Vous êtes sur la page 1sur 5

Nama : Ayu nur azisa djabir

NIM : 1312441017

RESENSI BUKU

Judul : PENDIDIKAN SAINS BERBASIS BUDAYA MANDAR


Penulis : M. Agus Martawijaya, Usman
Penerbit : Pustaka Lontara
Tahun Terbit : 2015
Cetakan : Cetakan pertama, 2015
Ukuran : 23 cm
Jumlah Halaman : Viii, 210
ISBN : 978-602-97355-4-3
Harga : Rp 50.000,-

BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini banyak dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan
pendidikan yang berbasis sains. Memberikan banyak pengetahuan mengenai pendapat-
pendapat dari pakar yang menguasai teori-teori pendidikan dan membina SDM.
Terdapat beberapat pendapat dari beberapa orang yang menjadi rujukan penulis
dalam buku seperti Syarbini dan Jamhari(2013). Ada juga pendapat dari Muh Sheik A
dan Z. Abbassi(2007) dalam bukunya “Educational Approach to Character Building”.
Dan pendapat dari Indonesia yaitu Zubaedi (2007) yang mengemukakan tentang
lembaga pendidikan. Banyak teori dalam Bab ini namun masih kurang untuk memberikan
contoh kasus dalam pembahasannya.
Ketika penulis memberikan sebuah contoh kasus untuk sebuah teori maka
pembaca atau tenaga pendidik yang yang membaca buku ini akan menerapkan teori yang
diberikan oleh penulis dalam bukunya.
Dalam bab ini juga memberikan sebuah metode pembelajaran sehingga
membantu pembaca atau tenaga pendidik menemukan solusi untuk permasalahan
pembelajaran. Dimana sekarang banyak permasalahan-permasalahan pembelajaran dalam
dunia pendidikan.
Penulis juga memberikan sudut pandangnya mengenai pendidikan dan
memberikan strategi yang dibutuhkan para tenaga pendidik dalam buku.

BAB II
PENDIDIKAN SAINS BERBASIS BUDAYA MANDAR

A. PENDIDIKAN SAINS
Pada bab ini mengemukakan beberapa kajian sains dalam konsep dan bagan-
bagan yang dibuat. Ada pula proses siklus einstein dan dibawa ke bagan metode ilmiah
menurut Suriasumantri(1985).
Metode ini sangat berguna untuk pemecahan masalah yang dicirikan oleh sintesis
antara pola berpikir deduktif dan pola induktif. Dalam bab ini juga dibahas beberapa
prinsip dasar dari proses siklus yang dikemukakan oleh Titus (1959).
Dalam bab ini juga mengemukakan Drmodjo(1986) tentang nilai sosial dan nilai
pedagogik namun penulis tidak memberikan penjelasan tentang nilai pedagogik.
Terdapat kesalahan penulis yang tertera dikakji yang seharusnya ditulis dikaji.
Tulisan ini terdapat pada halaman 33 paragraf ke-dua baris ke-delapan.

