Vous êtes sur la page 1sur 55

BAB I

STATUS PASIEN

I.1 IDENTITAS PASIEN


Nama : An. W
Tanggal lahir : 2 Februari 2000
Usia : 14 tahun 4 bulan
Jenis kelamin : Laki – laki
Alamat : Karadenan Bogor
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia
Tanggal masuk RS : 17 Mei 2014
No rekam Medik : 436224
Tanggal keluar RS : 05 Juni 2014

I.2 IDENTITAS ORANG TUA PASIEN


Ayah Ibu
Nama Tn. W Ny. E
Umur 47 thn 42 thn
Pekerjaan SERDA Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir SMA SMA
Agama Islam Islam
Hubungan Ayah Kandung Ibu Kandung
Hubungan dengan orang tua : Anak kandung
Alamat Rumah : Kaumpandak RT 004/013 Karadenan
Bogor
Agama : Islam
Suku Bangsa : Indonesia

I.3 ANAMNESA
Anamnesa dilakukan secara autoanamnesa dan alloanamnesa dengan
orang tua anak pada tanggal 03 Juni 2014.

1|TB Ekstraparu
Keluhan Utama
Sesak nafas
Keluhan Tambahan
Tidak ada
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari RS Salak Bogor yang telah dirawat selama
7 hari dengan diagnosis CHF (Congestif Heart Failure) function II – III. Masuk
perawatan anak RS Salak dengan keluhan sesak nafas dan bengkak yang
dialaminya. Dengan riwayat 4 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien
mengeluhkan batuk, batuk tidak berdahak, datang secara tiba – tiba, memberat
saat malam hari dan membaik jika pasien minum air hangat.
2 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan sesak nafas
dan memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Sesak nafas datang
secara tiba – tiba, dirasakan terus menerus, terutamasaat pasien berbaring
terlentangdan saat melakukan aktivitas, sesak dirasa semakin berat jika pasien
batuk dan berkurang jika pasien tidur miring atau tidur dengan 2 bantal. Pasien
juga mengeluhkan bengkak, dengan bengkak yang muncul pertama kali diperut.
Kemudian 1 minggu sebelum masuk rumah sakit bengkak dirasa semakin meluas
menjadi bengkak diseluruh tubuh (bengkak di wajah, dada, perut, dan kaki).
Bengkak membuat pasien sulit untuk bergerak dan beraktivitas.
1 minggu sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluhkan nyeri dada
yang dirasakan disebelah kanan dan kiri, dirasakan bersamaan dengan sesak nafas
yang semakin memberat, hilang timbul, terasa seperti terhimpit, tidak menjalar ke
tangan, leher, punggung ataupun dada, dengan skala nyeri saat serangan 4. Nyeri
dada memberat saat batuk, dan berkurang saat sesak nafas berkurang. Ibu pasien
mengatakan bahwa anaknya juga mengalami penurunan nafsu makan sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit, baik orang tua maupun pasien tidak
mengetahui apakah terdapat penurunan berat badan atau tidak. Keluhan demam,
mengigil, keringat dingin, bengkak pada otot maupun sendi disangkal. Riwayat
alergi disangkal. BAB dan BAK dalam batas normal.

2|TB Ekstraparu
Selama dilakukan perawatan di RS Salak Bogor pasien mengaku telah
diberikan obat yang menyebabkan buang air kecil yang banyak sehingga sesak
nafas, serta bengkak diwajah dan perut berkurang, namun masih belum membaik

4 minggu SMRS 2 minggu SMRS 1 minggu SMRS SMRS


batuk tidak Sesak nafas dan Sesak semakin Pasien dirujuk
berdahak bengkak memberat, oleh RS Salak ke
bengkak semakin RSPAD dengan
memberat menjadi diagnosis CHF fc.
bengkak diseluruh II – III.
tubuh, terdapat
pula nyeri
dada.Serta terjadi
penurunan nafsu
makan. Mulai
masuk RS Salak

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien belum pernah mengalami keluhan yang sama sebelumnya. Riwayat
menderita penyakit jantung, penyakit paru, penyakit hati, penyakit ginjal
disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga


 Keluhan yang sama : disangkal
 Asma : disangkal
 TB paru : (+) sepupu pasien yang tinggal serumah, dan
tetangga pasien banyak yang menderita TB paru.
 Hipertensi : disangkal
 Penyakit jantung : disangkal
 Diabetes mellitus : (+) kakek dan nenek pasien
 Penyakit ginjal : (+) kakek pasien gagal ginjal
 Kejang : disangkal

3|TB Ekstraparu
 Penyakit hati : disangkal
 Kanker : disangkal
 Stroke : disangkal
 Penyakit Infeksi lain : (+) ibu pasien pernah terkena cikungunya

Riwayat Pengobatan
Selama dilakukan perawatan di RS Salak baik pasien maupun orang
tuanya tidak mengetahui jenis obat apa saja yang sudah diberikan.

Riwayat Kehamilan
Morbiditas kehamilan : Tidak ada
Perawatan antenatal :1 kali/bulan rutin setiap bulan

Riwayat kelahiran
Tempat lahir : Rumah sakit
Penolong : Bidan
Cara persalinan : Spontan
Berat badan lahir : 3800 gram
Panjang badan lahir : 49 cm
Masa gestasi : Cukup bulan
Keadaan bayi setelah lahir : Langsung menangis
Kelainan bawaan : Tidak ada
Anak ke : 2 dari 3 bersaudara

Riwayat perkembangan
Pertumbuhan gigi I : 4 bulan
Psikomotor: Umur
Tengkurap 3 bulan
Duduk 6 bulan
Berdiri 11 bulan
Berjalan 12 bulan
Bicara 12 bulan

4|TB Ekstraparu
Membaca dan menulis 4 tahun
Kesan : perkembangan anak baik

Perkembangan Pubertas
Rambut Pubis : sudah tumbuh
Perubahan Suara : umur 14 tahun

Gangguan perkembangan mental/emosi : tidak ada

Riwayat makanan
UMUR ASI / PASI Buah / Biskuit Bubur susu Nasi Tim
0 – 2 bln ASI - - -
2 – 4 bln ASI - - -
4 – 6 bln ASI Buah - Biskuit Bubur susu -
6 – 8 bln ASI Buah – Biskuit Bubur susu -
8 – 10 bln ASI Buah – Biskuit Bubur susu 2 kali sehari
10 – 12
ASI Buah – Biskuit - 3 kali sehari
bln
Kesan : Pemberian makanan sampai usia 1 tahun baik

Batas 1 tahun
Makanan biasa frekuensi
- Nasi. 3x/ hari
- Sayur 3x/hari
- Daging 3x/hari (bergantian)
- Telur 3x/hari (bergantian)
- Ikan 3x/hari (bergantian)
- Tahu 3x/hari (bergantian)
- Tempe 3x/hari (bergantian)
- Susu jarang - jarang
Kesan : kualitas dan kuantitas pemberian makanan baik nafsu makan
pasien baik

5|TB Ekstraparu
Riwayat imunisasi
BCG Saat lahir
DPT Usia 2 Usia 5 Usia 7 Usia 18
bulan bulan bulan bulan
Polio Saat lahir Usia 2 Usia 5 Usia 7 Usia 18
bulan bulan bulan bulan
Hepatitis B Saat lahir Usia 1 Usia 5
bulan bulan
Campak Usia 9
bulan
 Kesanimunisasidasar : Imunisasidasarlengkap
 Kesan imunisasi ulangan : Imunisasi ulangan lengkap sesuai usia

Riwayat keluarga
 Corak Reproduksi Ibu : status obstetri G3P3A0
 Keadaan Anak
NO Usia Jenis Hidup Lahir Abortus/mati keteranga
Kelamin mati sebab
1. 20 tahun Perempuan Ya - - Sehat
2. 14 tahun 4 Laki - laki Ya - - Pasien
bulan
3. 10 tahun 3 Perempuan Ya - - Sehat
bulan

 Anggota keluarga lain yang serumah : sepupu pasien


 Masalah dalam keluarga : Tidak ada
 Perumahan milik : sendiri
 Keadaan rumah : berada didaerah
perkampungan yang padat penduduk, rumah nyaman, ventilasi
baik, udara lingkungan dingin dan lembab, lingkungan sekitar
rumah bersih

6|TB Ekstraparu
Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
 Alergi (-) Difteri (-)
 Penyakitjantung (-) Asma (-)
 Penyakit kuning (-) Pertusis (-)
 Batuk berulang (-) Kejang (-)
 Radang paru (-) Tuberkulosis (-)
 Cacingan (-) Parotis (-)
 Varisela (-) Demam berdarah (-)
 Operasi / kecelakaan (-) Demam tifoid (-)
 Morbili (+) saat kelas 4 SD

I.4 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 17 Mei 2014 (awal masuk
perawatan anak RSPAD Gatot Soebroto)

Data Antopometri
Berat badan saat ini : 45 kg
Berat badan ideal menurut usia : 53 kg (berdasarkan kurva NCHS)
Tinggi badan saat ini : 174 cm
Tinggi badan ideal menurut usia : 165 cm (berdasarkan kurva NCHS)
Berat badan ideal menurut tinggi badan : 63 kg (berdasarkan kurva NCHS)

Status Gizi :
Berdasarkan CDC-NCHS growth chart anak usia 2-20 tahun menurut gender
laki-laki
- Berdasarkan BB/U = BB sekarang
x 100%
BB ideal menurut usia
= 45
x 100%
53
= 84,9 % (Normal 80-110%)
- Berdasarkan TB/U = TB sekarang
x 100%
TB ideal menurut usia

7|TB Ekstraparu
= 174
x 100%
165
= 105,5 % (Normal 90-110 %)
- Berdasarkan BB/TB = BB sekarang x 100%
BB ideal menurut TB
= 45
x 100%
63
= 71,42% (normal 90-110 %)
Kesan : status gizi moderate malnutrition

Tanda Vital :
KU / Kesadaran : tampak sakit sedang / compos mentis
Status Mental : tenang
Tekanan Darah : 100/80 mmHg
Frekuensi nadi : 115 x/menit, reguler, isi kurang, teraba lemah
Frekuensi napas : 30 x/menit, reguler
Suhu tubuh axilla : 36,3°C

Kelenjar Getah Bening :


Tidak teraba adanya pembesaran baik pada kelenjar getah bening leher,
submandibula, supraklavikula, axilla, dan inguinal

Kepala :
Bentuk kepala normocephal, rambuthitam, distribusimerata dan tidak mudah
dicabut, serta ubun – ubun besaryang sudah menutup

Wajah :
Bentuksimetris, nyeri tekan sinus tidak ada

8|TB Ekstraparu
Mata :
Kelopak mata simetris, konjungtivatidak anemis tidak terdapat konjungtiva
fliktenularis, tidak terdapat sklera tidak ikterik, kornea jernih, lensajernih,
pupil isokor, penglihatannormal.

