Vous êtes sur la page 1sur 20

Menyibak Kekayaan Khas Suku Komering:

Pemanfaatan Kulit Duku (Lansium domesticum)


sebagai Biofuel
DISCOVER 2017

Tim Penyusun :
Ferina Yulianti
NIS : 10426
Aldi Nur Rahman
NIS : 9914
Nissa Syifa Yuni Sagita
NIS : 10565
Guru Pembimbing : Bayu Pranata,S.Pd.

SMA NEGERI 1 BELITANG


KABUPATEN OGAN KOMERING ULU TIMUR
2016
Abstrak

OKU Timur merupakan salah satu kabupaten dengan hasil alam yang melimpah,
salah satunya yaitu tanaman duku. Rasa duku yang khas merupakan salah satu daya tarik
terhadap buah tersebut. Namun, karena minimnya pengetahuan masyarakat terhadap
manfaat dari buah tersebut membuat masyarakat tidak memperhatikan komponen lain dari
buah tersebut selain daging buahnya. Oleh karena itu, tidak mengherankan disaat musim
duku tiba, banyak sekali limbah dari buah tersebut seperti biji dan kulit. Hal inilah yang
mendorong penulis untuk melakukan pemanfaatan lebih lanjut terhadap komponen buah
duku khususnya pada kulitnya. Pada penelitian ini, kulit duku diolah lebih lanjut menjadi
biofuel. Biofuel adalah bahan bakar yang berasal dari minyak nabati (tanaman atau lemak
hewan), dengan demikian disebut juga dengan bahan bakar nabati (BBN) (Yunizurwan,
2007). Pemanfaatan biofuels, selain dipergunakan untuk mengurangi ketergantungan
terhadap minyak, juga mempunyai keuntungan lain terutama dari segi dampak lingkungan,
karena biofuel merupakan bahan bakar yang rendah emisi bahan pencemar (ramah
lingkungan), biodegradable dan tidak beracun (Morgan, D., 2005). Penggunaan biofuel
juga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sampai 90 persen (Theil, S. 2005). Metode
yang digunakan dalam karya ilmiah ini merupakan metode kualitatif dengan bersumber
dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh sendiri oleh penulis dengan cara
eksperimen, sedangkan data sekunder diperoleh dari buku-buku literatur serta sumber-
sumber yang ada di internet. Pada akhirnya, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
sumbangan informasi dan kontribusi bagi kesejahteraan masyarakat yaitu dengan
memanfaatkan kulit duku menjadi biofuel, sehingga kulit duku tidak dianggap percuma
dan hanya menjadi limbah.

Kata Kunci: Kulit Duku, Biofuel, OKU Timur, Limbah, ramah lingkungan.
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Metode Penulisan

1.3 Pemilihan Konsep

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Buah Duku

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Duku

2.1.2 Morfoologi Tanaman Duku

2.1.3 Kandungan Tanaman Duku

2.1.4 Manfaat Tanaman Duku

2.2 Biofuel

BAB III DESKRIPSI PRODUK DAN PROSES


3.1 Deskripsi Produk

3.2 Proses

BAB IV PEMBUATAN PRODUK

BAB V IMPLEMENTASI
5.1 Segmentasi Pasar

5.2 Prospek Produk

5.3 Efesiensi Produk

BAB VI ANALISA BIAYA

BAB VII PENUTUP

7.1 Kesimpulan

7.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang
Ogan Komering Ulu Timur (OKU Timur) merupakan salah satu wilayah yang
strategis guna menjadikan tempat sebagai lahan adidaya tanaman-tanaman
perkebunan, termasuk buah duku. Kabupaten yang terletak pada deretan bukit barisan
membuat tanah di kabupaten ini terkenal akan kesuburannya. Beragam jenis tanaman
dapat tumbuh di daerah ini, khususnya buah duku rasuan, yang banyak terdapat di
daerah Rasuan. Buah yang dapat dengan mudah ditemui di daerah Rasuan ini
mempunyai ciri-ciri berkulit tipis, berwarna kuning langsat cerah dan bergetah lebih
sedikit. Kalau musim duku tiba harganya bisa mencapai 2500 rupiah perkilo, maka
dari itu banyak masyarakat berbondong-bondong membeli duku. Karena keterbatasan
informasi dan pengetahuan masyarakat, sehingga tampak terlihat jelas limbah dari
duku menumpuk dimana-mana seperti biji dan kulit. Limbah kulit duku yang
melimpah oleh masyarakat hanya dibiarkan dan tidak dimanfaatkan.
Biofuel adalah bahan bakar yang berasal dari minyak nabati (tanaman atau lemak
hewan), dengan demikian disebut juga dengan bahan bakar nabati (BBN)
(Yunizurwan, 2007). Pemanfaatan biofuels, selain dipergunakan untuk mengurangi
ketergantungan terhadap minyak, juga mempunyai keuntungan lain terutama dari segi
dampak lingkungan, karena biofuel merupakan bahan bakar yang rendah emisi bahan
pencemar (ramah lingkungan), biodegradable dan tidak beracun (Morgan, D., 2005).
Penggunaan biofuel juga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sampai 90 persen
(Theil, S. 2005). Biofuel terbagi menjadi beberapa jenis yaitu Biodiesel, Bioetanol, dan
Biogas, Biofuel dari kulit duku termasuk kedalam jenis Bioetanol.

