Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sangat memperhatikan soal kesehatan dengan cara antara lain
mengajak dan menganjurkan untuk menjaga dan mempertahankan
kesehatan yang telah dimiliki setiap orang. Anjuran menjaga kesehatan itu
bisa dilakukan tindakan preventif (pencegahan) dan represif (pengobatan).
Secara preventif perhatian islam terhadap kesehatan ini bisa dilihat dari
anjuran sungguh-sungguh terhadap pemeliharaan kebersihan.terdapat dua
kenikmatan yang telah dikaruniakan Allah Swt kepada hambanya dan sering
dilupakan oleh manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.
Sungguh sangat merugi seorang hamba Allah Swt ketika tidak mensyukuri
atas apa yang telah diberikan kepadanya maka dari itu dianjurkan untuk
senantiasa menjaga kesehatan kita, sehingga kita dapat senantiasa menjaga
dan mengamalkan perintah Allah Swt dengan sebaik-baiknya (HR. Bukhari
Muslim).
Fenomena yang ditemukan di Rumah Sakit yang berbasis Islami,
khususnya terhadap pasien muslim kebanyak ditemukan masalah-masalah
yang berhubungan dengan spiritual. Banyak diantaranya pasien-pasien yang
merasakan ketidaknyamanan yang berkaitan dalam praktek ibadah sehari-
hari yang disebabkan diantaranya mengenai kebersihan tempat tidur,
ketidakpahaman dalam menjalankan ibadah saat sakit. Maka dari itu perlu
adanya bimbingan spiritual secara komprehensif dari petugas kesehatan
untuk meningkatkan spiritual pasien di rumah sakit berbasis islami serta
petugas kesehatan harus memahami keyakinan agama, budaya, dan
pandangan dalam nilai spiriual islam pasien.
Beberapa pemenuhan kebutuhan spiritual pasien beragam. Pasien
yang menganut agama Islam melaksanakan sholat lima waktu, dan untuk
berwudhu tentunya pasien yang terbaring diatas tempat tidur membutuhkan
1
pendampingan dan bimbingan bagaimana tata cara pelaksanaan berwudhu.
Selain itu dalam menghadapi pasien kondisi kritis atau pasien palliatif care
yang kemungkinan dekat menuju kematiannya, bentuk caring perawat
secara Islami yaitu mentalqin dan membacakan lantunan ayat suci Al-
Qur’an bagi pasien menghadapi sakaratul mautnya agar tercapai kematian
yang khusnul khotimah. Pasien muslim yang meninggal, memiliki aturan
sendiri dalam agama Islam seperti ketika menghadapi sakaratul maut, pasien
meninggal dalam kondisi mata dan mulut terbuka, maka aturan Islam
memberikan akhir hidup pasien pada tahap kematian yang baik seperti mata
dan mulut harus ditutup jika kondisi terbuka dan jenazah dimandikan,
dikafani, disholatkan dan dihadapkan ke arah kiblat. Aturan dalam
pemulasaran jenasah antara laki-laki dan perempuan pun terpisah. Maka
bantuan perawat, dukungan anggota keluarga dan kolaborasi bersama
penasihat agama (bimroh) diperlukan. Ditinjau dalam perawatannya,
perawatan antara pasien perempuan dan pasien laki-laki dalam aturan Islam
seharusnya terpisah dalam kondisi privasi tertentu, pasien yang sakit
membutuhkan siraman rohani, doa bagi kesembuhan dan kenyamanan bagi
psikospiritual pasien.
Melihat kasus pasien yang ditemukan adalah kasus cholelitiasis
dimana secara prevalensi cholelitiasis di Amerika Serikat tercatat setiap
tahunnya 700.000 dilakukan prosedur kolesistektomi insiden batu empedu
dinegara barat ada 20% dan kebanyakan menyerang orang dewasa dan
lansia (Sjamsuhidajat, 2010). Sampai saat ini di indonesia belum ada data
yang valid mengenai angka kejadian penyakit batu empedu, walaupun
gejala dan komplikasi batu empedu relatif kecil akan tetapi dapat menjadi
ancaman serius (Lesmana, 2014 ; Chen, 2014). Berdasarkan studi
kelisistografi didapatkan laporan angka insidensi kolelitasis terjadi pada
wanita sebesar 76% dan pada laki-laki 36%.
