Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun Oleh:
Moh. Suriyawal
K1A1 11 043
Pembimbing:
dr. Benny Murtaza, Sp.OT
1
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Nama : Tn. R
Umur : 24 Tahun
Agama : Islam
B. Anamnesis
Anamnesis terpimpin
Pasien rujukan Rumah Sakit Konawe Selatan datang dengan keluhan berjalan
pincang sejak 1 bulan yang lalu setelah jatuh dari atap rumah.
Mekanisme trauma
Pasien sedang memperbaiki atap rumah kemudian tejatuh dari atap dengan
Riwayat:
2
Riwayat konsumsi alkohol dan obat-obatan (-)
tetapi gagal.
Pemeriksaan Fisik
Primary survey :
Secondary Survey:
1. Status Generalis
palpebra (-)
3
Hidung Rinorrhea (-), deformitas (-)
Mulut Bibir kering (-), lidah kotor (-), mukosa ikterik (-),
tumor (-).
anterior sinistra
wheezing -/-
4
parasternal dextra.
parasternal dextra
parasternal sinistra
midclavicularis sinistra
murmur (-)
organ (-)
Sinistra
2. Status Lokalis
5
Inferior joint ,kaki memanjang, swelling (-), edema (-),
ROM : Aktif pasif hip joint dan knee joint sulit dinilai
karena nyeri
sensitivitas baik.
3. Foto Klinis
6
C. Pemeriksaan Penunjang
Foto Radiologi
F. Resume
dengan keluhan kaki yang tidak sama panjang sejak 1 bulan yang lalu setelah
bawah kiri didapatkan tanda dan gejala dislokasi anteriror dari hip joint
7
G. Diagnosa Kerja
Diagnosis Banding:
H. Rencana Terapi
Non Farmakalogi:
Farmakologi:
1. IVFD
2. Analgesik|
3. H2R antagonis
I. Dokumentasi
Open reduction
Gambar 3.
8
Gambar 4.
Gambar 5.
Gambar 6
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendahuluan
Trauma adalah kata lain untuk cedera atau rudapaksa yang dapat
dapat berupa vulnus (luka), memar (kontusio), regangan atau robek parsial
(sprain), putus atau robek (avulsi atau rupture), gangguan pembuluh darah.1
Fraktur juga dapat terjadi di ujung tulang dan sendi (intra-artikuler) yang
yang terjadi, baik pada jaringan lunak maupun tulangnya. Mekanisme trauma
juga mesti diketahui, apakah akibat trauma tumpul atau tajam, langsung atau
tak langsung.1
menghilangkan spasme otot pada ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih
10
nyaman dan sembuh lebih cepat. Rehabilitasi berarti mengembalikan
yang membuat persendian dan tulang rawannya, ligamen dan kapsul sendi
hemartrosis.1
Dalam fase syok lokal (antara 5-20 menit setelah kejadian) terjadi relaksasi
otot sekitar sendi dan rasa baal (hipestesia)). Karena itu reposisi dapat
dilakukan tanpa narkosis. Setelah fase syok lokal terlewati, reposisi harus
gerakan yang berlawanan dengan gaya trauma, kontraksi, atau tonus otot.
3 minggu pascabedah.1
cedera dashboard, yaitu terjadi gaya yang menekan kepala femur melewati
posterior acetabular rim saat lutut yang terfleksi dan panggul terbentur
11
B. Epidemiologi dan Klasifikasi
dislokasi anterior hanya sebanyak 10% kasus. cedera nervus skiatika mungkin
terjadi pada 10-20% kasus dan lebih dari setengah pasien juga mengalami
fraktur lain.3
C. Anatomi
12
Ligamentum pubofemoral berbentuk segitiga. Dasar ligamentum
melekat pada ramus superior ossis pubis dan apeks melekat di bawah pada
berbentuk spiral dan melekat pada corpus ischium dekat margo acetabuli.
melekat melalui puncaknya pada lubang yang ada di caput femoris dan
13
acetabuli. Ligamentum ini terletak pada sendi dan dibungkus membrana
sinovial.
