Vous êtes sur la page 1sur 104

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.

S DENGAN CEMAS
SEDANG DI DUKUH KARANGTALUN RT 07 RW 14 DESA
KARANGTALUN KECAMATAN TANON
KABUPATEN SRAGEN

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Menyelesaikan


Pendidikan Program Diploma III Keperawatan

Oleh :

NURUL HIDAYAH
NIM. 2011.1429

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)


PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
LEMBAR PERSETUJUAN

Penelitian dengan judul “Kajian Asuhan Keperawatan Pada Ny.S dengan Cemas
Sedang di Dukuh Karangtalun RT 07 RW 14 Desa Karangtalun Kecamatan Tanon
Kabupaten Sragen” telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan dihadapan
Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah Program DIII Keperawatan
STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh :

NURUL HIDAYAH
NIM. 2011.1429

Pada :

Hari : Jum’at
Tanggal : 4 Juli 2014

Mengetahui,

ii
LEMBAR PENGESAHAN

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN CEMAS


SEDANG DI DUKUH KARANGTALUN RT 07 RW 14 DESA
KARANGTALUN KECAMATAN TANON
KABUPATEN SRAGEN

Disusun Oleh :

NURUL HIDAYAH
NIM. 2011.1429

Karya Tulis Ilmiah ini telah diseminarkan dan diujikan


Pada : Jum’at, 4 Juli 2014

Susunan Tim Penguji :

iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ILMIAH

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang

berjudul :

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN CEMAS


SEDANG DI DUKUH KARANGTALUN RT 07 RW 14 DESA
KARANGTALUN KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa, tugas akhir ini karya

saya sendiri (ASLI). Dan isi dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan oleh orang lain atau kelompok lain untuk memperoleh gelar

akademis disuatu Institusi Pendidikan, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak

terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis dan atau diterbitkan oleh orang

lain atau kelompok lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan

disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 4 Juli 2014

Nurul Hidayah
NIM. 2011.1429

iv
INTISARI

KAJIAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S DENGAN CEMAS SEDANG


DI DUKUH KARANGTALUN RT 07 RW 14 DESA KARANGTALUN
KECAMATAN TANON KABUPATEN SRAGEN

Nurul Hidayah1, Ida Resminawati2, Weni Hastuti3

Latar Belakang: Cemas adalah suatu perasaan khawatir terhadap sesuatu yang
buruk akan terjadi dan merasa tidak nyaman seperti ada ancaman yang disertai
gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, tangan
gemetaran. Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan
jiwa. Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, menunjukkan
prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan
depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti terdapat 1.740.000
orang saat ini mengalami gangguan mental emosional. Banyak orang yang tidak
menyadari jika mereka mungkin mengalami masalah kesehatan jiwa, karena
masalah kesehatan jiwa bukan hanya gangguan jiwa berat saja, justru gejala
seperti depresi dan cemas kurang dikenali masyarakat sebagai masalah
kesehatan jiwa.
Tujuan: Mendiskripsikan asuhan keperawatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan pada klien dengan gangguan cemas sedang.
Metode Penelitian: Studi ini menggunakan metode diskriptif dengan desain studi
kasus. Subjek pengambilan kasus ini adalah Ny. S yang mengalami cemas
sedang dilakukan pada tanggal 13-14 Mei 2014 pada pukul 16.00 WIB di dukuh
Karangtalun RT 07 RW 14 desa Karangtalon Kecamatan Tanon kabupaten
Sragen.
Hasil penelitian: Evaluasi tindakan yang telah dilakukan dalam memberikan
asuhan keperawatan, Ny.S dapat mempraktekkan tarik nafas dalam dan
bercakap-cakap dengan orang lain untuk menurunkan cemas, Ny.S tampak lebih
tenang, Ny.S berbicara dengan tenang.
Kesimpulan: Klien antusias menggali aktivitas yang dapat dilakukannya untuk
mengurangi cemas seperti mengikuti kegiatan-kegiatan didesanya, keluarga ikut
berperan aktif dalam membantu menurunkan kecemasan klien untuk
menentukan aktivitas yang dapat digunakan klien dalam menurunkan cemas
secara adaptif.