Berdasarkan hasil observasi dan pengkajian yang ditemukan di
ruangan zaituin 1 RSUD Al – Ihsan Provinsi Jawa Barat, pasien dengan
kasus cholelithiasis membutuhkan pelayanan dengan ketergantungan
2
sebagian. Berdasarkan pengkajian pada pasien Ny. H berusia 54 tahun
pasien masuk dengan keluhan nyeri ulu hati dan didiagnosa cholelithiasis.
Jika dilihat dari derajat kemampuan fisik, kondisi pasien sudah
menunjukkan keterbatasan fisik sehingga pasien tidak hanya membutuhkan
pelayanan medis saja tetapi pasien juga membutuhkan pelayanan dalam
spiritual khususnya dalam menjalankan ibadah sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang tersebut setelah dikaji lebih dalam oleh
kelompok pasien membutuhkan pelayanan secara menyeluruh salah satunya
membutuhkan pelayanan spiritual. Maka dari itu kelompok tertarik
mengangkat kasus asuhan keperawatan spiritual muslim pada Ny. H dengan
diagnosa Cholelithiasis.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu “Bagaimana asuhan
keperawatan keperawatan spiritual muslim pada ny. H dengan Cholelithiasis di
ruang Zaitun I RSUD Al - Ihsan Provinsi Jawa Barat ? ”.
C.Tujuan
Adapun rumusan masalah dari tujuan makalah ini diantaranya :
1. Dapat mengetahui konsep kesehatan spiritual muslim
2. Dapat mengetahui spiritual care terhadap pasien
3. Dapat mengetahui perkembangan aspek spiritual muslim pasien
4. Dapat mengetahui karakteristik spiritual, kemudian berdasarkan asuhan
keperawatan spiritual muslim
3
BAB II
KAJIAN TEORITIS
4
melahirkan keyakinan dalam keperawatan bahwa pemberian asuhan keperawatan
hendaknya bersifat holistik, tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga
memenuhi psikologis, sosial, kultural dan spiritual klien. (Hamid, 2012).
Spiritual Care adalah praktek dan prosedur yang dilakukan oleh perawat
terhadap pasien untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien (Cavendish et al,
2003). Menurut Meehan (2012) spiritual care adalah kegiatan dalam keperawatan
untuk membantu pasien yang dilakukan melalui sikap dan tindakan praktek
keperawatan berdasarkan nilai-nilai keperawatan spiritual yaitu mengakui martabat
manusia, kebaikan, belas kasih, ketenangan dan kelemahlembutan. (Meehan 2012).
5
b). The Philosophy and Science of Caring
Teori The Philosophy and Science of Caring telah dikemukakan Watson
(1987, 2008). Watson (1987, 2008 dalam Vincensi, 2011) mengemukakan bahwa
kepedulian yang efekfif bermanfaat untuk mempromosikan kesehatan,
penyembuhan, dan rasa kesejahteraan yang memungkinkan untuk memberbaiki
kesadaran berevolusi, kedamaian batin, dan krisis transendensi
c). The Experiential Theory of Spiritual Care
Dalam praktik keperawatan dikembangkan oleh Burkhart dan Hogan (2008)
dalam Vincensi (2011) untuk membantu penilaian spiritual dan spiritual care dalam
bidang keperawatan. Teori pertama dimulai dengan perawat menerima “Cue” klien
yang menunjukan kebutuhan spiritual. Diikuti oleh beberapa proses, jika perawat
memutuskan untuk mengambil tindakan, dimulai dengan menyediakan intervensi
asuhan keperawatan spiritual selama bertemu dengan klien.
d). Theory of Health as Expanding Consciousness
Teori ini dikembangkan oleh Newman (2000: 3334 dalam Vincensi, 2011)
yang mengemukakan bahwa kesehatan adalah paradigma fokus utama dalam
keperawatan. Dalam teori ini, evolusi kesehatan memperluas kesadaran diri dan
pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan dan sistem energi terbuka.
Kesadaran didefinisikan sebagai kapasitas informasi dari sebuah sistem untuk
berinteraksi dengan lingkungan.
6
b). Ambigu
Ambigu muncul ketika perawat berbeda keyakinan dengan pasien yang
dirawatnya. Hal ini dapat mengakibatkan rasa tidak aman, sehingga perawat
menghindar dari keadaan ini.
c). Kurangnya Pengetahuan tentang Spiritual Care
Ambigu juga dapat muncul ketika perawat tidak mengetahui tentang
spiritual care . Ozbasaran et al., (2011) dan Hubbell et al., (2006) mengatakan
bahwa persepsi perawat tentang spiritual care dapat menjadi penghalang perawat
dalam memberikan spiritual care.
