Vous êtes sur la page 1sur 4

A.

Kaidah Kebahasaan Teks Editorial


Berikut akan saya jelaskan ciri kebahasaan atau kaidah kebahasaan dati teks editorial.
Teks editorial memiliki ciri kebahasaan yang diantaranya adverbia, konjungsi, verba
material, verba mental, dan verba relasional. Untuk lebih jelasnya simaklah
penjelasannya dibawah ini.

1. Adverbia, agar dapat meyakinkan pembaca diperlukan ekspresi kepastian yang bisa
dipertegas dengan kata keterangan atau adverbia frekuentatif, yaitu adverbia yang
menggambarkan makna berhubungan dengan tingkat kekerapan terjadinya sesuatu
yang diterangkan adverbia itu. Kata-kata yang digunakan antara lain selalu, biasanya,
sebagian besar waktu, sering, kadang-kadang, jarang, dan lainnya.
2. Konjungsi, merupakan kata penghubung. Pada teks editorial digunakan konjungsi
untuk memperkuat argumentasi seperti kata bahkan, juga,, selain itu, lagi pula,
sebagai contoh, misalnya, padahal, justru, dan lain – lain. Konjungsi juga sering
dipakai dalam teks editorial untuk merangkai argumentasi (konungsi temporal)
seperti pertama, kedua, ketiga dst. Selain itu konjungsi untuk menyatakan hubungan
sebab akibat seperti sejak, sebelumnya, dst. Juga penerapan konjungsi yang
menyatakan harapan seperti agar, supaya, dst.
3. Verba Material, adalah verba yang menunjukkan perbuatan fisik atau peristiwa,
misalnya mengunyah, membaca, menulis, dst.
4. Verba relasional, adalah verba yang menunjukkan hubungan intensitas (pengertian
A adalah B), dan milik (mengandung pengertian A mempunyai B). Verba yang
pertama tergolong ke dalam verba relasional identifikatif, sedangkan verba yang
kedua dan ketiga tergolong ke dalam verba relasional atributif. Pada verba relasional
indikatif terdapat partisipan token (token) atau teridentifikasi (identified) dan nilai
(value) atau pengidentifikasi (identifier): missal ayah (token), adalah (verba relasional
identifikasi) pelindung keluarga (nilai). Pada verba relasional atributif terdapat
partisipan penyaandang (carrier) dan sandangan (atrributif). Misal: ayah
(penyandang) mempunyai (verba relasional atributif) mobil baru (sandangan).
5. Verba Mental, adalah verba yang menerangkan persepsi (misalnya melihat, merasa),
afeksi (misalnya suka, khawatir), dan kognisi (misalnya berpikir, mengerti). Pada
verba mental terdapat partisipan pengindra (senser) dan fenomena. Contoh: saya
mempercayai bahwa…, menurut saya…, saya berpendapat… contoh lain adalah :
ayah (pengindera) mendengar (verba mental) kabar itu (fenomena)

B. Membandingkan teks cerita sejarah


sebuah teks editorial biasanya mengupas suatu masalah actual tertentu dengan tujuan
memberi tahu, memengaruhi, meyakinkan, ataau bisa juga sekadar menghibur
pembacanya. Oleh sebab itu, Bahasa yang digunakan untuk mengekspresikan opini
tersebut harus mengungkapkan tujuan. Dalam menyatakan sebuah informasi, kata – kata
dipilih secara hati – hati untuk mengekspresikan sikap dan sudut pandang penulis.