1.2 Metode Penulisan


Dalam menyelesaikan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode kualitatif.
Pemilihan metode ini didasarkan pada jenis data yang ingin diperoleh yaitu data
kualitatif. Disamping itu, untuk mengetahui apa saja manfaat yang dapat diperoleh dari
kulit duku dengan mengacu pada rumusan masalah, tujuan, serta manfaat penelitian.
Maka metode kualitatif dianggap paling cocok untuk digunakan dalam penelitian ini.
Data yang dikumpulkan dalam dalam penulisan karya ilmiah ini adalah data primer dan
data sekunder. Data primer dalam penulisan karya ilmiah ini merupakan data yang
diperoleh sendiri melalui percobaan dan wawancara berbagai pihak. Sedangkan data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari buku-buku literatur dan pencarian
menggunakan media internet.

1.3 Pemilihan Konsep


Penulis memilih konsep ini sebab mempertimbangkan banyak hal di antaranya
ketersediaan bahan, keefektifan produk, hingga metode yang digunakan. Kulit duku
yang menjadi bahan utama tersedia saat musim duku yang terjadi setahun sekali.
Meskipun begitu, ketersediaan buah duku pada musimnya akan mencukupi kebutuhan
bahan baku pada musim berikutnya. Metode yang digunakan antara lain pengasaman,
fermentasi, dan penyulingan yang tidak membutuhkan alat-alat serta bahan yang rumit.
Selain itu, biofuel dari kulit duku ini dinilai ramah lingkungan dan bisa digunakan
sebagai pengganti minyak tanah serta dapat diperbaharui.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Buah Duku

Duku (Lansium domesticum Corr.) merupakan tanaman khas Indonesia. Tanaman


ini mudah di temukan di seluruh wilayah Indonesia, seperti di Aceh, Palembang,
hingga wilayah Papua. Tanaman duku banyak dijumpai di daerah Ogan Komering Ulu
Timur sebagai tanaman budidaya sehingga mudah diperoleh. Jenis buah duku ini
sering dikenal dengan nama Duku Komering. Duku banyak memberikan manfaat bagi
masyarakat. Selain buahnya yang mempunyai nilai gizi tinggi, duku dipercaya
masyarakat memiliki manfaat sebagai obat-obatan penyakit seperti malaria, disentri
dan diare (Hanum & Kasiamdari, 2013).

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Duku

Duku adalah jenis buah-buahan dari anggota famili Meliaceae. Tanaman


yang berasal dari Asia Tenggara sebelah barat ini memiliki kemiripan dengan
buah langsat. Dalam ilmu biologi, duku dikenal dengan nama ilmiah Lancium
domesticum dengan klasifikasi lengkapnya sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceaea

Genus : Lansium

Species : L. domesticum
2.1.2 Morfologi Tanaman Duku
Pohon duku memiliki tinggi yang mencapai 30 m dan berdiameter pohon
hingga 75 cm. Batang pohon duku beralur-alur tidak teratur. Kulit kayu pohon
duku berwarna kelabu berbintik-bintik gelap dan berwarna jingga. Jika
dikelupas, kulit pohon duku akan mengeluarkan getah kental dan lengket yang
berwarna susu. Daun duku mejemuk menyirip ganjil yang berukuran 9-20 cm x
5-10 cm. Daun duku berwarna mengkilap dengan pangkal daun berbentuk
runcing serta ujung daun meluncip. Buah duku mempunyai kulit lonjong
ataupun bulat memanjang dengan bulu halus kekuningan. Kulit buahnya tipis,
berukuran sekitar 2 mm. Daging buahnya berwarna putih bening namun tidak
transparan, tebal membalut bijinya, berair, dan mempunyai rasa manis asam.
Biji duku berbentuk bulat pipih dan berwarna hijau.