7
Hamid (2008) mengatakan bahwa pada dasarnya informasi awal yang perlu
dikaji secara umum adalah sebagai berikut :
a) Afiliasi agama
Partisipasi pasien dalam kegiatan agama dilakukan secara aktif atau
tidak, jenis partisipasi dalam kegiatan agama.
b) Keyakinan agama atau spiritual,
Mempengaruhi, praktek kesehatan yaitu diet, mencari dan menerima
terapi, ritual atau upacara agama, persepsi penyakit yaitu hukuman,
cobaan terhadap keyakinan, dan strategi koping.
c) Nilai agama atau spiritual,
Mempengaruhi, tujuan dan arti hidup, tujuan dan arti kematian,
kesehatan dan pemeliharaannnya, hubungan dengan Tuhan ,diri sendiri
dan orang lain.
8
3. Intervensi Spiritual Care
Pada fase rencana keperawatan, perawat membantu pasien untuk
mencapai tujuan yaitu memelihara atau memulihkan kesejahteraan
spiritual sehingga kepuasan spiritual dapat terwujud. Rencanaan
keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA
(2012) meliputi :
a) Mengkaji adanya indikasi ketaatan pasien dalam beragama, mengkaji
sumbersumber harapan dan kekuatan pasien, mendengarkan pendapat
pasien tentang hubungan spiritual dan kesehatan, memberikan privasi,
waktu dan tempat bagi pasien untuk melakukan praktek spiritual,
menjelaskan pentingnya hubungan dengan Tuhan, empati terhadap
perasaan pasien, kolaborasi dengan pemuka agama, meyakinkan
pasien bahwa perawat selalu mendukung pasien.
b) Pendekatan yang menenangkan pasien, menjelaskan semua prosedur
dan apa yang akan dirasakan pasien selama prosedur, mendampingi
pasien untuk memberikan rasa aman dan mengurangi rasa takut,
memberikan informasi tentang penyakit pasien, melibatkan keluarga
untuk mendampingi pasien, mengajarkan dan menganjurkan pasien
untuk menggunakan tehnik relaksasi, mendengarkan pasien dengan
aktif, membantu pasien mengenali situasi yang menimbulkan
kecemasan, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, dan persepsi.
c) Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan atau
ancaman dalam kehidupan, meningkatkan hubungan interpersonal
pasien, memberikan rasa aman.
9
Tabel 2.1
Diagnosis, Klasifikasi Intervensi Keperawatan (NIC), dan Intervensi Spiritualitas
dalam Praktik Keperawatan :
DIAGNOSA NIC INTERVENSI
Distress Spiritual Fasilitas spiritual a. Menanyakan pasien tentang
perasaannya
b. Mendorong pasien berdoa
c. Mendoakan pasien
d. Mendorong keluarga, kerabat
berdoa bersama pasien
e. Meminta keluarga, kerabat agar
membantu memenuhi kebutuhan
spiritual pasien
Dukungan spiritual a. Mendorong pasien a. Mengingatkan pasien untuk
melakukan kegiatan ibadah
keagamaan , jika b. Mengantar pasien ibadah
diinginkan c. Menawarkan spiritual care
b. Mendorong d. Menanyakan apakah pasien dan
pasien keluarga butuh pemuka agama
menggunakan e. Menyediakanartikel keagamaan
sumber daya f. Mengijinkan pasien untuk
spiritual jika meditasi, berdoa, dan ritual lainnya
diinginkan g. Mendengarkan dengan aktif
c. Menyediakan ungkapan pasien tentang
artikel keagamaan perasaannya
d. Menfasilitasi h. Menghibur pasien
pasien i. Mendiskusikan tentang penyakit
menggunakan dan kematian.
