Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Edema Konjungtiva
Jaringan konjungtiva akan terjadi kemotik. Kemotik konjungtiva yang berat dapat
mengakibatkan palpebra tidak menutup sehingga bertambah rangsangan terhadap
konjungtiva. Dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan di dalam
selaput lendir konjungtiva. 2,3
Hematoma Subkonjungtiva
Terjadi akibat pecahnya pembuluh darah yang terdapat pada atau dibawah
konjungtiva (arteri konjungtiva dan arteri episklera). Pecahnya pembuluh darah ini akibat
batuk rejan, trauma tumpul basis kranii atau pada keadaan pembuluh darah yang rentan dan
mudah pecah misalnya pada usia lanjut, hipertensi, arteriskerosis. Pemeriksaan
Funduskopi diperlukan bila tekanan bola mata rendah dengan pupil
lonjongdisertai tajam penglihatan yang menurun dan hematoma subkonjungtiva maka
sebaiknya dilakukan eksplorasi bola mata untuk mencari kemungkinan adanya ruptur bulbus
okuli. Pengobatan dini dilakukan kompres hangat, Perdarahan subkonjungtiva akan hilang
atau diabsorpsi dalam 1 – 2 minggu tanpa diobati. 2,3
Penatalaksanaan
Pada edem konjung tiva dapat diberikan dekongestan untuk mencegah pembendungan cairan
di dalam selapt lendir konjungtiva. Pada edem konjungtiva yang berat dapat dilakukan disisi
sehingga cairan konjungtiva kemotik keluar melalui insisi tersebut.
Pemeriksaan Penunjang
Funduskopi
Pemeriksaan Funduskopi diperlukan bila tekanan bola mata rendah dengan pupil
lonjongdisertai tajam penglihatan yang menurun dan hematoma subkonjungtiva
Edema retina akan memberikan warna retina lebih abu-abu akibat sukarnya melihat jaringan
koroid melalui retina yang sembab. Pada edema retina akibat trauma tumpul mengakibatkan edema
makula sehingga tidak terdapat cherry red spot. Penglihatan pasien akan menurun.
Penatalaksanaan
Penanganan yaitu dengan menyuruh pasien istirahat. Penglihatan akan normal kembali setelah
beberapa waktu, akan tetapi dapat juga penglihatan berkurang akibat tertimbunya daerah makula oleh
sel pigmen epitel.
Ablasi Retina
Biasanya pasien telah mempunyai bakat untuk terjadi ablasio retina ini seperti retina tipis
akibat miopia dan proses degenerasi retina lainnya. Pada pemeriksaan funduskopi akan
terlihat retina yang berwarna abu – abu, pembuluh darah yang terlihat terangkat dan berkelok
– kelok.
Gambaran klinis
Pada pasien akan terdapat keluhan ketajaman penglihatan menurun, terlihat adanya selaput
yang seperti tabir pada pandangannya. Pada pemeriksaan fundus kopi akan terlihat retina
berwarna abu-abu dengan pembuluh darah yang terangkat dan berkelok-kelok.
Penatalaksanaan
Ablasi retina ditangani dengan melakukan pembedahan oleh dokter mata. Robekan retina
jarang terjadi pada mata sehat. Biasanya robekan retina terjadi pada mata yang memang telah
mengalami degenerasi sebelumnya, sehingga trauma yang ringan sekalipun dapat memicu
robekan. Ruptur retina sering disertai dengan ruptur koroid. Dialisis ora serata sering terjadi
pada kuadran inferotemporal atau nasal atas, berbentuk segitiga atau tapal kuda, disertai
dengan ablasio retina.
Ruptur koroid
Terjadi perdarahan subretina, biasanya terletak di polus posterior bola mata dan
melingkar konsentris disekitar papilsaraf optik. Bila ruptur koroid ini mengenai daerah
macula lutea maka tajam penglihatan akan menurun dengan cepat, ruptur bila tertutup oleh
perdarahan subretina sukar dilihat tetapi bila darah tersebut telah diabsorpsi maka akan
terlihat bagian ruptur berwarna putih karena sklera dapat dilihat langsung tanpa tertutup
koroid.
Ruptur koroid secara oftalmoskopik terlihat sebagai garis putih berbatas tegas, biasanya
terletak anterior dari ekuator dan ruptur ini sering terjadi pada membran Bruch.