Contoh Teks Editorial

Komersialisasi Pendidikan
Keluhan datang bertubi-tubi dari orangtua murid. Mereka mengeluh dengan besarnya biaya
sekolah negeri dan swasta yang sama ganasnya dalam melakukan pungutan.
Istilah komersialisasi pendidikan akhir-akhir ini menjadi perhatian. Berbeda dengan tahun-tahun
sebelum nya, keluhan komersialisai pendidikan pada tahun ini lebih masif. Unjuk rasa masyarakat
mengatasnamakan keluhan orang tua murid. Pemerintah telah menegaskan bahwasannya pungutan
boleh dilakukan asal terkendali dan tidak bersifat KOMERSIAL.
Penegasan seperti itu dianggap bukan merupakan pelangaran, namun pembenaran. Sekolah
negeri dan perguruan tinggi negeri tak kalah mahal dengan milik swasta. Contohnya, uang
penerimaan siswa baru di SMA negeri di Jakarta Timur Rp 7.375.000, sementara itu diSMA swasta
di Jakarta Pusat Rp 11.718.000.
Resahnya orang tua mengingatkan para pengambil keputusan. Kendati Indonesia sudah
puluhan tahun merdeka, belum pernah masalah pendidikan di tangani secara serius. Belum selesai
tentang ujian, muncul persoalan kurikulum, kemerosotan mral dan mutu pendidikan, dan lain
sebagainya.
Memang ada langkah untuk maju setapak setelah era reformasi bila dibanding dengan era
sebelumnya. Dulu sebatas pentingnya pendidikan (pengembangan SDM), kini ada berbagai
penambahan alokasi anggaran untuk pendidikan.
Untuk itu, tak perlu tercengang kaget saat Jepang mengalokasikan anggaran untuk pendidikan
hingga seratus kali lipat dibanding Indonesia. Sebaliknya, harus kaget saat Banglades, yang
notabenenya negara kecil mengalokasikan anggaran untuk pendidikan 2,9 persen dari anggaran
nasional mereka. Sementara itu, Indonesia raya di era yang bersamaan hanya 1,4 persen.
Pendidikan merupakan sebuah tugas untuk masyarakat dan pemerintah. Saat praksis
pendidikan tak lagi bisa dominan sebagai kegiatan sosial akan tetapi sebagai kegiatan bisnis,
hukum dagang "ada rupa ada harga" jadi berlaku. Penyelenggara pendidikan serupa dengan
lembaga bisnis. Tapi memang dari sanalah lembaga pendidikan swasta berkembang.
Saat pemerintah melakukan praktik yang sama, muncul sebuah pertanyaan, negeri dan swasta
kok sama? Lembaga sekolah negeri sepertinya ikut "ganas" atau "MANGAS" dalam melakukan
berbagai macam pungutan disekolah.
Anggaran cukup bukanlah segalanya. Akan tetapi ketersediaan anggaran baru memenuhi salah
satu dari sekian banyak persyaratan praksis pendidikan. Tetapi, tentang ketersediaan
anggaran dapat mencerminkan keseriusan perhatian, keberanian di dalam memberikan prioritas,
dan sesuatu yang tak terselesaikan yang hanya menjadi wacana yang berkepanjangan.

Kenaikan BBM Memicu Aksi Mahasiswa


Harga BBM resmi dinaikkan sebesar dua ribu rupiah pada hari senin tanggal 17 November
2014. Kenaikan BBM ini memicu protes dari banyak pihak, bagaimana tidak kenaikan BBM ini
otomatis mempengaruh seluruh harga yang ada di masyarakat mulai dari harga sembako hingga
tarif angkutan umum. Bukan hanya para Ibu rumah tangga yang merasakan dampak kenaikan
BBM tersebut, melainkan Pedagang hingga para pelajar pun merasakan efek dari kenakan BBM
ini. Ibu rumah tangga kini harus pandai-pandai mengatur keuangan keluarga agar tetap cukup
hingga ahir bulan dengan kondisi harga yang semakin mencekik sementara pendapatan dari suami
(PNS) tidak ikut naik seperti BBM. Para pelajar pun baik yang menggunakan kenadaraan pribadi
maupun yang menggunakan angkutan umun untuk ke sekolah harus mulai mengirit uang jajan
mereka karna perlu disisihkan sedikit lebih banyak dari bulan-bulan sebelumnya.

