Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
11. Jelaskan mekanisme resistensi antibiotik?
12. Jelaskan konsekuensi akibat resistensi antibiotik?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa/i dapat mengetahui pengertian antibiotik
2. Mahasiswa/i dapat mengetahui cara kerja antibiotik
3. Mahasiswa/i dapat mengetahui manfaat antibiotik
4. Mahasiswa/i dapat mengetahui waktu penggunaan antibiotik
5. Mahasiswa/i dapat mengetahui efek samping penggunaan antibiotik
6. Mahasiswa/i dapat mengetahui golongan antibiotik
7. Mahasiswa/I dapat mengetahui bahaya jika terlalu sering menggunakan antibiotik
8. Mahasiswa/I dapat mengetahui lama penggunaan antibiotik
9. Mahasiswa/i dapat mengetahui pengertian resistensi
10. Mahasiswa/i dapat mengetahui penyebab resistensi antibiotik
11. Mahasiswa/i dapat mengetahui mekanisme resistensi antibiotik
12. Mahasiswa/i dapat mengetahui konsekuensi akibat resistensi antibiotik
2
BAB II
PEMBAHASAN
Beberapa antibiotika bekerja terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau
membran sel (kleompok polimiksin), tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah
3
perintangan selektif metabolisme protein bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga
sintesis protein dapat terhambat dan kuman musnah atau tidak berkembang lagi misalnya
kloramfenikol dan tetrasiklin.
Diluar bidang terapi, antibiotik digunakan dibidang peternakan sebagai zat gizi
tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin,
tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya,
bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.
4
Penyakit yang disebabkan bukan oleh kuman tidak mempan diobati dengan
antibiotika. Untuk virus diberi antivirus, dan untuk parasit diberi antinya, seperti antimalaria,
antijamur, dan anticacing. Jika infeksi oleh jenis kuman yang spesifik, biasanya dokter
langsung memberikan antibiotika yang sesuai dengan kuman penyebabnya. Misal bisul di
kulit, tetanus, difteria, tipus, atau infeksi mata merah.
Untuk infeksi yang meragukan, diperlukan pemeriksaan khusus untuk memastikan
jenis kuman penyebabnya. Caranya dengan melakukan pembiakan (kultur) kuman. Bahan
biakannya diambil dari darah atau air liur, dahak, urine, tinja, cairan otak, nanah kemaluan,
atau kerokan kulit.
Dengan biakan kuman, selain menemukan jenis kumannya, dapat langsung diperiksa
pula jenis antibiotika yang cocok untuk menumpasnya (tes resistensi). Dengan demikian,
pengobatan infeksinya lebih tepat. Jika tidak dilakukan tes resistensi, bisa jadi antibiotika
yang dianggap mampu sudah tidak mempan, sebab kumannya sudah kebal terhadap jenis
antibiotika yang dianggap ampuh tersebut.
6
dengan generasi pertama. Hanya saja obat generasi kedua mempunyai
spektrum yang diperluas kepada bakteri gram negatif.
Sefalosporin generasi ketiga
Obat–obat sefalosporin generasi ketiga adalah sefeperazone,
sefotaxime, seftazidime, seftizoxime, seftriaxone, sefixime, seftibuten,
moxalactam, dll. Obat generasi ketiga memiliki spektrum yang lebih
diperluas kepada bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah otak.
Sefalosporin generasi keempat
Sefepime merupakan contoh dari sefalosporin generasi keempat dan
memiliki spektrum yang luas. Sefepime sangat aktif terhadap haemofilus dan
neisseria dan dapat dengan mudah menembus CSS (Katzung, 2007).
