Vous êtes sur la page 1sur 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam sangat memperhatikan soal kesehatan dengan cara antara lain
mengajak dan menganjurkan untuk menjaga dan mempertahankan
kesehatan yang telah dimiliki setiap orang. Anjuran menjaga kesehatan itu
bisa dilakukan tindakan preventif (pencegahan) dan represif (pengobatan).
Secara preventif perhatian islam terhadap kesehatan ini bisa dilihat dari
anjuran sungguh-sungguh terhadap pemeliharaan kebersihan.terdapat dua
kenikmatan yang telah dikaruniakan Allah Swt kepada hambanya dan sering
dilupakan oleh manusia yaitu nikmat sehat dan nikmat waktu luang.
Sungguh sangat merugi seorang hamba Allah Swt ketika tidak mensyukuri
atas apa yang telah diberikan kepadanya maka dari itu dianjurkan untuk
senantiasa menjaga kesehatan kita, sehingga kita dapat senantiasa menjaga
dan mengamalkan perintah Allah Swt dengan sebaik-baiknya (HR. Bukhari
Muslim).
Fenomena yang ditemukan di Rumah Sakit yang berbasis Islami,
khususnya terhadap pasien muslim kebanyak ditemukan masalah-masalah
yang berhubungan dengan spiritual. Banyak diantaranya pasien-pasien yang
merasakan ketidaknyamanan yang berkaitan dalam praktek ibadah sehari-
hari yang disebabkan diantaranya mengenai kebersihan tempat tidur,
ketidakpahaman dalam menjalankan ibadah saat sakit. Maka dari itu perlu
adanya bimbingan spiritual secara komprehensif dari petugas kesehatan
untuk meningkatkan spiritual pasien di rumah sakit berbasis islami serta
petugas kesehatan harus memahami keyakinan agama, budaya, dan
pandangan dalam nilai spiriual islam pasien.
Beberapa pemenuhan kebutuhan spiritual pasien beragam. Pasien
yang menganut agama Islam melaksanakan sholat lima waktu, dan untuk
berwudhu tentunya pasien yang terbaring diatas tempat tidur membutuhkan

1
pendampingan dan bimbingan bagaimana tata cara pelaksanaan berwudhu.
Selain itu dalam menghadapi pasien kondisi kritis atau pasien palliatif care
yang kemungkinan dekat menuju kematiannya, bentuk caring perawat
secara Islami yaitu mentalqin dan membacakan lantunan ayat suci Al-
Qur’an bagi pasien menghadapi sakaratul mautnya agar tercapai kematian
yang khusnul khotimah. Pasien muslim yang meninggal, memiliki aturan
sendiri dalam agama Islam seperti ketika menghadapi sakaratul maut, pasien
meninggal dalam kondisi mata dan mulut terbuka, maka aturan Islam
memberikan akhir hidup pasien pada tahap kematian yang baik seperti mata
dan mulut harus ditutup jika kondisi terbuka dan jenazah dimandikan,
dikafani, disholatkan dan dihadapkan ke arah kiblat. Aturan dalam
pemulasaran jenasah antara laki-laki dan perempuan pun terpisah. Maka
bantuan perawat, dukungan anggota keluarga dan kolaborasi bersama
penasihat agama (bimroh) diperlukan. Ditinjau dalam perawatannya,
perawatan antara pasien perempuan dan pasien laki-laki dalam aturan Islam
seharusnya terpisah dalam kondisi privasi tertentu, pasien yang sakit
membutuhkan siraman rohani, doa bagi kesembuhan dan kenyamanan bagi
psikospiritual pasien.
Melihat kasus pasien yang ditemukan adalah kasus cholelitiasis
dimana secara prevalensi cholelitiasis di Amerika Serikat tercatat setiap
tahunnya 700.000 dilakukan prosedur kolesistektomi insiden batu empedu
dinegara barat ada 20% dan kebanyakan menyerang orang dewasa dan
lansia (Sjamsuhidajat, 2010). Sampai saat ini di indonesia belum ada data
yang valid mengenai angka kejadian penyakit batu empedu, walaupun
gejala dan komplikasi batu empedu relatif kecil akan tetapi dapat menjadi
ancaman serius (Lesmana, 2014 ; Chen, 2014). Berdasarkan studi
kelisistografi didapatkan laporan angka insidensi kolelitasis terjadi pada
wanita sebesar 76% dan pada laki-laki 36%.
Berdasarkan hasil observasi dan pengkajian yang ditemukan di
ruangan zaituin 1 RSUD Al – Ihsan Provinsi Jawa Barat, pasien dengan
kasus cholelithiasis membutuhkan pelayanan dengan ketergantungan

2
sebagian. Berdasarkan pengkajian pada pasien Ny. H berusia 54 tahun
pasien masuk dengan keluhan nyeri ulu hati dan didiagnosa cholelithiasis.
Jika dilihat dari derajat kemampuan fisik, kondisi pasien sudah
menunjukkan keterbatasan fisik sehingga pasien tidak hanya membutuhkan
pelayanan medis saja tetapi pasien juga membutuhkan pelayanan dalam
spiritual khususnya dalam menjalankan ibadah sehari-hari.
Berdasarkan latar belakang tersebut setelah dikaji lebih dalam oleh
kelompok pasien membutuhkan pelayanan secara menyeluruh salah satunya
membutuhkan pelayanan spiritual. Maka dari itu kelompok tertarik
mengangkat kasus asuhan keperawatan spiritual muslim pada Ny. H dengan
diagnosa Cholelithiasis.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini yaitu “Bagaimana asuhan
keperawatan keperawatan spiritual muslim pada ny. H dengan Cholelithiasis di
ruang Zaitun I RSUD Al - Ihsan Provinsi Jawa Barat ? ”.