2.1.3 Kandungan Tanaman Duku


Beberapa golongan senyawa dari duku yang diketahui memiliki aktivitas
sebagai insektisida, yaitu terpenoid, alkaloid, flavonoid dan saponin ditemukan
terkandung dalam tanaman duku. Terpenoid merupakan kandungan utama
tanaman duku yang ditemukan pada bagian batang, daun dan buah. Pada biji,
ditemukan kandungan alkaloid, flavonoid dan saponin. Tanaman duku
memiliki potensi sebagai insektisida nabati. Insektisida nabati yaitu salah satu
insektisida alternatif yang ramah lingkungan dan relatif tidak menyebabkan
resistensi (Ni’mah, Tanwirotun et al., 2014).

Menurut Boorsma (1913, dalam Heyne, 1987) kulit batang duku


mengandung asam lansium yang bersifat toksik, sehingga sering digunakan
sebagai racun panah. Kulit kayu yang rasanya sepet digunakan untuk
mengobati disentri, sedangkan tepung kulit kayu digunakan untuk
menyembuhkan bekas gigitan kalajengking. Dari batang duku berhasil diisolasi
senyawa triterpena pentasiklik yang disebut asam ketonat (Mabberley et al.,
1995). Komponen mayoritas dari daun duku adalah asam lansiolat, sedangkan
komponen minoritasnya adalah asam 3-okso-24-sikloarten-21-oat yang
dikarakteristikkan sebagai sikloartanoid tipe baru dari asam karboksilat, diduga
dapat menjadi inhibitor penyakit tumor pada kulit. Kedua kandungan tersebut
termasuk ke dalam senyawa triterpenoid (Nishizawa et al., 1989). Dari 100 gr
buah duku terkandung : 84 gr air; sedikit protein dan lemak; 14,2 gr
karbohidrat, terutama gula pereduksi seperti glukosa; 0,8 gr serat; 0,6 gr abu;
19 mg Ca; 275 mg K; sedikit vitamin B1 dan B2; vitamin C, E. (Verheij dan
Coronel, 1997). Kulit buah duku yang segar mengandung 0,2 % minyak volatil,
resin, dan sedikit asam. Sedangkan pada kulit buah yang kering mengandung
semiliquid oleoresin yang terdiri dari 0,17 % minyak volatil dan 22 % resin
(Morton, 1987). Nishizawa et al (1989) menyatakan bahwa kulit buah duku
banyak mengandung seco-onoceranoids, salah satu tipe triterpenoid berupa
asam lansat (triterpenoid bisiklik) dan asam lansiolat. Menurut Boorsma (1913,
dalam Heyne, 1987) asam lansium (asam lansat) pada kulit buah duku bersifat
toksik seperti pada kulit batang dan banyak mengandung tannin. Kulit buah
duku juga mengandung lansiosida A, B, dan C yang merupakan salah satu
contoh struktur baru dari triterpenoid glikosida-gula amino (Nishizawa et al.,
1983). Kandungan lain dari kulit buah duku adalah 3-okso-α- bourbonena,
termasuk seskuiterpenoid yaitu unsur pokok dari senyawa volatil yang terdiri
atas tiga satuan unit isopren atau lima belas atom karbon (Mabberley et al.,
1995).

2.1.4 Manfaat Tanaman Duku


Bagian dari tanaman duku ini memiliki banyak manfaat, seperti dalam
batang, buah, kulit, dan biji duku. Batang dari Lansium terdiri dari kayu yang
cukup awet, keras, padat, berat dan berwarna pucat, banyak digunakan untuk
tangkai perkakas dan kadang-kadang juga digunakan untuk tiang rumah. Air
rebusan dari kulit batang bagian dalam duku dicampur dengan kulit batang
tumbuhan angsana (Pterocarpus indica Willd) dapat digunakan sebagai obat
disentri. Bubuk kulit batang digunakan untuk mengobati sengatan kalajengking.
Manfaat utama tanaman duku sebagai makanan buah segar atau makanan
olahan lainnya. Buah duku biasanya dikonsumsi dan sangat digemari. Orang
biasanya membuang kulit buah, tetapi sebenarnya kulit buah dapat bermanfaat.
Kulit buah duku digunakan untuk mengasapi rumah di malam hari sebagai
repellent, biasanya dicampur daun lagundi atau tersendiri. Kulit buahnya juga
digemari sebagai dupa karena baunya yang harum, ketika dibakar dapat
dicampur dengan kemenyan atau tersendiri (Heyne, 1987). Kulit buah juga
digunakan untuk mengobati diare karena mengandung oleoresin (Verheij dan
Coronel, 1992). Bijinya yang hijau sangat pahit biasanya digerus dengan air
dan diberikan kepada anak-anak sebagai obat cacing. Biji juga dapat sebagai
obat disentri dan demam malaria. Boorsma (1913) dalam Heyne (1987)
menunjukkan adanya zat pahit dan sedikit alkaloid di dalam biji duku.
Sebagian besar tanaman Meliaceae mengandung senyawa terpenoid, termasuk
tanaman duku baik pada bagian daun, batang, buah dan biji.