Gambar 8. Ruptur koroid
Definisi
Trauma tembus bola mata atau trauma tajam bola mata adalah tindakan sengaja
maupun tidak yang menimbulkan perlukaan mata, dimana mata ditembus oleh benda tajam
atau benda berukuran kecil dengan kecepatan tinggi yang menembus kornea atau sklera.
Trauma tajam mata dapat di klasifikasikan atas luka tajam tanpa perforasi dan luka tajam
dengan perforasi yang meliputi perforasi tanpa benda asing intra okuler dan perforasi benda
asing intra okuler.2,5
Trauma tembus mata (luka akibat benda tajam), dimana struktur okular mangalami kerusakan
akibat benda asing yang menembus lapisan okular dan juga dapat tertahan atau menetap
dalam mata. Baik trauma tajam yang penetratif atau trauma tumpul yang mengakibatkan
tekanan kontusif dapat menyebabkan ruptur bola mata. Benda tajam atau benda dengan
kecepatan tinggi dapat menyebabkan perforasi langsung. Benda asing dapat mempenetrasi
mata dan tetap berada di bola mata.6,7
Trauma akibat partikel kecil dengan kecepatan tinggi misalnya yang ditimbulkan dari proses
penggilingan atau pemahatan dapat memberikan manifestasi berupa nyeri ringan atau
penurunan visus. Kemosis hemoragik, laserasi konjungtiva, bilik mata depan dangkal dengan
atau tanpa pupil ekstrinsik, hifema, atau perdarahan vitreous juga dapat terjadi. Tekanan
intraokuler dapat rendah, normal atau sedikit meningkat.
Manifestasi Klinis
Luka akibat benda tajam dapat mengakibatkan berbagai keadaan seperti berikut :
Diagnosis
Pemeriksaan slit lamp juga dapat dilakukan untuk melihat kedalam cedera di segmen
anterior bola mata. Tes fluoresein dapat digunakan untuk mewarnai kornea, sehingga cedera
kelihatan dengan jelas. Pemeriksaan tonometri perlu dilakukan untuk mnegetahui tekanan
bola mata. Pemeriksaan fundus yang di dilatasikan dengan oftalmoskop indirek penting untuk
dilakukan untuk mengetahui adanya benda asing intraokuler. Bila benda asing yang masuk
cukup dalam, dapat dilakukan tes seidel untuk mengetahui adanya cairan yang keluar dari
mata. Tes ini dilakukan dengan cara memberi anestesi pada mata yang akan di periksa,
kemudian diuji pada strip fluorescein steril. Penguji menggunakan slit lamp dengan filter
kobalt biru, sehingga akan terlihat perubahan warna strip akibat perubahan pH bila ada
pengeluaran cairan mata.
Pemeriksaan Ct-Scan dan USG B-scan digunakan untuk mengetahui posisi benda
asing. MRI kontraindikasi untuk kecurigaan trauma akibat benda logam. Electroretinography
(ERG) berguna untuk mengetahui ada tidaknya degenarasi pada retina dan sering digunakan
pada pasien yang tidak berkomunikasi dengan pemeriksa. Bila dalam inspeksi terlihat ruptur
bola mata, atau adanya kecenderungan ruptur bola mata, maka tidak dilakukan pemeriksaan
lagi. Mata dilindungi dengan pelindung tanpa bebat, kemudian dirujuk ke spesialis mata.6,10
- Tidak boleh dilakukan manipulasi yang berlebihan dan penekanan bola mata.
- Pengangkatan benda asing di kornea, konjungtiva atau intraokuler (bila mata intak).
Keadaan trauma tembus pada mata merupakan hal yang gawat darurat dan harus
segera mendapat perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya seperti infeksi,
Siderosis, kalkosis dan oftalmika simpatika.
Pada setiap tindakan harus dilakukan usaha untuk mempertahankan bola mata bila
masih terdapat kemampuan melihat sinar atau ada proyeksi penglihatan. Bila terdapat benda
asing, maka sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan banda asing tersebut.1,6,12
Apabila jelas tampak ruptur bola mata, maka manipulasi lebih lanjut harus dihindari
sampai pasien mendapat anestesia umum. Sebelum pembedahan jangan diberi obat
siklopegik atau antibiotik topikal karena kemungkinan toksisitas pada jaringan intraokular
yang terpajan. Berikan antibiotik parenteral spektrum luas dan pakaikan pelindung FOX pada
mata. Analgetik, antimiemetik, dan antitoksin tetanus diberikan sesuai kebutuhan, serta gizi
atau nutrisi yang baik. Sebelum dirujuk mata tidak boleh diberi salep, karena salep dapat
masuk ke dalam mata. Pasien tidak boleh diberikan steroid lokal, dan bebat yang diberikan
pada mata tidak menekan bola mata.13
Pada penutupan luka segmen anterior, harus digunakan teknik-teknik bedah mikro.