Telinga :
Daun telinga normotia, lubang telingalapang, sekret -/-, gendang teling intak,
perdarahantidak ada perdarahan

Hidung :
Bentuknormal, kulitnormal, septum di tengah, tidak ada deviasi, konkatidak
hiperemis, nafas cuping hidung tidak ada.

Mulut :
Bibirmukosa kering , sianosis (-), lidah dan celah mulut normal, selaput
lendiragak kering, gigilengkap, carries gigi tidak ada, gusi dan langit – langit
normal, tonsilT1-T1 tenang, faring tidak hiperemis

Leher :
Bentuk dan kulit leher normal, pergerakanbebas ke segala arah, kelenjar
gondoknormal, trakeadi tengah. JVP 5+3 cm

Thorak :
Bentuk asimetris, terdapat penonjolan hemithorax sinistra, kulit
normal, sikatriks maupun ptekie tidak ditemukan.

Paru :
- Inspeksi : dinding dada kanan dan kiri asimetris dalam keadaan
statis maupun dinamis
- Palpasi : taktil fremitus dan vokal fremitus kiri lebih rendah
dari kanan. Nyeri tekan (-/-)
- Perkusi : lebih redup pada hemithorax sinistra

9|TB Ekstraparu
- Auskultasi : suara napas vesikuler (-/-), rhonki (-/-),
wheezing (-/-)

Jantung :
- Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
- Palpasi : iktus cordis tidak teraba
- Perkusi : batas jantung sulit ditentukan karena suara redup
hampir terdengar pada seluruh lapangan paru saat
perkusi
- Auskultasi : bunyi jantung I-IItidak terdengar , mur – mur maupun
gallop tidak terdengar.

Abdomen :
- Inspeksi : datar, tidak ada sikatrik
- Auskultasi : bising usus (+), 4-6 kali/menit.
- Perkusi : timpani pada seluruh lapang abdomen
- Palpasi : supel, nyeri tekan (-)
Hepar : tidak teraba pembesaran hepar
Lien : tidak teraba pembesaran lien
Ren : tidak teraba pembesaran
- Undulasi test : (-)

Alat kelamin :
Ostium Uretranormal, rambut pubis ada, skrotumnormal, testis(+/+), penis
pada batang penis dan corona penis edema

Perkembangan pubertas: P3

Anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

Ekstremitas :
- Bentuk : simetris

10 | T B E k s t r a p a r u
- Posisi : normal
- Panjang :normal
- Kulit : normal
- Gerakan :normal
- Paresis / paralysis : tidak ada
- Edema : di ke dua tungkai bawah , pitting non – edem
- Otot : eutrofi
- Suhu akral : hangat
- Sianosis : tidak ada
- Jari tubuh : tidak ada kelainan, capilary refill < 3 detik

Refleks :
Refleks Fisiologis :
- Refleks biceps : ++/++
- Refleks triceps : ++/++
- Refleks patella : ++/++
- Refleks achilles : ++/++
Kesan : normorefleks
Refleks Patologis : (-)
Rangsang Meningeal : (-)

1.5 PERJALANAN PENYAKIT


18 Mei 2014 (H-2 Perawatan) 19 Mei 2014 (H-3 Perawatan)

S Anak mengeluhkan masih terasa sesak Anak mengeluhkan sesak nafas, dada terasa
nafas, batuk terus menerus, bengkak masih berat, dan nyeri pinggang, batuk dan
ada pada kedua kaki. Keluhan pusing mual bengkak masih ada, anak terlihat pucat,
dan muntah disangkal. Nafsu makan masih belum BAB dan BAK normal
menurun, terakhir makan 2 hari yang lalu.
O Keadaanumum/Kesadaran : Tampak sakit Keadaanumum/Kesadaran : Tampak sakit
sedang/Composmentis sedang/Composmentis
Status mental : tenang Status mental : tenang
Tanda-tanda vital : Tanda-tanda vital :

11 | T B E k s t r a p a r u
HR: 108 x/menit N : 112 x/menit
Suhu : 36,50C Suhu : 36,90C
RR : 34 x/menit RR : 36 x/menit
TD : 110/60 mmHg TD : 110/70 mmHg
Hidung : nafascupinghidung (-), nasal Hidung : nafascupinghidung (-), nasal
canule (+) canule (+)
Mulut: mukosa bibir basah Mulut: mukosa bibir basah
Thorax : Thorax :
Normochest, tidak terdapat retraksi. Iktus Normochest, tidak terdapat retraksi. Iktus
kordis tidak terihat, iktus kordis teraba pada kordis tidak terihat, iktus kordis teraba pada
palpasi. BJ I-II terdengar lemah, mur – mur palpasi. BJ I-II terdengar lemah, mur – mur
(-) gallpo (-). (-) gallpo (-).
Pergerakan dada simetris saat statis dan Pergerakan dada simetris saat statis dan
dinamis, Fokal vremitus dan vremitus taktil dinamis, Fokal vremitus dan vremitus taktil
kanan > kiri, perkusi redup, SN Vesikuler kanan > kiri, perkusi redup, SN Vesikuler
kanan > kiri, Rhonki (-/-), Wheezing(-/-). kanan > kiri, Rhonki (-/-), Wheezing(-/-).
Abdomen : supel, nyeri tekan (-) BU (+) Punggung : nyeri ketok CVA (+/+)
normal Abdomen : supel, datar, BU (+) normal,
Ekstremitas : akral hangat,tidak ada nyeri tekan regio epigastrium,
sianosis, pitting edema pada kedua kaki, hipokondrium sinistra dan lumbal sinistra
tidak ada clubbing finger Ekstremitas : akral hangat,tidak ada
sianosis, edema pada kedua kaki, tidak ada
clubbing finger
Hematologi Rutin :
Hb 10.5*/Ht 34%*/Eritrosit 4.2 jt*/Leukosit
7600 / Diff Count 0-0*-1*-74*-19*-
6/Trombosit 256000/MCV 83/MCH 25*/
MCHC 33/RDW 15.50 %
Kimia Klinik :
Pt total 7/Albumin 3.9/Globulin
3.1/Kolesterol total 82/Trigliserida
106/Ureum 41/Kreatinin 1.0/As.Urat 10.4*

12 | T B E k s t r a p a r u
A Susp. Efusi Perikardial Massif dengan Congestif Heart Failure function II – III
kardiomegali dan awal bendungan paru Edema Tungkai ec. Susp. Sindroma
Efusi pleura kanan Nefrotik dd Penyakit Jantung Reumatik
P - Heplock terpasang - IVFD D5 ¼ saline 500cc / 24
- O2 1-2 L  nasal canule jam
- Lasix 3 x 40 mg iv - O2 1-2 L  nasal canule
- Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr iv - Lasix 3 x 40 mg iv
- Spironolactone tab 1 x 100 mg - Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr iv
po - Spironolactone tab 1 x 100 mg
- Digoxin 2 x ½ tab po po
- Aspar K 3x1 tab po - Digoxin 2 x ½ tab po
- Balance cairan, monitoring setiap - Aspar K 3x1 tab po
24 jam - Curcuma 3 x 1 tab po
- Balance cairan, monitoring
setiap 24 jam
- Cek DL, albumin, proteinuria
dan ASTO

20 Mei 2014 (H-4 Perawatan) 26 Mei 2014 (H-10 Perawatan)

S Anak mengeluhkan masih sesak nafas, Anak merasakan sesak sudah berkurang,
dada terasa berat, pusing, dan batuk, sudah dapat tidur tanpa duduk tegak sehingga
Belum BAB sejak 4 hari lalu dan BAK dapat tidur dengan 2 bantal. Kedua kaki
normal bengkak sudah tidak ada, nafsu makan sudah
mulai membaik, sudah BAB
O Keadaanumum/Kesadaran : Tampak sakit Keadaanumum/Kesadaran : Tampak sakit
sedang/Composmentis sedang/Composmentis
Status mental : tenang Status mental : tenang
Tanda-tanda vital : Tanda-tanda vital :
N : 110 x/menit N : 100 x/menit
Suhu : 36,80C Suhu : 36,50C
RR : 30 x/menit RR : 24 x/menit
TD : 100/60 mmHg TD : 100/60 mmHg