C.Tujuan
Adapun rumusan masalah dari tujuan makalah ini diantaranya :
1. Dapat mengetahui konsep kesehatan spiritual muslim
2. Dapat mengetahui spiritual care terhadap pasien
3. Dapat mengetahui perkembangan aspek spiritual muslim pasien
4. Dapat mengetahui karakteristik spiritual, kemudian berdasarkan asuhan
keperawatan spiritual muslim

3
BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Definisi Spiritual Care


Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan spirit, semangat untuk
mendapatkan keyakinan, harapan dan makna hidup. Spiritualitas merupakan suatu
kecenderungan untuk membuat makna hidup melalui hubungan intrapersonal,
interpersonal dan transpersonal dalam mengatasi berbagai masalah kehidupan.
Manusia adalah mahluk Tuhan yang paling sempurna. Tidak hanya terdiri dari
seonggok daging dan tulang, tetapi terdiri dari komponen menyeluruh biologis,
psikologis, sosial, spiritual dan kultural. Tuntutan keadaan, perkembangan,
persaingan dalam berbagai aspek kehidupan dapat menyebabkan kekecewaan,
keputusasaan, ketidak berdayaan pada manusia baik yang sehat maupun sakit.
Selama dalam kondisi sehat wal-afiat, dimana setiap komponen biologis,
psikologis, sosial, kultural dan spiritual dapat berfungsi dengan baik, sering
manusia menjadi lupa, seolah hidup memang seharusnya seperti itu. Tetapi ketika
salah satu fungsi komponen tubuh terganggu, maka tejadilah stresor, menuntut
setiap orang mampu beradaptasi, pulih kembali dengan berbagai upaya, sehingga
kehidupan dapat berlanjut dengan baik. Ketika gangguan itu sampai menghentikan
salah satu fungsi dan upaya mencari pemulihan tidak membuahkan hasil, disitulah
seseorang akan mencari kekuatan lain diluar dirinya, yaitu kekuatan spiritual.
(Yusuf,2015).
Spiritualitas adalah suatu keyakinan dalam hubungannya dengan yang
Maha Kuasa, Maha Pencipta (Hamid, 2012). Keyakinan spiritual akan berupaya
mempertahankan keharmonisan, keselarasan dengan dunia luar. Berjuang untuk
menjawab atau mendapatkan kekuatan ketika sedang menghadapi penyakit fisik,
stres emosional, keterasingan sosial, bahkan ketakutan menghadapi ancaman
kematian. Semua ini merupakan kekutan yang timbul diluar kekuatan manusia.
Keyakinan spiritual sangat penting bagi perawat karena dapat mempengaruhi
tingkat kesehatan dan perilaku perawatan diri klien. Kesadaran akan konsep ini

4
melahirkan keyakinan dalam keperawatan bahwa pemberian asuhan keperawatan
hendaknya bersifat holistik, tidak saja memenuhi kebutuhan fisik, tetapi juga
memenuhi psikologis, sosial, kultural dan spiritual klien. (Hamid, 2012).
Spiritual Care adalah praktek dan prosedur yang dilakukan oleh perawat
terhadap pasien untuk memenuhi kebutuhan spiritual pasien (Cavendish et al,
2003). Menurut Meehan (2012) spiritual care adalah kegiatan dalam keperawatan
untuk membantu pasien yang dilakukan melalui sikap dan tindakan praktek
keperawatan berdasarkan nilai-nilai keperawatan spiritual yaitu mengakui martabat
manusia, kebaikan, belas kasih, ketenangan dan kelemahlembutan. (Meehan 2012).

B. Teori Spiritual Care


Spiritual care berfokus pada menghormati pasien, interaksi yang ramah dan
simpatik, mendengarkan dengan penuh perhatian dan memberikan kekuatan pada
pasien dalam menghadapi penyakitnya (Mahmoodishan, 2010). Spiritual care tidak
mempromosikan agama atau praktek untuk meyakinkan pasien tentang agamannya
melainkan memberi kesempatan pada pasien untuk mengekspresikan nilai-nilai dan
kebutuhan mereka, dan memberdayakan mereka terkait dengan penyakitnya (
Souza et al, 2007 dalam Sartori, 2010).
Chan (2008) dan Mc Sherry & Jamieson (2010) mengatakan bahwa spiritual
care merupakan aspek perawatan yang integral dan fundamental dimana perawat
menunjukkan kepedulian kepada pasien. Menurut (Vincensi,2011) mengatakan
bahwa Kebutuhan refleksi diri sering dipicu oleh interaksi dengan lingkungan atau
dunia di sekitarnya.
a). Theory of Self Transcendence
Teori ini dikemukakan oleh Reed (1987) dari perkembangan teori Rogers
yang membahas mengenai manusia sebagai mahluk kesatuan. Reed telah bekerja di
bagian kesehatan klinis dan jiwa (Reed, 2008 dalam Vincensi, 2011). Teori ini
memberikan kerangka masalah kesehatan yang kompleks dapat meningkatkan
kesadaran peningkatan mortalitas pribadi dan kerentanan. Peningkatan kerentanan
karena adanya proses penuaan, penyakit kronis dan akhir keprihatinan hidup.

