Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
insulin atau keduanya (Price, S dan Wilson, 2005). Hiperglikemia yang tidak
resistensi insulin, defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin, dan
atau keduanya. Dalam semua bentuk diabetes, mungkin ada remisi pada tingkat
hiperglikemia. Pasien dapat menjadi normal regulasi glukosa, jika diabetesnya baru
disebabkan oleh berbagai hal, namun hiperglikemi paling sering disebabkan oleh
diabetes melitus. Pada diabetes melitus gula menumpuk dalam darah sehingga
gagal masuk ke dalam sel. Kegagalan tersebut terjadi akibat hormon insulin
3
4
jumlahnya kurang atau cacat fungsi. Hormon insulin merupakan hormon yang
termasuk :
1. Hereditas
WHO dan ADA. Klasifikasi ini sangat berbeda dari klasifikasi sebelumnya yang
insulin. Istilah tipe I dan tipe II diabetes (dengan angka Arab) telah diadopsi untuk
masalah kesehatan yang besar. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan jumlah
penderita diabetes dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015 menyebutkan sekitar 415
juta orang dewasa memiliki diabetes, kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di tahun
1980an. Apabila tidak ada tindakan pencegahan maka jumlah ini akan terus
5
meningkat tanpa ada penurunan. Diperkirakan pada tahun 2040 meningkat menjadi
(Waspadji, 2009).
memiliki risiko dua kali lebih besar mengalami jantung koroner, lebih rentan
menderita gangrene sebesar lima kali, tujuh kali lebih rentan mengidap gagal ginjal,
dan 25 kali lebih rentan mengalami kerusakan retina yang mengakibatkan kebutaan
keluarga, riwayat penyakit dan dapat dipengaruhi juga dengan faktor penanganan
yang meliputi diet, aktivitas fisik, terapi obat, dan pemantauan glukosa darah
(Trisnawati, 2013).
5
6
orang yang non DM. Kemenkes RI (2013) menyebutkan bahwa Provinsi Jawa
diduduki oleh provinsi Jawa Timur karena diabetes merupakan 10 besar penyakit
tahun 2007 sampai tahun 2013 sebesar 330.512 penderita (Kemenkes RI, 2014).
Patologi DM dapat dikaitkan dengan satu dari tiga efek utama kekurangan
insulin (Guyton & Hall, 2006). Pada DM tipe Iterdapat ketidakmampuan untuk
menghasilkan insulin karena sel-sel beta pankreas telah dihancurkan oleh proses
autoimun. Hiperglikemia puasa terjadi akibat produksi glukosa yang tidak terukur
oleh hati. Glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan dalam hati
Menurut Brunner & Suddarth (2012), jika konsentrasi glukosa dalam darah
cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang tersaring
keluar; akibatnya, glukosa tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa
yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik.
menyebabkan penurunan berat badan. Jika terjadi defisiensi insulin, protein yang
aspek metabolisme lemak sangat meningkat bila tidakada insulin. Normalnya ini
terjadi antara waktu makan sewaktu sekresi insulin minimum, tetapi metabolisme
lemak meningkat hebat pada DM sewaktu sekresi insulin hampir nol (Guyton &
Hall, 2006).
dalam darah. Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat
sekresi insulin yang berlebihan, dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat
yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak
akan meningkat dan terjadi Diabetes Tipe II (Brunner & Suddarth, 2012).
DM tipe I terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab
autoimun. Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin
dapat ditentukan dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak
terdeteksi sama sekali. Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah
ketoasidosis (ADA, 2010). Kerusakan sel beta pankreas dapat dideteksi lebih dini
7
8
1adalah antibodi : anti-GAD, anti-islet cell, atau anti insulin, yang menyebabkan
Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa
membawa glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang
oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh
karena terjadinya resistensi insulin (reseptor insulin sudah aktif karena dianggap
kadarnya masih tinggi dalam darah) akan mengakibatkan defisiensi relatif insulin.
glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta pankreas akan
berkembang secara bertahap dan tidak jelas gejala klasiknya (Lindarto D, 2014).
DM tipe ini terjadi karena etiologi lain, misalnya pada defek genetik fungsi
sel beta, defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit
metabolik endokrin lain, iatrogenic, infeksi virus, penyakit autoimun dan kelainan
genetik lain (ADA, 2010). DM ini adalah berhubungan dengan kecacatan, penyakit
atau sindrome tertentu. Dalam kelompok ini termasuk cacat genetik fungsi sel beta.
