Vous êtes sur la page 1sur 10

TUGAS

FARMAKOTERAPI II
“KASUS GAGAL GINJAL AKUT (ARF)”

Oleh:

NAMA : SHELFINA RARA


NIM : 17.01.303
KELAS : TRANSFER B 2017

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI


MAKASSAR
2018
#. Kasus
A 73-years-old man with a history of diabetes mellitus, gout,
osteoarthritis, and hypertension is hospitalized with possible
urosepsis. He recently completed a 10-day course of antibiotics and
was ready for discharge when his morning labs showed an increase
in BUN and serum creatinine concentration. Upon examination, he
was found to have pitting edema, weight gain, nausea, elevated
blood pressure, and rales on chest auscultation.
 What sign and symptoms does the patient have that may
indicate ARF?
 What risk factors does he have for the development of ARF?
 What therapy is recommended?

Diketahui:
 Pasien laki-laki berusia 73 tahun
 Memiliki riwayat Penyakit Diabetes Miletus, Asam Urat,
Osteoarthritis dan Hipertensi
 Memiliki kemungkinan mengidap Urosepsis.
 Telah selesai mengkonsumsi antibioktik selama 10 hari
 Memiliki hasil Laboratorium Peningkatan konsentrasi BUN
(Blood Ureum Nitrogen) dan kreatinin serum.
 Setelah pemeriksaan mengidap edema, pertambahan berat
badan, mual, tekanan darah tinggi, dan rales pada auskulasi
dada.

1. Pengertian
Gagal ginjal akut (Acute Renal Failure/ARF) adalah sekumpulan
gejala yang mengakibatkan disfungsi ginjal secara mendadak, merupakan
keadaan fisiologis dan klinik yang ditandai dengan penurunan Glomerular
Filtration Rate (GFR) atau kecepatan filtrasi glomerulus secara tiba-tiba,
sering kali dengan oliguri, peningkatan kadar urea dan kreatinin darah,
serta asidosis metabolik dan hiperkalemia (D. Thomson, 1992:91). Gejala
lain yang terjadi yaitu perubahan kemampuan fungsional ginjal untuk
mempertahankan cairan yang cukup untuk keseimbangan dalam tubuh.
ARF dapat juga dikatakan sindroma klinis akibat kerusakan
metabolik atau patologik pada ginjal yang ditandai dengan penurunan
fungsi yang nyata dan cepat serta terjadinya azotemia (Davidson, 1984).
2. Penyebab
Tiga kategori utama kondisi penyebab gagal ginjal akut adalah:
a. Kondisi prerenal (hipoperfusi ginjal)
Kondisi prerenal adalah masalah aliran darah akibat hipoperfusi
ginjal dan turunnya laju filtrasi glomerulus. Kondisi klinis yang umum
adalah status penipisan volume (hemoragi atau kehilangan cairan
melalui saluran gastrointestinal), vasodilatasi (sepsis atau
anafilaksis), dan gangguan fungsi jantung (infark miokardium, gagal
jantung kongestif, atau syok kardiogenik)
b. Penyebab intrarenal (kerusakan aktual jaringan ginjal)
Penyebab intrarenal gagal ginjal akut adalah akibat dari kerusakan
struktur glomerulus atau tubulus ginjal. Kondisi seperti rasa terbakar,