5
b). The Philosophy and Science of Caring
Teori The Philosophy and Science of Caring telah dikemukakan Watson
(1987, 2008). Watson (1987, 2008 dalam Vincensi, 2011) mengemukakan bahwa
kepedulian yang efekfif bermanfaat untuk mempromosikan kesehatan,
penyembuhan, dan rasa kesejahteraan yang memungkinkan untuk memberbaiki
kesadaran berevolusi, kedamaian batin, dan krisis transendensi
c). The Experiential Theory of Spiritual Care
Dalam praktik keperawatan dikembangkan oleh Burkhart dan Hogan (2008)
dalam Vincensi (2011) untuk membantu penilaian spiritual dan spiritual care dalam
bidang keperawatan. Teori pertama dimulai dengan perawat menerima “Cue” klien
yang menunjukan kebutuhan spiritual. Diikuti oleh beberapa proses, jika perawat
memutuskan untuk mengambil tindakan, dimulai dengan menyediakan intervensi
asuhan keperawatan spiritual selama bertemu dengan klien.
d). Theory of Health as Expanding Consciousness
Teori ini dikembangkan oleh Newman (2000: 3334 dalam Vincensi, 2011)
yang mengemukakan bahwa kesehatan adalah paradigma fokus utama dalam
keperawatan. Dalam teori ini, evolusi kesehatan memperluas kesadaran diri dan
pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungan dan sistem energi terbuka.
Kesadaran didefinisikan sebagai kapasitas informasi dari sebuah sistem untuk
berinteraksi dengan lingkungan.

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Spiritual Care Perawat


Menurut (Sianturi,2015) faktor intrinsik dan ekstrinsik dijelaskan sebagai berikut :
a). Ketidakmampuan Perawat untuk Berkomunikasi.
Ketidakmampuan berkomunikasi secara efektif dapat mengakibatkan
pasien tidak mampu mengungkapkan kebutuhan spiritualnya. Perawat dapat
mencoba mengatasi keadaan ini dengan berbagai tehnik untuk mencoba
menemukan apa yang menjadi kebutuhan spiritual pasien.

6
b). Ambigu
Ambigu muncul ketika perawat berbeda keyakinan dengan pasien yang
dirawatnya. Hal ini dapat mengakibatkan rasa tidak aman, sehingga perawat
menghindar dari keadaan ini.
c). Kurangnya Pengetahuan tentang Spiritual Care
Ambigu juga dapat muncul ketika perawat tidak mengetahui tentang
spiritual care . Ozbasaran et al., (2011) dan Hubbell et al., (2006) mengatakan
bahwa persepsi perawat tentang spiritual care dapat menjadi penghalang perawat
dalam memberikan spiritual care.

D. Proses Spiritual Care Muslim


1. Pengkajian spiritual menurut Kozier et al (2004) terdiri dari pengkajian
riwayat keperawatan dan pengkajian klinik.
Pada pengkajian klinik menurut Kozier et al (2004) meliputi :
1) Lingkungan
Kitab suci atau dilingkungannya terdapat kitab suci atau buku doa lainnya,
literatur-literatur keagamaan
2) Perilaku
Berdoa sebelum makan atau pada waktu lainnya atau membaca literatur
keagamaan
3) Verbalisasi
Menyebutkan tentang Tuhan atau kekuatan yang Maha Tinggi, tentang yaitu
apakah pasien doa-doa, keyakinan, mesjid, gereja, kuil, pemimpin spiritual,
atau topik-topik keagamaan
4) Afek dan Sikap
Menunjukan sikap dengan tanda – tanda kesepian, cemas, marah, tekun
berdoa, apatis, dan depresi atau tertekan
5) Hubungan interpersonal
Sanak atau saudara ketika sakit, respon klien terhadap pengunjung, respon
terhadap pemuka agama yang datang, dan sosialisasi pasien terhadap staff
perawat atau tim medis lainnya.

7
Hamid (2008) mengatakan bahwa pada dasarnya informasi awal yang perlu
dikaji secara umum adalah sebagai berikut :
a) Afiliasi agama
Partisipasi pasien dalam kegiatan agama dilakukan secara aktif atau
tidak, jenis partisipasi dalam kegiatan agama.
b) Keyakinan agama atau spiritual,
Mempengaruhi, praktek kesehatan yaitu diet, mencari dan menerima
terapi, ritual atau upacara agama, persepsi penyakit yaitu hukuman,
cobaan terhadap keyakinan, dan strategi koping.
c) Nilai agama atau spiritual,
Mempengaruhi, tujuan dan arti hidup, tujuan dan arti kematian,
kesehatan dan pemeliharaannnya, hubungan dengan Tuhan ,diri sendiri
dan orang lain.

2. Diagnosa Spiritual Care


(Hamid ,2008) mengatakan bahwa peran perawat dalam
merumuskan diagnosa keperawatan terkait dengan spiritual pasien
mengacu pada distresspiritual yaitu spiritual pain, pengasingan diri
(spiritual alienation), kecemasan (spiritual anxiety), rasa bersalah
(spiritual guilt), marah (spiritual anger), kehilangan (spiritual loss),
putus asa (spiritual despair). Distres spiritual.

8
3. Intervensi Spiritual Care
Pada fase rencana keperawatan, perawat membantu pasien untuk
mencapai tujuan yaitu memelihara atau memulihkan kesejahteraan
spiritual sehingga kepuasan spiritual dapat terwujud. Rencanaan
keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan berdasarkan NANDA
(2012) meliputi :
a) Mengkaji adanya indikasi ketaatan pasien dalam beragama, mengkaji
sumbersumber harapan dan kekuatan pasien, mendengarkan pendapat
pasien tentang hubungan spiritual dan kesehatan, memberikan privasi,
waktu dan tempat bagi pasien untuk melakukan praktek spiritual,
menjelaskan pentingnya hubungan dengan Tuhan, empati terhadap
perasaan pasien, kolaborasi dengan pemuka agama, meyakinkan
pasien bahwa perawat selalu mendukung pasien.
b) Pendekatan yang menenangkan pasien, menjelaskan semua prosedur
dan apa yang akan dirasakan pasien selama prosedur, mendampingi
pasien untuk memberikan rasa aman dan mengurangi rasa takut,
memberikan informasi tentang penyakit pasien, melibatkan keluarga
untuk mendampingi pasien, mengajarkan dan menganjurkan pasien
untuk menggunakan tehnik relaksasi, mendengarkan pasien dengan
aktif, membantu pasien mengenali situasi yang menimbulkan
kecemasan, mendorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, dan persepsi.
c) Membantu pasien untuk beradaptasi terhadap perubahan atau
ancaman dalam kehidupan, meningkatkan hubungan interpersonal
pasien, memberikan rasa aman.