meditasi, doa, ritual
10
dan tradisi agama
lainnya
e. Mendengarkan
dengan aktif
f. Meyakinkan
pasien bahwa
perawat mendukung
pasien
Mendengarkan dengan a. Menetapkan a. Membiarkan pasien bercerita
aktif tujuan untuk tentang pasien sendiri
berinteraksi b. Mendorong pasien untuk selalu
b. Menunjukkan semangat
kesadaran dan c. Melakukan diskusi tentang hal-
kepekaan terhadap hal yang tidak pasti
emosi pasien
c. Mendorong pasien
untuk merefleksikan
sikap, pengalaman
masa lalu dengan
situasi saat ini
Sentuhan Memegang tangan Memegang tangan pasien
pasien untuk
memberikan
dukungan emosional
Peningkatan Kesadaran Membantu pasien Menyampaikan pada pasien
diri untuk tentang keyakinan yang positif
mengidentifikasi
sumber motivasi
11
4. Implementasi Spiritual Care
Perawat dapat menggunakan empat alat/instrumen spiritual untuk
membantu perawat dalam melaksanakan spiritual care yaitu perawat
perlu mendengarkan pasien, perawat perlu hadir setiap saat untuk pasien,
kemampuan perawat untuk menerima apa yang disampaikan pasien, dan
menyikapi dengan bijaksana keterbukaan pasien pada perawat. Perawat
perlu menyadari bahwa memberikan spiritual care bukan hanya tugas
dari pemuka agama, oleh karena itu perawat juga harus mengenali
keterbatasan pada diri sendiri dan harus bekerjasama dengan disiplin
ilmu lain seperti pembimbing rohani yang ada di rumah sakit, sehingga
dapat berperan penting dalam memberikan dukungan terhadap
kebutuhan spiritual pasien (Govier, 2000).
Penelitian Cavendish (2003) dan Narayanasamy (2004)
menyimpulkan bahwa kegiatan perawat dalam implementasi spiritual
pasien adalah antara lain : mendukung spiritual pasien,
pendampingan/kehadiran, mendengarkan dengan aktif, humor, terapi
sentuhan, meningkatkan kesadaran diri, menghormati privasi, dan
menghibur misalnya dengan terapi musik. Kozier et al (2004)
mengatakan bahwa perawat perlu mempertimbangkan praktek
keagamaan tertentu yang akan mempengaruhi asuhan keperawatan,
seperti keyakinan pasien tentang kelahiran, kematian, berpakaian,
berdoa, dan perawat perlu mendukung spiritual pasien. Kehadiran
menurut Zerwekh (1997 dalam Kozier et al, 2004) diartikan bahwa
perawat hadir dan menyatu dengan pasien. Osterman dan Schwartz-
Barcott (1996 dalam Kozier et al, 2004) mengidentifikasi empat cara
pendampingan untuk pasien yaitu presensi yakni ketika perawat secara
fisik hadir tetapi tidak fokus pada pasien, presensi parsial yakni ketika
perawat secara fisik hadir dan mulai berusaha fokus pada pasien, presensi
penuh yakni ketika perawat hadir disamping pasien baik secara fisik,
mental maupun emosional, dan dengan sengaja memfokuskan diri pada
pasien, presensi transenden yakni ketika perawat hadir baik secara fisik,
12
mental, emosional, maupun spiritual. Membantu berdoa atau mendoakan
pasien juga merupakan salah satu tindakan keperawatan terkait spiritual
pasien. Berdoa melibatkan rasa cinta dan keterhubungan. Pasien dapat
memilih untuk berpartisipasi secara pribadi atau secara kelompok dengan
keluarga, teman atau pemuka agama. Pada situasi ini peran perawat
adalah memastikan ketenangan lingkungan dan privasi pasien terjaga.
Keadaan sakit dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk berdoa.
Pada beberapa rumah sakit pasien dapat meminta perawat untuk berdoa
dengan mereka dan ada yang berdoa dengan pasien hanya bila ada
kesepakatan antara pasien dengan perawat. Karena berdoa melibatkan
perasaan yang dalam, perawat perlu menyediakan waktu bersama pasien
setelah selesai berdoa, untuk memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya (Kozier et al, 2004).
13
ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL MUSLIM PADA NY.H
DI RUANG ZAITUN 1 RSUD AL-IHSAN
PROVINSI JAWA BARAT
A. BIODATA KLIEN
1. Inisial Klien : Ny.H
2. Usia : 54 th
3. Jenis Kelamin :P
4. Agama : Islam
5. Pendidikan terakhir : SMA
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Alamat : Jl.lamping Rt 02 Rw 07 kelurahan cipinang
kec. cimaung
8. Diagnosa medis : Gasttritis akut
9. Tanggal masuk RS : 12 Desember 2017
10. Tanggal pengkajian : 18 Desember 2017
14
C. PENGKAJIAN SPIRITUAL
1. Hubungan kesehatan dengan spiritual
Pada saat pengkajian deskripsi sakit menurut klien adalah sebagai ujian dari
Allah SWT. Klien menerima kondisi sakit saat ini, klien mengatakan pasrah dan
ikhlas terhadap sakit yang ia derita, klien mensyukuri apapun yang allah berikan.