13 | T B E k s t r a p a r u
Thorax : Thorax :
Normochest, tidak terdapat retraksi. Iktus Normochest, tidak terdapat retraksi. Iktus
kordis tidak terihat, iktus kordis teraba kordis tidak terihat, iktus kordis teraba pada
pada palpasi. BJ I-II regular, mur – mur (-) palpasi. BJ I-II iregular, mur – mur (-) gallpo
gallpo (-). (-).
Pergerakan dada simetris saat statis dan Pergerakan dada simetris saat statis dan
dinamis, Fokal vremitus dan vremitus dinamis, Fokal vremitus dan vremitus taktil
taktil kanan = kiri, perkusi sonor, SN kanan = kiri, perkusi sonor, SN Vesikuler
Vesikuler kanan = kiri melemah, Rhonki (- kanan = kiri, Rhonki (-/-), Wheezing(-/-).
/-), Wheezing(-/-). Ekstremitas : akral hangat,tidak ada
Abdomen : supel, datar, BU (+) normal, sianosis, tidak ada edema.
nyeri tekan (-), timpani. EKG : dalam batas normal
Ekstremitas : akral hangat,tidak ada ECG : tampak gambaran efusi perikardial
sianosis, tidak ada edema. massif
Insersi certofix intraperikardial
A Congestif Heart Failure funtion II – III Congestif Heart Failure function II – III
P - IVFD D5 ¼ saline 500cc / 24 - Lasix 1 x 40 mg iv
jam - Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr iv
- O2 1-2 L  nasal canule - Aspar K 3x1 tab po
- Lasix 1 x 40 mg iv - Codein 3 x 10 mg po
- Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr iv - Balance cairan, monitoring setiap
- Spironolactone tab 1 x 100 mg 24 jam
po - Pro EKG, ECG  rencana insersi
- Digoxin 2 x ½ tab po certofix intraperikardial
- Aspar K 3x1 tab po
- Allupurinol 2 x 100 mg po
- Curcuma 3 x 1 tab po
- Balance cairan, monitoring
setiap 24 jam
- Pro EKG, ECG

14 | T B E k s t r a p a r u
27 Mei 2014 (H-11 Perawatan) 28 Mei 2014 (H-12 Perawatan)

S Anak mengeluhkan dada terasa nyut – Anak mengatakan dada masih terasa nytu –
nyutan setelah pemasangan selang dada nyutan kadang – kadang.
O Keadaanumum/Kesadaran : Tampak sakit Keadaanumum/Kesadaran : Tampak sakit
sedang/Composmentis sedang/Composmentis
Status mental : tenang Status mental : tenang
Tanda-tanda vital : Tanda-tanda vital :
N : 80 x/menit N : 80 x/menit
Suhu : 36,10C Suhu : 36,50C
RR : 20 x/menit RR : 20 x/menit
TD : 110/70 mmHg TD : 110/60 mmHg
Thorax : Thorax :
Normochest, terpasang certofix. Iktus Normochest, tidak terdapat retraksi. Iktus
kordis tidak terihat, iktus kordis teraba kordis tidak terihat, iktus kordis teraba pada
pada palpasi. BJ I-II regular, mur – mur (-) palpasi. BJ I-II regular, mur – mur (-) gallpo
gallpo (-). (-).
Pergerakan dada simetris saat statis dan Pergerakan dada simetris saat statis dan
dinamis, SN Vesikuler kanan = kiri, dinamis, Fokal vremitus dan vremitus taktil
Rhonki (-/-), Wheezing(-/-). kanan = kiri, perkusi sonor, SN Vesikuler
Ekstremitas : akral hangat,tidak ada kanan = kiri, Rhonki (-/-), Wheezing(-/-).
sianosis, tidak ada edema. Ekstremitas : akral hangat,tidak ada
sianosis, tidak ada edema.
Hematologi Rutin
Hb 13.8/Ht 45/Eritrosit 5.6 jt/Leukosit
6890/Diff Count 0-2-3-68-22-5/Trombosit
364000/MCV 80/MCH 25/MCHC 31*/RDW
15.20*
Kimia Klinik
SGOT 24/ SGPT 21/Asam urat 4.7
A Congestif Heart Failure funtion II – III Congestif Heart Failure function II – III

15 | T B E k s t r a p a r u
P - Lasix 1 x 40 mg iv - Lasix 1 x 40 mg iv
- Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr iv - Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr iv
- Aspar K 3x1 tab po - Aspar K 3x1 tab po
- Codein 3 x 10 mg po - Codein 3 x 10 mg po
- Ketorolac 2 x 1 ampul iv - Balance cairan, monitoring setiap
- Ranitidin 2 x 1 ampul iv 24 jam
- Balance cairan, monitoring - Pro EKG, ECG ulang  post
setiap 24 jam pemasangan certofix intra
perikardial.

03 Juni 2014 (H-18 Perawatan)

S Keluhan sesak nafas, nyeri dada, dada


terasa berat, dada terasa nyut – nyutan,
kaki bengkak disangkal. Keluhan batuk
masih ada, BAB normal BAK normal
O Keadaanumum/Kesadaran : Tampak sakit
sedang/Composmentis
Status mental : tenang
Tanda-tanda vital :
N : 80 x/menit
Suhu : 36,60C
RR : 20 x/menit
TD : 110/70 mmHg
Thorax :
Normochest, terpasang certofix. Iktus
kordis tidak terihat, iktus kordis teraba
pada palpasi. BJ I-II regular, mur – mur (-)
gallpo (-).
Pergerakan dada simetris saat statis dan
dinamis, SN Vesikuler kanan = kiri,
Rhonki (-/-), Wheezing(-/-).
Ekstremitas : akral hangat,tidak ada

16 | T B E k s t r a p a r u
sianosis, tidak ada edema.
Test Mantoux : POSITIF dengan indurasi
12 mm

A TB Ekstraparu on OAT post pemasangan


certofix intraperikardial
P - Isoniazid tab 1 x 300 mg po
- Rifampisin tab 1 x 450 mg po
- Pirazinamid 2 x 500 mg po
- Ethambutol 2 x 500 mg po
- Prednison tab 45 mg  3 tab –
3 tab – 3 tab po
- Diet 2.000 kalori / hari

I.5 PEMERIKSAAN PENUNJANG SELAMA PERAWATAN


Jenis Pemeriksaan 17/05/2014 19/05/2014 28/05/2014 Nilai Rujukan
Hematologi Rutin
Hemoglobin 10.8* 10.5* 13.8 13 – 18g/dL
Hematokrit 33* 34* 45 40 – 52 %
Eritrosit 4.0* 4.2* 5.6 4.3 –
6.0juta/uL
Leukosit 6.600 7600 6890 4.800 –
10.800/uL
Hitung jenis
 Basofil 0 0 0-1%
 Eosinofil 0* 2 1-3%
 Batang 1* 3 2-6%

 Segmen 74* 68 50 – 70%

 Limfosit 19* 22 20 – 40%

 Monosit 6 5 2 – 8%

Trombosit 316.000 256.000 364.000 150.000 –

17 | T B E k s t r a p a r u
400.000/uL
MCV 82 83 80 80 – 96 fL
MCH 27 25* 25 27 – 32 pg
MCHC 33 33 31* 32 – 36 g/dL
RDW 15.50* 15.20* 11.5 – 14.5%
Hematologi Rutin
02/05/2014 Nilai Rujukan
Hemoglobin 12.8* 13 – 18g/dL
Hematokrit 41 40 – 52 %
Eritrosit 5.1 4.3 –
6.0juta/uL
Leukosit 6040 4.800 –
10.800/uL
Hitung jenis
 Basofil 0 0-1%
 Eosinofil 2 1-3%
 Batang 3 2-6%

 Segmen 55 50 – 70%

 Limfosit 33 20 – 40%

 Monosit 7 2 – 8%

Trombosit 293.000 150.000 –


400.000/uL
LED 12 <15 mm/jam
MCV 80 80 – 96 fL
MCH 25* 27 – 32 pg
MCHC 31* 32 – 36 g/dL
RDW 14.90* 11.5 – 14.5%
Kimia Klinik
17/05/2014 19/05/2014 28/05/2014 Nilai Rujukan
Protein total - 7.0 - 6 – 8.5 gr/dl

18 | T B E k s t r a p a r u
Albumin - 3.9 - 3.5 – 5.0 gr/dl
Globulin - 3.1 - 2.5 – 3.5 gr/dl
Kolesterol total - 82 - <200 mg/dl
Trigliserida - 106 - <160 mg/dl
SGOT 113* - 24 <35 U/L
SGPT 95* - 21 < 40 U/L
Ureum 52* 41 - 20 – 50 mg/dL
Kreatinin 1.1 1.0 - 0.5 – 1.5 mg/dL
Glukosa Darah 106 - - < 140 mg/dL
Sewaktu (GDS)
Asam urat - 10.4* 4.7 3.5 – 7.4 mg/dl
Bilirubin total - - 1.06
Natrium (Na) 135 135 - 135 – 147 mmol/L
Kalium (K) 4.5 3.7 - 3.5 – 5.0 mmol/L
Klorida (Cl) 94 94* - 95 – 105 mmol/L
CRP Semi 12* - <6 mg/dl
Kuantitatif
Imunoserologi
ASTO <200 <200 IU/L
Urinalisis Nilai Rujukan
pH 8.0 4.6 – 8.0
Berat jenis 1.010 1.010 – 8.0
Protein -/negatif Negatif
Glukosa -/negatif Negatif
Bilirubin -/negatif Negatif
Nitrit -/negatif Negatif
Keton -/negatif Negatif
Urobilinogen Positif 1 Negatif – positif 1
Eritrosit 0–1–0 <2 / LPB
Leukosit 2–1–2 < 5 /LPB
Silinder -/negatif Negatif / LPK

19 | T B E k s t r a p a r u
Kristal -/negatif Negatif
Epitel +/positif 1 Positif
Lain – lain -/negatif Negatif

Elektrokardiogram
Tanggal 17 Mei 2014
 Irama sinus, reguler
 Heart Rate 119 Bpm
 Gelombang P normal
 Kompleks QRS normal
 PR interval normal
 Tidak terdapat ST elevasi , ST depresi ataupun Q patologis

Kesan : EKG sinus takikardi

20 | T B E k s t r a p a r u
21 | T B E k s t r a p a r u
Tanggal 26 Mei 2014
 Irama sinus, reguler
 Heart Rate 103 Bpm
 Gelombang P normal
 Kompleks QRS normal
 PR interval normal
 Tidak terdapat ST elevasi , ST depresi ataupun Q patologis