9
Tabel 2.1
Diagnosis, Klasifikasi Intervensi Keperawatan (NIC), dan Intervensi Spiritualitas
dalam Praktik Keperawatan :
DIAGNOSA NIC INTERVENSI
Distress Spiritual Fasilitas spiritual a. Menanyakan pasien tentang
perasaannya
b. Mendorong pasien berdoa
c. Mendoakan pasien
d. Mendorong keluarga, kerabat
berdoa bersama pasien
e. Meminta keluarga, kerabat agar
membantu memenuhi kebutuhan
spiritual pasien
Dukungan spiritual a. Mendorong pasien a. Mengingatkan pasien untuk
melakukan kegiatan ibadah
keagamaan , jika b. Mengantar pasien ibadah
diinginkan c. Menawarkan spiritual care
b. Mendorong d. Menanyakan apakah pasien dan
pasien keluarga butuh pemuka agama
menggunakan e. Menyediakanartikel keagamaan
sumber daya f. Mengijinkan pasien untuk
spiritual jika meditasi, berdoa, dan ritual lainnya
diinginkan g. Mendengarkan dengan aktif
c. Menyediakan ungkapan pasien tentang
artikel keagamaan perasaannya
d. Menfasilitasi h. Menghibur pasien
pasien i. Mendiskusikan tentang penyakit
menggunakan dan kematian.
meditasi, doa, ritual

10
dan tradisi agama
lainnya
e. Mendengarkan
dengan aktif
f. Meyakinkan
pasien bahwa
perawat mendukung
pasien
Mendengarkan dengan a. Menetapkan a. Membiarkan pasien bercerita
aktif tujuan untuk tentang pasien sendiri
berinteraksi b. Mendorong pasien untuk selalu
b. Menunjukkan semangat
kesadaran dan c. Melakukan diskusi tentang hal-
kepekaan terhadap hal yang tidak pasti
emosi pasien
c. Mendorong pasien
untuk merefleksikan
sikap, pengalaman
masa lalu dengan
situasi saat ini
Sentuhan Memegang tangan Memegang tangan pasien
pasien untuk
memberikan
dukungan emosional
Peningkatan Kesadaran Membantu pasien Menyampaikan pada pasien
diri untuk tentang keyakinan yang positif
mengidentifikasi
sumber motivasi

11
4. Implementasi Spiritual Care
Perawat dapat menggunakan empat alat/instrumen spiritual untuk
membantu perawat dalam melaksanakan spiritual care yaitu perawat
perlu mendengarkan pasien, perawat perlu hadir setiap saat untuk pasien,
kemampuan perawat untuk menerima apa yang disampaikan pasien, dan
menyikapi dengan bijaksana keterbukaan pasien pada perawat. Perawat
perlu menyadari bahwa memberikan spiritual care bukan hanya tugas
dari pemuka agama, oleh karena itu perawat juga harus mengenali
keterbatasan pada diri sendiri dan harus bekerjasama dengan disiplin
ilmu lain seperti pembimbing rohani yang ada di rumah sakit, sehingga
dapat berperan penting dalam memberikan dukungan terhadap
kebutuhan spiritual pasien (Govier, 2000).
Penelitian Cavendish (2003) dan Narayanasamy (2004)
menyimpulkan bahwa kegiatan perawat dalam implementasi spiritual
pasien adalah antara lain : mendukung spiritual pasien,
pendampingan/kehadiran, mendengarkan dengan aktif, humor, terapi
sentuhan, meningkatkan kesadaran diri, menghormati privasi, dan
menghibur misalnya dengan terapi musik. Kozier et al (2004)
mengatakan bahwa perawat perlu mempertimbangkan praktek
keagamaan tertentu yang akan mempengaruhi asuhan keperawatan,
seperti keyakinan pasien tentang kelahiran, kematian, berpakaian,
berdoa, dan perawat perlu mendukung spiritual pasien. Kehadiran
menurut Zerwekh (1997 dalam Kozier et al, 2004) diartikan bahwa
perawat hadir dan menyatu dengan pasien. Osterman dan Schwartz-
Barcott (1996 dalam Kozier et al, 2004) mengidentifikasi empat cara
pendampingan untuk pasien yaitu presensi yakni ketika perawat secara
fisik hadir tetapi tidak fokus pada pasien, presensi parsial yakni ketika
perawat secara fisik hadir dan mulai berusaha fokus pada pasien, presensi
penuh yakni ketika perawat hadir disamping pasien baik secara fisik,
mental maupun emosional, dan dengan sengaja memfokuskan diri pada
pasien, presensi transenden yakni ketika perawat hadir baik secara fisik,

12
mental, emosional, maupun spiritual. Membantu berdoa atau mendoakan
pasien juga merupakan salah satu tindakan keperawatan terkait spiritual
pasien. Berdoa melibatkan rasa cinta dan keterhubungan. Pasien dapat
memilih untuk berpartisipasi secara pribadi atau secara kelompok dengan
keluarga, teman atau pemuka agama. Pada situasi ini peran perawat
adalah memastikan ketenangan lingkungan dan privasi pasien terjaga.
Keadaan sakit dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk berdoa.
Pada beberapa rumah sakit pasien dapat meminta perawat untuk berdoa
dengan mereka dan ada yang berdoa dengan pasien hanya bila ada
kesepakatan antara pasien dengan perawat. Karena berdoa melibatkan
perasaan yang dalam, perawat perlu menyediakan waktu bersama pasien
setelah selesai berdoa, untuk memberikan kesempatan pada pasien untuk
mengekspresikan perasaannya (Kozier et al, 2004).

