Vous êtes sur la page 1sur 3

Pelaksanaan wajib L/C ditunda

Pemerintah menunda pelaksanaan kebijakan wajib L/C yang seharusnya berlaku


mulai 1 November tahun ini menjadi 30 Juni 2010.

“Berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan kebijakan wajib L/C sejak 1 September


2009 hingga 31 Oktober 2009 menunjukkan eksportir belum dapat sepenuhnya
memenuhi ketentuan wajib L/C dan wajib lapor, dan belum efektifnya mekanisme
verifikasi pelaporan dan realisasi ekspor,” ungkap siaran pers Depdag hari ini.

Berdasarkan hal-hal tersebut serta dengan mempertimbangkan masukan pemangku


kepentingan berkaitan dengan belum pulihnya kondisi ekspor dunia, kebijakan
tersebut ditunda. Permendag No. 38/2009 direvisi menjadi Permendag No. 57/M-
DAG/PER/10/2009 tentang Ekspor Barang yang Wajib Menggunakan L/C
Penerapan wajib L/C atas ekspor produk pertambangan, CPO, karet, kopi dan
kakao di atas US$1 juta dilaksanakan mulai 1 Juli 2010.

Sebagai konsekuensi, sejak 1 November 2009 sampai dengan 30 Juni 2010,


eksportir dapat menggunakan cara pembayaran L/C atau cara pembayaran lainnya
yang lazim dalam perdagangan internasional.

Penyempurnaan lainnya, eksportir dari komoditi yang diatur tetap wajib


melaporkan secara lengkap setiap bulan kepada Depdag mengenai realisasi ekspor
termasuk cara pembayaran, nama Bank Devisa Dalam Negeri penerima hasil ekspor
dan nomor rekening eksportir.

Selain itu eksportir dimaksud wajib menyampaikan Laporan Penerimaan Hasil


Ekspor yang antara lain meliputi nilai penerimaan hasil ekspor, Bank Devisa yang
menerima pembayaran hasil ekspor, serta nomor bukti penerimaan hasil ekspor.

Sesuai dengan tujuan utama dari pengaturan ini yaitu untuk kelancaran arus devisa
dari ekspor, semua eksportir dari komoditi yang diatur tersebut tetap wajib
mencantumkan cara pembayaran L/C atau cara pembayaran lainnya yang lazim
digunakan dalam perdagangan internasional serta nomor dan tanggal dokumen
pembayaran tersebut pada Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).

Sampai dengan 30 Juni 2010, Pemerintah akan melakukan evaluasi terhadap


pelaksanaan kebijakan wajib L/C untuk merumuskan kebijakan dan mekanisme
implementasi yang lebih efektif yang dapat mensinkronkan arus barang yang
berbasis sumber daya alam dengan arus devisa hasil ekspor, dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan nasional, kelancaran arus barang serta
peningkatan daya saing.

Aturan Ekspor Wajib L/C Dicabut


Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mencabut Peraturan Menteri Perdagangan
Nomor 10 tahun 2009 tentang ekspor barang yang wajib menggunakan surat kredit
(Letter of CreditL atau L/C) sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri
Perdagangan Nomor 57 tahun 2009.

Pencabutan ketentuan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan


Nomor 27/M-DAG/PER/6/2010 yang dipublikasikan di laman resmi Kementerian
Perdagangan, Minggu.

Ketentuan baru yang ditetapkan pada 24 Juni 2010 itu mulai berlaku sejak
ditetapkan.
Peraturan Menteri Perdagangan tentang ekspor barang yang wajib menggunakan
L/C dicabut dengan pertimbangan kebijakan ekspor telah berjalan dengan baik yang
antara lain terlihat dari peningkatan cadangan devisa.

Selain itu menurut hasil rapat koordinasi terbatas yang dipimpin Kementerian
Koordinator Bidang Perekonomian tanggal 17 Juni 2010 mengenai evaluasi
pelaksanaan pengaturan ekspor barang yang wajib menggunakan L/C pengaturan
tersebut dinilai tidak diperlukan lagi.

Sebelumnya, melalui Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10 tahun 2009,


Kementerian Perdagangan membatasi hanya ekspor produk pertanian dan
pertambangan terutama timah dan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO)
dengan nilai lebih dari satu juta dolar AS yang wajib menggunakan L/C
Aturan wajib L/C hanya untuk produk pertambangan, timah dan CPO tersebut
diberlakukan karena Indonesia diperkirakan masih memiliki daya tawar.

Dalam ketentuan itu, ekspor komoditi lainnya seperti karet, kakao dan kopi juga
dikenakan wajib lapor kegiatan ekspornya untuk keperluan evaluasi dan persiapan
penerapan wajib L/C pada 31 Agustus 2009.

Laporan yang harus diserahkan setiap bulan ke Kementerian Perdagangan berupa


realisasi ekspor, termasuk cara pembayaran, nama Bank Devisa Dalam Negeri
penerima hasil ekspor dan nomor rekening eksportir.

Pemerintah kemudian melakukan perubahan terhadap beberapa pasal dalam


Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 10 tahun 2009 dengan menerbitkan
Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 57 tahun 2009.
Perubahan antara lain dilakukan pada pasal-pasal yang mengatur pelaporan realisasi
dan penerimaan ekspor, kewajiban menggunakan cara pembayaran L/C melalui
Bank Devisa Dalam Negeri, kewajiban pencantuman cara pembayaran L/C serta
nomor dan tanggalnya pada Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).

Vous aimerez peut-être aussi