Tetrasiklin
Golongan tetrasiklin merupakan obat pilihan utama untuk mengobati
infeksi dari M.pneumonia, klamidia, riketsia, dan beberapa infeksi dari
spirokaeta. Tetrasiklin juga digunakan untuk mengobati ulkus peptikum yang
disebabkan oleh H.pylori. Tetrasiklin menembus plasenta dan juga diekskresi
melalui ASI dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan tulang dan gigi
pada anak akibat ikatan tetrasiklin dengan kalsium. Tetrasiklin diekskresi melalui
urin dan cairan empedu (Katzung, 2007).
Aminoglikosida
Yang termasuk golongan aminoglikosida, antara lain: streptomisin,
neomisin, kanamisin, tobramisin, sisomisin, netilmisin, dan lain – lain. Golongan
aminoglikosida pada umumnya digunakan untuk mengobati infeksi akibat bakteri
gram negatif enterik, terutama pada bakteremia dan sepsis, dalam kombinasi
dengan vankomisin atau penisilin untuk mengobati endokarditis, dan pengobatan
tuberkulosis (Katzung, 2007).
Kloramfenikol
Kloramfenikol merupakan inhibitor yang poten terhadap sintesis protein
mikroba. Kloramfenikol bersifat bakteriostatik dan memiliki spektrum luas dan
aktif terhadap masing – masing bakteri gram positif dan negatif baik yang aerob
maupun anaerob (Katzung, 2007).
Makrolid
7
Eritromisin merupakan bentuk prototipe dari obat golongan makrolida
yang disintesis dari S.erythreus. Eritromisin efektif terhadap bakteri gram positif
terutama pneumokokus, streptokokus, stafilokokus, dan korinebakterium.
Aktifitas antibakterial eritromisin bersifat bakterisidal dan meningkat pada pH
basa (Katzung, 2007).
Polipeptida
Antibiotic polipeptida mempunyai struktur sangat kompleks,
mengandung polipeptida yang biasa membentuk suatu siklik. Sumber utama
turunan antibiotika ini adalah Bacillus sp. dan Strptomyces sp.Polipeptida berasal
dari Bacillus polymixa. Bersifat bakterisid berdasarkan kemampuannya
melekatkan diri pada membran sel bakteri sehingga permeabilitas meningkat dan
akhirnya sel meletus. Meliputi: polimiksin B dan polimiksin E (colistin),
basitrasin dan gramisidin. Spektrumnya sempit polimiksin hanya aktif terhadap
bakteri gram negatif. Sebaliknya basitrasin dan gramisidin aktif terhadap kuman
gram positif. Penggunaan: karena sangat toksis pada ginjal dan organ
pendengaran, maka penggunaan secara sistemik sudah digantikan lebih banyak
digunakan sebagai sediaan topikal (sebagai tetes telinga yang berisi polimiksin
sulfat, neomisin sulfat, salep mata, tetes mata yang berisi basitrasin, neomisin.
b. Berdasarkan sifat toksisitas selektif
Ada antibiotik yang bersifat bakteriostatik dan ada yang bersifat bakterisid
(Anonim, 2008). Agen bakteriostatik menghambat pertumbuhan bakteri. Sedangkan
agen bakterisida membunuh bakteri. Perbedaan ini biasanya tidak penting secara
klinis selama mekanisme pertahanan pejamu terlibat dalam eliminasi akhir patogen
bakteri. Pengecualiannya adalah terapi infeksi pada pasien immunocompromised
dimana menggunakan agen-agen bakterisida (Neal, 2006).
Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat pertumbuhan mikroba
atau membunuhnya, masing-masing dikenal sebagai kadar hambat minimal (KHM)
dan kadar bunuh minimal (KBM). Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat meningkat
dari bakteriostatik menjadi bakterisid bila kadar antimikrobanya ditingkatkan
melebihi KHM (Anonim, 2008).
c. Berdasarkan mekanisme kerjanya terhadap bakteri, antibiotik dikelompokkan sebagai
berikut (Stringer, 2006)
8
Inhibitor sintesis dinding sel bakteri memiliki efek bakterisidal dengan cara
memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim dalam sintesis dinding sel.