13
ASUHAN KEPERAWATAN SPIRITUAL MUSLIM PADA NY.H
DI RUANG ZAITUN 1 RSUD AL-IHSAN
PROVINSI JAWA BARAT

A. BIODATA KLIEN
1. Inisial Klien : Ny.H
2. Usia : 54 th
3. Jenis Kelamin :P
4. Agama : Islam
5. Pendidikan terakhir : SMA
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Alamat : Jl.lamping Rt 02 Rw 07 kelurahan cipinang
kec. cimaung
8. Diagnosa medis : Gasttritis akut
9. Tanggal masuk RS : 12 Desember 2017
10. Tanggal pengkajian : 18 Desember 2017

B. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU DAN SEKARANG


Satu hari sebelum masuk rumah sakit, setelah melaksanakan ibadah shalat klien
mengeluh nyeri ulu hati, disertai mual, pusing dan terasa sesak. Karena tidak
kunjung membaik dan sesak bertambah berat, keluarga klien khawatir dan klien di
bawa ke RS Al-Ihsan masuk ke IGD. Dokter IGD menyarankan klien untuk
langsung dirawat inap.
Pada saat dilakukan pengkajian pada tanggal 18 Desember 2017 pukul 15.00
WIB klien mengeluh nyeri perut disebelah kanan atas, terjadi tidak menentu atau
hilang timbul, nyeri dirasakan bertambah apabila klien berbaring terlentang dan
nyeri berkurang jika klien duduk atau dengan posisi semi fowler, skala nyeri 4 (0-
10). Tingkat kesadaran Compos Mentis (CM), GCS 15 ( E 4 M6 V5), TD: 140/80
mmHg, N: 67 x/menit R: 21 x/menit, S: 36,2ºc, terpasang infus sebelah tangan
kanan klien diberikan terapi cairan RL, terpasang oksigen nasal kanul 4 liter.

14
C. PENGKAJIAN SPIRITUAL
1. Hubungan kesehatan dengan spiritual
Pada saat pengkajian deskripsi sakit menurut klien adalah sebagai ujian dari
Allah SWT. Klien menerima kondisi sakit saat ini, klien mengatakan pasrah dan
ikhlas terhadap sakit yang ia derita, klien mensyukuri apapun yang allah berikan.
Perasaan klien ketika sakit klien hanya berharap untuk segera sembuh, menurut
penuturan klien selama ini tidak ada tindakan yang diberikan kepadanya baik oleh
perawat ataupun dokter yang bertentangan dengan keyakinan klien. Klien berikhtiar
dan hanya memohon kesembuhan kepada Allah SWT. Ketika sakit seperti ini
kondisi yang sangat mengganggu klien adalah ketika klien merasakan nyeri perut
terkadang sampai menangis.

2. Kebiasaan praktik ibadah di rumah


Saat dilakukan pengkajian mengenai praktik ibadah klien di rumah, klien
mengatakan kegiatan ibadah dirumah selalu melaksanakan shalat wajib 5 waktu
meskipun terkadang tidak tepat waktu, pelaksanaan shalat sunnah seperti tahajud,
duha, dan rawatib jarang dilakukan. Untuk ibadah lainnya seperti puasa wajib klien
mengerjakannya, klien mengatakan setiap hari selalu menyempatkan diri untuk
membaca al-quran di rumah.

3. Kebiasaan praktik ibadah ketika sakit


Saat dilakukan pengkajian mengenai praktik ibadah di rumah sakit, klien
mengatakan tidak membawa perlengkapan alat shalat, buku doa, maupun Al-Quran.
selama dirawat klien mengatakan terganggu ketika melaksanakan ibadah shalat
karena klien mengatakan mudah merasakan sakit pada perutnya. Tetapi klien
berusaha untuk melaksanakan ibadah shalat wajib, dalam kondisi sakit klien juga
mengatakan mengetahui cara beribadah dalam kondisi sakit, seperti shalat dengan
cara berbaring sesuai dengan keyakinannya, akan tetapi untuk pelaksanaan
tayamum klien belum tahu bagaimana caranya. Sehingga bantuan yang dibutuhkan
oleh klien yaitu tata cara bertayamum.

15
4. Konsep ketuhanan
Klien mengatakan sudah menerima dengan apa yang telah Allah SWT berikan
kepada klien termasuk sakitnya saat ini. Keadaan saat ini klien merasa semakin
dekat dengan Allah SWT, klien mengatakan Allah SWT telah mengatur
kehidupannya dengan baik. Klien mengatakan bahwa klien memiliki semangat
yang tinggi untuk bisa sembuh dan akan selalu berusaha demi kesembuhannya.

5. Makna hidup
Menurut klien hal yang paling penting dalam hidup klien adalah bisa berguna
bagi sesama terutama untuk suami dan anak-anaknya, selain itu klien mengatakan
hal yang paling penting dalam hidupnya adalah kesehatan, karena klien merupakan
seorang ibu rumah tangga. Klien mengatakan jika klien sakit semua tugasnya
sebagai ibu rumah tangga pasti terbengkalai misalnya saja dalam melakukan
pekerjaan rumah, selain itu disamping sebagai ibu rumah tangga klien juga
melakukan berbagai aktivitas untuk membantu perekonomian keluarga.

6. Support system dan dukungan


Dukungan yang klien dapat yaitu dari suami dan anaknya, namun menurut
klien yang paling menjadi dukungan bagi klien yaitu suaminya yang sedang sakit,
klien menginginkan kesembuhan agar bisa membantu suaminya yang sakit
dirumah. Menurut klien juga anaknya selalu membantu apa yang klien butuhkan
meskipun tidak setiap hari anaknya berada disampingnya ketika sakit. Dukungan
tersebut klien maknai sebagai bentuk kasih sayang anggota keluarganya untuk
klien.

