Vous êtes sur la page 1sur 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik maupun
psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6 minggu. Perubahan
psikologi pascapartum pada seorang ibu yang baru melahirkan terbagi dalam tiga fase:
1. taking in dimana pada fase ini ibu ingin merawat dirinya sendiri, banyak bertanya dan
bercerita tentang pengalamannya selama persalinan yang berlangsung 1 sampai 2 hari.
2. taking hold dimana pada fase ini ibu mulai fokus dengan bayinya yang berlangsung 4 sampai
5 minggu.
3. fase letting-go dimana ibu mempunyai persepsi bahwa bayinya adalah perluasan dari dirinya,
mulai fokus kembali pada pasangannya dan kembali bekerja mengurus hal-hal lain.
Perubahan tersebut merupakan perubahan psikologi yang normal terjadi pada seorang
ibu yang baru melahirkan. Namun, kadang-kadang terjadi perubahan psikologi yang
abnormal. Gangguan psikologi pascapartum dibagi menjadi tiga kategori yaitu postpartum
blues atau kesedihan pascapartum, depresi pascapartum nonpsikosis, dan psikosis
pascapartum.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian
2.2. Etiologi
Etiologi atau penyebab pasti terjadinya postpartum blues sampai saat ini belum
diketahui. Namun, banyak faktor yang diduga berperan terhadap terjadinya postpartum blues,
antara lain:
1. Faktor hormonal yang berhubungan dengan perubahan kadar estrogen, progesteron, prolaktin
dan estradiol. Penurunan kadar estrogen setelah melahirkan sangat berpengaruh pada
gangguan emosional pascapartum karena estrogen memiliki efek supresi aktifitas enzim
monoamine oksidase yaitu suatu enzim otak yang bekerja menginaktifasi noradrenalin dan
serotonin yang berperan dalam perubahan mood dan kejadian depresi.
2. Faktor demografi yaitu umur dan paritas.
3. Pengalaman dalam proses kehamilan dan persalinan.
4. Latar belakang psikososial ibu, seperti; tingkat pendidikan, status perkawinan, kehamilan
yang tidak diinginkan, riwayat gangguan kejiwaan sebelumnya, sosial ekonomi serta
keadekuatan dukungan sosial dari lingkungannya (suami, keluarga dan teman). Apakah suami
menginginkan juga kehamilan ini, apakah suami, keluarga, dan teman memberi dukungan
moril (misalnya dengan membantu pekerjaan rumah tangga, atau berperan sebagai tempat ibu
mengadu/berkeluh-kesah) selama ibu menjalani masa kehamilannya atau timbul
permasalahan, misalnya suami yang tidak membantu, tidak mau mengerti perasaan istri
maupun persoalan lainnya dengan suami, problem dengan orang tua dan mertua, problem
dengan si sulung.
5. Takut kehilangan bayinya atau kecewa dengan bayinya.
Namun ada beberapa pendapat yang menyebutkan bahwa Post partum blues tidak
berhubungan dengan perubahan hormonal, biokimia atau kekurangan gizi. Antara 8% sampai
12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan
sehingga mencari bantuan dokter. Dengan kata lain para wanita lebih mungkin
mengembangkan depresi post partum jika mereka terisolasi secara sosial dan emosional serta
baru saja mengalami peristiwa kehidupan yang menakan.
2.3. Manifestasi Klinis
Gejala-gejala postpartum blues ini bisa terlihat dari perubahan sikap seorang ibu. Gejala
tersebut biasanya muncul pada hari ke-3 atau 6 hari setelah melahirkan. Beberapa perubahan
sikap tersebut diantaranya sering tiba-tiba menangis karena merasa tidak bahagia, penakut,
tidak mau makan, tidak mau bicara, sakit kepala sering berganti mood, mudah tersinggung
(iritabilitas), merasa terlalu sensitif dan cemas berlebihan, tidak bergairah, khususnya
terhadap hal yang semula sangat diminati, tidak mampu berkonsentrasi dan sangat sulit
membuat keputusan, merasa tidak mempunyai ikatan batin dengan si kecil yang baru saja
Anda lahirkan , insomnia yang berlebihan. Gejala-gejala itu mulai muncul setelah persalinan
dan pada umumnya akan menghilang dalam waktu antara beberapa jam sampai beberapa
hari. Namun jika masih berlangsung beberapa minggu atau beberapa bulan itu dapat disebut
postpartum depression.
2.5. Pencegahan
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
a. Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalu
memperhatikan si ibu
b. Menu makanan yang seimbang
c. Olah raga secara teratur
d. Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
e. Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami
f. Rekreasi
2. 6. Pemeriksaan Diagnostik
Sampai saat ini belum ada alat test khusus yang dapat mendiagnosa secara langsung
post partum blues. Secara medis, dokter menyimpulkan beberapa simtom yang tampak dapat
disimpulkan sebagai gangguan depresi post partum blues bila memenuhi kriteria gejala yang
ada. Kekurangan hormon tyroid yang ditemukan pada individu yang mengalami kelelahan
luar biasa (fatigue) ditemukan juga pada ibu yang mengalami post partum blues mempunyai
jumlah kadar tyroid yang sangat rendah.
Skrining untuk mendeteksi gangguan mood/depresi sudah merupakan acuan pelayanan
pasca salin yang rutin dilakukan. Untuk skrining ini dapat dipergunakan beberapa kuesioner
dengan sebagai alat bantu. Endinburgh Posnatal Depression Scale (EPDS) merupakan
kuesioner dengan validitas yang teruji yang dapat mengukur intensitas perubahan perasaan
depresi selama 7 hari pasca salin. Pertanyaan-pertanyaannya berhubungan dengan labilitas
perasaan, kecemasan, perasaan bersalah serta mencakup hal-hal lain yang terdapat pada post-
partum blues . Kuesioner ini terdiri dari 10 (sepuluh) pertanyaan, di mana setiap pertanyaan
memiliki 4 (empat) pilihan jawaban yang mempunyai nilai skor dan harus dipilih satu sesuai
dengan gradasi perasaan yang dirasakan ibu pasca salin saat itu. Pertanyaan harus dijawab
sendiri oleh ibu dan rata-rata dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit. Cox et. Al., mendapati
bahwa nilai skoring lebih besar dari 12 (dua belas) memiliki sensitifitas 86% dan nilai
prediksi positif 73% untuk mendiagnosis kejadian post-partum blues . EPDS juga telah teruji
validitasnya di beberapa negara seperti Belanda, Swedia, Australia, Italia, dan Indonesia.
EPDS dapat dipergunakan dalam minggu pertama pasca salin dan bila hasilnya meragukan
dapat diulangi pengisiannya 2 (dua) minggu kemudian.
2.7. Penatalaksanaan
2.8 WOC
Ibu Hamil