cedera akibat benturan, dan infeksi serta agen nefrotoksik dapat
menyebabkan nekrosis tubulus akut (ATN) dan berhentinya fungsi
renal. Cedera akibat terbakar dan benturan menyebabkan
pembebasan hemoglobin dan mioglobin (protein yang dilepaskan
dari otot ketika cedera), sehingga terjadi toksik renal, iskemik atau
keduanya. Reaksi tranfusi yang parah juga menyebabkan gagal
intrarenal, hemoglobin dilepaskan melalui mekanisme hemolisis
melewati membran glomerulus dan terkonsentrasi di tubulus ginjal
menjadi faktor pencetus terbentuknya hemoglobin. Penyebab lain
adalah pemakaian obat-obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID),
terutama pada pasien lansia. Medikasi ini mengganggu
prostaglandin yang secara normal melindungi aliran darah renal,
menyebabkan iskemia ginjal.
c. Pascarenal
Pascarenal yang biasanya menyebabkan gagal ginjal akut biasanya
akibat dari obstruksi di bagian distal ginjal. Tekanan di tubulus ginjal
meningkat, akhirnya laju filtrasi glomerulus meningkat. Meskipun
patogenesis pasti dari gagal ginjal akut dan oligoria belum diketahui,
namun terdapat masalah mendasar yang menjadi penyebab.
Beberapa factor mungkin reversible jika diidentifikasi dan ditangani
secara tepat sebelum fungsi ginjal terganggu. Beberapa kondisi yang
menyebabkan pengurangan aliran darah renal dan gangguan fungsi
ginjal:
(1) hipovolemia;
(2) hipotensi;
(3) penurunan curah jantung dan gagal jantung kongestif;
(4) obstruksi ginjal atau traktus urinarius bawah akibat tumor, bekuan
darah, atau batu ginjal dan
(5) obstrusi vena atau arteri bilateral ginjal.
Gagal ginjal akut dapat terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke
ginjal, seperti pada:
 Volume darah yang rendah karena perdarahan, muntah dan diare
berlebihan sehingga mengakibatkan dehidrasi berat, luka bakar.
 Jumlah darah yang dipompa jantung di bawah normal karena syok
anafilaktik, gagal hati, gagal jantung atau sepsis.
Lalu gagal ginjal akut juga dapat terjadi akibat cedera pada ginjal
sendiri akibat:
 Penyakit tertentu, contoh glomerulonefritis, sindrom hemolitik
uremik, vaskulitis, dan skleroderma.
 Penggumpalan darah pada pembuluh darah vena dan arteri ginjal.
 Infeksi.
 Obat-obatan, seperti obat antiinflamasi nonsteroid dan antibiotik
aminoglikosida.
 Cairan kontras yang digunakan pada saat pemeriksaan foto
Rontgen atau CT Scan.
 Racun lainnya, seperti alkohol atau logam berat
Selain itu, gagal ginjal akut dapat diakibatkan oleh tersumbatnya
saluran urine, sehingga limbah dari ginjal tidak bisa dibuang melalui urine.
Tersumbatnya aliran urine ini dapat disebabkan oleh:
 Pembesaran prostat
 Batu ginjal.
 Tumor daerah panggul, contoh tumor kandung kemih atau
ovarium.
(Sarwono, 2011).