B. TEORI PEMBELAJARAN SAINS


Pada bagian ini dibahas tuntas mengenai teori belajar dari berbagai sumber.
Sumber yang didapat dari Ausubel (1963), Gagne (1977), Burner (1978), Dahar (1989),
Suparno (1997), Nur(1998), Pribadi (2009), Poedjiadi (2010), Riyanto (2010), Sadiq dan
Mustajab (2011), serta Supardan (2015).
Dalam setiap teori dikemukakan berbagai landasan yang menguatkan semua
teori. Yang pertama terdapat teori belajar psikologi prilaku. Terdapat teori yang
dikemukakan oleh Edward Lee Throndike mengenai teori belajar koneksionisme dan
bebarapa hukum yang dapat dijadikan acuan dalam mendidik.
Adapula teori yang dikemukakan Ivan Petrovich Pavlov dalam teori belajar
Classical conditioning dalam pembahasannya mengenai stimulasi pembelajaran untuk
para pendidik.
Ada juga Burrhus Frederic Skinner dalam teori belajar Operant Conditioning
dalam pembahasannya memberikan penjelasan mengenai kelas yang memberikan
konsekuensi ini sering diterapkan oleh para pendidik.
Dan yang terakhir Albert Bandura dalam teori belajar sosial menekankan
pentingnya hubungan antara individu dan masyarakat atau orang lain.
Yang kedua teori belajar psikologi kognitif yang memusatkan diri diberbagai
aspek.
Dalam teori ini terdapat konsep dasar mengenai belajar dan model pemrosesan
informasi.seperti konsep dasar mengenai belajar yang terdiri skemata, pendekatan utama
dalam belajar, kontruktivisme. Didalamnya terdapat prinsip umum dan esensial yang
diturunkan dari konstruktivis.
Dalam teori ini membimbing para pendidik untuk melakukan kegiatan
pembalajaran yang baik sehingga para siswa dapat mempelajari ilmu sains dan moral.
Adapula model pemrosesan informasi yang memiliki fase-fase belajar seperti fase
motivasi, fase pengenalan, fase perolehan, fase retensi, fase pemanggilan, fase
generalisasi, fase penampilan, dan fase umpan balik. Dalam fase-fase ini memberikan
informasi kepada pendidik untuk melakukan pendekatan dengan para siswa.
Kemudian terdapat teori belajar humanistik yang memberikan penjelasan
mengenai kebebasan pendidik dalam belajar. Teori ini dipopulerkan oleh John Dewey
(1966).
Terdapat juga konsepsi Ki Hajar Dewantara yang merupakan bapak pendidik
Nasional. Dalam konsepnya berdasar beberapa proposisi berupa asaz. Dan memiliiki
pamong atau pendidik yang berada pada tiga posisi yang berbeda.
Dan yang terakhir terdapat Konsepsi Muhammad Syafei dalam konsepnya
Muhammad Syafei mengemukakan tujuannya dalam pendidik yaitu tumbuh dan
berkembangnya manusia yang sempurna lahir dan bathin.
C. MODEL PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS BUDAYA MANDAR
Pada bagian ini terdapat penjelasan mengenai metode pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas perencanaan, pelaksanaan, dan dampak hasil pembelajaran.
Dibahas juga mengenai tujuan dan rasional teori yang menjadi landasan dalam
setiap landasan. Disini juga menjelaskan tujuan penulis dengan tema yang diangkat
sebagai pembahsannya. Yaitu kearifan lokal sehingga didalam pembahasan terdapat
bahasa lokal.
Meskipun didalam menggunakan berbagai bahasa sulawesi selatan dan diimbuhi
dengan arti dari kata tersebut tidak menutup kemungkinan pembaca dari daerah lain
akan merasa asing dengan bahasa yang digunakan penulis.
Namun bahasa yang digunakan didalam merupakan keunikan tersendiri dari buku
tersebut yang memberikan penjelasan dari berbagai tokoh penting dari asal daerah sang
penulis yaitu sulawesi selatan.
Dalam bab ini terdapat bagan seperti bagan penanaman karakter melalui
pembelajaran yang bersumber dari Direktorat Pembinaan SMP, 2010. Terdapat bagan
Grand Desaign Penidikan Karakter yang bersumber dari Kementrian Pendidikan
Nasional 2010. Dan bagan Alur Pikir Pembangunan Karakter Bangsa yang bersumber
dari Kemendiknas, Dirjen Dikti (2011).
Pada bagan-bagan tersebut memberikan informasi kepada pembaca dan pendidik
dalam metode pembelajaran.

BAB III

UNSUR-UNSUR MODEL PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS BUDAYA


MANDAR

A. SISTEM SOSIAL
Dalam pembahsannya terdapat penjelasan mengenai interaksi sosial yang terjadi
antara pendidik dan peserta didik. Dalam pembahsannya juga terdapat rincian mengenai
struktur hubungan antara keluarga sehingga memberikan penjelasan yang dapat
dimengerti dengan mudah.
Asas-asas hubungan juga merupakan hal penting yang dibahas dalam buku ini
sehingga dapat dilihat dalam penjelasan dalam peranan dan aktivitas hubungan timbal
balik antara ayah dan ibu, peranan dan aktivitas hubungan imbal balik antara ayah dan
anak dan yang terakhir peranan dan aktivitas hubungan timbal balik antara ketiga-tiganya.
Dalam asaz tersebut memberikan penjelasan yang rinci antara setiap hubungan
yang terjadi dalam keluarga.
Adapun asaz-asaz hubungan struktural-fungsional yang bersifat timbal balik
langsung antara individu-individu dalam keluarga inti dan juga hubungan inter keluarga.

B. PRINSIP REAKSI
Dalam pembahsan prinsip reaksi memberitahu para pendidik bagaimana
menanggapi peserta didik dan bagaimana menanggapi apa yang peserta didik lakukan
selama pembelajaran.
Sehingga pendidik harus memperlakukan peserta didik secara adil tanpa
membeda-bedakan. Pembahsan dalam bab ini mampu mengajarkan para pendidik mampu
menjadi pendidik yang baik seperti bagaimana pendidik menyikapi peserta didik dan
bagaimana peserta didik merespon tindakan yang diberikan oleh pendidik.
Pendidik juga mampu membantu peserta didik untuk menanyangkan dan
melakukan kegiatan penyelidikan mereka. Alam pembahasannya juga penulis merujuk
pada ungkapan-ungkapan yang berbahasa mandar dan memiliki nilai moral.