Melahirkan

Perubahan biologis
Faktor psikososial Demografi

Hormonal Pengalaman
Dukungan dari keluarga yang dlm proses
tidak adekuat kehamilan dan
Estrogen ↓ Progesteron ↓ Endoprin ↓ persalinan
kurang
Depresi Mental
Enzim monoamine ↑ Stimulant Mempengaruhi rasa
kelenjar susu senang & mengurangi
Kurang
rasa nyeri
Inaktivasi nor adrenalin pengetahuan
& seretonin mengenai
Payudara membesar
Rasa bahagia ↓ perawatan
& areola melebar
diri dan bayi
Perubahan mood & depresi dan lebih gelap

Tidak nyaman/minder
Koping individual tidak stabil

Resiko Perubahan Postpartum Blues


emosional

Perubahan sikap

Ibu merasa tidak Ansietas


Ketidakefektifan
pemberian ASI memiliki ikatan batin
dengan bayinya
Gangguan
pola tidur
Risiko
ketidakmampuan
menjadi orang tua

2.9. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
1. Identitas klien
Data diri klien meliputi : nama, umur, pekerjaan, pendidikan, alamat, riwayat kesehatan
2. Dampak pengalaman melahirkan
Banyak ibu memperlihatkan suatu kebutuhan untuk memeriksa proses kelahiran itu
sendiri dan melihat kembali perilaku mereka saat hamil dalam upaya retrospeksi diri Selama
hamil, ibu dan pasangannya mungkin telah membuat suatu rencana tertentu tentang kelahiran
anak mereka, hal-hal yang mencakup kelahiran pervagina dan beberapa intervensi medis.
Apabila pengalaman mereka dalam persalinan sangat berbeda dari yang diharapkan
(misalnya ; induksi, anestesi epidural, kelahiran sesar), orang tua bisa merasa kecewa karena
tidak bisa mencapai yang telah direncanakan sebelumnya. Apa yang dirasakan orang tua
tentang pengalaman melahirkan sudah pasti akan mempengaruhi adaptasi mereka untuk
menjadi orang tua.
3. Citra diri ibu
Suatu pengkajian penting mengenai konsep diri, citra tubuh, dan seksualitas ibu.
Bagaimana perasaan ibu baru tentang diri dan tubuhnya selama masa nifas dapat
mempengaruhi perilaku dan adaptasinya dalam menjadi orang tua. Konsep diri dan citra
tubuh ibu juga dapat mempengaruhi seksualitasnya. Perasaan-perasaan yang berkaitan
dengan penyesuaian perilaku seksual setelah melahirkan seringkali menimbulkan
kekhawatiran pada orang tua baru. Ibu yang baru melahirkan bisa merasa enggan untuk
memulai hubungan seksual karena takut merasa nyeri atau takut bahwa hubungan seksual
akan mengganggu penyembuhan jaringan perineum.
4. Interaksi Orang tua – Bayi
Suatu pengkajian pada masa nifas yang menyeluruh meliputi evaluasi interaksi orang
tua dengan bayi baru. Respon orang tua terhadap kelahiran anak meliputi perilaku adaptif dan
perilaku maladatif. Baik ibu maupun ayah menunjukkan kedua jenis perilaku maupun saat ini
kebanyakan riset hanya berfokus pada ibu. Banyak orang tua baru mengalami kesulitan untuk
menjadi orang tua sampai akhirnya keterampilan mereka membaik. Kualitas keibuan atau
kebapaan pada perilaku orang tua membantu perawatan dan perlindungan anak. Tanda-tanda
yang menunjukkan ada atau tidaknya kualitas ini, terlihat segera setelah ibu melahirkan, saat
orang tua bereaksi terhadap bayi baru lahir dan melanjutkan proses untuk menegakkan
hubungan mereka.
5. Perilaku Adaptif dan Perilaku Maladaptif