Laserasi kornea diperbaiki dengan jahitan nilon 10-0 untuk menghasilkan penutupan yang
kedap air. Iris atau korpus siliaris yang mengalami inkarserasi dan terpajan kurang dari 24
jam dapat dimasukkan ke dalam bola mata dengan viskoelastik atau dengan memasukkan
suatu spatula siklodialisis melalui insisi tusuk di limbus dan menyapu jaringan keluar dari
luka. Apabila hal ini tidak dapat dilakukan, apabila jaringan telah terpajan lebih dari 24 jam,
atau apabila jaringan tersebut mengalami iskemia dan kerusakan berat, maka jaringan yang
prolaps harus dieksisi setinggi bibir luka. Setiap jaringan yang dipotong harus dikirim ke
laboratorium patologik untuk diperiksa. Dilakukan pembiakan untuk memeriksa
kemungkinan infeksi bakteri atau jamur. Sisa-sisa lensa dan darah dikeluarkan dengan
aspirasi dan irigasi mekanis atau vitrektomi. Reformasi kamera anterior selama tindakan
perbaikan dapat dicapai dengan cairan intraokuler fisiologis, udara atau viskoelastik.13
Luka sklera ditutup dengan jahitan 8-0 atau 9-0 interupted yang tidak dapat diserap.
Otot-otot rektus dapat secara sementara dilepaskan dari insersinya agar tindakan lebih mudah
dilakukan. Luka keluar di bagian posterior sklera pada cedera tembus ganda dapat sembuh
sendiri, dan biasanya tidak dilakukan usaha penutupan.13
Bedah vitreoretinal, bila ada luka kornea yang besar, dapat dilakukan melalui keratoprostesis
Landers Foulks temporer sebelum melakukan penanaman kornea. Enukleasi dan eviserasi
primer hanya boleh dipikirkan bila bola mata mengalami kerusakan total. Mata sebelah
rentan terhadap oftalmika simpatetik bila terjadi trauma tembus mata terutama bila ada
kerusakan di jaringan uvea. Untungnya, komplikasi ini jarang terjadi
HIFEMA
DEFINISI
Hifema adalah suatu keadaan dimana adanya darah dalam bilik mata depan yang berasal dari
pembuluh darah iris dan badan siliar yang pecah yang dapat terjadi akibat trauma ataupun
secara spontan, sehinnga darah terkumpul di dalam bilik mata, yang hanya mengisi sebagian
ataupun seluruh isis bilik mata depan. Hifema atau darah di dalam bilik mata depan dapat
terjadi akibat trauma tumpul yang merobek pembuluh darah iris atau badan siliar.
KLASIFIKASI
Hifema dibagi menjadi beberapa grade menurut Sheppard berdasarkan tampilan klinisnya:
Gambar hifema, nampak darah pada bilik mata depan, hanya memenuhi sebagian bilik mata
depan
Gambar hifema, nampak darah pada bilik mata depan, hanya memenuhi sebagian bilik mata
depan
Gambar hifema, menunjukkan darah hampir memenuhi seluruh seluruh bilik mata
DIAGNOSIS
Pada saat anamnesis kasus trauma mata ditanyakan waktu kejadian, proses terjadi
trauma dan benda yang mengenai mata tersebut. Bagaimana arah datangnya benda yang
mengenai mata itu, apakah dari depan, samping atas, samping bawah, atau dari arah lain dan
bagaimana kecepatannya waktu mengenai mata dan bahan tersebut, apakah terbuat dari kayu,
besi, atau bahan lainnya. Jika kejadian kurang dari satu jam maka perlu ditanyakan ketajaman
penglihatan atau nyeri pada mata karena berhubungan dengan peningkatan tekanan intra
okuler akibat perdarahan sekunder. Apakah trauma tersebut disertai dengan keluarnya darah,
dan apakah pernah mendapatkan pertolongan sebelumnya. Perlu juga ditanyakan riwayat
kesehatan mata sebelum terjadi trauma, apabila terjadi pengurangan penglihatan ditanyakan
apakah pengurangan penglihatan ituterjadi sebelum atau sesudah kecelakaan tersebut,
ambliopia, penyakit kornea atau glaukoma, riwayat pembukaan darah atau penggunaan
antikoagulan sistemik seperti aspirin atau warfarin.
