ansietas:
a. Perilaku gelisah
b. Ketegangan fisik
c. Tremor
d. Kurang koordinasi
e. Cenderung mengalami cedera
f. Menarik diri dari hubungan interpersonal
g. Kreativitas menurun

1) Data dasar
Pengkajian ini penting dilakukan untuk mengetahui latar belakang,
status sosial ekonomi, adat/kebudayaan, dan keyakinan spiritual,
sehingga mudah dalam komunikasi dan menentukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
a. Identitas Pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan,
agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang digunakan,

13
pekerjaan, alamat,nomor register, diagnosa medis, sumber biaya,
dan sumber informasi). Terjadi pada semua umur baik laki-laki
maupun perempuan.
b. Identitas Penanggung jawab (nama, jenis kelamin, umur, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan, bahasa yang
digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan pasien).
2) Faktor Predisposisi
Beberapa faktor predisposisi secara umum yang mempengaruhi
terjadinya ansietas:
a. Panik
b. Ketegangan menghadapi sesuatu
c. Kurang percaya diri
d. Ketakutan kehilangan
e. Preoperasi
f. Obsesius
Menurut beberapa teori terjadinya faktor predisposisi, yaitu:
a. Teori Psikoanalisa
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara antara 2
elemen kepribadian – id dan superego. Id mewakili dorongan
insting dan impuls primitif, sedangkan superego mencerminkan
hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya
seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang
bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego bahwa
ada bahaya.
b. Teori Interpersonal
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya
penerimaan dan penolakan interpersonal. Ansietas berhubungan
dengan perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,
yang menimbulkan kelemahan spesifik. Orang yang mengalami
harga diri rendah terutama mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.

14
c. Teori Perilaku
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang
mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang
diinginkan. Pakar perilaku menganggap sebagai dorongan belajar
berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.
Individu yang terbiasa dengan kehidupan dini dihadapkan pada
ketakutan berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas dalam
kehidupan selanjutnya.
d. Kondisi keluarga
Ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam keluarga. Ada
tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara gangguan
ansietas dengan depresi. Faktor ekonomi, latar belakang
pendidikan berpengaruh terhadap terjadinya ansietas.
e. Keadaan Biologis
Keadaan biologis menunjukkan bahwa otak megandung reseptor
khususuntuk benzodiasepin, obat-obatan yang meningkatkan
neuroregulator inhibisi asam-asam gama-aminobutirat (GABA),
yang berperan penting dalam mekanisme biologis yang
berhubungan dengan ansietas
3) Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi dibedakan menjadi:
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri, dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
4) Mekanisme Koping
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan dua jenis mekanisme
koping sbb:
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang di sadari
dan berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik

15
tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk
mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan,
Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi
untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
b. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat maladaptif.
5) Perilaku
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan
fisiologi dan perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya
gejala atau mekanisme koping dalam upaya melawan kecemasan.
Intensietas perilaku akan meningkat sejalan dengan peningkatan
tingkat kecemasan.
Respon fisiologis terhadap ansietas meliputi:
a. Sistem kardiovaskuler: jantung berdebar, palpitasi, tekanan darah
meningkat, rasa ingin pingsan, tekanan darah menurun, denyut
nadi menurun.
b. Sistem respirasi: napas cepat, sesak napas, tekanan pada dada,
napas dangkal, sensasi tercekik.
c. Neuromuskuler: reflex meningkat, reaksi terkejut, mata berkedip-
kedip, insomnia, kelemahan umum.
d. GI: kehilangan nafsu makan, menolak makan, rasa tidak nyaman
pada abdomen, nyeri abdomen, mual, nyeri, ulu hati, diare.
e. Perkemihan: sering berkemih
f. Kulit: berkeringat setempat, gatal, rasa panas dan dingin pada
kulit, wajah pucat.
g. Respon perilaku meliputi: motorik, afektif, dan kognitif.

16
6) Data yang perlu di kaji
a. Data subyektif:
Klien mengatakan: perasaan saya gelisah, berdebar-debar, sering
berkemih, mengalami ketegangan fisik, panik, tidak dapat
konsentrasi, tidak percaya diri.
b. Data obyektif:
Klien tampak gelisah, pucat, mulut kering, suara tremor, sering
mondar-mandir sambil berbicara sendiri atau berbicara kepada
orang lain tetapi tidak di respon, menarik diri dari lingkungan
interpersonal.
7) Status kesehatan mental
a. Kebenaran data:
Apakah semua informasi yang diberikan oleh klien sesuai dengan
apa yang disampaikan oleh keluarganya saat melakukan kunjungan
rumah.
b. Status sensorik
Kaji apakah ada gangguan pada penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan pengecapan dan perabaan.
d. Status persepsi
Klien mendengarkan suara-suara yang membisik di telinganya.
Klien sering melamun, menyendiri, senyum sendiri karena
mendengar sesuatu,atau kadang-kadang mata menatap tajam seperti
mengawasi sesuatu.
e. Status motorik
Motorik kasar: cara klien berjalan, berpakaian, dan berbicara
apakah masih terkontrol atau tidak.
Motorik halus : misalnya Klien mampu menulis, menggenggam
sesuatu, memasukan kancing ke dalamlubang kancing tanpa
tremor.