Perilaku adaptif berasal dari penerimaan dan persepsi realistis orang tua terhadap
kebutuhan bayinya yang baru lahir dan keterbatasan kemampuan mereka, respon social yang
tidak matur, dan ketidakberdayaannya. Orang tua menunjukkan perilaku yang adaptif ketika
mereka merasakan suka cita karena kehadiran bayinya dan karena tugas-tugas yang
diselesaikan untuk dan bersama anaknya, saat mereka memahami yang dikatakan bayinya
melalui ekspresi emosi yang diperlihatkan bayi dan yang kemudian menenangkan bayinya,
dan ketika mereka dapat membaca gerakan bayi dan dapat merasa tingkat kelelahan bayi.
Perilaku maladaptif terlihat ketika respon orang tua tidak sesuai dengan kebutuhan bayinya.
Mereka tidak dapat merasakan kesenangan dari kontak fisik dengan anak mereka. Bayi – bayi
ini cenderung akan dapat diperlakukan kasar. Orang tua tidak merasa tertarik untuk melihat
anaknya. Tugas merawat anak seperti memandikan atau mengganti pakaian, dipandang
sebagai sesuatu yang menyebalkan. Orang tua tidak mampu membedakan cara berespon
terhadap tanda yang disampaikan oleh bayi, seperti rasa lapar, lelah keinginan untuk
berbicara dan kebutuhan untuk dipeluk dan melakukan kontak mata. Tampaknya sukar bagi
mereka untuk menerima anaknya sebagai anak yang sehat dan gembira.
6. Struktur dan fungsi keluarga
Komponen penting lain dalam pengkajian pada pasien post partum blues ialah melihat
komposisi dan fungsi keluarga. Penyesuaian seorang wanita terhadap perannya sebagai ibu
sangat dipengaruhi oleh hubungannya dengan pasangannya, ibunya dengan keluarga lain, dan
anak-anak lain. Perawat dapat membantu meringankan tugas ibu baru yang akan pulang
dengan mengkaji kemungkinan konflik yang bisa terjadi diantara anggota keluarga dan
membantu ibu merencanakan strategi untuk mengatasi masalah tersebut sebelum keluar dari
rumah sakit.
Pengkajian 11 gordon adalah :
a. Persepsi dan manajemen kesehatan
Ada keluhan dalam merawat bayi
b. Makanan/cairan
Kehilangan nafsu makan mungkin dikeluhkan mungkin hari – hari ke-3.
c. Eliminasi
Episode diaforetik lebih sering terjadi pada malam hari, Diuresis diantara hari
ke-2 dan ke-5.
d. Aktivitas atau latihan
Keletihan
e. Tidur dan istirahat
Gangguan saat istirahat
f. Kognitif dan persepsi
-
g. Persepsi dan konsep diri
Merasa tidak yakin terhadap diri sendiri dalam merawat anak
h. Peran dan hubungan
Terganggunya peran karena terjadi perubahan peran
i. Seksualitas
j. koping dan toleransi stress
tidak adekuat dalam menghadapi masalah
k. nilai dan kepercayaan
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan pada pasien postpartum blues diantaranya Adalah :
a. Risiko ketidakmampuan menjadi orang tua berhubungan dengan pengaruh komplikasi
fisik dan emosional
b. Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan dengan tingkat pengetahuan, pengalaman
sebelumnya, usia gestasi bayi, tingkat dukungan, struktur/karakteristik fisik payudara ibu.
c. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Respon hormonal dan psikologis (sangat
gembira, ansietas, kegirangan), nyeri/ketidaknyamanan, proses persalinan dan kelahiran
melelahkan.