Contohnya antara lain golongan β-Laktam seperti penisilin, sefalosporin,
karbapenem, monobaktam, dan inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti
vancomysin, basitrasin, fosfomysin, dan daptomysin.
Inhibitor sintesis protein bakteri memiliki efek bakterisidal atau bakteriostatik
dengan cara menganggu sintesis protein tanpa mengganggu sel-sel normal dan
menghambat tahap-tahap sintesis protein. Obat- obat yang aktivitasnya
menginhibitor sintesis protein bakteri seperti aminoglikosida, makrolida,
tetrasiklin, streptogamin, klindamisin, oksazolidinon, kloramfenikol.
Mengubah permeabilitas membran sel memiliki efek bakteriostatik dan
bakteriostatik dengan menghilangkan permeabilitas membran dan oleh karena
hilangnya substansi seluler menyebabkan sel menjadi lisis. Obat- obat yang
memiliki aktivitas ini antara lain polimiksin, amfoterisin B, gramisidin, nistatin,
kolistin.
Menghambat sintesa folat mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti
sulfonamida dan trimetoprim. Bakteri tidak dapat mengabsorbsi asam folat, tetapi
harus membuat asam folat dari PABA (asam para amino benzoat), dan glutamat.
Sedangkan pada manusia, asam folat merupakan vitamin dan kita tidak dapat
menyintesis asam folat. Hal ini menjadi suatu target yang baik dan selektif untuk
senyawa-senyawa antimikroba.
Mengganggu sintesis DNA mekanisme kerja ini terdapat pada obat-obat seperti
metronidasol, kinolon, novobiosin. Obat-obat ini menghambat asam
deoksiribonukleat (DNA) girase sehingga mengahambat sintesis DNA. DNA
girase adalah enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan terbukanya
dan terbentuknya superheliks pada DNA sehingga menghambat replikasi DNA.
d. Berdasarkan aktivitasnya, antibiotik dikelompokkan sebagai berikut (Kee, 1996)
Antibiotika spektrum luas (broad spectrum) contohnya seperti tetrasiklin dan
sefalosporin efektif terhadap organism baik gram positif maupun gram negatif.
Antibiotik berspektrum luas sering kali dipakai untuk mengobati penyakit infeksi
yang menyerang belum diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas.
Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum) golongan ini terutama efektif
untuk melawan satu jenis organisme. Contohnya penisilin dan eritromisin dipakai
9
untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif. Karena
antibiotik berspektrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini lebih aktif
dalam melawan organisme tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas.
e. Berdasarkan daya hambat antibiotik, terdapat 2 pola hambat antibiotik terhadap
kuman yaitu (Anonim, 2008)
Time dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh
maksimal jika kadarnya dipertahankan cukup lama di atas Kadar Hambat
Minimal kuman. Contohnya pada antibiotik penisilin, sefalosporin, linezoid, dan
eritromisin.
Concentration dependent killing. Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan
daya bunuh maksimal jika kadarnya relatif tinggi atau dalam dosis besar, tapi
tidak perlu mempertahankan kadar tinggi ini dalam waktu lama. Contohnya pada
antibiotik aminoglikosida, fluorokuinolon, dan ketolid.
10
yang hidup berdampingan dengan damai dengan tubuh kita. Di kemaluan wanita, di kulit, di
mulut, dan di mana-mana bagian tubuh ada kuman yang tidak mengganggu namun
bermanfaat (simbiosis).
Terlalu sering minum antibiotika berarti membunuh seluruh kuman jinak yang
bermanfaat bagi tubuh. Jika populasi kuman jinak yang bermanfat bagi tubuh terbasmi,
keseimbangan mikroorganisme tubuh bisa terganggu, sehingga jamur yang tadinya takut oleh
kuman-kuman yang ada di tubuh kita berkesempatan lebih mudah menyerang.