Kesan : EKG normal

22 | T B E k s t r a p a r u
Echocardiografi
Tanggal 26 Mei 2014

23 | T B E k s t r a p a r u
Tanggal 02 Juni 2014

24 | T B E k s t r a p a r u
Foto Thorax
Tanggal 17 Mei 2014
 Jantung ukuran membesar dengan bentuk globuler
 Aorta dan mediastinum tidak melebar
 Trakhea ditengah
 Kedua hilus tidak menebal
 Corakan bronkovaskular kedua paru meningkat
 Tampak perselubungan homogen di laterobasal hemitorax dekstra yang
menutupi sinus kostofrenikus dan lengkung diafragma dekstra
 Lengkung diafragma dan sinus kostofrenikus sinistra baik
 Tulang – tulang kesan baik
Kesan :
 Suspek efusi perikardium
 Kardiomegali dengan awal bendungan paru
 Efusi pleura kanan

25 | T B E k s t r a p a r u
Tanggal 02 Juni 2014
 Jantung tidak membesar (CTR <50%)
 Aorta dan mediastinum superior tidak melebar
 Trakhea ditengah, kedua hilus tidak menebal
 Corakan bronkovaskular kedua paru baik
 Tidak tampak infiltrat ataupun nodul dikedua lapangan paru
 Kedua sinus kostofrenikus dan diafragma baik
 Tampak terpasang mini drain dengan ujung setinggi sela iga 9 posterior
kiri
Kesan :
 Jantung tidak membesar, tidak tampak gambaran efusi perikardium
 Paru dalam batas normal
 Terpasang mini drain dengan ujung setinggi sela iga 9 posterior kiri

26 | T B E k s t r a p a r u
Tindakan Pembedahan
Tanggal pembedahan : 26 Mei 2014
Nama pasien : An. W.F / Laki – laki / usia 14 tahun
No. RM : 43.62.24
Diagnosa pra bedah : Efusi perikardial ec. CHF
Tindakan pembedahan : Insersi Certofix Intraperikardial
Diagnosa pasca bedah : Efusi perikardial ec. CHF post insersi certofix
intraperikardial
Laporan pembedahan :
 Dilakukan tindakan asepsis antisepsis dilapangan operasi dan
sekitarnya
 Dilakukan aspirasi cairan perikardium dengan abocath
 Dilakukan pemasangan kanal kedalam perikardium
 Dipasang certofix kedalam perikardium
 Dilakukan aspirasi cairan perikardium sekitar 500cc
 Operasi selesai

Test Mantoux
Dilaksanakan pada tanggal 31 Mei 2014 dan pembacaan dilakukan pada tanggal
03 Juni 2014 dengan hasil indurasi 12 mm  MANTOUX TEST POSITIF

Pemeriksaan Histo Patologi


Tanggal : 03 Juni 2014
Mikroskopik : Sediaan apus cairan intraperikardial mengandung sel
limfosit agak padat , sedikit sel leukosit PMN dan sel eritrosit, tidak
tampak sel ganas.

I.6 RESUME
Pasien anak usia 14 tahun, rujukan dari RS Salak datang dengan keluhan
sesak nafas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit dan memberat sejak 1
minggu sebelum masuk rumah sakit. Bengkak dirasakan sejak 2 minggu sebelum
masuk rumah sakit, dan memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit

27 | T B E k s t r a p a r u
menjadi bengkak diseluruh tubuh (bengkak di wajah, dada, perut, dan kaki). Nyeri
dada dirasakan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Selain itu pasien juga
mengeluhkan batuk sejak 4 minggu sebelum masuk rumah sakit, Ibu pasien
mengatakan bahwa anaknya mengalami penurunan nafsu makan sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit.Pasien pernah terkena morbili saat kelas 4 SD atau
saat usia 10 tahun. Riwayat penyakit keluarga sepupu pasien terkena TB paru,
kakek nenek pasien menderita diabetes mellitus dan kakek pasien terkena gagal
ginjal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status gizi pasein menurut CDC-NCHS
71,42% dengan kesan status gizi moderate malnutrition. Keadaan Umum tampak
sakit sedang, kesadaran compos mentis, tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 115
x/menit, reguler, isi kurang, teraba lemah, pernafasan 30 x/menit, reguler, suhu
tubuh 36,3°C. Mukosa bibir kering, selaput lendir mulut agak kering, JVP 5+3
cm, bentuk thorax asimetris, terdapat penonjolan hemithorax sinistra, inspeksi
paru ditemukan dinding dada kanan dankiri asimetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, palpasi taktil fremitus dan vokal fremitus kiri lebih rendah dari
kanan, perkusilebih redup pada hemithorax sinistra, auskultasi suara napas
terdengar vesikular pada apex paru. Jantung iktus cordis tidak terlihat dan tidak
teraba saat diinspeksi maupun dipalpasi, batas jantung sulit ditentukan karena
suara redup hampir terdengar pada seluruh lapangan paru saat perkusi,
auskultasibunyi jantung I-II tidak terdengar. Terdapat edema pada batang penis
dan corona penis.terdapat pitting non – edem pada kedua tungkai bawah.
Pada pemeriksaan penunjang laboratorium darah ditemukan penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit, terdapat peningkatan kadar SGOT,
SGPT, dan asam urat pada awal pemeriksaan namun kembali normal pada
pemeriksaan darah terakhir. Pemeriksaan RDW dan CRP mengalami peningkatan,
pada pemeriksaan awal echocardiografi ditemukan effusi perikardial massif,
dilakukan pula pemeriksaan foto rontgen thorax pada awal masuk yaitu tanggal 17
Mei didapatkan hasil suspek efusi perikardium, kardiomegali dengan awal
bendungan paru, dengan efusi pleura kanan. Telah dilakukan tindakan insersi
certofix intraperikardial pada tanggal 26 Mei 2014 dan telah diaspirasi cairan
perikardial sebanyak ±500cc berwarna kemerahan. Pada tanggal 03 Juni 2014

28 | T B E k s t r a p a r u
hasil pemeriksaan histopatologi cairan intraperikardial menunjukkan Sediaan apus
cairan intrapericardial mengandung sel limfosit agak padat, sedikit sel leukosit
PMN dan sel eritrosit dan tidak tampak sel ganas.

I.7 DIAGNOSA BANDING


 Efusi Perikardial Massif
 TB Ekstraparu
 Congestif Heart Failure
 Sindrom Nefrotik
 Penyakit Jantung Reumatik

I.8 DIAGNOSA KERJA


TB Ekstraparu dengan komplikasi Efusi Perikardium Massif

I.9 PEMERIKSAAN ANJURAN


Kultur bakteri
PCR test
Darah lengkap untuk evaluasi
Echocardiografi untuk evaluasi lanjutan
Elektrokardiografi untuk evaluasi lanjutan
Foto rontgen thorax untuk evaluasi lanjutan

I.10 PENATALAKSANAAN
- IVFD D5 ¼ Saline 500 cc/24jam
- O2 1-2 L  nasal canule
- Lasix 3 x 40 mg iv  1 x 40 mg iv
- Ceftriaxone inj. 2 x 1 gr iv
- Spironolactone tab 1 x 100 mg po
- Digoxin 2 x ½ tab po
- Aspar K 3x1 tab po
- Curcuma 3 x 1 tab po
- Allupurinol tab 1 x 100 mg po  2 x 100 mg po

29 | T B E k s t r a p a r u
- Isoniazid tab 1 x 300 mg po
- Rifampisin tab 1 x 450 mg po
- Pirazinamid 2 x 500 mg po
- Ethambutol 2 x 500 mg po
- Prednison tab 45 mg  3 tab – 3 tab – 3 tab po
- Vorprofen tab 3 x 200 mg po
- Heplock terpasang
- Balance cairan + monitoring diuresis  hitung berkala 24 jam
- Diet 2.000 kalori / hari

I.11 PROGNOSIS
 Ad vitam : dubia ad bonam
 Ad functionam : dubia ad bonam
 Ad sanationam : dubia ad bonam

I.12 FOLLOW UP
Tanggal 03Juni 2014 Tanggal 04 Juni 2014

S Anak mengatakan terasa ngilu disekitar Anak mengatakan masih terasa ngilu
daerah pemasangan selang di dada, batuk didaerah bekas pemasangan selang didada,
masih dirasakan terutama pada malam batuk masih terasa kadang – kadang,
hari, produksi air liur masih banyak, nyeri produksi air liur masih banyakm nyeri dada,
dada, sesak nafas, demam disangkal. sesak nafas, demam disangkal.
O Keadaanumum/Kesadaran : Tampak sakit Keadaanumum/Kesadaran : Tampak sakit
sedang/Composmentis sedang/Composmentis
Status mental : tenang Status mental : tenang
Tanda-tanda vital : Tanda-tanda vital :
HR: 92 x/menit HR: 90 x/menit
Suhu : 36,50C Suhu : 36,60C
RR : 24 x/menit RR : 24 x/menit
TD : 120/80 mmHg TD : 110/70 mmHg
Kepala : normocephal, rambut warna Kepala : normocephal, rambut warna hitam,
hitam, terdistribusi merata, tidak mudah terdistribusi merata, tidak mudah dicabut

30 | T B E k s t r a p a r u
dicabut Mata :tidak ada edema palpebra,
Mata :tidak ada edema palpebra, konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,
konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-, pupil bulat, isokor
pupil bulat, isokor Telinga : sekret -/-
Telinga : sekret -/- Hidung : nafascupinghidung (-)
Hidung : nafascupinghidung (-) Mulut: mukosa bibir basah
Mulut: mukosa bibir basah Leher : KGB tidakteraba
Leher : KGB tidakteraba Thorax :
Thorax : Terpasang perban bekas pemasangan
Terpasang selang certofix pada ujung certofix, Iktus kordis tidak terihat, iktus
procecus xyphoideus. Iktus kordis tidak kordis teraba pada palpasi, batas jantung
terihat, iktus kordis teraba pada palpasi, kanan pada ICS V garis parasternal dekstra,
batas jantung tidak dapat ditentukan karena batas kiri pada ICS V garis midclavicula
perkusi terhalang oleh adanya selang sinistra dan batas atas jantung pada ICS III
certofix. BJ I-II regular, murmur (-), gallop garis parasternalis sinistra.BJ I-II regular,
(-). murmur (-), gallop (-).
Pergerakan dada simetris saat statis dan Pergerakan dada simetris saat statis dan
dinamis, Fokal vremitus dan vremitus dinamis, Fokal vremitus dan vremitus taktil
taktil kanan sama dengan kiri, perkusi kanan sama dengan kiri, perkusi sonor pada
sonor pada seluruh lapang paru, SN seluruh lapang paru ,SN Vesikuler, Rhonki (-
Vesikuler, Rhonki (-/-), Wheezing(-/-) /-), Wheezing(-/-).
Abdomen : supel, nyeri tekan (-) BU (+) Abdomen : supel, nyeri tekan (-) BU (+)
normal normal
Ekstremitas : akral hangat,tidak ada Ekstremitas : akral hangat,tidak ada
sianosis, tidak ada edema, tidak ada sianosis, tidak ada edema, tidak ada clubbing
clubbing finger finger