Obturatorius eksternus.
Nervus
14
Gambar 11. Nervus pada panggul
Vaskuler
15
Gambar 13. Vaskularisasi pada panggul
Gerakan
5. Rotasi lateral
6. Rotasi medial
16
Gambar 14. Otot-otot pada panggul
D. Mekanisme Trauma
ketinggian atau trauma dari belakang pada saat berjongkok dan posisi
acetabulum dan terjungkir keluar, melalui robekan pada kapsul anterior. Bila
sendi panggul dalam keadaan fleksi maka akan terjadi dislokasi tipe obturator
(inferior) dan jika sendi panggul dalam posisi ekstensi akan terjadi dislokasi
dengan abduksi paksa, external rotasi, dan fleksi pada pinggul. Pada kasus
oleh posisi caput femoris diatas foramen obturator dan posisi femur abduksi
17
Pada dislokasi posterior, caput femur keluar ke belakang acetabulum
melalui suatu trauma yang dihantarkan pada diafisis femur dimana sendi
panggul dalam posisi fleksi atau semifleksi. Trauma biasanya terjadi karena
kecelekaan lalu lintas dimana lutut penumpang dalam keadaan fleksi dan
tanpa fraktur pinggir asetabulum. Dapat pula terjadi dislokasi sentral dengan
dengan bibir dorsal dan ventral serta atap agak tinggi sehingga dapat patah
18
Gambar 15. Dislokasi panggul
Keterangan gambar 15:1
bersangkutan
E. Gambaran Klinis
abduksi dan sedikit fleksi. Tidak terjadi pemendekan kaki pada kasus ini.,
19
ke atas. Jika dilihat dari samping tonjolan anterior pada caput yang
berdislokasi sangat jelas. Caput yang menonjol mudah diraba dan gerakan
tampak dengan pemendekan ekstremitas bawah yang terjadi pada posisi fleksi
dapat dipalpasi pada bokong ipsilateral. Hal ini dapat diandalkan pada pasien
Pada kasus yang jelas pada pasien dengan dislokasi posterior, diagnosis
dapat ditegakkan yaitu kaki pendek, dan sendi panggul teraba dengan jelas
dalam posisi adduksi, rotasi internal dan fleksi. Namun pada fraktur tulang
daerah tungkai bagian proksimal tetapi posisi tetap normal, hanya sedikit di
bagian lateral. Pada perabaan, nyeri dirasakan pada daerah trokanter. Gerakan
F. Pemeriksaan Radiologis
20
posterior pada posisi anteroposterior. Keadaan yang membedakannya adalah
letak trochanter yang lebih rendah. Pada sisi superior anterior, dislokasi
panggul pada keadaan external rotasi dan letak trochanter yang lebih rendah
sangat menonjol sedang pada dislokasi posterior femur dalam keadaan rotasi
interna dan letak trochanter yang lebih rendah tidaklah menonjol. Pada foto
depan posisi normalnya, dan diperjelas dengan posisi lateral. Pada dislokasi
G. Penatalaksanaan
Dislokasi Posterior
Dislokasi tipe I harus direduksi secara cepat dengan general anestesi. Pada
pelvis manakala ahli bedah ortopedi memfleksikan pinggul dan lutut pasien
sampai 90 derajat dan menarik paha ke atas secara vertikal. Setelah direposisi,
vertikal. Secara umum reduksi stabil namun perlu dipasang traksi dan
nyeri reda.
Pada dislokasi tipe II, cedera yang terjadi sering diterapi dengan reduksi
terbuka dan fiksasi anatomis pada fragmen yang terkena. Terutama jika sendi
21
tidak stabil atau fragmen besar tidak tereduksi dengan reduksi tertutup,
Dislokasi tipe III umumnya diterapi dengan reduksi tertutup, kecuali jika
selama 6 minggu.