Sebagian besar tanda klinisnya adalah hiperglikemia pada usia dini. Mereka sering
didapati pertama kali pada masa kehamilan , biasanya pada trimester kedua dan
menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah melahirkan. (ADA, 2010).
kehamilan. Pada awal kehamilan, glukosa puasa dan postprandial biasanya lebih
rendah dari pada wanita yang tidak hamil. Risiko tinggi GDM terdapat pada
perempuan yang lebih tua, memiliki riwayat intoleransi glukosa, riwayat bayi besar
untuk usia kehamilan, dan perempuan hamil dengan hiperglikemia. Akibat GDM
dapat merugikan terhadap kedua janin dan ibu. Diabetes yang terjadi sebelum atau
Jenis Etiologi
9
10
1. Proses autoimun
2. Idiopatik
3. Endokrinopati
5. Infeksi
6. Imunologi
berhubungan dengan DM
hingga 6%.
11
12
polisiklik.
sedangkan tanda-tanda berarti keadaan yang dapat dilihat dari pemeriksaan badan.
a. Sering buang air kecil dengan volume yang banyak, yaitu lebih sering dari
pada biasanya, apalagi pada malam hari (poliuri), hal ini terjadi karena kadar gula
darah melebihi nilai ambang ginjal (>180mg/dl), sehingga gula akan keluar
bersama urine. Untuk menjaga agar urine yang keluar tidak terlalu pekat, tubuh
akan menarik air sebanyak mungkin kedalam urine sehingga urine keluar dalam
volume yang banyak dan buang air kecil pun menjadi sering. dalam keadaan
normal, urine akan keluar sekitar 1,5 liter perhari, tetapi pada penderita DM yang
Dengan banyaknya urine yang keluar, badan akan kekurangan air atau dehidrasi.
Untuk mengatasi hal tersebut tubuh akan menimbulkan rasa haus sehingga
penderita selalu ingin minum terutama yang dingin, manis, segar, dan banyak.
tubuh kurang dan energi yang dibentuk pun menjadi kurang. Ini adalah penyebab
mengapa penderita merasa kurang tenaga. Selain itu, sel juga menjadi miskin gula
sehingga otak juga berfikir bahwa kurang energi itu karena kurang makan, maka
d. Berat badan turun dan menjadi kurus.ketika tubuh tidak bisa mendapatkan
energi yang cukup dari gula karena kekurangan insulin, tubuh akan bergegas
mengolah lemak dan protein yang ada didalam tubuh untuk diubah menjadi energi.
kehilangan sebanyak 500 gram glukosa dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000
e. Gejala lain. gejala lain yang dapat timbul yang umumnya ditunjukkan
karena komplikasi adalah kaki kesemutan, gatal-gatal, atau luka yang tidak kunjung
sembuh, pada wanita kadang disertai gatal di daerah selangkangan (pruritus vulva)
dan pada pria ujung penis terasa sakit (balanitis) (Kurniadi; Nurrahmani, 2014).
13
14
Pada dewasa dan wanita tidak hamil, penegak diabetes militus dilakukan
berdasarkan dua dari sejumlah kriteria berikut ini, yang diperoleh dengan selang
waktu lebih dari 24 jam dengan menggunakan tes yang sama sebanyak dua kali atau
Kadar glukosa plasma sebesar 126 mg/dl atau lebih sedikitnya pada dua kali
pemeriksaan
Gejala khas yang menunjukkan diabetes tak-terkontrol dan kadar gula darah
Kadar glukosa darah 200 mg/dl atau lebih dua jam sesudah mengkonsumsi
neuropati.
b. Dislipedemia.
d. Ketoasidosis diabetik.
g. Ulserasi kulit.
nefrotik
makrovaskular
15
16
dan ganggrene
Kerusakan pada saraf yang paling umum terjadi yaitu pada saraf perifer. Hal
apabila terjadi luka maka pasien tidak mengetahui atau menyadari bahwa dia
terluka, dan menyebabkan risiko yang jauh lebih parah lagi, yaitu terjadinya ulkus
pada kaki, yang nantinya akan berujung pada amputasi (Komplikasi Diabetes
Mellitus, 2014).
dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi. Tujuan terapi
1. Farmakologi (obat-obatan)
Sulfonilurea
Glinid
Metformin
Tiazolidinidion
b. Insulin
2. Non Farmakologi
a. Diet
dianjurkan, yang mendapat pengobatan anti diuretik atau insulin, harus menaati diet
terus menerus baik dalam jumlah kalori, komposisi dan waktu makan harus diatur,
makanan yang mengandung indeks glikemik rendah (55%atau kurang ) antara lain:
roti gandum, nasi merah, jus apel tanpa tanpa pemanis, kacang tanah, wortel,
kacang kedelai. Glikemik sedang (56%-69%) :jagung rebus, anggur, pisang kismis,
talas.(Askandar, 2005).