A TB Ekstraparu TB Ekstraparu
P - Isoniazid tab 1 x 300 mg po - Isoniazid tab 1 x 300 mg po
- Rifampisin tab 1 x 450 mg po - Rifampisin tab 1 x 450 mg po
- Pirazinamid 2 x 500 mg po - Pirazinamid 2 x 500 mg po
- Ethambutol 2 x 500 mg po - Ethambutol 2 x 500 mg po

31 | T B E k s t r a p a r u
- Prednison tab 45 mg  3 tab – - Prednison tab 45 mg  3 tab – 3
3 tab – 3 tab po tab – 3 tab po
- Diet 2.000 kalori / hari - Diet 2.000 kalori / hari

32 | T B E k s t r a p a r u
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 DEFINISI
Tuberculosis (TB) adalah infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium
tuberculosis. TB dapat menyerang semua bagian tubuh, tapi > 95% mengenai
paru karena penularan utama melalui droplet (inhalasi) dari jaringan.1

II.2 EPIDEMIOLOGI
World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sepertiga
penduduk dunia (2 miliar orang) telah terinfeksi oleh Mycobacterium
Tuberculosis dengan angka tertinggi di Afrika, Asia, dan Amerika Latin.
Tuberkulosis, terutama TB paru merupakan masalah yang timbul tidak hanya
dinegara berkembang, tetapi juga dinegara maju. Diperkirakan jumlah kasus TB
anak per tahun adalah 5-6% dari total kasus TB.

II.3 ETIOLOGI
Agen tuberculosis, M.tuberculosis, M. bovis, dan M.africanum, merupakan
ordo Actinomisetales dan famili Mycobacteriaceae. Basili tuberkel adalah batang
lengkung, gram positif lemah, pleiomorfik, tidak bergerak, tidak membentuk
spora, panjang sekitar 2-3 mikrometer. Mikobakteria ini merupakan aerob obligat
yang tumbuh pada media sintetis yang mengandung gliserol sebagai sumber
karbon dan garam ammonium sebagai nitrogen.Tumbuh paling baik pada suhu
37-41 OC, menghasilkan niasin dan tidak ada pigmentasi.Dinding sel kaya lipid
menimbulkan resistensi terhadap daya bakterisid antibodi dan komplemen.
Mikobaterium tumbuh lambat, waktu pembentukkanya adalah 12-24 jam.2

II.4 PATOGENESIS
Paru merupakan port d’entrée lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena
ukurannya yang sangat kecil (< 5μm), kuman TB dalam percik renik (droplet
nuklei) yang terhirup dapat mencapai alveolus. Pada sebagian kasus, kuman TB
dapat dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis nonspesifik, sehingga

33 | T B E k s t r a p a r u
tidak terjadi respon immunologis spesifik. Pada individu yang tidak dapat
menghancurkan seluruh kuman, makrofag alveolus akan memfagosit kuman TB
yang sebagian besar dihancurkan. Akan tetapi sebagian kecil kuman TB yang
tidak dapat menghancurkan akan terus berkembang biak di dalam makrofag dan
akhirnya menyebabkan lisis makrofag. Selanjutnya, kuman TB membentuk lesi di
tempat tersebut yang dinamakan focus primer Ghon.3
Dari fokus primer Ghon, kuman TB menyebar melalui saluran limfe
menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran
limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya inflamasi di
saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfedenitis) yang terkena. Jika
focus primer terletak di lobus bawah atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat
adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika fokus primer terletakdi apeks paru
yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Gabungan antara focus primer,
limfangitis dan limfadenitis dinamakan kompleks primer.3
Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya
kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi. Masa inkubasi
TB bervariasi selama 2-12 minggu, biasanya berlangsung selama 4-8 minggu.
Selama masa inkubasi tersebut kuman berkembang biak hingga mencapai jumlah
103-104, yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas selular.
Pada saat terbentukanya kompleks primer, infeksi TB primer dinyatakan telah
terjadi. Setelah terjadi kompleks primer imunitas selular tubuh terhadap TB
terbentuk yang dapat diketahui dengan adanya hipersensitivitas terhadap
tuberkuloprotein yaitu uji tuberkulin positif. Selama masa inkubasi uji tuberkulin
masih negatif. 3
Setelah imunitas selular terbentuk, fokus primer di jaringan paru biasanya
akan mengalami resolusi secara sempurna membentuk fibrosis atau kalsifikasi
setelah terjadi nekrosis perkijuan dan enkapsulasi. Kelenjar limfe regional juga
akan mengalami fibrosis dan enkapsulasi tetapi penyembuhannya biasanya tidak
sesempurna focus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini tetapi tidak menimbulkan
gejala sakit TB. Kompleks primer juga dapat menyebabkan dapat mengalami
komplikasi. Komplikasi yang terjadi dapat disebabkan oleh fokus diparu atau

34 | T B E k s t r a p a r u
dikelenjar limfe regional. Fokus primer diparu dapat membesar dan menyebabkan
pneumonitis atau pleuritis fokal. 3

Jika terjadi nekrosis perkijuan yang berat, bagian tengah lesi akan mencair
dan keluar melalui bronkus sehingga meninggalkan rongga di jaringan paru
(kavitas). Kelenjar limfe hilus atau paratrakeal yang mulanya berukuran normal
pada awal infeksi, akan membesar karena reaksi inflamasi yang berkelanjutan
sehingga bronkus dapat terganggu. Obstruksi parsial pada bronkus akibat tekanan
eksternal menimbulkan hiperinflasi di segmen distal paru melalui mekanisme
ventil (ball-valve mechanism). Obstruksi total dapat menyebabkan atelektasis.
Kelenjar yang mengalami inflamasi dan nekrosis perkijuan dapat merusak dan
menimbulkan erosi dinding bronkus, sehingga menyebabkan TB endobronkial
atau membentuk fistula, massa kiju dapat menimbulkan obtruksi komplit pada

35 | T B E k s t r a p a r u
bronkus sehingga menyebabkan gabungan pneumonitis dan atelektasis, yang
sering disebut lesi segmental kolaps – konsolidasi. Secara singkat patogenesis TB
dapat dilihat pada skema dibawah ini. 3

II.5 MANIFESTASI KLINIS


Manifestasi klinis sangat bervariasi dan bergantung pada beberapa faktor.
Faktor yang berperan adalah kuman TB, penjamu, serta interaksi antara keduanya.
Faktor kuman bergantung pada jumlah dan virulensi kuman, sedangkan faktor
penjamu bergantung pada usia dan kompetensi imun serta kerentanan penjamu

36 | T B E k s t r a p a r u
pada awal terjadinya infeksi. Manifestasi klinis terbagi menjadi 2 yaitu :
manifestasi sistemik dan manifestasi spesifik.2

II.5.1 Manifestasi sistemik

 Demam lama (≥ 2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebab yang jelas,


yang dapat disertai dengan keringat malam. Demam umumnya tidak
tinggi.
 Batuk kronik ≥ 3 minggu, dengan atau tanpa wheeze.
 Berkurangnya berat badan 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang
jelas atau gagal tumbuh.
 Nafsu makan tidak ada
 Lesu atau malaise
 Diare persisten yang tidak sembuh dengan pengobatan
 Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa.

II.5.2 Manifestasi spesifik


Bergantung pada organ yang terkena, misalnya kelenjar limfe, susunan
saraf pusat, tulang dan kulit.

 Kelenjar limfe : pembesaran kelenjar limfe superfisialis  kelenjar


limfe kolli anterior atau posterior, aksila, inguinal, submandibula, dan
supraklavikula. Dengan karakteristik kelenjar yang biasanya dijumpai
multiple, unilateral, tidak nyeri tekan, tidak hangat pada perabaan,
mudah digerakan, dan dapat saling melekat satu sama lain.
 Susunan saraf pusat : yang tersering adalah meningitis TB dengan
gejala klinis nyeri kepala, penurunan kesadaran, kaku kuduk, muntah
proyektil dan kejang. Bentuk TB SSP lain adalah tuberkuloma yang
manifestasiny lebih samar.
 Sistem skeletal : gejala berupa nyeri, bengkak pada sendi yang
terkena, dan atau gangguan keterbatasan gerak. TB skeletal yang
sering terjadi adalah spondilitis TB, koksitis TB, dan gonitis TB

37 | T B E k s t r a p a r u
 Kulit : mekanisme terjadinya manifestasi TB pada kulit dapat terjadi
melalui inokulasi langsung dan akibat limfadenitis TB yang pecah
menjadi skrofuloderma.
 Mata : konjungtivitis fliktenularis dan tuberkel koroid
 TB organ lain seperti peritonitis TB, TB ginjal dll

II.6 PEMERIKSAAN FISIK

 Pembesaran kelenjar limfe leher, aksila, inguinal.


 Pembengkakan progresif atau deformitas tulang, sendi, lutut, falang.
 Uji tuberkulin. Biasanya positif pada anak dengan TB paru, tetapi bisa
negatif pada anak dengan TB milier atau yang juga menderita
HIV/AIDS, gizi buruk atau baru menderita campak.
 Pengukuran berat badan menurut umur atau lebih baik pengukuran
berat menurut panjang/tinggi badan.2,3

Untukmemudahkanpenegakan diagnosis TB anak, IDAI


merekomendasikan diagnosis TB anakdenganmenggunakansistemskoring,
yaitupembobotanterhadapgejalaatautandaklinis yang dijumpai,
sepertiterlihatpadadibawahini.