Perasaan klien ketika sakit klien hanya berharap untuk segera sembuh, menurut
penuturan klien selama ini tidak ada tindakan yang diberikan kepadanya baik oleh
perawat ataupun dokter yang bertentangan dengan keyakinan klien. Klien berikhtiar
dan hanya memohon kesembuhan kepada Allah SWT. Ketika sakit seperti ini
kondisi yang sangat mengganggu klien adalah ketika klien merasakan nyeri perut
terkadang sampai menangis.
15
4. Konsep ketuhanan
Klien mengatakan sudah menerima dengan apa yang telah Allah SWT berikan
kepada klien termasuk sakitnya saat ini. Keadaan saat ini klien merasa semakin
dekat dengan Allah SWT, klien mengatakan Allah SWT telah mengatur
kehidupannya dengan baik. Klien mengatakan bahwa klien memiliki semangat
yang tinggi untuk bisa sembuh dan akan selalu berusaha demi kesembuhannya.
5. Makna hidup
Menurut klien hal yang paling penting dalam hidup klien adalah bisa berguna
bagi sesama terutama untuk suami dan anak-anaknya, selain itu klien mengatakan
hal yang paling penting dalam hidupnya adalah kesehatan, karena klien merupakan
seorang ibu rumah tangga. Klien mengatakan jika klien sakit semua tugasnya
sebagai ibu rumah tangga pasti terbengkalai misalnya saja dalam melakukan
pekerjaan rumah, selain itu disamping sebagai ibu rumah tangga klien juga
melakukan berbagai aktivitas untuk membantu perekonomian keluarga.
16
meningkatkan kesejahteraan spiritual seperti memotivasi untuk sembuh dan
meningkatkan praktik ibadah klien di rumah sakit.
8. Dukungan komunitas
Pada saat di observasi yang merawat klien adalah anaknya dan saudaranya.
Klien selalu mendapat dukungan dari keluarga dan saudaranya. Hubungan klien
dengan tenaga kesehatan terjalin baik, klien juga sangat kooperatif. Dukungan yang
paling klien butuhkan saat ini adalah dukungan doa dan semangat untuk sembuh
klien menerima simpati dari unsur keagamaan..
17
D. PENGELOMPOKAN DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
SPIRITUAL BERDASARKAN NANDA
18
1. Selama dirawat klien 1. Neri dirasakan pada Gangguan praktik ibadah
mengatakan bagian abdomen
terganggu ketika bagian kanan atas
melakukan ibadah skala 4, nyeri
shalat karena klien bertambah jika klien
mengatakan mudah berbaring terlentang
merasakan sakit pada dan berkurang jika
perutnya. klien duduk atau
2. Klien tidak posisi semii fowler
mengetahui tata cara dan dirasakan hilang
bertayamum. timbul
2. Terpasang infus
sebelah tangan kanan
klien
3. Terpasang oksigen 4
liter.
19
E. INTERVENSI
Dx Keperawatan Outcome Intervensi
Kurang pengetahuan - Klien memahami kaitan - Identifikasi
tentang pelaksanaan agama, spiritual dengan pengetahuan,
praktik ibadah kesehatan kemauan dan
- Klien memahami religius kemampuan klien
penyakit dalam islam dalam meningkatkan
- Klien dapat menentukan kegiatan ibadah
praktik tayamumdan shalat khususnya tayamum
sesuai dengan keadaan - Diskusikan dengan
sakitnya klien tentang
hubungan agama,
spiritual dengan
kesehatan
- Motivasi klien untuk
dapat menentukan
praktik tayamum dan
shalat sesuai dengan
keadaan sakitnya
Gangguan praktik 1. Klien menunjukan 1. Ingatkan klien waktu
ibadah kemampuan orientasi shalat shalat
2. Klien melakukan praktik 2. Ajarkan klien taharah
tharah yang sesuai dengan sesuai dengan kondisi
kemampuan sakitnya sakitnya
3. Klien menunjukan motivasi 3. Fasilitasi klien dalam
yang kuat untuk beribadah
melaksanakan praktik ibadah 4. Bantu klien shalat
4. Klien berdoa sebelum 5. Bantu klien
melaksanakan aktivitas memanjatkan do’a
sehari-hari
20
Catatan:
Intervensi yang diambil sesuaikan dengan diagnosa keperawatan klien
F. IMPLEMENTASI
Catatan Perkembangan
1. Klien masih mengeluh
nyeri perut bagian atas
21
dengan skala 4 seperti
ditusuk-tusuk
2. Klien dapat memngikuti
bibinan berdoa ketika sakit
3. Klien dapat mempraktekan
berzikir 4 T untuk
mengurangi nyeri yang
dirasakannya
4. Klien mengetahui tentang
tata cara shalat dalam
keadaan sakit tetapi klien
belum mengetahui tata cara
tayamum.