3. Rencana Keperawatan
No NANDA NOC NIC
1. Risiko ketidakmampuan Setelah dilakukan a. Dukungan pengasuhan
menjadi orang tua tindakan keperawatan , Aktivitas:
berhubungan dengan pengaruh diharapakn . mengkaji tingkat pengetahuan
komplikasi fisik dan emosional meningkatknya Mengkaji tingkat penerimaan
Defenisi: rentan terhadap kemampuan menjadi caregiver
pemberi asuhan primer untuk orang tua dengan kriteria . menyediakan dukungan
menciptakan, mempertahankan Kelekatan orang tua - . mengajarkan caregiver
atau memperbaiki lingkungan bayi mengenai meningkatkan rasa
yang meningkatka tumbuh Indikator: aman
kembang anak . memegang bayi secara . monitor adanya stres
Faktor risiko: dekat b. Peningkatan pengasuhan
Defisiensi pengetahuan . membrikan bayi Aktivitas:
Depresi kenyamanan . identifikasi risiko tinggi dalm
Kurang kesiapan menjadi . bayi mencari kedekatan program tindak lanjut
orang tua pada orang tua . bantu ortu terkait harapan dan
. menyentuh, membelai, peran
dan menepuk bayi . berikan bimbingan antisipatif
. bantu ortu dalam kelompok
ortu
2. Ketidakefektifan pemberian Setelah dilakukan a. Konseling laktasi
ASI berhubungan dengan tindakan keperawatan , Aktivitas:
tingkat pengetahuan, diharapakn . . berikna manfaat tentang
pengalaman meningkatknya laktasi
sebelumnya, usia gestasi bayi, efektifitas dalam . berikan pendkes
tingkat dukungan, pemberian ASI dengan . bantu adanya pelekatan bayi ke
struktur/karakteristik fisik kriteria dada yang tepat
payudara ibu. Keberhasilan menyusui: . instruksikan posisi menyusui
Defenisi: kesulitan membeikan bayi . diskusikan cara untuk
susu pada bayi atau anak Keberhasilan menyusui : memfasilitasi perpindahan ASI
secara langsung yang daoat maternal
mempengaruhi status Indikator:
kesehatan Bayi puas setelah makan
Batasan karakteristik: Posisi nyaman selama
Tampak ketidakadekuatan menyusui
asupan susu Pengeluaran ASI
Faktor yang berhubungan: Intake menyusui
Ansietas ibu
Kurang pengetahuan terkait
pemberian ASI
Keletihan ibu
3. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan a. Peningkatan tidur
berhubungan dengan Respon tindakan keperawatan , Akivitas:
hormonal dan psikologis diharapakn . tentukan pola tidur
(sangat gembira, ansietas, meningkatknya pola . perkirakan tidur bangun pasien
kegirangan), tidur dengan kriteria . monitor pola tidur pasien
nyeri/ketidaknyamanan, proses hasil: . memantau pola tidur
persalinan dan kelahiran Tingkat depresi . fasilitasi untuk
melelahkan. Indikator: mempertahankan rutinitas tidur
Defenisi: Perasaan depresi b. Pengurangan kecemasan
Interupsi jumlah waktu dan Kelelahan Aktivitas:
kualitas tidur akibat faktor Insomnia . gunakan pendekatan yang
eksternal Kesedihan tenang
Batasan karakteristik: . nyatakan dengan jelas harapan
Sering berjaga tanpa jelas pasien
penyebab . berikan aktivitas pengganti
Ketidak puasan tidur . denngarkan klien
Faktor yang berhubungan: . kaji verbal dan non verbal
Pola tidur tidak menyehatkan kecemasan
Halangan lingkungan

Evaluasi

Kriteria evaluasi keperawatan:

a. Kriteria tindakan keperawatan, dilakukan evaluasi

b. Evaluasi hasil penggunaan indicator peruabhan fisiologi dan tingkah laku

c. Hasil evaluasi segera dicatat dan didokumentasikan untuk diambil tindkan selanjutnya

d. Evaluasi melibatkan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lainnya.


DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermilk, Jensen. 2004. Buku Ajar: Keperawatan Maternitas edisi-4. Jakarta: EGC.

Bulecheck, dkk. 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) sixth edition.USA: Elseveir

Herdman, T.H & Kamitsuru, S.2014. NANDA International Nursing Diagnoses: Definition and
Classification 2015-2017.Oxford:Wiley Blackwell

Moorhead, dkk. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fifth edition.USA:Elseiver

Vous aimerez peut-être aussi