Vous êtes sur la page 1sur 26

PRESENTASI KASUS

CHF DENGAN DIABETES MELITUS TIPE 2 DAN HIPERTENSI


TERKONTROL PADA LAKI-LAKI USIA LANJUT DENGAN
KEKHAWATIRAN MENGENAI PENYAKITNYA DAN EFEK SAMPING
DARI BANYAKNYA OBAT YANG HARUS DIKONSUMSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat


Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Kedokteran Keluarga
PUSKESMAS TEGALREJO YOGYAKARTA

Disusun oleh
Rijal Mahdiy Pradana
20174012014

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN KELUARGA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2018

i
BAB I

A. Identitas
Nama : Tn. RH
Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 5 September 1946
Usia : 72 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Jl. AM Sangaji No.101
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
Status Perkawinan : Menikah
Pendidikan Terakhir : Perguruan Tinggi
No. RM : 023792
Kunjungan Puskesmas : 30 Mei 2018
Kunjungan Rumah : 3 Juni 2018
Jaminan Kesehatan : BPJS

B. Anamnesis
Anamnesis disease:
1. Keluhan Utama: Kontrol rutin kencing manis
2. Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta
untuk kontrol rutin kencing manis. Pasien mengeluhkan kedua kaki mengalami luka
yang timbul sejak 10 hari yang lalu karena pasien menggosokan batu ke kakinya.
Pasien mengetahui dirinya menderita kencing manis sejak dari tahun 2008.
Sebelumnya pasien sudah didiagnosis CHF grade 1 dan Hipertensi oleh dokter dengan
keluhan awal yang dirasakan pasien adalah mudah lelah ketika beraktifiatas, merasa
sering haus, sering lapar, sering buang air kecil terutama pada malam hari, berat
badan menurun. Pasien memeriksakan diri ke Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta dan
dokter mengatakan bahwa pasien memiliki gula darah tinggi, kemudian pasien
disarankan untuk mengubah gaya hidup, pola makan serta selalu cek gula darah dan
tensi tiap bulan.

1
3. Riwayat Penyakit Dahulu:

a. Riwayat penyakit jantung : (+) sejak 2007

b. Riwayat penyakit ginjal : (-)

c. Riwayat dm : (+) sejak 2008 sampai sekarang

d. Riwayat HT : (+) sejak 2007

4. Riwayat Penyakit Keluarga:

a. Riwayat hipertensi : (-)

b. Riwayat diabetes melitus : nenek dan ibu pasien

c. Riwayat stroke : (-)

d. Riwayat penyakit jantung : (-)

e. Riwayat penyakit ginjal : (-)

5. Review Anamnesis Sistem:

a. Kepala/leher : Tak ada keluhan.

b. Sistem pernapasan : Tak ada keluhan.

c. Sistem peredaran darah dan jantung : Tak ada keluhan.

d. Sistem pencernaan : Tak ada keluhan.

e. Sistem saluran kencing dan kelamin : Tak ada keluhan

f. Sistem persarafan : Tak ada keluhan.

A. Pemeriksaan Fisik

- Keadaan Umum : Compos Mentis, baik

1) Tanda-tanda Vital :

a. Tekanan Darah : 120/80 mmHg

b. Nadi : 75 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup.

2
c. Suhu badan : 36,6°C

d. Pernapasan : 20 x/menit

2) Antoprometri :

a. Tinggi Badan : 168 cm

b. Berat Badan : 60 kg

c. IMT : 21,26 kg/m² (Normal)

d. Status Gizi : Normal

- Keadaan Khusus :

1) Pemeriksaan Kepala

a. Bentuk kepala : Normocephal

b. Rambut :Lurus,warna hitam sebagian beruban

2) Pemeriksaan Mata : CA(-/-), SI (-/-), pupil isokor

3) Pemeriksaan Hidung : Sekret (-/-), epistaksis (-/-)

4) Pemeriksaan Telinga : Sekret (-/-)

5) Pemeriksaan Leher

a. Kelenjar tiroid : Tidak membesar

b. Kelenjar lnn : Tidak membesar, nyeri (-)

c. JVP : Tidak meningkat

6) Pemeriksaan Dada

a. Pulmo:

 Inspeksi: simetris, ketertinggalan gerak (-), deformitas (-),

retraksi (-)

 Palpasi: nyeri tekan (-), vokal fremitus ka=ki normal

 Perkusi: sonor pada seluruh lapang paru

3
 Auskultasi: suara dasar vesikuler (+/+) normal, ronkhi (-/-),

wheezing (-/-)

b. Cor:

 Inspeksi: ictus cordis tak tampak.