2.2 Biofuel

Biofuel merupakan salah satu jenis sumber daya energi yang dapat diperbaharui,
yang wujudnya dapat berupa padatan, cairan, dan gas yang dihasilkan dari suatu
bahan-bahan organik. Biofuel bisa dihasilkan secara langsung dari sebuah tanaman
atau tid ak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian.

2.2.1 Cara Memperoleh

Pada umumnya ada empat cara dalam memperoleh biofuel yaitu:

 Dari pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tanga, limbah
industri dan pertanian.
 Dari sebuah fermentasi limbah basah seperti kotoran hewan yang disebut
biogas.
 Fermentasi pati yang dibantu dengan glukosa untuk menghasilkan alkohol
yang disebut bioetanol.
 Energi dari hutan untuk menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh
sebagai bahan bakar.

2.2.2 Keunggulan Biofuel sebagai Energi Terbarukan

Biofuel memiliki beberapa keunggulan, diantaranya sebagai berikut:

1. Banyak terdapat di alam.


2. Dapat dilestarikan atau diperbaharui.
3. Ramah lingkungan (rendah polusi).
4. Tidak memerlukan perawatan yang banyak dibandingkan dengan
sumber-sumber energi fosil dan mengurangi biaya operasi.
5. Membantu mendorong perekonomian dan menciptakan peluang kerja.
6. Beberapa teknologi mudah digunakan di tempat-tempat terpecil dan
distribusi energi bisa diproduksi di berbagai tempat, tidak tersentralisir.

2.2.3 Bioetanol

Bioetanol adalah cairan biokimia pada proses fermentasi gula dari sumber
karbohidrat dengan menggunakan bantuan mikroorganisme dilanjutkan dengan
proses destilasi. Sebagai bahan baku digunakan tanaman yang mengandung pati,
ligno selulosa dan sukrosa. Dalam perkembangannya produksi bioetanol yang
paling banyak digunakan adalah metode fermentasi dan destilasi (Rizani, 2000).
Etanol atau etil alkohol yang dipasaran lebih dikenal sebagai alkohol merupakan
senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol
berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah
larut dalam air dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan
alkohol primer. Sifat fisik dan kimia etanol bergantung pada gugus hidroksil
(Rizani, 2000).
a. Sifat-sifat fisis etanol
1) Rumus molekul : C2H5OH
2) Berat molekul : 46,07 gram / mol
3) Titik didih pada 1 atm : 78,4°C
4) Titik beku : -112°C
5) Bentuk dan warna : cair tidak berwarna (Perry, 1984)
b. Sifat-sifat kimia etanol
1) Berbobot molekul rendah sehingga larut dalam air
2) Diperoleh dari fermentasi gula
Pembentukan etanol
C6H12O6 enzim CH3CH2OH
Glukosa etanol
3) Pembakaran etanol menghasilkan CO2 dan H2O
Pembakaran etanol
CH3CH2OH + 3O2 2CO2 + 3H2O + energi (Fessenden & Fessenden, 1997)
BAB III

DESKRIPSI PRODUK DAN PROSES

3.1 Deskripsi Produk

Produk biofuel ini berbentuk cair, berwarna bening dan berbau agak menyengat.
Biofuel kulit duku ini dapat berfungsi layaknya minyak tanah pada umumnya. Selain
itu, dapat juga digunakan sebagai campuran bensin.

3.2 Proses

Alat dan Bahan

No Nama Gambar Fungsi


1 Toples Sebagai tempat fermentasi
2 Baskom dan air Sebagai kondenser
3 Kaleng Seabagai wadah fermentasi/tempat untuk menyuling
4 Kompor Seabagai pemanas dan penguapan media
5 Selang Penghubung toples dan botol
6 Botol Tempat hasil penyulingan
7 Ragi Untuk membantu dalam proses fermentasi
8 Gula Media pembantu dalam proses fermentasi
9 Kulit Duku Sebagai media utama
BAB IV