7. Sumber harapan dan kekuatan


Klien berkeinginan untuk sembuh agar dapat berkumpul dangan keluarga dan
beraktivitas seperti biasa dengan membantu suaminya yang sedang sakit di rumah.
Yang memotivasi klien untuk sembuh adalah suami dan anaknya. Sumber kekuatan
dan harapan hidup klien adalah keluarga klien selalu berdoa kepada Allah SWT
untuk kesembuhannya. Peran perawat yang dibutuhkan oleh klien untuk

16
meningkatkan kesejahteraan spiritual seperti memotivasi untuk sembuh dan
meningkatkan praktik ibadah klien di rumah sakit.

8. Dukungan komunitas
Pada saat di observasi yang merawat klien adalah anaknya dan saudaranya.
Klien selalu mendapat dukungan dari keluarga dan saudaranya. Hubungan klien
dengan tenaga kesehatan terjalin baik, klien juga sangat kooperatif. Dukungan yang
paling klien butuhkan saat ini adalah dukungan doa dan semangat untuk sembuh
klien menerima simpati dari unsur keagamaan..

17
D. PENGELOMPOKAN DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
SPIRITUAL BERDASARKAN NANDA

DATA SUBJEKTIF DATA OBJEKTIF DIAGNOSA


KEPERAWATAN
Selama dirawat klien Kurang pengetahuan
mengatakan terganggu tentang pelaksanaan
ketika melaksanakan praktik ibadah
ibadah shalat karena
klien mengatakan mudah
merasakan sakit pada
perutnya. Tetapi klien
berusaha untuk
melaksanakan ibadah
shalat wajib, dalam
kondisi sakit klien juga
mengatakan mengetahui
cara beribadah dalam
kondisi sakit, seperti
shalat dengan cara
berbaring sesuai dengan
keyakinannya, akan
tetapi untuk pelaksanaan
tayamum klien belum
tahu bagaimana caranya.
Sehingga bantuan yang
dibutuhkan oleh klien
yaitu tata cara
bertayamum.

18
1. Selama dirawat klien 1. Neri dirasakan pada Gangguan praktik ibadah
mengatakan bagian abdomen
terganggu ketika bagian kanan atas
melakukan ibadah skala 4, nyeri
shalat karena klien bertambah jika klien
mengatakan mudah berbaring terlentang
merasakan sakit pada dan berkurang jika
perutnya. klien duduk atau
2. Klien tidak posisi semii fowler
mengetahui tata cara dan dirasakan hilang
bertayamum. timbul
2. Terpasang infus
sebelah tangan kanan
klien
3. Terpasang oksigen 4
liter.

19
E. INTERVENSI
Dx Keperawatan Outcome Intervensi
Kurang pengetahuan - Klien memahami kaitan - Identifikasi
tentang pelaksanaan agama, spiritual dengan pengetahuan,
praktik ibadah kesehatan kemauan dan
- Klien memahami religius kemampuan klien
penyakit dalam islam dalam meningkatkan
- Klien dapat menentukan kegiatan ibadah
praktik tayamumdan shalat khususnya tayamum
sesuai dengan keadaan - Diskusikan dengan
sakitnya klien tentang
hubungan agama,
spiritual dengan
kesehatan
- Motivasi klien untuk
dapat menentukan
praktik tayamum dan
shalat sesuai dengan
keadaan sakitnya
Gangguan praktik 1. Klien menunjukan 1. Ingatkan klien waktu
ibadah kemampuan orientasi shalat shalat
2. Klien melakukan praktik 2. Ajarkan klien taharah
tharah yang sesuai dengan sesuai dengan kondisi
kemampuan sakitnya sakitnya
3. Klien menunjukan motivasi 3. Fasilitasi klien dalam
yang kuat untuk beribadah
melaksanakan praktik ibadah 4. Bantu klien shalat
4. Klien berdoa sebelum 5. Bantu klien
melaksanakan aktivitas memanjatkan do’a
sehari-hari

20
Catatan:
 Intervensi yang diambil sesuaikan dengan diagnosa keperawatan klien
F. IMPLEMENTASI

TANGGAL DIAGNOSA IMPLEMENTASI dan PARAF


KEPERAWATAN CATATAN
PERKEMBANGAN
18 Des 17 1 15.00 WIB
1. Menanyakan keadaan klien
2. Menanyakan sejauh mana
klien mengetahui praktik
ibadah ditempat tidur dan
cara tayamum
15.30 WIB
3. Mengajarkan dan
membimbing klien untuk
berdo’a ketika sedang
merasakan nyeri
4. Menganjurkan klien untuk
berdzikir 4T untuk
mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan
16.00
5. Memberikan klien obat dan
membimbing do’a minum
obat dan sesudah minum
obat

Catatan Perkembangan
1. Klien masih mengeluh
nyeri perut bagian atas

21
dengan skala 4 seperti
ditusuk-tusuk
2. Klien dapat memngikuti
bibinan berdoa ketika sakit
3. Klien dapat mempraktekan
berzikir 4 T untuk
mengurangi nyeri yang
dirasakannya
4. Klien mengetahui tentang
tata cara shalat dalam
keadaan sakit tetapi klien
belum mengetahui tata cara
tayamum.
5. Klien tampak
memperhatikan dan
antusias.
6. klien mengikuti do’a yang
di ajarkan
18 Des 17 2 15.20 WIB Rani.R
1. mengobservasi TTV
2. Mengingatkan klien waktu
shalat
3. Membimbing klien cara
tayamum
15.30 WIB
4. Memfasilitasi klien untuk
tayamum
16.10 WIB
5. Memberitahukan klien
untuk istinja

22
Catatan Perkembangan
1. TD: 130/80 mmHg, N:
70x/menit R: 21x/menit S:
36,5ºc
2. Klien mengikuti bimbingan
dalam bertayamum, dan
masih belum bisa
melakukannya secara
mandiri
3. Klien mengetahui cara
melaksanakan ibadah shalat
dengan berbaring tetapi
klien sedang tidak
melaksanakan ibadah shalat
4. Klien masih membutuhkan
bimbingan untuk
melaksanakan tayamum
5. Klien tampak
memperhatikan dan
antusias.
19 Des 2017 1 09.00 WIB
1. Menanyakan keadaan klien
2. Mengevaluasi mengenai
tata cara tayamum
3. Memberikan klien obat dan
membimbing do’a minum
obat dan sesudah minum
obat

23
10.00
4. Memberikan tulisan doa :
niat tayamum, doa sesudah
tayamum, doa ketika nyeri,
doa sebelum dan setelah,
minum obat.