Itu maka, banyak orang yang setelah minum antibiotika yang kelewat lama,
kemudian terserang penyakit jamur. Bisa jamur di kulit, usus, seriawan di mulut, atau di
mana saja. Keputihan sebab jamur pada wanita, antara lain lantaran vagina kelewat bersih
oleh antisepsis yang membunuh kuman bermanfaat di sekitar vagina (Doderlein).
11
antivirus, dan lainnya, sehingga standar pengobatan menjadi tidak efektif dan infeksi tetap
persisten dan mungkin menyebar (Goodman Gillman). Resistensi antibiotik merupakan
konsekuensi dari penggunaan antibiotik yang salah, dan perkembangan dari suatu
mikroorganisme itu sendiri, bisa jadi karena adanya mutasi atau gen resistensi yang didapat
(WHO 2012).
12
energi yang disediakan oleh gradien elektrokimia membran sel bakteri. Gradien ini
dihasilkan oleh enzim–enzim pernapasan aerob bakteri. Sebuah mutasi dalam jalur ini
atau kondisi anaerob dapat memperlambat masuknya gentamisin ke dalam sel,
mengakibatkan resistensi.
b. Inaktivasi obat
Resistensi bakteri terhadap aminoglikosida dan antibiotik beta laktam biasanya
hasil dari produksi enzim yang memodifikasi atau merusak antibiotik. Variasi dari
mekanisme ini adalah kegagalan bakteri untuk mengaktifkan prodrug yang secara
umum merupakan hal yang mendasari resistensi M.tuberculosis terhadap isoniazid.
c. Perubahan target kerja antibiotik
Hal ini mencakup mutasi dari target alami (misalnya, resistensi
fluorokuinolon), modifikasi dari target kerja (misalnya, perlindungan ribosom dari
makrolida dan tetrasiklin), atau akuisisi bentuk resisten dari target yang rentan
(misalnya, resistensi stafilokokus terhadap metisilin yang disebabkan oleh produksi
varian Peniccilin Binding Protein yang berafinitas lemah).
13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antibiotika berasal dari kata Anti yang berarti lawan dan Bios berarti
hidup.Antibiotika adalah zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri, yang memiliki
khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman.Beberapa antibiotika bekerja
terhadap dinding sel (penisilin dan sefalosforin) atau membran sel (kleompok polimiksin),
tetapi mekanisma kerja yang terpenting adalah perintangan selektif metabolisme protein
bakteri sehingga sintesis protein bakteri, sehingga sintesis protein dapat terhambat dan kuman
musnah atau tidak berkembang lagi misalnya kloramfenikol dan tetrasiklin.
Resistensi antibiotik merupakan konsekuensi dari penggunaan antibiotik yang salah,
dan perkembangan dari suatu mikroorganisme itu sendiri, bisa jadi karena adanya mutasi atau
gen resistensi yang didapat (WHO 2012). Menurut WHO (2012), ketidaktepatan serta
ketidakrasionalan penggunaanantibiotik merupakan penyebab paling utama menyebarnya
mikroorganisme resisten.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa/i kita diharapkan dapat mengetahui penggunaan antibiotik yang
baik dan benar serta resistensi dari obat yang digunakan sehingga memperoleh hasil yang
maksimal.
14
DAFTAR PUSTAKA
Bab II Tinjauan
Pustaka.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/39872/4/Chapter%20II.pdf.
Diakses pada tanggal 23 Februari 2017
Bobone, dkk. 2013. Tugas Kimia Farmasi II Antibiotik.
https://tintusfar.files.wordpress.com/2013/06/antibiotik-poltekes-kemenkes-ri.pdf.
Diakses pada tanggal 23 Februari 2017
Tikoy, Teeka. Resistensi Antibiotik.
https://www.academia.edu/5541728/Resistensi_Antibiotik. Diakses pada tanggal 23
Februari 2017
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. www.eprints.ung.ac.id. Diakses pada tanggal 9 Mei 2017
15