5. Klien tampak
memperhatikan dan
antusias.
6. klien mengikuti do’a yang
di ajarkan
18 Des 17 2 15.20 WIB Rani.R
1. mengobservasi TTV
2. Mengingatkan klien waktu
shalat
3. Membimbing klien cara
tayamum
15.30 WIB
4. Memfasilitasi klien untuk
tayamum
16.10 WIB
5. Memberitahukan klien
untuk istinja
22
Catatan Perkembangan
1. TD: 130/80 mmHg, N:
70x/menit R: 21x/menit S:
36,5ºc
2. Klien mengikuti bimbingan
dalam bertayamum, dan
masih belum bisa
melakukannya secara
mandiri
3. Klien mengetahui cara
melaksanakan ibadah shalat
dengan berbaring tetapi
klien sedang tidak
melaksanakan ibadah shalat
4. Klien masih membutuhkan
bimbingan untuk
melaksanakan tayamum
5. Klien tampak
memperhatikan dan
antusias.
19 Des 2017 1 09.00 WIB
1. Menanyakan keadaan klien
2. Mengevaluasi mengenai
tata cara tayamum
3. Memberikan klien obat dan
membimbing do’a minum
obat dan sesudah minum
obat
23
10.00
4. Memberikan tulisan doa :
niat tayamum, doa sesudah
tayamum, doa ketika nyeri,
doa sebelum dan setelah,
minum obat.
Catatan Perkembangan
1. Nyeri sedikit berkurang
dengan skala 3 (0-10)
2. Klien sudah mulai paham
mengenai tayamum
3. Klien tampak mengikuti
dan memperhatikan ketika
di bimbing berdoa sebelum
dan setelah minum obat
19 Des 2017 2 12.00
1. Mengingatkan klien untuk
shalat dzuhur
Catatan Perkembangan
1. Klien mengatakan belum
melaksanakan ibadah shalat
karena sedang ada halangan
19 Des 2017 1 14.30 WIB
1. Menanyakan keadaan klien
2. Mengukur TTV
3. Memberikan obat dengan
mengingatkan kembali
24
klien dalam berdoa sebelum
dan sesudah minum obat
Catatan Perkembangan
1. TTV :
TD: 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36.3ºC
2. Untuk doa sebelum dan
sesudah minum obat klien
masih belum lancar
3. Klien mengatakan nyeri
perut sudah berkurang
dengan skala nyeri 3 (0-10)
19 Des 2017 2 15.15 WIB Rani. R
1. Menanyakan
kembali/mengevaluasi
mengenai tatacara tayamum
Catatan perkembangan :
1. Klien mengatakan untuk
niat tayamum masih belum
terlalu ingat.