3. Tanda dan Gejala


Adapun tanda dan gejala terjadinya gagal ginjal yang dialami
penderita secara akut antara lain :
 Bengkak mata, kaki
 Nyeri pinggang hebat (kolik)
 kencing sakit, sedikit kadang timbul merah/darah bahkan sering
kencing
 Demam
 Kelainan Urin: Protein, Darah / Eritrosit, Sel Darah Putih / Lekosit,
Bakteri.
 Berkurangnya rasa, terutama di tangan atau kaki
 Perubahan mental atau suasana hati
 Kejang
 Tremor tangan
 Mual, muntah
4. Faktor Resiko
Ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko seseorang untuk
terkena gagal ginjal akut, yaitu:
 Menderita diabetes, hipertensi, obesitas, dan penyakit hati.
 Menderita penyakit ginjal sebelumnya, seperti gagal ginjal kronis.
 Menderita penyakit arteri perifer.
 Berusia 65 tahun atau lebih.
 Sedang menjalani perawatan di ruang intensif.
5. Diagnosis Gagal Ginjal Akut
Untuk mendiagnosis gagal ginjal akut, perlu dilakukan tes berikut:
 Tes darah.
 Tes urine dan pengukuran volume urine yang keluar.
 Pemindaian.
 Biopsi ginjal
Biasanya, pasien dewasa bisa disimpulkan terkena gagal ginjal akut
jika hasil diagnosis menunjukkan bahwa:
 Kandungan kreatinin dalam darah di atas normal dan terus
meningkat.
 Selain kreatinin, peningkatan ureum darah yang cepat juga terjadi
pada gagal ginjal akut.
 Volume urine yang dibuang berkurang.
Tes pemindaian seperti USG ginjal ataupun CT scan dapat
digunakan untuk mencari penyebab gagal ginjal akut, misalnya ada
penyumbatan pada sistem saluran kemih. Pemeriksaan dengan
mengambil sebagian jaringan ginjal sebagai sampel untuk diperiksa di
bawah mikroskop (biopsi), terkadang diperlukan untuk menentukan
penyebab gagal ginjal akut.
Tes Laboratorium yang diperlukan dalam mengetahui ARF yaitu:
 Urin: Volume, Warna, Sedimen, Berat jenis, Kreatinin, Protein.
 Darah: BUN/kreatinin, Hitung darah lengkap, Sel darah merah, Natrium
serum, Kalium, Magnesium fosfat, Protein, Osmolaritas serum.
 KUB Foto: Menunjukkan ukuran ginjal/ureter/kandung kemih dan
adanya obstruksi .
 Pielografi retrograd: Menunjukkan abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
 Arteriogram ginjal: Mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstraskular, massa.
 Sistouretrogram berkemih: Menunjukkan ukuran kandung kemih,refluks
ureter,retensi
 Ultrasono ginjal: Menunjukkan ukuran kandung kemih, dan adanya
massa, kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
 Biopsi ginjal: Mungkin dilakukan secara endoskopi untuk menetukan sel
jaringan untuk diagnosis histologis
 Endoskopi ginjal nefroskopi: Dilakukan untuk menemukan pelvis ginjal;
keluar batu, hematuria dan pengangkatan tumor selektif.
 EKG : Mungkin abnormal menunjukkan ketidakseimbangan elektrolit
dan asam basa, aritmia, hipertrofi ventrikel dan tanda-tanda perikarditis.

Jawaban:
Dari kasus diatas, dapat dikatakan bahwa tanda dan gejala yang
dialami oleh pasien yang mengindikasikan ARF yaitu pada hasil
laboratorium yang menyatakan adanya kenaikan kadar BUN dan
serum kreatinin. Blood Urea Nitrogen (BUN) atau kadar nitrogen urea,
yang mana kedua senyawa diatur oleh kinerja ginjal, ketika terjadi
suatu masalah pada kemampuan kerja ginjal maka jumlah
konsentrasinya dalam darah juga akan terganggu, dan tes Rasio BUN
-Kreatinin adalah salah satu tes darah yang dilakukan untuk
mendeteksi masalah ginjal. Kreatinin adalah produk penguraian dari
kreatin fosfat dalam metabolisme otot dan dihasilkan dari kreatin.
Tanda dan gejala lain yang timbul yaitu pada saat setelah
pemeriksaan, pasien ditemukan mengindap edema, pertambahan
berat badan, dan terdapatnya rales pada auskultasi dada.
Faktor resiko yang dapat menimbulkan ARF yang dialami oleh
pasien yaitu usia pasien yang sudah mencapai 73 tahun, kemudian
riwayat penyakit sebelumnya yang menyatakan pasien menderita
diabetes mellitus, asam urat, osteoarthritis, dan hipertensi dengan
lemungkinan urosepsis. Faktor resiko lain yaitu pasien
mengkonsumsi antibiotik sebelumnya dan sedang menjalani
perawatan diruang intensif. Konsumsi antibiotik pada pasien
diketahui mencapai 10 hari, sehingga dapat dikatakan
penggunaannya tidak tepat dan tidak rasional. Akibat yang dapat
ditimbulkan dari penggunaan obat yang tidak rasional antara lain
berkurangnya kualitas obat yang akhirnya dapat menyebabkan
kenaikan mortalitas dan morbiditas pada pasien sehingga
meningkatkan resiko terjadinya efek yang tidak diinginkan seperti
reaksi efek samping obat dan resisten obat.