 Palpasi: ictus cordis teraba di SIC V.

 Perkusi: batas jantung  kanan atas: SIC II parasternal dextra.

Kanan bawah: SIC IV parasternal dextra. Kiri atas: SIC II

parasternal sinistra. Kiri bawah: SIC V linea midclavicula

sinistra

 Auskultasi: S1-S2 reguler, bising (-).

7) Pemeriksaan Abdomen:

a. Inspeksi: datar, distensi (-)

b. Auskultasi: bising usus (+) normal 10x/menit.

c. Perkusi: timpani pada seluruh lapang perut.

d. Palpasi: supel, nyeri tekan (-), hepar lien tak teraba.

8) Pemeriksaan Ekstrimitas:

Tabel 1. Pemeriksaan Ekstremitas

Superior Inferior
Dextra Sinistra Dextra Sinistra
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Edema - - - -
Akral Hangat Hangat Hangat Hangat
Kekuatan +5 +5 +5 +5

4
Refleks Fisiologis Normal Normal Normal Normal
Refleks Patologis - - - -
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Meningeal Signs - - - -

B. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 2. Monitoring Kadar Glukosa Darah

No Waktu Gula Darah (mg/dL)


Pemeriksaan
GDP GD2PP
1 April 158 223
2 Mei 134 203
3 Juni 78 184
(Sumber: Data yang di bawa pasien)

E. Diagnosis

CHF dangan Diabetes Melitus tipe 2 dan hipertensi terkontrol

F. Terapi

1. Farmakologi :
 DM  CHF
- Novomix 30 Flexpen - Cefixime 100mg
- Lansoprazole 30mg - Calos 500mg
- Folic acid 1mg - V-Bloc
- Acarbose 50mg - Candesartan cilexetil 8mg
- Furosemide 40mg
- Warfarin 2mg
- Alopurinol 100mg

2. Non Farmakologi :
- Pengaturan diet DM, Hipertensi, dan CHF
- Olahraga.

5
G. Usulan/Saran

1. Laboratorium : Kolesterol total, HDL , LDL, dan trigliserid, asam urat, ureum,

creatinin

2. Konsultasi bagian gizi.

3. Konsultasi bagian psikologi

2
BAB II
ANALISIS KEDOKTERAN KELUARGA

A. Anamnesis Illness

Illness merupakan keaadaan sakit yang dirasakan oleh manusia yang didapat dari
penyakit tersebut (bersifat subyektif).Illness terdiri dari empat komponen berupa
perasaan, ide atau pemikiran, harapan pasien terhadap penyakit yang dialami, dan efek
penyakit terhadap fungsi atau kehidupan sehari-hari pasien.

Tabel 3. Anamnesis Illness

KOMPONEN PASIEN
1. Perasaan Saat pasien mengetahui dirinya terkena kencing
manis ia merasa khawatir jika gula darahnya tinggi
takut penyakitnya tambah parah, padahal selama ini
sudah minum obat dan mengubah gaya hidup.
2 Ide/Pemikiran Pasien memiliki ketakutan tentang efek samping
dari banyaknya obat yang di konsumsi.
3 Harapan Pasien menginginkan agar obat yang diminum
dikurangi jumlahnya
4 Efek terhadap Pasien merasa aktivitasnya terbatas karena sering
fungsi merasa mudah lelah.

3
B. Perangkat Penilaian Keluarga

1. Genogram Keluarga ( Family genogram )

GENOGRAM KELUARGA
Tanggal Pembuatan : 03 Juni 2018

Legenda:
B = Breadwinner = Laki-laki
C = Caregiver
D = Decision Maker = Perempuan
DM = Diabetes Mellitus = Pasien
= Tinggal bersama

2. Bentuk Keluarga (Family Structure)


Bentuk keluarga pasien ini adalah extended family. Keluarga inti dengan tambahan
keluarga lain.

3. Tahapan Siklus Kehidupan Keluarga (Familiy Life Cycle)


Keluarga ini adalah families in later life karena telah terjadi regenerasi dan pertukaran
peran dari pasangan yang tua ke pasangan dewasa.