2. Klien mengatakan belum
melaksanakan ibadah shalat
karena sedang ada halangan
20 Des 2017 1 09.00 WIB
1. Menanyakan keadaan klien
25
2. Mengevaluasi mengenai
tata cara tayamum
3. Memberikan klien obat dan
membimbing do’a minum
obat dan sesudah minum
obat
Catatan Perkembangan
1. Nyeri dirasakan kembali
dengan skala 4 (0-10)
2. klien sudah mulai paham
mengenai tayamum
3. klien mulai lancar dalam
melakukan doa sebelum
dan sesudah minum obat
dengan membaca tulisan
yang telah di berikan
2 12.00
1. Mengingatkan klien untuk
shalat dzuhur
Catatan Perkembangan
1. Klien mengatakan belum
melaksanakan ibadah shalat
karena sedang ada halangan
20 12 17 1 14.30 WIB
1. Menanyakan keadaan klien
2. Mengukur TTV
26
16.00 WIB
3. Memberikan obat dengan
mengingatkan kembali
klien dalam berdoa sebelum
dan sesudah minum obat
Catatan Perkembangan
1. TTV :
TD: 130/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36.6ºC
2. Untuk doa sebelum dan
sesudah minum obat klien
sudah mulai lancar di bantu
dengan membaca tulisan
yang di berikan
3. Klien mengatakan masih
nyeri
27
BAB IV
PEMBAHASAN
28
Dalam kondisi sakit pasien sabar dalam menghadapi penyakitnya dan selalu
tawakal kepada Allah Swt tetapi pasien masih sering mengeluh nyeri pada
abdomen. , tetapi bagaimanapun juga pasien harus menerimanya dengan pasrah dan
ikhlas. Meskipun begitu situasi saat ini tidak mempengaruhi semangat pasien untuk
sembuh, pasien berkeinginan untuk sembuh dan berkumpul kembali bersama
keluarga. Kegiatan atau tindakan medis tidak bertentangan dengan kepercayaan
yang di anut pasien . pasien berikhtiar dan hanya memohon kesembuhan kepaada
Allah SWT. Pasien mengatakan ketika kondisi kurang sehat merasakan sulit tidur
sering terbangun, terkadang juga pasien mencari ketenangan dengan shalat dan
berdzikir. Pasien mengatakan ternyata selama sakit, pasien hanya menemukan
makna ketenangan ketika mendekatkan diri dengan ibadah salah satunya membaca
dan mendengarkan ayat suci Al-Qur’a.n. Pasien mengatakan agama dan Allah SWT
merupakan hal penting dalam kehidupannya. Keadaan sakit saat ini pasien merasa
semakin dekat dengan Allah SWT, pasien mengatakan Allah SWT telah mengatur
kehidupannya dengan baik. Pasien menerima keadaan saat ini dan selalu bersyukur
kepada Allah SWT. Pasien mengatakan merasakan kenyamanan ketika kondisi
penyakit pasien kambuh lalu pasien mencari solusi dengan membaca Al-Qur’an dan
pasien merasakan sesuatu ketenangan dan kedekatannya dengan Allah SWT.
Hal yang penting dalam hidup pasien adalah bisa berguna bagi sesama terutama
untuk suami dan anak-anaknya, selain itu klien mengatakan hal yang paling penting
dalam hidupnya adalah kesehatan, karena klien merupakan seorang ibu rumah
tangga. Klien mengatakan jika klien sakit semua tugasnya sebagai ibu rumah tangga
pasti terbengkalai misalnya saja dalam melakukan pekerjaan rumah, selain itu
disamping sebagai ibu rumah tangga klien juga melakukan berbagai aktivitas untuk
membantu perekonomian keluarga. Dukungan yang klien dapat yaitu dari suami
dan anaknya, namun menurut klien yang paling menjadi dukungan bagi klien yaitu
suaminya yang sedang sakit, klien menginginkan kesembuhan agar bisa membantu
suaminya yang sakit dirumah. Menurut klien juga anaknya selalu membantu apa
yang klien butuhkan meskipun tidak setiap hari anaknya berada disampingnya
29
ketika sakit. Dukungan tersebut klien maknai sebagai bentuk kasih sayang anggota
keluarganya untuk klien.
30
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
31
berdoa sebelum dan setelah minum obat, pasien diberikan buku doa oleh perawat
dan antusias membacanya sehingga Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan
praktik ibadah tidak ada
Gangguan praktik ibadah Pasien tampak tenang, jarang gelisah, tidur nyenyak,
pasien tampak menujukan harapan dengan menunjukan semangat hidup,
mengungkapkan optimisme, mengungkapkan kedamaian batin, pasien kooperatif
dan terbuka berinteraksi positif dengan perawat, binroh, dan petugas medis lainnya,
makan selalu habis, pasien diberikan buku doa, buletin mengenai makna sakit
dalam Islam, doa nabi dikala gelisah dan sedih, leaflet tayamum dan sholat, pasien
tampak tenang setelah difasilitasi murattal alqur’an melaui audio speaker, Pasien
mampu menjalankan kegiatan ibadahnya mandiri. Sehingga kesiapan gangguan
praktik ibadah
B. Saran
32
33