Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Daftar Pustaka:
1. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Asma : Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. 2004
Hasil Pembelajaran:
1. Diagnosis Asma Bronkiale
2. Tatalaksana Asma Bronkiale
3. Patogenesis Asma Bronkiale
4. Edukasi kepada Pasien dan Keluarga Pasien untuk Mengobati Asma di rumah
2. Obyektif:
Hasil anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan laboratorium digunakan menegakkan diagnosis asma.
Pada kasus ini diagnosis ditegakkan berdasarkan:
Anamnesis (sesak nafas, batuk berdahak, dan kemunculannya dipengaruhi cuaca dan lingkungan, dan tidak dijumpai demam
dan keringat malam serta penurnan berat badan)
Hasil pemeriksaan fisik dijumpai mengi/wheezing (+) di seluruh lapangan paru sebagai tanda adanya penyempitan saluran
nafas.
3. Assessment:
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik
menyebabkan hiperresponsif jalan nafas yang menimbukan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak nafas, dan batuk2
terutama di maam hari atau dini hari. Resiko berkembangnya asma karena adanya interaksi antara faktor penjamu daan faktor
lingkungan. Faktor penjamu berupa adanya genetik asma, hipersensitivitas bronkus, riwayat alergi, dll. Sedangkan pengaruh
lingkungan adalah adanya paparan terhadap alergen, infeksi pernapasan, asap rokok, dan diet.
4. Plan:
Diagnosis:
Asma didiagnosis berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Dari hasil anamnesisi didapati keluhan dapat berupa sesak nafas,
batuk berdahak, atau terasa seperti ditimpa beban dan sifatnya episodik serta di picu oleh alergen tertentu dan bisa dipengaruhi
oleh adanya riwayat keluarga. Pada pemeriksaan fisik dijumpai mengi yang khas yang bisa muncul saat akhir ekspirasi ataupun
inspirasi dan ekspirasi dalam kasus yang berat. Asma dapat didiagnosis banding dengan PPOK, bronchitis kronik, gagal jantung
kongestif, emboli paru, dll
Pengobatan:
Pengobatan asma memiliki beberapa tujuan yaitu : menghilangkan dan mengendalikan gejala asma, mencegah munculnya
eksaserbasi akut, mningkatkan dan mempertahankan faal paru secara optimal, mengupayakan aktivitas normal, menghindari efek
samping obat, mencegah airflow limitation yang permanen dan mencegah kematian pada asma (dalam kasus kehamilan meliputi
kematian pada ibu dan bayi). Program penatalaksaan asma meliputi 7 komponen yaitu : edukasi, menilai dan monitor berat asma
secara berkala, identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus, merencanakan dan memberikan pengobatan jangka panjang,
menetapkan pengobatan serangan akut, kontrol secara teraatur dan pola hidup sehat. Untuk menetapkan pengobatan jangka
panjang, peru diperhatikan 3 poin penting yaitu : medikasi (obat – obatan), tahapan pengobatan, dan penanganan asma mandiri
(pelangi asma). Medikasi terdiri dari 2 yaitu controllers dan relievers.
Konsultasi:
Pada kasus ini diperlukan konsultasi kepada dokter spesialis paru untuk penanganan asma jangka panjang
Edukasi:
Pemberian edukasi kepada pasien dan keluarganya agar dapat mencegah terjadinya asma berulang yang tidak terkontrol dan
mengurangi paparan terhadap alergen