Parameter 0 1 2 3 Jumlah
Kontak TB Tidak Laporan BTA positif
jelas keluarga,
BTA
negatif
atau tidak
tahu,
BTA
tidak jelas

38 | T B E k s t r a p a r u
Uji tuberkulin Negatif Positif (≥ 10
mm, atau ≥ 5
mm pada
keadaan
imunosupresi)
Berat badan/ Bawah garis Klinis
keadaan gizi merah (KMS) gizi buruk
atau BB/U (BB/U
<80% <60%)
Demam tanpa > 2 minggu
sebab jelas
Batuk ≥3 minggu
Pembesaran >1 cm,
kelenjar limfe jumlah >1,
koli, aksila, tidak nyeri
inguinal
Pembengkakan Ada
tulang/sendi pembengkakan
panggul, lutut,
falang
Foto toraks Normal/ Gambaran
toraks kelainan sugestif TB
tidak
jelas
Jumlah

Tabel.Sistem Scoring TB PadaAnak3

Setelah dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan


penunjang, maka dilakukan pembobotan dengan sistem skoring. Pasien dengan
jumlah skor ≥ 6 (sama atau lebih dari 6), harus ditatalaksana sebagai pasien TB
dan mendapat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis (OAT). Bila skor < 6
tetapi secara klinis kecurigaan ke arah TB kuat maka perlu dilakukan pemeriksaan

39 | T B E k s t r a p a r u
diagnostik lainnya sesuai indikasi, seperti bilasan lambung, patologi anatomi,
pungsi lumbal, pungsi pleura, foto tulang dan sendi, funduskopi, CT-Scan dan
lain-lainnya (yang mungkin tidak dapat dilakukan di rumah sakit ini).Perlu
perhatian khusus jika ditemukan salah satu keadaan di bawah ini:
 Tanda bahaya:
o Kejang, kaku kuduk
o Penurunan kesadaran
o Kegawatan lain, misalnya sesak napas
 Foto dada menunjukkan gambaran milier, kavitas, efusi pleura.
 Gibus, koksitis

II.7 PEMERIKSAAN PENUNJANG


II.7.1 Uji Tuberkulin
Tuberkulin adalah komponen protein kuman TB yang mempunyai sifat
antigenik yang kuat. Jika disuntikkan secara intrakutan kepada seseorang yang
telah terinfeksi TB maka akan terjadi reaksi berupa indurasi di lokasi suntikan.
Indurasi terjadi karena vasodilatasi lokal, edema, endapan fibrin dan
terakumulasinya sel-sel inflamasi di daerah suntikan. Tuberkulin yang tersedia di
Indonesia saat ini adalah PPD RT 23 2TU. Uji tuberkulin cara Mantoux
dilakukan dengan menyuntikkan 0,1 ml PPD RT 23 2TU atau PPD S 5 TU, di
bagian volar lengan bawah. Pembacaan dilakukan 48-72 jam setelah
penyuntikkan. Pengukuran dilakukan terhadap indurasi yang timbul, bukan
hiperemis/eritemanya. Diameter indurasi ≥ 10 mm dinyatakan positif tanpa
menghiraukan penyebabnya, indurasi <5 mm dinyatakan negatif, sedangkan
Indurasi 5-9 mm meragukan dan perlu di ulang, dengan jarak waktu minimal 2
minggu.3,4
Pada keadaan tertentu, yaitu tertekannya sistem imun maka uji tuberkulin
positif jika diameter indurasi ≥5 mm. Keadaan ini dapat dijumpai pada pasien
dengan gizi buruk, infeksi HIV, keganasan, morbili, pertusis, varisela, atau pasien
– pasien yang mendapatkan terapi imunosupresan dalam jangka panjang (≥2
minggu). Pada anak yang mengalami kontak erat dengan pasien TB dewasa aktif
disertai BTA positif, digunakan juga batas ≥5 mm.6Uji tuberkulin sebaiknya tidak

40 | T B E k s t r a p a r u
dilakukan dalam 6 minggu setelah imunisasi morbili, measles, mumps, rubela dan
varisela karenadapat menyebabkan hasil negatif palsu karena terganggunya reaksi
tuberkulin. Uji tuberkulin positif dapat dijumpai pada keadaan :

1. Infeksi TB alamiah ( infeksi TB tanpa sakit TB/ infeksi TB


laten, Infeksi TB dan sakit TB, TB yang telah sembuh)
2. Imunisasi BCG
3. Infeksi mikobakterium atipik

Uji tuberkulin negatif dapat dijumpai pada :

1. Tidak ada infeksi TB


2. Dalam masa inkubasi infeksi TB
3. Anergi

Gambar. Mantoux tuberkulin skin test


(http://en.wikipedia.org/wiki/Tuberculosis)

II.7.2 Pemeriksaan Mikrobiologik


Diagnosis pasti TB ditegakan bila ditemukan kuman TB pada pemeriksaan
mikrobiologis. Pemeriksaan mikrobiologis yang dilakukan terdiri dari dua macam,
yaitu pemeriksaan mikroskopis apusan langsung untuk menemukan BTA dan
pemeriksaan biakan kuman M.Tuberculosis. namun pemeriksaan diatas sulit
dilakukan pada anak karena sulitnya mendapatkan sputum, sebagai gantinya
dilakukan pemeriksaandari bahan bilasan lambung (3 hari berturut – turut
minimal 2 hari) atau sputum, untuk mencari basil tahan asam (BTA) pada

41 | T B E k s t r a p a r u
pemeriksaan langsung dan mycobacterium tuberkulosis dari biakan. Hasil biakan
positif merupakan diagnosis pasti TB. Hasil BTA atau biakan negatif tidak
menyingkirkan diagnosis TB. (3)
Pemeriksaan PCR merupakan teknik amplifikasi urutan
deoxyribonucleotic acid (DNA) yang spesifik. Secara teori dengan metode ini,
kuman yang berasal dari spesimen bilas lambung akan dapat dideteksi meskipun
hanya ada satu kuman M.tuberculosis pada bahan pemeriksaan sehingga
diharapkan sensitivitasnya cukup tinggi.

Gambar.Mycobacterium tuberculosis (stained red) in


sputum(http://en.wikipedia.org/wiki/Tuberculosis)

II.7.3 Pemeriksaan Darah


Pemeriksaan darah tepi, laju endap darah, urin dan feses rutin,
sebagai pelengkap data namun tidak berperan penting dalam diagnostik
TB.2

II.7.4 Foto torax antero-posterior (AP)


Gambaran radiologis yang sugestif TB diantaranya: pembesaran
kelenjar hilus atau paratrakeal dengan atau tanpa infiltrat, konsolidasi
segmen/lobus paru, milier, kavitas, efusi pleura, ateletasis, atau kalsifkasi
dengan infiltrat atau tuberkuloma. 5

42 | T B E k s t r a p a r u
Gambar 5.Miliary TB, Pneumonia with hilum enlarged
(http://www.pediatriconcall.com/fordoctor/diseasesandcondition/pediatric_radiology/pul
monary_infect.asp)

II.8 DIAGNOSIS
Diagnosis pasti TB ditemukannya M.tuberkulosis pada pemeriksaan
sputum, bilas lambung, cairan serebrospinal (CSS), cairan pleura atau biopsi
jaringan. Pada anak kesulitan menegakkan diagnosis pasti disebabkan oleh dua
hal, yaitu sedikitnya jumlah kuman dikarenakan basil tahan asam baru dapat
dilihat dengan mikroskop bila jumlahnya paling sedikit 5.000 kuman dalam 1 ml
specimen dan sulitnya pengambilan spesimen karena sputum yang kental dan
purulen, berwarna hijau kekuningan denga volume 3-5 ml sulit diperoleh pada
anak. Diagnosis TB pada anak ditentukan berdasarkan gambaran klinis dan
pemeriksaan penunjang seperti uji tuberculin, foto toraks, dan pemeriksaan
laboratorium.Adanya riwayat kontak dengan pasien TB dewasa BTA positif, uji
tuberkulin positif, gejala dan tanda sugestif TB dan foto toraks yang mengarah
pada TB merupakan dasar menyat

II.9 PENGOBATAN
II.9.1 Medikamentosa
Pengobatan TB dibagi dalam 2 tahap yaitu tahap awal/intensif (2 bulan
pertama) dan sisanya sebagai tahap lanjutan. Prinsip dasar pengobatan TB adalah

43 | T B E k s t r a p a r u
minimal 3 macam obat pada fase awal/intensif (2 bulan pertama) dan dilanjutkan
dengan 2 macam obat pada fase lanjutan (4 bulan, kecuali pada TB berat).OAT
pada anak diberikan setiap hari, baik pada tahap intensif maupun tahap
lanjutan3,4,5,6.
Untuk menjamin ketersediaan OAT untuk setiap pasien, OAT disediakan
dalam bentuk paket.Satu paket dibuat untuk satu pasien untuk satu masa
pengobatan. Paket OAT anak berisi obat untuk tahap intensif, yaitu Rifampisin
(R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z); sedangkan untuk tahap lanjutan, yaitu
Rifampisin (R) dan Isoniasid (H).
Dosis

Gambar . Jenis dan Dosis OAT

Untuk meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan yang


relatif lama dengan jumlah obat yang banyak, paduan OAT disediakan dalam

44 | T B E k s t r a p a r u
bentuk Kombinasi Dosis Tetap = KDT (Fixed Dose Combination = FDC). Tablet
KDT untuk anak tersedia dalam 2 macam tablet, yaitu:
 Tablet RHZ yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin), H
(Isoniazid) dan Z (Pirazinamid) yang digunakan pada tahap intensif.
 Tablet RH yang merupakan tablet kombinasi dari R (Rifampisin) dan
H (Isoniazid) yang digunakan pada tahap lanjutan.
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan
anak dan komposisi dari tablet KDT tersebut.Tabel berikut ini adalah contoh dari
dosis KDT yang komposisi tablet RHZ adalah R = 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg
dan komposisi tablet RH adalah R = 75 mg dan H = 50 mg

2 BULAN 4 BULAN
BERAT BADAN (KG) TIAP HARI TIAP HARI
RHZ (75/50/150) RH (75/50)

5-9 1 tablet 1 tablet

10-14 2 tablet 2 tablet

15-19 3 tablet 3 tablet

20-32 4 tablet 4 tablet


Tabel. Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak
Keterangan:
 Bayi dengan berat badan kurang dari 5 kg dirujuk ke rumah sakit
 Anak dengan BB ≥ 33 kg , disesuaikan dengan dosis dewasa
 Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
 OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau
digerus sesaat sebelum diminum.
Bila paket KDT belum tersedia, dapat digunakan paket OAT Kombipak
Anak.Dosisnya seperti pada tabel berikut ini.