17
f. Afek
Emosi yang ditunjukan sesuai dengan apa yang di ungkapkan.
Misalnya jika klien menceritakan hal-hal yang lucu, klien turut
tertawa.
g. Orientasi
Klien mengenal orang yang ada di sekitarnya, Klien mengetahui
tentang waktu.
h. Ingatan
Apakah Klien masih mengingat apa yang di alaminya selama ini,
Apakah klien kehilangan sebagaian memori yang di ingatnya.

3.1.2 Pengkajian psikologis


a. Status emosi
Suasana hati yang menonjol adalah tampak purtus asa. Ekspresi muka
tampak datar. Saat berinteraksi, klien mampu menjawab pertanyaan
perawat dengan jawaban sejelas-jelasnya. Apakah Perasaan klien saat
ini cukup baik.
b. Konsep diri
Tanyakan apa yang di inginkan oleh kilen, pandangan hidup yang
bertentangan, menarik diri dari realitas dll.
c. Gaya komunikasi
Apakah klien berbicara secara santai, sulit di ajak berkomunikasi
dll.Perhatikan juga ekspresi nonverbal saat berinteraksi tampak serius
dan antusias, ada kontak mata.
d. Pola interaksi
Bagaimana cara klien berinteraksi dengan perawat, dengan anggota
keluarga yang lain di rumah.
e. Pola pertahanan
Bila mengatasi situasi yang sangat menekan atau sedih, klien lebih
suka berdiam diri di kamar, melamun. Klien mengatakan tidak

18
3.1.3 Pengkajian sosial
a. Pendidikan dan pekerjaan
b. Hubungan sosial
c. Faktor sosial budaya
d. Gaya hidup

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko menciderai diri sendiri dan orang lain berhubungan
denganansietas
2. Ansietas berhubungan dengan koping individu tak efektif.

3.3 Perencanaan

Diagnosa Perencanaan Intervensi Rasional


Resiko TUM: 1. Melihat/observasi 1. Intervensi diperlukan
mencederai Klien menahan ada tidaknya perilaku jika klien melakukan
diri sendiri diri untuk tidak kekerasan. tindak kekerasan
dan orang lain membahayakan terhadap diri sendiri
b.d ansietas diri dan orang dan orang lain.
lain. 2. Diskusikan 2. Ansietas hebat sering
TUK 1: ansietas, perasaan, dan kali mengakibatkan
Klien bagaimana hilangnya kontrol diri
mengatakan peningkatan dan sering
perasaan agresif ketegangan dapat menimbulkan tindakan
tetapi tidak menyebabkan permusuhan.
melakukannya permusuhan.
3. Bantu merawat diri 3. Membicarakan
dengan cara mengikuti tentang rasa marah akan
kecemasan. menurunkan
kecenderungan klien

19
untuk menindaklanjuti.

1. Bantu klien untuk 1. Identifikasi dini


TUK 2 : mengidentifikasi terhadap peningkatan
Klien isyarat yang ketegangan dapat
memperagakan mengindikasikan mencegah klien
keterampilan peningkatan frustasi kehilangan kontrol dan
koping yang yang dapat melukai diri sendiri dan
sesuai untuk menimbulkan prilaku orang lain
mengatasi merusak
distres yang
hebat.
2. Dorong klien untuk 2. Kesadaran diri
membentuk kesadaran adalah langkah awal
diri akan prilaku non untuk memfasilitasi
verbal dan pernyataan kontrol diri.
verbal yang
menunjukkan
memuncaknya
ansietas
3. Ajari klien tentang 3. Penyaluran energi
cara-cara penyaluran fisik yang nyaman akan
ansietas secara fisik. memampukan klien
mengurangi ansietas
dengan cara yang
konstruktif
4. Bantu klien 4. Keterampilan asertif
mempelajari dan ekspresi emosi
keterampilan asertif yang sesuai akan
dan ekspresi yang membantu klien
sesuai untuk emosinya menyelesaikan masalah,

20
yang kuat. jika masalah tersebut
muncul dan
menyebarkan
kemungkinan agresi.
5. Bersama dengan 5. Intervensi ini
klien melakukan memberi waktu kepada
upaya pengembangan klien untuk mengatasi
toleransi terhadap situasi stres dan dapat
frustasi dan mencegah episode
kekecewaan. kekerasan.
6. Dorong klien untuk 6. Bantuan
meminta bantuan dari berkelanjutan
sumber-sumber memampukan klien
ansietas. untuk tetap berada
dalam kontrol dalam
situasi stres dan
memikul tanggung
jawab atas perilakunya.