b. Olahraga
Dengan olahraga teratur sensitivitas sel terhadap insulin menjadi lebih baik,
sehingga insulin yang ada walaupun relatif kurang, dapat dipakai dengan lebih
efektif.Lakukan olahraga 1-2 jam sesudah makan terutama pagi hari selama½ -1
17
18
dokter setiap 6 bulan sekali untuk mengatur pola diet dan makan guna
2005).
diabetes melitus. Adanya luka terbuka pada lapisan kulit sampai ke dalam dermis
yang terjadi karena adanya penyumbatan pada pembuluh darah di tungkai dan
neuropati perifer akibat kadar gula darah yang tinggi sehingga pasien tidak
salah satu bentuk komplikasi kronik diabetes mellitus berupa luka terbuka pada
penyakit diabetes melitus sehingga terjadi vaskuler insusifiensi dan neuropati, yang
lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak dirasakan, dan dapat
Ulkus kaki diabetik terjadi sebagai akibat dari berbagai faktor, seperti kadar
glukosa darah yang tinggi dan tidak terkontrol, perubahan mekanis dalam kelainan
formasi tulang kaki, tekanan pada area kaki, neuropati perifer, dan penyakit arteri
19
perifer aterosklerotik, yang semuanya terjadi dengan frekuensi dan intensitas yang
tinggi pada penderita diabetes. Gangguan neuropati dan vaskular merupakan faktor
utama yang berkonstribusi terhadap kejadian luka, luka yang terjadi pada pasien
diabetes berkaitan dengan adanya pengaruh saraf yang terdapat pada kaki yang
dikenal dengan nuropati perifer, selain itu pada pasien diabetes juga mengalami
diseases. Efek dari sirkulasi inilah yang mengakibatkan kerusakan pada saraf-saraf
kaki. Diabetik neuropati berdampak pada sistem saraf autonomi yang mengontrol
otot-otot halus, kelenjar dan organ viseral. Dengan adanya gangguan pada saraf
sirkulasi darah sehingga kebutuhan nutrisi dan metabolisme di area tersebut tidak
tercukupi dan tidak dapat 17 mencapai daerah tepi atau perifer. Efek ini
mengakibatkan gangguan pada kulit yang menjadi kering dan mudah rusak
sehingga mudah untuk terjadi luka dan infeksi. Dampak lain dari neuropati perifer
adalah hilangnya sensasi terhadap nyeri, tekanan dan perubahan temperatur (Chuan,
diantaranya yaitu untuk mengetahui gambaran lesi agar dapat dipelajari lebih dalam
tentang bagaimana gambaran dan kondisi luka yang terjadi. Terdapat beberapa
klasifikasi luka yang sering dipakai untuk mengklasifikasikan luka diabetes dalam
19
20
Hospital, University of Texas klasifikasi, klasifikasi PEDIS, dll. Tetapi tedapat dua
sistem klasifikasi yang paling sering digunakan, dianggap paling cocok dan mudah
Klasifikasi ini [Tabel 2.5] telah dikembangkan pada tahun 1970-an, dan
telah menjadi sistem penilaian yang paling banyak diterima secara universal dan
dimodifikasi oleh adanya infeksi (Stage B), iskemia (Stage C), atau keduanya
(Stage D). Sistem ini telah divalidasi dan digunakan pada umumnya untuk
mengetahui tahapan luka dan memprediksi hasil dari luka yang bisa cepat sembuh
1. Umur ≥ 60 tahun
usia tua, fungsi tubuh secara fisiologis menurun karena proses aging terjadi
2. Obesitas
Pada pasien obesitas dengan indeks masa tubuh atau IMT ≥ 23 kg/m2
(wanita) dan IMT ≥ 25 kg/m2 (pria) atau berat badan relatif (BBR) lebih dari 120
% akan lebih sering terjadi resistensi insulin. Apabila kadar insulin melebihi 10
sirkulasi darah sedang/besar pada tungkai yang menyebabkan tungkai akan mudah
21
22
3. Neuropati
Kadar glukosa darah yang tinggi semakin lama akan terjadi gangguan
mikrosirkulasi, berkurangnya aliran darah dan hantaran oksigen pada serabut saraf
yang mengakibatkan degenerasi pada serabut syaraf yang lebih lanjut akan terjadi
neuropati. Syaraf yang rusak tidak dapat mengirimkan sinyal ke otak dengan baik,
sehingga penderita dapat kehilangan indra perasa selain itu juga kelenjar keringat
4. Hipertensi
Hipertensi (tekanan darah (TD) > 130/80 mmHg) pada penderita diabetes
mellitus karena adanya viskositas darah yang tinggi akan berakibat menurunnya
aliran darah sehingga terjadi defesiensi vaskuler, selain itu hipertensi yang tekanan
darah lebih dari 130/80 mmHg dapat merusak atau mengakibatkan lesi pada 12
melalui proses adhesi dan agregasi trombosit yang berakibat vaskuler defisiensi
sehingga dapat terjadi hipoksia pada jaringan yang akan mengakibatkan terjadinya
ulkus diabetik.