4
4. Peta Keluarga (Family Map)

Tn.RH

Tn.KT P Ny.
N

Keterangan :
: Baik fungsional

: Laki-laki

: Perempuan

5 APGAR keluarga (Family APGAR)

Merupakan salah satu cara yang digunakan sebagai skrining awal untuk melihat
adanya disfungsi keluarga dengan menilai 5 fungsi pokok keluarga.

Tabel 4. Family APGAR

Respon
Kadang- Hampir
Kriteria Pertanyaan Hampir
kadang tidak
selalu (2)
(1) pernah (0)
Saya puas karena saya dapat
Adaptasi kembali pada keluarga saya jika √
saya menghadapi masalah.
Saya puas dengan cara keluarga
Kemitraan √
saya membahas serta membagi

5
masalah dengan saya.
Saya puas dengan kebebasan yang
diberikan keluarga saya untuk
Pertumbuhan
mengembangkan kemampuan yang

saya miliki.
Saya puas dengan kehangatan/kasih
Kasih saying sayang yang diberikan keluarga √
saya.
Saya puas dengan waktu yang
Kebersamaan disediakan keluarga untuk menjalin √
kebersamaan.
Skor Total 10

8-10= fungsi keluarga baik (Highly functional family)


Klasifikasi 4-7 = fungsi keluarga kurang baik (Moderately dysfunctional family)
0-3 = keluarga tidak fungsional (Severely dysfunctional family)
Berdasarkan skor APGAR keluarga pasien tergolong dalam keluarga dengan
Kesimpulan:
fungsi keluarga baik.

6. SCREEM keluarga (Family SCREEM)


Tabel 5. Family SCREEM
Aspek
Sumber Daya Patologis
SCREEM
Hubungan pasien dengan -
suami, keluarga, tetangga
Social sekitar baik.

Pasien lebih percaya dokter


Cultural dibandingkan pengobatan -
herbal.
Pasien agama islam dan
Religious -

6
sholat 5 waktu.
Pasien sekolah dan sering -
Educational kontrol sehingga pemahaman
tentang penyakitnya baik.
Kebutuhan materi pasien dari -
Economic anak-anaknya dirasa cukup
untuk keperluannya.
Pasien memiliki jaminan

Medical kesehatan BPJS -


Akses ke puskesmas mudah

7. Perjalanan hidup keluarga (Family Life Line)

Tabel 6. Family Life Line

Usia
Tahun Life Events/Crisis Severity of Illness
(Tahun)

2008 Terdiagnosis DM Tidkkkk

8. Lingkungan Tempat Tinggal


a. Keadaan Rumah
1. Lokasi : Rumah pasien terletak di Jl. AM Sangaji No.10. Rumah pasien
termasuk di kawasan padat penduduk dan jarak antar rumah berdekatan.
2. Kondisi rumah : Pasien tinggal dirumah permanen dengan luas rumah ±18m
x 15 m. Rumah merupakan kepemilikan pasien. Rumah pasien memiliki
halaman kecil dengan beberapa tanaman dalam pot, garasi, rumah
berdinding tembok, berlantai keramik, beratap genteng yang terdiri dari ruang
tamu, ruang tengah, kamar tidur, kamar mandi, dapur, tempat cuci baju dan
halaman belakang. Kondisi rumah cukup bersih dan rapi dengan ventilasi dan
penerangan baik. Setiap hari pasien membersihkan dan merapikan rumah.
3. Pencahayaan : Cahaya yang masuk ke seluruh ruangan rumah cukup baik
dengan jendela dan ventilasi yang memadai.
4. Sanitasi Dasar :
7
- Persediaan air bersih: Sumber air minum, memasak, mandi dan mencuci
berasal dari air sumur.
- Jamban keluarga: Memiliki 2 jamban keluarga di dalam rumah berupa
WC jongkok.
- Sarana pembuangan air limbah: Limbah kamar mandi dan dapur dialirkan
ke dalam saluran menuju selokan bagian belakang rumah. Septic tank
berada pada bagian belakang rumah. Jarak septic tank jengan sumur
kurang dari 10 meter.
- Tempat pembuangan sampah: Terdapat tempat pembuangan sampah di
belakang dan depan rumah.