Catatan Perkembangan
1. Nyeri sedikit berkurang
dengan skala 3 (0-10)
2. Klien sudah mulai paham
mengenai tayamum
3. Klien tampak mengikuti
dan memperhatikan ketika
di bimbing berdoa sebelum
dan setelah minum obat
19 Des 2017 2 12.00
1. Mengingatkan klien untuk
shalat dzuhur

Catatan Perkembangan
1. Klien mengatakan belum
melaksanakan ibadah shalat
karena sedang ada halangan
19 Des 2017 1 14.30 WIB
1. Menanyakan keadaan klien
2. Mengukur TTV
3. Memberikan obat dengan
mengingatkan kembali

24
klien dalam berdoa sebelum
dan sesudah minum obat

Catatan Perkembangan
1. TTV :
TD: 110/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Suhu : 36.3ºC
2. Untuk doa sebelum dan
sesudah minum obat klien
masih belum lancar
3. Klien mengatakan nyeri
perut sudah berkurang
dengan skala nyeri 3 (0-10)
19 Des 2017 2 15.15 WIB Rani. R
1. Menanyakan
kembali/mengevaluasi
mengenai tatacara tayamum

Catatan perkembangan :
1. Klien mengatakan untuk
niat tayamum masih belum
terlalu ingat.
2. Klien mengatakan belum
melaksanakan ibadah shalat
karena sedang ada halangan
20 Des 2017 1 09.00 WIB
1. Menanyakan keadaan klien

25
2. Mengevaluasi mengenai
tata cara tayamum
3. Memberikan klien obat dan
membimbing do’a minum
obat dan sesudah minum
obat

Catatan Perkembangan
1. Nyeri dirasakan kembali
dengan skala 4 (0-10)
2. klien sudah mulai paham
mengenai tayamum
3. klien mulai lancar dalam
melakukan doa sebelum
dan sesudah minum obat
dengan membaca tulisan
yang telah di berikan
2 12.00
1. Mengingatkan klien untuk
shalat dzuhur

Catatan Perkembangan
1. Klien mengatakan belum
melaksanakan ibadah shalat
karena sedang ada halangan

20 12 17 1 14.30 WIB
1. Menanyakan keadaan klien
2. Mengukur TTV

26
16.00 WIB
3. Memberikan obat dengan
mengingatkan kembali
klien dalam berdoa sebelum
dan sesudah minum obat

Catatan Perkembangan
1. TTV :
TD: 130/80 mmHg
Nadi : 82x/menit
RR : 22x/menit
Suhu : 36.6ºC
2. Untuk doa sebelum dan
sesudah minum obat klien
sudah mulai lancar di bantu
dengan membaca tulisan
yang di berikan
3. Klien mengatakan masih
nyeri

27
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Pembahasan Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim

Asuhan Keperawatan Spiritual Muslim pada Ny.H dengan diagnosa


cholelithiasis. Klien berusia 54 tahun. Praktis ibadah selama di rumah pasien
mengatakan dalam pelaksanaan ibadah shalat pasien selalu melaksanakan shalat
wajib lima waktu. Praktis ibadah di rumah sakit, pasien mengatakan tidak
membawa perlengkapan alat shalat, buku doa, maupun al-quran. Selama pasien
beribadah di rumah sakit / pada saat sakit klien berusaha untuk melaksanakan
ibadah shalat wajib, dalam kondisi sakit klien juga mengatakan mengetahui cara
beribadah dalam kondisi sakit, seperti shalat dengan cara berbaring sesuai dengan
keyakinannya, akan tetapi untuk pelaksanaan tayamum klien belum tahu bagaimana
caranya. Sehingga bantuan yang dibutuhkan oleh klien yaitu tata cara bertayamum.

28
Dalam kondisi sakit pasien sabar dalam menghadapi penyakitnya dan selalu
tawakal kepada Allah Swt tetapi pasien masih sering mengeluh nyeri pada
abdomen. , tetapi bagaimanapun juga pasien harus menerimanya dengan pasrah dan
ikhlas. Meskipun begitu situasi saat ini tidak mempengaruhi semangat pasien untuk
sembuh, pasien berkeinginan untuk sembuh dan berkumpul kembali bersama
keluarga. Kegiatan atau tindakan medis tidak bertentangan dengan kepercayaan
yang di anut pasien . pasien berikhtiar dan hanya memohon kesembuhan kepaada
Allah SWT. Pasien mengatakan ketika kondisi kurang sehat merasakan sulit tidur
sering terbangun, terkadang juga pasien mencari ketenangan dengan shalat dan
berdzikir. Pasien mengatakan ternyata selama sakit, pasien hanya menemukan
makna ketenangan ketika mendekatkan diri dengan ibadah salah satunya membaca
dan mendengarkan ayat suci Al-Qur’a.n. Pasien mengatakan agama dan Allah SWT
merupakan hal penting dalam kehidupannya. Keadaan sakit saat ini pasien merasa
semakin dekat dengan Allah SWT, pasien mengatakan Allah SWT telah mengatur
kehidupannya dengan baik. Pasien menerima keadaan saat ini dan selalu bersyukur
kepada Allah SWT. Pasien mengatakan merasakan kenyamanan ketika kondisi
penyakit pasien kambuh lalu pasien mencari solusi dengan membaca Al-Qur’an dan
pasien merasakan sesuatu ketenangan dan kedekatannya dengan Allah SWT.