Fragmen caput femoris dapat berada tepat pada tempatnya dan dapat
dibuktikan dengan foto atau ct-scan pasca reduksi. Jika fragmen tetap tidak
22
Dislokasi Anterior
menurut cara ekstensi Buck untuk beberapa hari dan setelah itu dipasang
1. Buat insisi kulit sepanjang 1/3 anterior crista iliaca dan sepanjang tepi
23
posterior melewati insersio otot tersebut di region subtrochanterica
2. Insisi fasia sepanjang tepi anterior M. tensor fasciae latae. Kenali dan
hari setelah reduksi mulai gerakan aktif + pasif sendi pinggul Akhir
24
kerja ringan. Aktivitas penuh 6-10 bulan setelah operasi. Ikuti
pinggul dan lakukan pemeriksaan X-ray setiap 4-6 bulan untuk mengetahui
Dislokasi Sentral
asetabulum
25
Bagan 1. Algoritma penanganan dislokasi panggul.4
26
H. Komplikasi
Tahap Dini:
posterior selama awal trauma atau selama relokasi. Fungsi nervus dapat
drop”.
acetabulum sehingga pecah atau patah seperti pada kasus fraktur dislokasi.
ruptur adalah arteri glutea superior. Kalau keadaan ini dicurigai maka
27
4. Fraktur diafisis femur
Tahap Lanjut:
1. Nekrosis avaskular
2. Misositis Osifikans
beratnya cedera. Tetapi gerakan tidak dapat dipaksakan dan pada cedera
perlu diperpanjang.
28
3. Dislokasi yang tidak dapat direduksi
rekonstruktif.
4. Osteoartritis
29
BAB III
DISKUSI KASUS
pincang sejak 1 bulan yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit akibat jatuh dari
atap dengan posisi terduduk. Berdasarkan teori, pasien dengan dislokasi anteriror
dari hip joint datang dengan keluhan nyeri pada panggul karena spasme otot, yang
Nyeri yang terjadi pada dislokasi anterior dari hip joint terjadi karena
adanya spasme otot pada sekitar panngul. Untuk status lokalis, didapatkan hip
joint yang eksrotasi, knee joint tampak abduksi dan fleksi, dan tungkai bawah
memanjang; pada palpasi terdapat nyeri tekan; ROM sulit dinilai karena nyeri;
serta NVD dalam batas normal. Hal ini sesuai dengan gejala dan tanda pada
Rencana terapi pada kasus ini berupaterapi non farmakologis dan terapi
dikonsul ke bedah ortopedi, tindakan lanjutan pada kasus ini adalah dilakukan
reduksi tertutup namun tidak berhasil sehingga dilakukan reduksi terbuka dan
30
anterior dari hip joint adalah close reduction, baik dengan cara Allis, Bigelow,
maupun Stimson-Gravity. Pada kasus ini teknik reduksi yang dilakukan adalah
reduksi terbuka. Secara umum, reduksi stabil namun perlu dipasangkan skin traksi
31
BAB IV
KESIMPULAN
tinggi. Dislokasi anterior terjadi akibat kecelakaan lalu lintas, terjatuh dari
ketinggian atau trauma dari belakang pada saat berjongkok dan posisi penderita
2. Gejala klinis dari dislokasi panggul traumatik, datang dengan keluhan nyeri
3. Dari pemeriksaan fisik, ciri khas dari dislokasi anterior hip joint, kedudukan
memanjang.
hip joint dapat dilakukan x-ray pelvis posisi AP dengan tiga tanda khas, berupa
caput femoris keluar dari acetabulum, centon line menghilang, dan lesser
trochanter menipis.
5. Penanganan dari dislokasi anterior hip joint adalah dengan Manuver yang
kecuali bahwa sewaku paha yang difleksikan ditarik ke atas, paha harus
traksi selama 3 minggu, dan memulai gerakan atau latihan setelah nyeri reda.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat R, Jong WD. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3. Jakarta: EGC,
2010.
3. Lochow, SC dan Olson SA. Hip Dislocation and Fractures of the Femoral
Hosp. 2010.
and Acetabular Fractures. The Journal of Bone and Joint Surgery. University
33
10. Judas, F, Maximino, L, Lucas, F. Treatment o of Bilateral Recurent
34