Kata kunci : Psikososial, cemas sedang

1. Mahasiswa Program D III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta


2. Pembimbing II Diploma III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Pembimbing I Diploma III Keperawatan PKU Muhammadiyah Surakarta

v
ABSTRACT

STUDY ON CARE NURSING NY.S GOING TO AID


IN HAMLET KARANGTALUN RT 07 RW 14 COUNTRY KARANGTALUN
SUB TANON REGENCY SRAGEN

Nurul Hidayah1, Ida Resminawati2, Weni Hastuti3

Background: Aid is a feeling of worry that something bad will happen and feel
uncomfortable as it is accompanied by threats of physical symptoms such as
heart palpitations, cold sweat, hands trembling. Currently more than 450 million
people worldwide were living with the disorder of the soul. In Indonesia, based on
data Riskesdas in 2007, showed the prevalence of mental disorders such as
anxiety disorders and emotional depression of 11.6% of the adult population.
Means there are 1.74 million people currently suffer from a mental disorder
emotional. Many people are not aware if they may suffer health problems of the
soul, because the soul is not only a health problem of mental disorders weight
alone, thus symptoms such as depression and anxiety is less known to the public
as a matter of sanity.
Purpose: describe the nursing care using the nursing process approach to
clients with anxiety disorders are.
Research Methods: This study used a descriptive method with a case study
design. Subjects taking this case is mrs. S is experiencing anxiety being done on
13 to 14 May 2014 at 16.00 hrs at the hamlet Karangtalun RT 07 RW 14 rural
counties SRAGEN Karangtalon Sub Tanon.
Results: Evaluation of the actions that have been done in providing nursing care,
Ny.S can practice breathing in and talking with other people to reduce anxiety,
Ny.S seem more calm, talk calmly Ny.S.
Conclusion: Client enthusiastic digging activity could do to reduce anxiety as
follows didesanya activities, family follow an active role in helping to reduce
anxiety client to determine the client's activity can be used to reduce anxiety is
adaptive.

Keywords: Psikosocial, Aid Medium.

1. The Student Nursing Program DIII PKU Muhammadiyah Surakarta


2. Diploma Nursing Supervisor II PKU Muhammadiyah Surakarta
3. Diploma Nursing Supervisor I PKU Muhammadiyah Surakarta

vi
MOTTO

Sebaik-baiknya manusia adalah orang yangdapat bermanfaat bagi orang lain.

Allah tidak memberi apa yang kamu inginkan, tetapi allah memberi apa yang
kamu butuhkan.

Kesibukan duniamu tidak akan menyelamatkan diakhiratmu.

Janganlah engkau sibuk mencari kejelekan orang lain tetapi sibuklah bercermin
untuk memperbaiki diri sendiri.

Mulailah harimu dengan senyum dan semangat, karena senyum dan semangat
dapat menumbuhkan jiwa yang baru.

”Yang terpenting dalam hidup ini, bukanlah berapa lama kita hidup, melainkan
berapa banyak amal perbuatan yang telah kita berikan kepada orang lain”

vii
PERSEMBAHAN

Karya tulis ilmiah ini kupersembahkan kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberi jalan petunjuk serta

kemudahan untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Bapak, ibu yang telah memberikan do’a, semangat dan

bantuan materiil selama ini kepadaku sampai menjelang

wisuda.

3. Adik-adikku tercinta Rika Qomariah, Arif Hidayat, Umi

Hana Nurhayati yang telah memberikan do’a, semangat

serta dukungannya.

4. Sahabatku “Lusiana Dian Pratiwi dan Rofiatul Laia Ulfa,

terima kasih karena kalian selalu menemaniku,

memberiku masukan serta support. Makasih untuk

semuanya….

5. Teman-teman seperjuanganku tingkat III yang saya

sayangi dengan penuh semangat hingga kita semua dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan lancar.

6. Almamaterku STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta.

7. Para pembaca yang budiman.

viii
KATA PENGANTAR

Dengan segala puji syukur alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberi kekuatan,

ketabahan, kemudahan dalam berfikir untuk menyelesaikan penelitian ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk menempuh

ujian akhir program pendidikan D III Keperawatan STIKES PKU Muhammadiyah

Surakarta.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih

mengalami banyak kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, arahan,

dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka kesulitan maupun hambatan

tersebut dapat teratasi. Untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati,

penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Weni Hastuti, S.Kep.,M.Kes, selaku ketua STIKES PKU Muhammadiyah

Surakarta dan dosen pembimbing I, dengan sabar dan bijaksana membantu dan

menyumbangkan ide-idenya dalam mengoreksi, merevisi serta melengkapi

dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

2. Cemy Nur Fitria, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII

keperawatan.