5. Denah Rumah

9. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

8
Tabel 7. Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

No. Indikator PHBS Jawaban


1 Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Ya
2 Pemberian ASI eksklusif pada bayi usia 0 – 6 bulan Tidak
3 Menimbang berat badan balita setiap bulan Tidak
4 Menggunakan air bersih yang memenuhi syarat kesehatan Ya
5 Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun Ya
6 Menggunakan jamban sehat Ya
7 Melakukan pemberantasan sarang nyamuk di rumah dan Ya
lingkungannya sekali seminggu
8 Mengkonsumsi sayuran dan atau buah setiap hari Ya
9 Melakukan aktivitas fisik atau olahraga Tidak
10 Tidak Merokok Ya
Kesimpulan: Berdasarkan jumlah nilai identifikasi PHBS, rumah tangga
pasien tergolong keluarga berperilaku hidup bersih dan sehat.

C. Diagnosis Holistik

CHF dengan Diabetes melitus tipe 2 dan hipertensi terkontrol pada laki-laki usia lanjut
dengan kekhawatiran mengenai penyakitnya dan efek samping dari banyaknya obat yang
harus dikonsumsi

D. Penatalaksanaan Komprehensif

1. Promotif
Edukasi kepada pasien dan minimal 1 anggota keluarga yang tinggal berdekatan
atau tetangga dekat pasien mengenai:
a. Gambaran diabetes melitus sebagai penyakit kronis yang dapat dikontrol dan
tergantung pada pasien, bukan nasib. Ditekankan bahwa DM dan hipertensi tidak
dapat sembuh, namun dapat dikontrol.

9
b. Gambaran penyebab, gejala, faktor risiko, komplikasi serta penggelolaan DM dan
Hipertensi.
c. Pentingnya gaya hidup sehat secara berkesinambungan untuk mengendalikan DM
dan hipertensi, yaitu makanan gizi seimbang, aktifitas fisik teratur, dan pola
istirahat yang cukup.
d. Pentingnya minum obat dan kontrol ke dokter sekaligus monitoring kadar gula
darah dan tekanan darah minimal sebulan sekali. Lebih baik jika dilakukan
penilaian HbA1c 3 bulan sekali atau minimal 2 kali setahun, serta cek profil lipid
e. Pentingnya dukungan keluarga dalam pengelolaan penyakit pasien.

2. Preventif
a. Mengatur pola makan dengan memperbanyak konsumsi sayur dan buah serta
mengurangi konsumsi makanan/minuman manis.
b. Pasien melakukan aktivitas fisik secara teratur 3-5 kali/minggu selama 30 menit.
Lebih baik bila diikuti senam kaki diabetes setiap pagi.
c. Pasien beristirahat cukup minimal 6-8 jam/hari.
d. Melakukan monitoring gula darah sebulan sekali disertai kontrol ke dokter dan
minum obat teratur.
e. Pasien berkonsultasi dengan ahli gizi untuk pengelolan makanan terkait dengan
DM dan hipertensi pasien, terutama mengenai 3J (Jenis, Jadwal, Jumlah) dan
kurangi makanan asin
f. Mendapatkan konseling CEA (Catharsis-Education-Action) atas kekhawatiran
dan kekurangpahaman pasien terhadap penyakitnya.
g. Screening anggota keluarga untuk penyakit diabetes melitus.

3. Kuratif
- Farmakologi :
o Pengobatan DM tipe II yaitu Novomix 30 Flexpen, Acarbose
50mg
o Hipertensi yaitu Candesartan Cilexetil 8mg
o CHF yaitu V-Bloc (Carvedilol) 25mg, furosemide 40mg, Warfarin
2mg
- Non farmakologi : Pengaturan diet dm dan hipertensi, olahraga.
4. Rehabilitatif : Pada pasien ini belum memerlukan terapi rehabilitatif.
10
5. Paliatif : Pada pasien ini belum memerlukan terapi paliatif.

E. Pembahasan

Diagnosis klinis pada pasien ini adalah diabetes mellitus tipe 2. Diagnosis
tersebut didapatkan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien.
Dari hasil anamnesis pasien menderita diabetes melitus sudah 10 tahun dan orang tua
pasien juga mengalami hal serupa.
Diagnosis psikososial pada pasien ini adalah laki-laki usia lanjut dengan
kekhawatiran mengenai penyakitnya dan efek samping dari banyaknya obat yang
harus dikonsumsi. Diagnosis tersebut didapatkan berdasarkan hasil anamnesis illness
dimana pasien merasa khawatir dengan penyakitnya, selain itu juga dari hasil
penilaian menggunakan perangkat penilaian keluarga, dimana pada peta keluarga
dapat dilihat bahwa pasien memiliki hubungan yang baik atau hubungan fungsional
dengan anggota keluarganya, kemudian dari fungsi keluarga (Family APGAR)
didapatkan skor 10, penilaian sumber daya keluarga pun menunjukan hasil yang
positif pada semua aspek, dan yang terakhir dari indikator perilaku hidup bersih dan
sehat menunjukkan bahwa keluarga Tn. RH menerapkan perilaku hidup bersih dan
sehat didalam kehidupannya.