sistemik dengan protein plasma termasuk hemoglobin dalam sel darah merah.
pengikatan oksigen oleh sel darah merah yang mengakibatkan hipoksia jaringan
yang selanjutnya terjadi proliferasi pada dinding sel otot polos subendotel. Kadar
glukosa darah tidak terkontrol ( gula darah puasa (GDP) > 100 mg/dl dan GD2JPP
23
> 144 mg/dl) akan mengakibatkan komplikasi kronik jangka panjang, baik
bermakna terhadap kejadian ulkus diabetik antara pasien DM yang rutin melakukan
kontrol gula darah dengan yang tidak rutin melakukan kontrol gula darah dengan
6. Kebiasaan Merokok
Kebiasaan merokok akibat dari nikotin yang terkandung di dalam rokok akan
Kadar trigliserida ≥ 150 mg/dl , kolesterol total ≥ 200 mg/dl dan HDL ≤ 45 mg/dl
sehingga suplai darah ke pembuluh darah menurun ditandai dengan hilang atau
berkurangnya denyut nadi pada arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea, kaki
23
24
menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal. Kelainan selanjutnya terjadi nekrosis
jaringan sehingga timbul ulkus yang biasanya dimulai dari ujung kaki atau tungkai.
sehingga akan memperbaiki kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah yang
Menurut Maryunani (2013), tanda dan gejala ulkus diabetik dapat dilihat
gringgingen).
penyembuhan luka secepat mungkin karena perbaikan dari ulkus kaki dapat
pengelolaan infeksi.
1) Penanganan iskemia
Perfusi arteri merupakan hal penting dalam proses penyembuhan dan harus
dinilai awal pada pasien UKD. Penilaian kompetensi vaskular pedis pada UKD
poplitea, tibialis posterior dan dorsalis pedis dapat dilakukan pada kasus UKD kecil
yang tidak disertai edema ataupun selulitis yang luas. Ulkus atau gangren kaki tidak
akan sembuh bahkan dapat menyerang tempat lain di kemudian hari bila
luas atau amputasi parsial. Beberapa tindakan bedah vaskular yang dapat dilakukan
bedah pintas terbuka (by pass). Berdasarkan penelitian, revaskularisasi agresif pada
tiga tahun sebesar 98%. Bedah bypass dilaporkan efektif untuk jangka panjang.
Kesintasan (survival rate) dari ekstremitas bawah dalam 10 tahun pada mereka yang
memakai prosedur bedah bypass lebih dari 90%. Penggunaan antiplatelet ditujukan
2) Debridemen
25
26
nekrotik, karena luka tidak akan sembuh bila masih terdapat jaringan nonviable,
debris dan fistula. Tindakan debridemen juga dapat menghilangkan koloni bakteri
pada luka. Saat ini terdapat beberapa jenis debridemen yaitu autolitik, enzimatik,
mekanik, biologik dan tajam. Debridemen dilakukan terhadap semua jaringan lunak
dan tulang yang nonviable. Tujuan debridemen yaitu untuk mengevakuasi jaringan
infeksi lokal. Debridemen yang teratur dan dilakukan secara terjadwal akan
3) Perawatan luka
Prinsip perawatan luka yaitu menciptakan lingkungan moist wound healing
atau menjaga agar luka senantiasa dalam keadaan lembab. Bila ulkus memproduksi
sekret banyak maka untuk pembalut (dressing) digunakan yang bersifat absorben.