PEMBUATAN PRODUK

enzim nira tebu

ragi

bubur glukosa
Kulit dihancurkann Proses fermentasi
duku hidrolisis

etanol 8%

Selesai (etanol
95-96%) distilasi

1. Siapkan kulit duku


2. Hancurkan sampai menjadi bubur
3. Setelah itu, masuk proses hidrolisasi dengan ditambah enzim
4. Setelah dihidrolisasi produk akan menjadi glukosa
5. Kemudian fermentasi dengan bantuan nira tebu dan ragi, proses fermentasi
dilakukan ditempat yang kedap udara selama 3 hari dan akan menghasilkan 8%
etanol
6. Hasil dari fermentasi akan didilatasi (penyulingan)
7. Jadilah etanol dengan kadar 95-96%
BAB V

IMPLEMENTASI

5.1 Segmentasi Pasar

Biofuel dari limbah kulit duku merupakan produk subsitusi atau pengganti minyak
tanah dan sebagai bahan campuran bensin yang salah satu bahan baku utamanya
adalah kulit duku. Biofuel ini dinilai lebih ramah lingkungan daripada bahan bakar
fosil berupa minyak tanah, sekaligus lebih efektif karena dapat diperbaharui. Hal ini
menyebabkan biofuel akan sangat dibutuhkan untuk menggantikan minyak tanah yang
energinya dapat habis seiring berjalannya waktu. Produk biofuel dari limbah kulit
duku ini menargetkan masyarakat atau warga umum sebagai segmen pasarnya. Secara
psikografis, produk biofuel ini ditujukan untuk seluruh masyarakat umum yang
kehidupan sehari-harinya tidak lepas dari penggunaan minyak tanah dan bensin. Dan
secara geografis, produk biofuel ini memiliki konsentrasi pemasaran bukan hanya di
daerah-daerah yang cenderung menggunakan minyak tanah sebagai bahan bakar,
tetapi juga kota – kota besar yang lebih banyak menggunakan bensin sebagai bahan
bakar, khususnya untuk kendaraan.

5.2 Prospek Produk

Biofuel dari limbah kulit duku merupakan produk substitusi atau produk pengganti
minyak tanah dan sebagai bahan campuran bensin. Kebutuhan akan minyak tanah
yang semakin meningkat dengan ketersediaan yang semakin menipis, membuat
produk biofuel ini akan sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Keberadaan produk
biofuel ini diperkirakan akan terus berada di pasaran sebab kualitasnya yang lebih baik
dan masih banyak masyarakat dari berbagai golongan yang masih membutuhkan
minyak tanah sebagai bahan bakar.

Biofuel dari kulit duku menggunakan kulit duku sebagai salah satu bahan baku.
Buah duku ini sendiri tersedia pada saat musim duku yang terjadi selama setahun
sekali. Meskipun begitu, ketersediaan buah duku pada musimnya diperkirakan akan
dapat mencukupi kebutuhan bahan baku hingga musim berikutnya

5.3 Efisiensi Produk

Apabila produk ini terealisasi maka akan membantu mengurangi bahkan bisa
menghilangkan limbah kulit duku. Produk biofuel ini dinilai lebih efektif
dibandingkan dengan minyak tanah sebab energinya dapat diperbaharui dan lebih
ramah lingkungan. Selain itu, produk ini bisa digunakan untuk campuran bensin
terutama di OKU Timur. Dilihat dari jumlah pengendara dan ketersediaan bahan bakar
di OKU Timur, produk ini dinilai sangat efektif untuk bisa membantu masyarakat.
BAB VI

ANALISA BIAYA

No. Alat dan Bahan Harga Satuan(Rp) Jumlah Barang Jumlah (Rp)
1. Kulit Duku - 500 Gram -
2. Selang 3000 3 Meter 9000
3. Kaleng - 1 -
4. Botol - 2 -
5. Ragi 250 1 250
6. Gula 8000 1/16 500
7. HCl - 30 Ml -
Jumlah 9750
BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

1. Kulit duku dapat dijadikan biofuel yang ramah lingkungan

2. Biofuel dari kulit duku dapat dijadikan campuran bensin dan sebagai pengganti
minyak tanah

3. Merupakan bahan bakar yang ramah lingkungan karena menghasilkan sedikit gas
emisi dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan yang ditimbulkan oleh kulit
duku.

7.2 Saran

1. Diharapkan kepada masyarakat, khususnya masyarakat di daerah OKU Timur agar


dapat mengolah kulit duku secara optimal sehingga dapat mengurangi limbah yang
dihasilkan dari buah duku tersebut.

2. Diharapkan masyarakat agar bisa menjadikan olahan kulit duku ini sebagai produk
yang dapat menambah nilai ekonomis dari kulit duku sehingga mampu membantu
perekonomian masyarakat sekitar.

3. Diharapkan bagi pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi lebih sempurnanya karya ilmiah ini.
Daftar Pustaka

Vous aimerez peut-être aussi