F. Penerapan Prinsip Kedokteran Keluarga

1. Primary Care : Prinsip ini sudah diterapkan pada pasien ini, dengan pasien datang

berobat ke puskesmas sebagai fasilitas layanan kesehatan primer.

2. Personal Care : Pelayanan yang diberikan memberikan kenyamanan kepada pasien.

3. Holistik Care : Dalam menanganin pasien tidak hanya pada aspek klinis saja, namun

secara menyeluruh pada aspek psikososial, budaya hingga spiritual.

4. Comprehensive care : Dalam menangani kasus pada pasien ini, dilakukan

penatalaksanaan secara menyeluruh mulai dari promotif, preventif, kuratif.

Penatalaksanaan secara rehabilitative dan paliatif belum diperlukan dalam kasus ini.

11
5. Continuing care : Prinsip ini diterapkan dengan cara memonitoring keadaan pasien

dan mencatatnya dalam rekam medis, sehingga perkembangan pasien dapat selalu

dipantau secara berkelanjutan.

6. Emphasis on Preventive Medicine : Penekanan pada upaya pencegahan penyakit pada

kasus inidilakukan dengan memberikan edukasi mengenai penyakit yang diderita

pasien.

7. Patient-centered Care, Family Focused and Community-oriented Care : Pada kasus ini

telah dilakukan eksplorasi mengenai aspek disease dan illness pada pasien, serta

dilakukan penilaian mengenai fungsi keluarga.

8. Collaborative Care : Pada pasien ini dapat dilakukan kolaborasi dengan bidang lain.

G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan kasus, analisis catatan medis, dan kunjungan rumah dapat
ditarik kesimpulan bahwa diagnosis pasien yaitu CHF dengan Diabetes melitus tipe 2
dan hipertensi terkontrol pada laki-laki usia lanjut dengan kekhawatiran mengenai
penyakitnya dan efek samping dari banyaknya obat yang harus dikonsumsi

H. Saran
1. Bagi Pasien
- Selalu menjaga pola makan
- Olahraga rutin 30 menit sehari
- Pertahankan kontrol rutin ke Puskesmas agar gula darah dan tensi tetap
terkontrol
2. Bagi Puskesmas
Terus melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara menyeluruh
dengan promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif.

12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Definisi
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja
insulin atau kedua - duanya.

2. Patogenesis Diabetes Melitus tipe 2


Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas
telah dikenal sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe – 2 Belakangan
diketahui bahwa kegagalan sel beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada yang
diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel beta, organ lain seperti:
jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel
alpha pancreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan
otak (resistensi insulin), ke semuanya ikut berperan dalam menimbulkan
terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM tipe - 2. Delapan organ penting
dalam gangguan toleransi glukosa ini (ominous octet) penting dipahami karena
dasar patofisiologi ini memberikan konsep tentang:
1. Pengobatan harus ditunjukan guna memperbaiki gangguan patogenesis,
bukan hanya untuk menurunkan HbA1c saja.
2. Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas kinerja obat
pada gangguan multiple dari patofisiologi DM tipe 2.
3. Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau
memperlambat progresivitas kegagalan sel beta yang sudah terjadi pada
penyandang gangguan toleransi glukosa.

13
3. Klasifikasi

4. Diagnosis
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah.
Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat
dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan
glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria.
Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya
DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti :
 Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
 Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita.

14
Tabel 2. Kriteria Diagnosis DM

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM


digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi: toleransi glukosa terganggu
(TGT) dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT).
 Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa
antara 100 - 125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 - jam <140 mg/dl.
 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 - jam
setelah TTGO antara 140 -199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100 mg/dl.
 Bersama - sama didapatkan GDPT dan TGT.
 Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c
yang menunjukkan angka 5,7 - 6,4%.

Tabel 3. Kadar tes laboratorium darah untuk diagnosis diabetes dan prediabetes.