C. SISTEM PENDUKUNG
Di pembahasannya kali ini penulis memberikan sarana dan perangkat
pembelajaran seperti silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran, buku sains peserta
didik (buku siswa), buku panduan pembelajaran sains pendidik (Buku Guru), lembar
kerja fisika peserta didik, alat dan bahan pembelajaran, kemampuan penidik, minat dan
motivasi peserta didik.
Dalam pembahasan ini memberikan arahan kepada pendidik untuk memberikan
pembelajaran yang benar dan mudah diikuti oleh peserta didik.

D. DAMPAK INSTRUKSIONAL DAN PENGIRING


Pada pembahsan kali ini penulis merujuk pada Joyce DKK (2011) yang
menggunakan model pembelajaran untuk menunjang pencapaian hasil pembelajaran
secara optimal.
Beberapa dampak penerapan model pembelajaran sains berbasis budaya mandar
seprti dampak instruksional yang memiliki tujuan dalam ranah kognitif, tujuan ranah
afektif, tujuan ranah psikomotor, tujuan ranah karakter peserta didik.
Damapk pengiring berkemampuan untuk dicapai oleh peserta didik selain dari
kemampuan menjadi tujuan-tujuan pembelajaran.
Ini menunjukan penulis memberikan gambaran pembelajaran antara pendidik dan
peserta didik dalam kelas.

E. SINTAKS
Dalam pembahasan kali ini penulis memberikan pembahasan sintaks dengan cara
yang berbeda atau unik seperti (M A G U S M). Dapat dilihat pada bagan “model
pembelajaran sains berbasis budaya Mandar.
Pada sintaks yang diberikan diberikan penjelasan yang rinci untuk para pendidik
untuk menerapkan sintaks yang mudah dipahamai. Dimana singkatan dari M A G U S M
ini terdiri dari singkatan.
Singkatan yang berbasis lokal M berarti Makkaro(menggali), A berarti Asse
loa(pernyataan sikap), G berarti Gau tongan(berbuat benar), U berarti
Upandoroang(berterus terang), S berarti Siponayoi(saling mengunjungi), dan M berarti
Massitur’ui(bersepakat).
Dalam sintaks ini memberikan penjelasan yang dapat dipahami dengan mudah
oleh pembaca sehingga penerapan yang dilakukan tidak terlalu sulit untuk para pendidik
yang baru memulai dunia pendidikan sebagai pendidik.

BAB IV

PETUNJUK PELAKSANAAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS BERBASIS


BUDAYA MANDAR.

Pada bab ini terdapat beberapa urutan yang sedikit rancau seperti pada halaman 139
tertulis
A. TUGAS-TUGAS PERENCANAAN
1. MATERI AJAR
Namun pada halaman 147 tertulis BERAT JENIS yang Terbold dan halaman 150
terdapat bagian c. Silabus begitu seterusnya hingga pada bagian selanjutnya.
Ini membuat saya sebagai pembaca menjadi bingung dengan penyusunan dalam buku.
Namun isi dari pembahasan membuat pembaca mendapatkan informasi penting
dalam menyusun pemelaksaan pembelajaran sehingga susunan pada bagian-bagian bab
yang tidak tersusun rapi menjadi tidak masalah.
Informasi yang diberikan juga berguna untuk menyusun Rpp dan buku siswa
yang akan diberikan pada peserta didik. Dan penyusunan yang dijelaskan sangat mudah
untuk dipahami oleh pendidik dan peserta didik.
Terdapat beberapa contoh seperti materi ajar, silabus, RPP, struktur pembelajaran
yang disusun berdasarkan M A G U S M menurut fase strukpembelajaran.
Ada juga contoh penilaian pembelajaran seperti penilaian karakter, penilaian
psikomotorik, penilaian kognitif.
Terdapat tugas-tugas interaktif yang diterapkan dari model pembelajaran berbasis
budaya mandar dalam sintaksnya. Adapun lingkungan belajar dan pengelolaan waktunya,
dan juga penilaian.
Sehingga buku ini bermanfaat bagi pendidik dan calon pendidik yang sedang
menunutut ilmu. Namun dalam buku ini masih perlu di revisi dalam bagian penyususnan
dan tulisan yang masih rancau.

Vous aimerez peut-être aussi