Pemeriksaan mata
Pemeriksaan mata harus dilakukan secara lengkap. Semua hal yang berhubungan
dengan cedera bola mata ditanyakan. Dilakukan pemeriksaan hifema dan menilai perdarahan
ulang. Bila ditemukan kasus hifema, sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara teliti keadaan
mata luar, hal ini penting karena mungkin saja pada riwayat trauma tumpul akan ditemukan
kelainan berupa trauma tembus seperti
Ekmosis
laserasi kelopak mata
Proptosis
Enoftalmus
fraktur yang disertai dengan gangguan pada gerakan mata
kadang-kadang menemukan kelainan berupa defek epitel, edem kornea dan imbibisi
kornea bila hifema sudah terjadi lebih dari 5 hari.
Ditemukan darah di dalam bilik mata bila pasien duduk, hifema akan terlihat
terkumpul dibagian bawah bilik mata depan, perdarahan yang mengisi setengah bilik
mata depan dapat menyebabkan gangguan visus dan kenaikan tekanan intraokuler,
sehingga mata terasa sakit oleh karena glaukoma. Jika hifema mengisi seluruh bilik
mata depan, rasa sakit bertambah dan penglihatan lebih menurun lagi.
Pada iris dapat ditemukan robekan atau iridodialysis dan iridoplegia.
Pada hifema karena trauma, jika ditemukan penurunan tajam penglihatan segera maka
harus dipikirkan kerusakan seperti luksasi lensa, ablasi retina, oedem macula.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PENATALAKSANAAN
Walaupun perawatan penderita hifema ini masih banyak diperdebatkan, namun pada
dasarnya penatalaksanaan hifema ditujukan untuk :
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka cara pengobatan penderita dengan traumatic
hyphaema pada prinsipnya dibagi dalam 2 golongan besar yaitu (1) Perawatan dengan
cara konservatif / tanpa operasi, dan (2) Perawatan yang disertai dengan tindakan operasi.
Perawatan Konservatif / Tanpa Operasi
Pasien dengan hifema yang tampak mengisi lebih dari 5% bilik mata depan sebaiknya
diistirahatkan . Penderita ditidurkan dalam keadaan terlentang dengan posisi kepala di angkat
(diberi alas bantal) kurang dari 600, hal ini akan mengurangi tekanan darah pada pembuluh
darah iris serta memudahkan kita mengevaluasi jumlah perdarahannya. Ada persesuaian
pendapat dari banyak sarjana mengenai tirah baring sempurna ini sebagai tindakan pertama
yang harus dikerjakan bila mengenai kasus traumatic hyphaema. Bahkan Darr dan Rakusin
menunjukkan bahwa dengan tirah baring sempurna absorbsi dari hyphaema dipercepat dan
sangat mengurangi timbulnya komplikasi perdarahan sekunder. Hifema biasanya akan
membaik dengan istirahat , namun dapat terjadi kembali 5-6 hari pertama setelah cedera .
Anak anak biasanya harus dirawat di Rumah Sakit selama beberapa hari , sementara orang
dewasa dapat dirawat dirumah bila mereka dapat beristirahat dan tidak terjadi komplikasi .
Bebat mata
Mengenai pemakaian bebat mata, gunakan bebat mata pada mata yang terkena trauma
saja, untuk mengurangi pergerakan bola mata yang sakit. Bila mungkin kedua mata ditutup
untuk memberika istirahat pada mata. Selanjutnya dikatakan bahwa pemakaian bebat pada
kedua mata akan menyebabkan penderita gelisah, cemas dan merasa tidak enak, dengan
akibat penderita (matanya) tidak istirahat. Akhirnya Rakusin mengatakan dalam
pengamatannya tidak ditemukan adanya pengaruh yang menonjol dari pemakaian bebat atau
tidak terhadap absorbsi, timbulnya komplikasi maupun prognosis dari tajamnya
penglihatannya.
Pemakaian obat-obatan
Koagulansia
Golongan obat koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteraI,
berguna untuk menekan/menghentikan perdarahan, Misalnya : Anaroxil, Adona AC,
Coagulen, Transamin, vit K, dan vit C:
Midriatika Miotika
Pemberian hidrokortison 0,5% secara topikal akan mengurangi komplikasi iritis dan
perdarahan sekunder dibanding dengan antibiotik. Tetes mata steroid diberikan jangka
pendek bersama dengan dilatasi pupil . Steroid berfungsi untuk mencegah terjadinya
perdarahan sekunder .