15
Pemeriksaan Penyaring dilakukan untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus Tipe – 2
dan prediabetes pada kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan gejala klasik DM
yaitu:
1. Kelompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh [IMT] ≥23 kg/m2) yang
disertai dengan satu atau lebih faktor risiko sebagai berikut :
a. Aktivitas fisik yang kurang.
b. First - degree relative DM (terdapat faktor keturunan DM dalam keluarga).
c. Kelompok ras/etnis tertentu.
d. Perempuan yang memiliki riwayat melahirkan bayi dengan BBL>4 kg atau
mempunyai riwayat diabetes melitus gestasional (DMG).
e. Hipertensi (≥140/90 mmHg atau sedang mendapat terapi untuk hipertensi).
f. HDL <35 mg/dL dan atau trigliserida >250 mg/dL.
g. Wanita dengan sindrom polikistik ovarium.
h. Riwayat prediabetes.
i. Obesitas berat, akantosis nigrikans.
j. Riwayat penyakit kardiovaskular.

2. Usia >45 tahun tanpa faktor risiko di atas.

Pada keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak tersedia fasilitas pemeriksaan TTGO,
maka pemeriksaan penyaring dengan mengunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler,
diperbolehkan untuk patokan diagnosis DM. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya
perbedaan hasil pemeriksaan glukosa darah plasma vena dan glukosa darah kapiler.

Tabel 4. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan
diagnosis DM (mg/dl).

16
5. Penatalaksanaan Diabetes melitus tipe 2
Berdasarkan PERKENI (2015) penatalaksanaan diabetes melitus tujuan
penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang diabetes.
Tujuan penatalaksanaan meliputi :
a. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup,
dan mengurangi risiko komplikasi akut.
b. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
c. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan morta litas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan
darah, berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.

Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus adalah memenuhi anjuran:
 Mengikuti pola makan sehat.
 Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur
 Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara aman dan
teratur.
 Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan memanfaatkan hasil
pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan.
 Melakukan perawatan kaki secara berkala.
 Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan
tepat.
 Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau bergabung
dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga untuk mengerti
pengelolaan penyandang DM.
 Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

Intervensi farmakologis jika sasaran glukosa darah belum tercapai dengan


pengaturan makan dan latihan jasmani mengunakan Obat Hipoglikemik Oral (OHO).
Berdasarkan cara kerjanya, OHO dibagi menjadi 4 golongan:
 Pemicu sekresi insulin (insulin secretagogue): sulfonylurea dan glinid

17
 Penambah sensitivitas insulin: metformin, tiazolidindion (rosiglitazon dan
pioglitazon)
 Penghambat glukoneogenesis: metformin
 Penghambat glukosidase alfa (acarbose)
Insulin, jika terjadi:
 Penurunan berat badan cepat
 Hiperglikemia berat disertai ketosis
 Ketoasidosis diabetic
 Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
 Hiperglikemia dengan asidosis laktat
 Gagal dengan kombinasi OHO dosis hampir maksimal
 Stres berat (infeksi sistemik, operasi besar, IMA, stroke)
 Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional

Tabel 5. Obat hipoglikemik oral dan insulin terhadap penurunan HbA1c

18
Bagan 1. Algoritme pengelolaan DM tipe 2.

5. Kriteria Pengendalian Diabetes Melitus


Didasarkan pada hasil pemeriksaan kadar glukosa, kadar HbA1C, dan profil
lipid. Definisi DM yang terkendali baik adalah apabila kadar glukosa darah, kadar
lipid, dan HbAlc mencapai kadar yang diharapkan, serta status gizi maupun tekanan
darah sesuai target yang ditentukan. Kriteria keberhasilan pengendalian DM dapat
dilihat pada tabel berikut:

19
Tabel 6. Sasaran pengendalian DM.

20
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA). 2014. Standart of Medical Care in Diabetes.


Diabetes care vol 37, Supplement 1.
PERKENI. 2015. Konsensus Diabetes Melitus type 2 di Indonesia. Jakarta : Penerbit
Pengurus besar PEKENI.
PERMENKES RI. 2014. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nome 5 Tahun
2014 tentang Panduan Praktis Klinis Bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Suryono, 2009. Diabetes Melitus di Indonesia. Buku Aja Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Jakarta: Internal Pablishing.hal.1877.

21

Vous aimerez peut-être aussi