Pengobatan yang dianjurkan untuk pasien yaitu dengan


mengkonsumsi obat diuretik. diuretik dapat menurunkan konsumsi
oksigen dengan mengurangi reabsorpsi tubulus zat terlarut yang
dapat mengurangi pembengkakan atau edema pada pasien dan juga
dapat menurunkan tekanan darah tinggi. Obat diuretik yang
disarankan yaitu
1. Furosemid
Mengobati tekanan darah tinggi dan edema
Indikasi :
(retensi cairan)
Jangan digunakan bagi penderita yang memiliki
Kontra Indikasi :
riwayat hipersensitif (Alergi) terhadap obat ini.
Dosis lazim dewasa untuk edema, hipertensi,
oliguria nonobstruktif, edema paru, gagal ginjal,
Dosis Obat dan oliguria :
:
o Oral : Dosis awal : 20 – 80 mg / dosis.
Dosis Pemeliharaan : tingkatkan secara
bertahap dari 20 – 40 mg / dosis setiap 6 –
8 jam. Berikan 1 – 2 x sehari, dengan
dosis harian maksimum 600 mg.
o Intravena / intramuskular : 10 – 20 mg
sekali selama 1 – 2 menit. ulangi dalam
waktu 2 jam jika respon tidak memadai.
o Infus Intravena : 0.1 mg / kg sebagai dosis
bolus awal, selanjutnya tingkatkan dua kali
lipat setiap 2 jam sampai maksimal 0.4 mg
/ kg / jam.

Kemudian, obat kedua yang disarankan pada pasien yaitu obat


Dopamin. Dopamin dosis rendah (≤ 2 mcg / kg / menit) meningkatkan
aliran darah ginjal dan mungkin diharapkan untuk meningkatkan
GFR. Secara teoritis, hal ini dapat dianggap bermanfaat, karena GFR
ditingkatkan mungkin mengubah nephrotoxins dari tubulus,
meminimalkan toksisitasnya.
2. Dopamine
Nama Generik : Dopamine

Jenis Obat : Obat jantung

Golongan Obat : Obat Keras, Obat Resep

Bentuk Sediaan : Tersedia dalam kemasan obat suntik

Mengobati Gagal jantung, gagal ginjal, output


Indikasi : jantung rendah, perfusi buruk, septikemia
endotoksik, hipotensi akut.

Jangan digunakan bagi penderita yang memiliki


Kontra Indikasi :
riwayat hipersensitif (Alergi) terhadap obat ini

Dopamine bekerja dengan cara meningkatkan


kekuatan memompa jantung dan meningkatkan
Cara Kerja Obat :
aliran darah ke ginjal.
Dosis awal: 1-5 mcg/kg/menit dengan infus IV
berkelanjutan.
Titrasi untuk respon yang diinginkan. Pemberian
lebih dari 50 mcg per kg per menit dapat
digunakan pada situasi serius dengan aman.

Dosis Dewasa untuk Syok


Dosis Dewasa :
Dosis awal: 1-5 mcg/kg/menit dengan infus IV
berkelanjutan.
Titrasi untuk respon yang diinginkan. Pemberian
lebih dari 50 mcg per kg per menit dapat
digunakan pada situasi serius dengan aman.

Kemudian terapi ketiga yang disarankan yaitu pemberian


nutrisi. Terapi dengan mengatur pemberian nutrisi dapat dilakukan
intervensi dengan beberapa cara antara lain monitoring pada
magnesium dan forfor. Masalah yang sering terjadi adalah masalah
hiperphospatemia khususnya pasien GGA dengan kerusakan
jaringan atau katabolisme meningkat, senyawa yang mengandung
kalsium dapat diberikan pada pasien dengan serum fosfat lebih dari
7 mg/dl.

Protein Pasien GGA memecah protein dengan cepat dan sel tidak
dapat menggunakan asam amino dengan efisien. Elektrolit
jumlahnya harus diatur sedemikian rupa, misal terjadi hiperglikemia,
pasien dengan GGA oliguria dibatasi kalsiumnya untuk mencegah
terjadinya hiperklemia. Pasien harus memperbanyak mengkonsumsi
air putih untuk menjaga keseimbangan cairan didalam tubuh dan
agar tidak terjadi dehidrasi akibat pengeluaran urin yang berlebih,

Vous aimerez peut-être aussi