45 | T B E k s t r a p a r u
BB 10-20 KG
JENIS OBAT BB<10 KG BB 20-32 KG
(KOMBIPAK)

Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg

Pirazinamid 150 mg 300 mg 600 mg


Tabel . Dosis OAT Kombipak-fase-awal/intensif pada anak

BB 10-20 KG
JENIS OBAT BB<10 KG BB 20-32 KG
(KOMBIPAK)

Isoniazid 50 mg 100 mg 200 mg

Rifampisin 75 mg 150 mg 300 mg


Tabel . Dosis OAT Kombipak-fase-lanjutan pada anak

Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB


milier, meningitis TB, TB sendi dan tulang, dan lain-lain:
 Pada tahap intensif diberikan minimal 4 macam obat ( INH, Rifampisin,
Pirazinamid, Etambutol (E) atau Streptomisin (S) ).
 Pada tahap lanjutan diberikan INH dan Rifampisin selama 10 bulan.
 Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB,
TB endobronkial, meningitis TB dan peritonitis TB diberikan
kortikosteroid (prednison) dengan dosis 1–2 mg/kg BB/hari, dibagi dalam
3 dosis. Lama pemberian kortikosteroid adalah 2–4 minggu dengan dosis
penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu 2–6 minggu. Tujuan
pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan mencegah
terjadi perlekatan jaringan3,4,5,6..
Perhatian hindarkan pemakaian streptomisin pada anak bila
memungkinkan, karena penyuntikan terasa sakit, dapat terjadi kerusakan
permanen syaraf pendengaran, dan terdapat risiko penularan HIV akibat perlakuan
yang tidak benar terhadap alat suntikan.

46 | T B E k s t r a p a r u
Panduan Obat Anti Tuberkulosis Pada Dewasa
 Pasien baru. Panduan obat yang dianjurkan 2HRZE/4HR dengan
pemberian dosis setiap hari. Bila menggunakan OAT program,
maka pemberian dosis setiap hari pada fase intensif dilanjutkan
dengan pemberian dosis tiga kali seminggu dengan DOT
2HRZE/4H3R3.
 Pada pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama.
Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji kepekaan secara
individual. Selama menunggu hasil uji kepekaan, diberikan paduan
obat 2HRZES/HRZES/5HRE.
 Pasien multi-drug resistant (MDR)

Catatan: Tuberkulosis paru kasus gagal pengobatan dirujuk ke dokter


spesialis paru sedangkan kasus TB-MDR dirujuk ke pusat rujuk TB-MDR

Gambar . Dosis Obat Antituberkulosis Kombinasi Dosis Tetap

II.9.2 Non-Medikamentosa
Pendekatan DOTS
Salah satu upaya untuk meningkatkan keteraturan adalah dengan
melakukan pengawasan langsung terhadap pengobatan (Directly Observed
Treatment). Directly Observed Treatment Shortcourse adalah strategi yang
telah direkomendasikan oleh WHO dalam pelaksanaan program
penanggulangan TB dan telah dilaksanakan di Indonesia sejak tahun 1995.
Sesuai dengan rekomendasi WHO, strategi DOTS terdiri atas lima
komponen, yaitu sebagai berikut :

47 | T B E k s t r a p a r u
1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan
dana
2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan sputum secara mikroskopik
3. Pengobatan dengan panduan OAT jangka pendek dengan pengawasan
langsung oleh pengawas menelan obat (PMO)
4. Kesinambungan persediaan OAT jangka pendek dengan mutu terjamin
5. Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memudahkan pemantauan
dan evaluasi program penanggulangan TB.

Pada anak kuma M.tuberkulosis sulit ditemukan baik pada biakan


maupun pemeriksaan mikroskopis, maka diperlukan strategi
diagnostiklain yaitu dengan menggunakan sistem skoring (DOTS-
modifikasi)3,4,6.

II.10 Pencegahan
II.10.1 Imunisasi BCG

Imunisasi BCG diberikan pada usia sebelum 2 bulan. Dosis untuk bayi
sebesar 0,005 ml dan untuk anak 0,10 ml secara intrakutan di daerah insersi otot
deltoid kanan. Bila diberikan > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih
dahulu.Imunitas ini memberikan perlindungan terhadap terjadinya TB milier,
meningitis TB, TB sitem skeletal dan kavitas.Efek samping yang sering timbul
adalah ulserasi local dam limfadenitis.Kontraindikasi imunisasi BCG adalah
kondisi imunokompromais, misalnya defisiensi imun, infeksi berat, gizi buruk,
dan gagal tumbuh.Pada bayi premature BCG ditunda hingga bayi mencapai BB
optimal.

II.10.2 Kemoprofilaksis

Terdapat dua kemoprofilaksi : kemoprofilaksis primer dan


kemoprofilaksis sekunder. Kemoprofilaksi primer bertujuan untuk mencegah
terjadinya infeksi TB, diberikan isoniazid dosis 5-10 mg/KgBB/hari dengan dosis
tunggal dan diberikan pada anak yang kontak dengan TB menular, terutama
dengan BTA sputum positif tetapi belum terinfeksi. Obat diberikan selama 6

48 | T B E k s t r a p a r u
bulan, pada akhir bulan ketiga pemberian profilaksis dilakukan uji tuberculin
ulang jika tetap negatif profilaksis dilanjutkan sampai 6 bulan, jika terjadi
konversi tuberkulin menjadi positif evaluasi status TB pasien. Pada akhir bulan
keenam pemberian profilaksis dilakukan lagi uji tuberkulin jika tetap negatif
profilaksis dihentikan, jika terjadi konversi tuberkulin menjadi positif evaluasi
status TB pasien.
Kemoprofilaksis sekunder bertujuan untuk mencegah berkembangnya
infeksi menjadi sakit TB dan diberikan pada anak yang telah terinfeksi tetapi
belum sakit ditandai dengan uji tuberculin positif sedangkan klinis dan radiologis
normal. Lama pemberian untuk kemoprofilaksis sekunder adalah 6-12
bulan2,2,3,,6.

49 | T B E k s t r a p a r u
BAB III
ANALISA KASUS

Penegakan diagnosis TB ekstraparu dengan komplikasi efusi perikardial


massif ini didapatkan dari gejala dan klinis, hasil pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.

III.1 Anamnesa
Yaitu pasien anak W usia 14 tahun yang datang dengan keluhan sesak
nafas sejak 2 minggu sebelum masuk rumah sakit dan memberat sejak 1 minggu
sebelum masuk rumah sakit. Bengkak sejak 2 minggu sebelum masuk rumah
sakit, dan memberat sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit dengan bengkak
diseluruh tubuh (bengkak di wajah, dada, perut, dan kaki). Nyeri dada dirasakan
sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, disebelah kanan dan kiri, dirasakan
bersamaan dengan sesak nafas yang semakin memberat, hilang timbul, terasa
seperti terhimpit. Keluhan – keluhan diatas menunjukkantanda adanya suatu
gangguan dari jantung yaitu efusi perikardium yang mengakibatkan
terganggunya fungsi jantung.
Batuk sejak 4 minggu sebelum masuk rumah sakit, memberat saat malam
hari, batuk kering tanpa dahak batuk terdengar seperti batuk kodok. terdapat
penurunan nafsu makan sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit. Riwayat
penyakit keluarga sepupu pasien banyak yang terkena TB paru. Kemudian pada
pemeriksaan fisik didapatkan status gizi pasein menurut CDC-NCHS 71,42%
dengan kesan status gizi moderate malnutrition.Keluhan batuk lebih dari 2
minggu ini, kemudian riwayat kontak TB dengan keluarga dan status gizi menjadi
beberapa poin yang termasuk kedalam sistem scoring TB pada anak.

III.2 Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum tampak sakit sedang , kesadaran compos mentis, tekanan
darah 100/80 mmHg, nadi 115 x/menit, reguler, isi kurang, teraba lemah,
pernafasan 30 x/menit, reguler, suhu tubuh 36,3°C menandakan bahwapasien
dalam keadaan sesak nafas dan perfusi kejaringan yang kurang adekuat

50 | T B E k s t r a p a r u
sehingga tubuh mengkompensasi dengan nadi yang cepat juga.Mukosa bibir
kering, selaput lendir mulut agak kering dapat disebabkan karena pasien bernafas
dengan bantuan mulut sebagai kompensasi sesak nafasnya sehingga udara
keluar masuk sistem pernafasan melalui mulut.
Bentuk thorax asimetris, terdapat penonjolan hemithorax sinistra, inspeksi
paru ditemukan dinding dada kanan dankiri asimetris dalam keadaan statis
maupun dinamis, palpasi taktil fremitus dan vokal fremitus kiri lebih rendah dari
kanan, perkusilebih redup pada hemithorax sinistra, auskultasi suara napas
terdengar vesikular pada apex paru. Jantung iktus cordis tidak terlihat dan tidak
teraba saat diinspeksi maupun dipalpasi, batas jantung sulit ditentukan karena
suara redup hampir terdengar pada seluruh lapangan paru saat perkusi,
auskultasibunyi jantung I-II tidak terdengar , mur – mur maupun gallop tidak
terdengar, semua hal tersebut diatas menunjukkan bahwa terdapat tanda –
tanda adanya efusi perikardial yang massif. Terdapat edema pada batang penis
dan corona penis, terdapat pitting non – edem pada kedua tungkai bawah
merupakan tanda masih terdapatnya edema yang dapat disebabkan karena
kegagalan sirkulasi jantung sebagai akibat adanya efusi perikardial yang
massif tersebut.