Hal yang penting dalam hidup pasien adalah bisa berguna bagi sesama terutama
untuk suami dan anak-anaknya, selain itu klien mengatakan hal yang paling penting
dalam hidupnya adalah kesehatan, karena klien merupakan seorang ibu rumah
tangga. Klien mengatakan jika klien sakit semua tugasnya sebagai ibu rumah tangga
pasti terbengkalai misalnya saja dalam melakukan pekerjaan rumah, selain itu
disamping sebagai ibu rumah tangga klien juga melakukan berbagai aktivitas untuk
membantu perekonomian keluarga. Dukungan yang klien dapat yaitu dari suami
dan anaknya, namun menurut klien yang paling menjadi dukungan bagi klien yaitu
suaminya yang sedang sakit, klien menginginkan kesembuhan agar bisa membantu
suaminya yang sakit dirumah. Menurut klien juga anaknya selalu membantu apa
yang klien butuhkan meskipun tidak setiap hari anaknya berada disampingnya

29
ketika sakit. Dukungan tersebut klien maknai sebagai bentuk kasih sayang anggota
keluarganya untuk klien.

Berdasarkan analisa data pasien mengatakan sulit untuk melakukan praktis


ibadah pada saat sedang di rumah sakit karena klien mengatakan mudah merasakan
sakit pada perutnya. Tetapi klien berusaha untuk melaksanakan ibadah shalat wajib,
dalam kondisi sakit klien juga mengatakan mengetahui cara beribadah dalam
kondisi sakit, seperti shalat dengan cara berbaring sesuai dengan keyakinannya,
akan tetapi untuk pelaksanaan tayamum klien belum tahu bagaimana caranya.
Sehingga bantuan yang dibutuhkan oleh klien yaitu tata cara bertayamum.

Berdasarkan intervensi dan implementasi yang sudah dilakukan kepada pasien


dalam catatan perkembangan klien setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
spiritual muslim pasien mengatakan sudah mampu melaksanakan praktik ibadah
sholat (thaharah dan sholat) secara mandiri. Thaharah pasien dilakukan sesuai
keyakinan pasien, pasien menunjukan kemampuan orientasi waktu ibadah, pasien
kondisi sedang tidak BAB setiap memasuki waktu sholat, lingkungan nyaman
(bersih), tidak dilakukan istinja, setiap adzan berkumandang atau waktu sudah
memasuki sholat selalu memanggil perawat untuk difasilitasi alat ibadahnya, tidak
lagi diingatkan perawat, pasien mampu dan melaksanakan doa sesuai bimbingan
perawat, pasien selalu berdoa sebelum dan setelah minum obat, pasien diberikan
buku doa oleh perawat dan antusias membacanya. Pasien tampak tenang, jarang
gelisah, tidur nyenyak, pasien tampak menujukan harapan dengan menunjukan
semangat hidup, mengungkapkan optimisme, mengungkapkan kedamaian batin,
pasien kooperatif dan terbuka berinteraksi positif dengan perawat, binroh, dan
petugas medis lainnya, makan selalu habis .

30
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan spirituan muslim pada Ny.H dengan


diagnosa Cholelithiasis di ruangan Zaitun I telah ditemukan masalah spiritual yang
dihadapi oleh pasien yang pertama Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan
praktik ibadah, Pasien melakukan thaharah sesuai keyakinan pasien, pasien
menunjukan kemampuan orientasi waktu ibadah, pasien dalam keadaan tidak BAB
setiap memasuki waktu sholat,lingkungan nyaman (bersih), tidak dilakukan istinja,
setiap adzan berkumandang dan memasuki waktu sholat, pasien selalu memanggil
perawat untuk difasilitasi alat ibadahnya. Pasien tidak lagi diingatkan perawat,
pasien mampu dan melaksanakan doa sesuai bimbingan perawat, pasien selalu

31
berdoa sebelum dan setelah minum obat, pasien diberikan buku doa oleh perawat
dan antusias membacanya sehingga Kurang pengetahuan tentang pelaksanaan
praktik ibadah tidak ada

Gangguan praktik ibadah Pasien tampak tenang, jarang gelisah, tidur nyenyak,
pasien tampak menujukan harapan dengan menunjukan semangat hidup,
mengungkapkan optimisme, mengungkapkan kedamaian batin, pasien kooperatif
dan terbuka berinteraksi positif dengan perawat, binroh, dan petugas medis lainnya,
makan selalu habis, pasien diberikan buku doa, buletin mengenai makna sakit
dalam Islam, doa nabi dikala gelisah dan sedih, leaflet tayamum dan sholat, pasien
tampak tenang setelah difasilitasi murattal alqur’an melaui audio speaker, Pasien
mampu menjalankan kegiatan ibadahnya mandiri. Sehingga kesiapan gangguan
praktik ibadah

B. Saran

Kurangnya pengetahuan tentang pelaksanaan praktik ibadah. Dapat


dilakukan dengan berbagai cara berdzikir. Penting juga diperhatikan pemenuhan
nutrisi spiritual. Hal tersebut tentunya tidak dapat dilakukan dalam waktu yang
singkat, akan lebih baik jika dilaksanakan secara berkesinambungan. Dengan
meningkatkan spiritualitas dan memberikan pengetahuan tentang pelaksanaan
praktik ibadah dalam diri, maka koping yang kita miliki juga akan meningkat.
Sehingga mampu berperilaku dan mempertahankan kesehatan dalam kondisi yang
optimal.

32
33

Vous aimerez peut-être aussi