Sebaliknya bila ulkus kering maka digunakan pembalut yang mampu melembabkan
ulkus. Bila ulkus cukup lembab, maka dipilih pembalut ulkus yang dapat
lokasi ulkus. Untuk pembalut ulkus dapat digunakan pembalut konvensional yaitu
kasa steril yang dilembabkan dengan NaCl 0,9% maupun pembalut modern yang
tersedia saat ini. Pemilihan pembalut yang akan digunakan hendaknya senantiasa
penatalaksanaan ulkus kronik dengan dasar neuropati. Tindakan ini bertujuan untuk
mengurangi tekanan pada telapak kaki. Tindakan offloading dapat dilakukan secara
parsial maupun total. Mengurangi tekanan pada ulkus neuropati dapat mengurangi
trauma dan mempercepat proses penyembuhan luka. Kaki yang mengalami ulkus
dimodifikasi sesuai dengan bentuk kaki dan lokasi ulkus. Metode yang dipilih untuk
off-loading tergantung dari karakteristik fisik pasien, lokasi luka, derajat keparahan
dan ketaatan pasien. Beberapa metode off loading antara lain: total non-weight
bearing, total contact cast, foot cast dan boots, sepatu yang dimodifikasi (half shoe,
wedge shoe), serta alat penyanggah tubuh seperti cruthes dan walker.
5) Penanganan bedah
Jenis tindakan bedah tergantung dari berat ringannya UKD. Tindakan elektif
ditujukan untuk menghilangkan nyeri akibat deformitas seperti pada kelainan spur
mencegah terjadinya ulkus atau ulkus berulang pada pasien yang mengalami
neuropati dengan melakukan koreksi deformitas sendi, tulang atau tendon. Bedah
bedah kuratif. Bedah emergensi adalah tindakan yang paling sering dilakukan, dan
dengan daerah infeksi yang luas atau adanya gangren gas. Tindakan bedah
27
28
6) Penanganan komorbiditas
lain harus dinilai dan dikelola melalui pendekatan tim multidisiplin untuk
mendapatkan hasil yang optimal. Komplikasi kronik lain baik mikro maupun
Kepatuhan pasien juga merupakan hal yang penting dalam menentukan hasil
pengobatan.
setiap hari, menggunakan alas kaki yang tepat, mengobati segera jika terdapat luka,
pemeriksaan rutin ke podiatri, termasuk debridemen pada kapalan dan kuku kaki
yang tumbuh ke dalam. Sepatu dengan sol yang mengurangi tekanan kaki dan kotak
yang melindungi kaki berisiko tinggi merupakan elemen penting dari program
pencegahan.
LAPORAN KASUS
I. Identitas pribadi
Umur : 63 tahun
29
No RM : 007280
Agama/suku : Islam
II. ANAMNESIS
Habitualis : merokok
29
30
Temperatur : 36,7o C
Data antropometri
a. Berat Badan : 80 Kg
Kulit
Kepala : Normal
d. Mulut :
Bibir : Lembab
Lidah : Bersih
Tonsil : T1-T2
g. Thoraks : normal
Paru
Jantung
h. Abdomen
Perkusi : Timpani
31
32
VIII. Follow UP
Hari / S O A P
Tanggal
Jumat Batuk (- BB : 80 DM tipe II + a. IVFD NaCl 0,9 %
30/03/2018 ) kg Ganggren 20 gtt/I makro
Demam TD : diabetikum + b. Inj Ceftriaxone 1
(-) 160/80 Hipertensi gr/12 jam
Sesak (- mmHg c. IVFD
) HR : metrodinazole / 8
Lemas 84 x/i jam
(+)
33
RR : 22 d. Inj Avidra 3 x 12
x/i IU
T : e. Inj Lantus 1 x 8 IU
36,5 oC f. Canderin 16 mg
1x1
g. Amlodipin 5 mg
1x1
33
34
i. Alprazolame 0,5 mg
1x1
j. Inj Cefepime / 12
jam
Selasa Badan BB : 80 DM tipe II + a. IVFD
03/04/2018 lemas kg Ganggren metrodinazole / 8
TD : diabetikum + jam
150/80 Hipertensi b. Inj Avidra 3 x 12 IU
mmHg c. Inj Lantus 1 x 8 IU
HR : d. Inj Ranitidine / 12
88 x/i jam
RR : 22 e. Inj Ondansentron /
x/i 12 jam
T : f. Canderin 16 mg 1x1
36,5 oC g. Amlodipin 5 mg 1x1
h. Leptika 2 x 1
i. Alprazolame 0,5 mg
1x1
j. Inj Cefepime / 12
jam
35
36
T : q. Amlodipin 5 mg 1x1
36,5 oC r. Leptika 2 x 1
s. Alprazolame 0,5 mg
1x1
t. Inj Cefepime / 12
jam
37