Ansietas TUM: 1. Dorong pasien 1. Perasaan sakit yang


berhubungan Klien mengungkapkan tidak diakui adalah
demgan menunjukkan secara verbal perasaan stressor,
koping kemampuan yang kuat, tidak mengungkapkan
individu tak mengatasi panik nyaman, khususnya perasaan yang tidak
efektif. dengan ansietas, rasa bersalah, nyaman membantu
mengurangi & frustasi. meredakan stres
perilaku 2. Bantu klien 2. Sebelum klien dapat
penyebab panik mengidentifikasi memperoleh kendali
TUK 1: stressor internal yang terhadap serangan,
Pasien bercerita umumnya terjadi stressor yang
tentang stressor sebelum serangan. berhubungan dengan

21
kehidupan, yang panik harus di
b.d serangan identifikasi.
panik di masa 3. Diskusikan dan 3. Analisis stimulus
lalu. analisa situasi panik eksternal yang
dengan klien, berfokus menyertai panik
pada stimulus membantu klien
eksternal yang mengantisipasi dan
merangsang serangan. pada akhirnya
mengontrol serangan.
4. Diskusikan 4. Klien perlu
mekanisme koping, mengetahui metode
seperti gerakan fisik koping klien yang dapat
dan latihan nafas digunakan untuk
dalam yang lambat, mengatasi ansietas yang
dan bagaimana tidak dapat ditoleransi
mekanisme akibat serangan panik.

TUK 2: klien 1. Ajari klien strategi 1. Memiliki


meunjukkan intuk mengatasi pengetahuan tentang
perulaku yang stressor internal cara alternatif untuk
membantu seperti ketakutan atau menangani stres akan
mengontrol perasaan tidak meningkatkan kendali
keadaan panik menentu. perilaku.
2. Ajari klien tentang 2. Keterampilan ini
cara perpindah dari memampukan klien
keadaan internal ke untuk melepas ansietas
keadaan eksternal. melalui fokus keluar.
3. Diskusikan 3. Memfasilitasi daya
hubungan antara tilik klien kedalam
ansietas dengan hubungan antara
respon fisiologis yang ansietas dan gejala fisik

22
secra khas ditunjukkan akibat serangan panik.
dalam serangan panik.

4. Bantu klien untuk


4. Klien perlu
memodifikasi situasi
mengetahui akibat
yang dapat dirubah.
gejala fisiologis ansieta
diikuti oleh pikiran
spontan yang
mengganggu penilaian
tentang apa yang
sedang terjadi.
5. Dorong klien
5. Mengembangkan
membentuk sistem
dan menggunakan
pendukung dan
sistem pendukung
mencari bantuan
meningkatkan tanggung
ketika tanda dan
jawab pribadi dan
gejala ansietas
pengakuan pribadi
muncul.
tentang kebutuhan
memperoleh bantuan
terhadap stres.

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Ansietas masih menjadi salah satu masalah gangguan kesehatan
jiwa yang masih banyak terjadi baik di negara-negara maju maupun di
negara berkembang seperti Indonesia. Ansietas sendiri merupakan
kekhawatiran atau keadaan emosional yang tidak jelas, berkaitan dengan
perasaan tidak pasti dan tidak memiliki objek yang spesifik.
 Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas Ringan
b. Ansietas Sedang
c. Ansietas Berat
d. Tingkat Panik dari Ansietas
 Patofisiologi :
a. Bayi/ anak-anak
b. Remaja
c. Dewasa
d. Lanjut usia
 Faktor Predisposisi
a. Dalam pandangan psikoanalisis
b. Menurut pandangan interpersonal
c. Menurut pandangan perilaku
d. Kajian keluarga
e. Sedangkan kajian biologis
 Faktor Presipitasi
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam
integritas fisik
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan
eksternal

24
4.2 Saran
Ansietas merupakan gangguan kejiwaan berupa cemas yang tidak
berobyek, sehingga memerlukan pencegahan sedini mungkin pada tiap
lapisan masyarakat. Langkah-langkah pencegahan tersebut dapat berupa :
a. Kurikulum pendidikan kesehatan jiwa pada tiap jenjang pendidikan
b. Perbaikan pelayanan kesehatan jiwa pada di setiap lapisan institusi
kesehatan
c. Gaya hidup yang sehat :
d. Makan makan yang bergizi dan seimbang.
e. Tidur yang cukup.
f. Cukup olahraga.
g. Tidak merokok.
h. Tidak meminum minuman keras.

25
DAFTAR PUSTAKA

Stuart, G. W. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa. (5th ed). Jakarta : EGC.

Tomb, D. A. (2001). Buku Saku Psikiatri (5th ed). Jakarta : EGC.

Townsend, M.C. (1998). Buku Saku Diagnosa Keperawatan pada Keperawatan


Psikiatrik :Pedoman untuk Pembuatan Rencana Perawatan (3rd ed).
Jakarta : EGC.

Videbecek, S. L. (2001). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Tomb, Davit A. (2003). Buku Saku Psikiatri. Jakarta : EGC

26

Vous aimerez peut-être aussi