III.3 Pemeriksaan Penunjang


Pada pemeriksaan penunjang laboratorium darah ditemukan penurunan
kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit terjadi karenapasien mengalami
sesak nafas sehingga oksigen yang masuk kedalam tubuh untuk
dipergunakan pun sedikit, hal ini menyebabkan kadar hemoglobin yang
mengikat oksigen didalam darah pun mengalami penurunan, karena
hemoglobin menurun menyebabkan jumlah hematokrit dan eritrosit pun
ikut mengalami penurunan. Namun setelah mengalami perbaikan selama
menjalani perawatan, kadar hemoglobin, hematokrit dan eritrosit pada pasien
kembali menjadi normal. Terdapat peningkatan kadar SGOT dan SGPT
menunjukkan adanya gangguan fungsi hati diduga mungkin disebabkan
karena penggunaan obat – obatan di RS Salak sebelumnya, karena data
pengobatan selama di RS Salak tidak diketahui secara pasti jadi penyebab

51 | T B E k s t r a p a r u
peningkatan kadar SGOT dan SGPT ini masih praduga. Setelah dilakukan
perawatan selama di rumah sakit kadar SGOT dan SGPT kembali menjadi
normal. Pemeriksaan RDW dan CRP yang mengalami peningkatan menandakan
bahwaterdapat tanda inflamasi, hal ini dapat terjadi sebagai akibat dari
adanya infeksi bakteri Tuberkulosis pada pasien. Pemeriksaan imunoserologi
ASTO dalam batas normal menunjukkan Anti Streptococcus Titer O dalam batas
normal sehingga dapat menyingkirkan hipotesis kita kearah penyakit jantung
reumatik. Sedangkan kadar protein urin pada pemeriksaan urinalisis yang
normal, kadar albumin darah yang normal, dan gambaran EKG yang normal dapat
menyingkirkan hipotesis sindrom nefrotik.
Pada pemeriksaan awal echocardiografi ditemukan effusi perikardial
massif, namun telah dilakukan tindakan insersi certofix intraperikardial
didapatkan hasil echocardiografi adalah effusi perikardial sangat minimal dan lain
– lain dalam batas normal.dilakukan pula pemeriksaan foto rontgen thorax pada
awal masuk yaitu tanggal 17 Mei didapatkan hasil suspek efusi perikardium,
kardiomegali dengan awal bendungan paru, dengan efusi pleura kanan. Dilakukan
tindakan insersi certofix intraperikardial pada tanggal 26 Mei 2014 dan telah
diaspirasi cairan sebanyak ±500cc berwarna kemerahan. Pada tanggal 03 Juni
2014 hasil pemeriksaan histopatologi cairan intraperikardial menunjukkan
Sediaan apus cairan intrapericardial mengandung sel limfosit agak padat, sedikit
sel leukosit PMN dan sel eritrosit dan tidak tampak sel ganas, gambaran
mikroskopik cairan perikardial ini mendukung diagnosis tb ekstraparu dengan
komplikasi efusi perikardial massif.Dan pada tanggal 02 Juni dilakukan
kembali foto rontgen thorax didapatkan hasil Jantung tidak membesar, tidak
tampak gambaran efusi perikardium, paru dalam batas normal, dan terpasang
mini drain dengan ujung setinggi sela iga 9 posterior kiri. Hal tersebut diatas
menggambarkan perbaikan kondisi pada pasien berjalan dengan baik
setelah perawatan yang dilakukan selama di rumah sakit.

Jadi diagnosis TB ekstraparu pada pasien ini didapatkan dari hasil scoring
TB anak yang bernilai 7, yaitu adanya laporan kontak dengan keluarga yang
menderita TB (score 2), uji tuberkulin + (score 3), berat badan / keadaan gizi

52 | T B E k s t r a p a r u
BB/TB <90% (score 1), batuk kronik ≥3 minggu (score 1) jadi total score 7.
Dan efusi perikardium didapatkan dari anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan.

III.4 Penatalaksanaan
 IVFD D5 500 cc/24 jam
Dextrose 5% adalahcairankristaloid yang berisisatumolekul air hidrasiatau
anhydrous.Tidakberwarnaatauputih, serbuk Kristal
ataugranul.Cairaninidapatdiberikantergantungpadausia, beratbadan,
dankeseimbangancairan, elektrolit, glukosa, danasambasadaripasien.
Cairaninibiasanyadigunakansebagaicairanrumatandalamrumahsakit.Penghi
tunganpemberiancairandenganmenggunakancara Holliday-Seegar
(beratbadan yang dihitungadalahberatbadan ideal):
100 x 10 BB I = 100 x 10 = 1000 cc
50 x 10 BB II = 50 x 10 = 500 cc
20 x (sisa BB) = 20 x 43 = 860 cc
Total = 2360 cc/24 jam
Padapasieninidiberikancairansebanyak500 cc/24 jam.Perbedaan
pemberian cairan pada pasien ini didasarkan pada keadaan pasien yang
mengalami overload akibat efusi perikardium sehingga pemberian cairan
harus dibatasi agar tidak menyebabkan edema yang semakin parah.
 O2 1-2 L dengan nasal canule diberikan untuk membatu pasien dalam
mengatasi keluhan sesak nafas yang dialaminya.
 Lasix 3 x 40 mg iv yang kemudian diturunkan menjadi injeksi 1 x 40 mg
iv merupakan obat yang mengandung furosemid yang berguna untuk
mengatasi retensi cairan yang berlebih pada pasien. Penurunan dosis lasix
dilakukan karena melihat keadaan edema yang dialami telah mengalami
perbaikan
 Spironolactone tab 1 x 100 mg po merupakan diuretik penghemat kalium
yang juga berfungsi mengatai edema pada pasien.
Spironolactone merupakan potassium-sparing diuretic (water pill) yang
mencegah tubuh dari penyerapan garam yang terlalu banyak dan menjaga

53 | T B E k s t r a p a r u
tubuh dari kekurangan kadar potassium. Dengan indikasi untuk mengobati
kondisi dimana terlalu banyak terdapat aldosterone dalam tubuh.
(Aldosteron adalah hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenalin untuk
membantu mengatur keseimbangan garam dan air dalam tubuh). Untuk
mengobati edema (fluid retention) pada penderita gagal jantung kongestif,
cirrhosis pad hati, atau gangguan ginjal yang disebut sindrom nefrotik.
Untuk mengobati atau mencegah hipokalemia Kadar potassium rendah
dalam darah).Diberikan bersmaan dengan lasix agar pengeluaran cairan
yang berlebihan dalam tubuh pasien lebih optimal
 Aspar K tablet merupakan obat yang berisi kalium L-aspartate. Obat ini
umumnya digunakan untuk membantu meningkatkan kadar ion kalium
dalam darah yang kurang / hipokalemia. Selain itu, obat ini juga dapat
digunakan sebagai terapi tambahan pada penyakit jantung; penyakit hati;
hipokalemia karena obat – obatan golongan diuretik, insulin ; dan kelainan
lain pada metabolisme kalium (diarea, muntah). Pemberian obat ini
dilakukan sebagai antisipasi kehilangan kalium pada pasien sebagai akibat
penggunaan obat diuretik.
 Curcuma 3 x 1 tab po diberikan untuk memperbaiki fungsi hati yang
mengalami terganggu pada pasien.
 Allupurinol tab 1 x 100 mg po  2 x 100 mg po diberikan sebagai terapi
asam urat pada pasien yang tinggi, yang berfungsi menghambat
pembentukan asam urat. Dengan dosis 100 mg / hari.
 Pemberian Isoniazid tab 1 x 300 mg po, Rifamp/isin tab 1 x 450 mg po,
Pirazinamid 2 x 500 mg po, Ethambutol 2 x 500 mg po, merupakan
pemberian OAT tahap intensif yang akan diberikan selama 2 bulan,
dimana pemberian OAT bagi kasus TB yang berat baik TB pulmonal
maupun ekstrapulmonal diberikan OAT minimal 4 macam OAT pada fase
intensif. Pemberian prednison tab 45 mg  3 tab – 3 tab – 3 tab po
memang biasa diberikan pada kasus infeksi tuberkulosis dengan keadaan
khusus seperti yang terjadi pada pasien tb ekstraparu dengan komplikasi
efusi perikardial yang massif. . Lama pemberian kortikosteroid adalah 2–4
minggu dengan dosis penuh dilanjutkan tappering off dalam jangka waktu

54 | T B E k s t r a p a r u
2–6 minggu. Oleh karena itu pasien pun diminta untuk kontrol 2 minggu
setelah kepulangan untuk tappering off penggunaan prednison tersebut.
Tujuan pemberian steroid ini untuk mengurangi proses inflamasi dan
mencegah terjadi perlekatan jaringan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Kartika S Dina, Mirzanie H, Agung K Desy, dkk. 2006. Pediatricia


Edisi 2, Yogyakarta : Tosca Enterprise
2. Nelson. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Volume 2 Edisi 15, Jakarta : EGC
3. Rahajoe Nastiti, Supriyatno bambang, Setyanto B. D, 2008. Buku Ajar
Respirologi Anak Edisi Pertama, Jakarta : IDAI
4. http://www.ichrc.org/481-tuberkulosis-diagnosis
5. Aru W, Bambang, Idrus A, Marcellus, dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid II. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
IPD RSCM
6. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-2-9.pdf

55 | T B E k s t r a p a r u

Vous aimerez peut-être aussi