Meski Isu kenaikan BBM memang telah tersebar luas sejak terpilihnya bapak Jokowidodo
menjadi Presiden Indonesia yang baru, Isu tersebut membuat masyarak menjadi resah dan
mengambil tindakan dengan cara menaikkan harga sembako padahal kenaikan BBM tersebut
masih belum pasti namun ketika BBM benar-benar naik, Aksi protes dari mahasiswa pun tak dapat
ditahan lagi.

Mahasiswa merasa dihianati oleh Presiden yang telah mereka berikan amanah untuk
mensejahterakan masyarakat, namun dengan kenaikan BBM ini sama saja dengan mencekik leher-
leher masyarakat kecil yang seharusnya disejahterakan.
Aksi demo dari para mahasiswa terjadi diberbagai kota seluruh Indonesia. Di Makassar sendiri,
selama tiga hari berturut-turut telah melakukan aksi demo dibeberapa titik oleh mahasiswa dari
berbagai Universitas. Aksi demo Mahasiswa ini berlangsung dari jam satu siang hingga menjelang
magrib, para demonstrans menutup jalan-jalan besar disekitar lokasi demo sehingga menyebabkan
kemacetan yang luar biasa. Ironisnya, Mahasiswa yang berdemo demi memperjuangkan
kesejahteraan masyarakat tersebut, justru menyebabkan masyarakat resah dan tidak nyaman
dengan aksi mereka yang menutup jalan raya, alhasil terjadilah bentrok antara mahasiswa dan
Masyarakat pengguna jalan raya yang menjadi marah karna terjebak macet sepanjang siang gara-
gara aksi demo mahasiswa tersebut. Melihat aksi yang semakin panas, apatan kepolisian yang
berjaga-jaga dilokasi kejadianpun turun tangan hingga terjadilah bentrok tiga arah antar
mahasiswa, masyarakat dan aparan kepolisian.

Aksi demo mahasiswa yang menutup jalan ini justru membuat masyarakat menjadi resah dan
merasa tak nyaman, jadi sangat lucu rasanya bla mendengar mahasiswa berorasi mengenai
memperjuangkan kesejahteraan masyarakat karna pada kenyataannya justru sikap merekalah yang
member ketaknyamanan yang nyata dan pasti terhadap masyarakat.

Aksi demo mahasiswa yang menolak kenaikan BBM yang telah terjadi selama tiga hari beturu-
turut ini tidak membuahkan hasil selain kerusuhan dan rasa tak nyaman dari para masyarakat.
Kepada para masyarakat yang memiliki niat yang mulia sebaiknya juga melakukan tindakan yang
mulia. Jangan sampai tujuan mulia justru ditindak lanjuti dengan tindakan yang justru merugikan
banyak pihak terutama masyarakat yang seharusnya medapatkan dukungan tapi pada
kenyataannya justru malah dirugikan.
Akibat bentrok yang terjadi tersebut mengakibatkan universitas terpaksa menutup seluruh
kegiatan akademiknya untuk sementara demi menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Hal ini
tentu saja sangat merugikan bagi mahasiswa yang seharusnya melakukan kegiatan study namun
terhambat karena kejadian yang sangat tidak disiplin tersebut.
Untuk kedepannya harap dipetimbangkan matang-matang tindakan yang lebih pas, yang lebih
baik, lebih berkualitas, lebih cerdas dan lebih membuahkan hasil ketimbang hanya melaksanakan
aksi demonstrasi yan justru merugikan masyarakat yang seharusnya dilindungi dari kebuasan
pemerintah. Untuk selanjutnya diharapkan berhati-hati dalam mengambil tindakan jangan sampai
niat tulus yang mulia untuk melindungi hak-hak rakyat justru disalah artikan oleh masyarakat dan
justru memberi keuntungan bagi pihak-pihak tertentu yang tidak bertanggung jawab. Pastikan
tindakan yang diambil benar-benar memberi manfaat dan mencapai tujuan yang diinginkan.

Vous aimerez peut-être aussi