3. Ida Resminawati, S.Kep.Ns, selaku Ketua Pelaksana Biro Karya Tulis Ilmiah

(KTI) STIKES PKU Muhammadiyah Surakarta dan dosen pembimbing II,

dengan sabar dan bijaksana membantu dan menyumbangkan ide-idenya dalam

ix
mengoreksi dan merevisi serta melengkapi dalam penyusunan karya tulis

ilmiah ini.

4. Bapak dan Ibuku tercinta yang senantiasa membimbing dan mendoakan

keberhasilanku dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Teman-teman sealmamater, terima kasih untuk semuanya, atas semangat dan

kekompakannya selama ini, baik dalam suka maupun duka.

6. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dengan keterbatasan pengetahuan, kemampuan

dan waktu yang penulis miliki, masih banyak kekurangan dalam penulisan

penelitian ini. Untuk itu saran dan kritik yang membangun dari semua pihak

sangat diharapkan. Penulis berharap penelitian ini dapat bermanfaat bagi pihak-

pihak yang terkait, kalangan akademisi dan masyarakat yang berminat terhadap

ilmu keperawatan.

Surakarta, 4 Juli 2014

Penulis

x
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ ii

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ iii

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ...................................... iv

ABSTRAK ......................................................................................................... v

ABSTRACT ....................................................................................................... vi

MOTTO .............................................................................................................. vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ ix

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xiv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ........................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Tujuan ............................................................................................ 3

C. Manfaat .......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 5

A. Tinjauan Teori ................................................................................ 5

B. Asuhan Keperawatan Klien dengan Ansietas ................................ 11

xi
C. Pathway .......................................................................................... 37

BAB III METODE STUDI KASUS ................................................................... 38

A. Desain Studi Kasus ........................................................................ 38

B. Tempat dan Waktu Studi Kasus ..................................................... 38

C. Subjek Studi Kasus ........................................................................ 38

D. Instrumen ....................................................................................... 39

E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 41

BAB IV RESUME DAN PEMBAHASAN ........................................................ 43

A. RESUME ....................................................................................... 43

B. PEMBAHASAN ............................................................................ 57

BAB V PENUTUP ........................................................................................... 65

A. SIMPULAN ................................................................................... 65

B. SARAN .......................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

xii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Rentang Respon Ansietas.................................................... 5

Gambar 2.2. Pathway atau Kerangka Teori ............................................. 37

Gambar 4.1 Genogram ............................................................................ 44

Gambar 4.2 Pohon Masalah .................................................................... 49

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar konsultasi

Lampiran 2. Asuhan Keperawatan

xiv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nurul Hidayah

Tempat Tanggal Lahir : Grobogan, 16 Oktober 1993

Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Klambu RT 04 RW IV Kecamatan Klambu Kabupaten

Grobogan Jawa Tengah

Riwayat Pendidikan

1. 1999-2005 : SDN 1 KLAMBU

2. 2005-2008 : SMPN 1 GROBOGAN

3. 2008-2011 : SMAN 1 GODONG

4. 2011- Sekarang : STIKES PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA

xv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa telah menjadi masalah kesehatan global bagi hampir

setiap negara, dimana proses globalisasi dan pesatnya kemajuan teknologi

informasi memberi dampak terhadap nilai-nilai sosial dan budaya masyarakat.

Sementara itu, tidak semua orang memiliki kemampuan yang sama untuk

menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan tersebut. Sayangnya, banyak

orang yang tidak menyadari jika mereka mungkin mengalami masalah

kesehatan jiwa, karena masalah kesehatan jiwa bukan hanya gangguan jiwa

berat saja, justru gejala seperti depresi dan cemas kurang dikenali masyarakat

sebagai masalah kesehatan jiwa.

Saat ini lebih dari 450 juta penduduk dunia hidup dengan gangguan

jiwa. Di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas tahun 2007, menunjukkan

prevalensi gangguan mental emosional seperti gangguan kecemasan dan

depresi sebesar 11,6% dari populasi orang dewasa. Berarti dengan jumlah

populasi orang dewasa Indonesia lebih kurang 150.000.000 terdapat 1.740.000

orang saat ini mengalami gangguan mental emosional (Dinkes Jateng : 2013).

Kecemasan berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah

adanya objek atau sumber yang spesifik dan dapat diidentifikasi serta dapat

dijelaskan oleh individu. Rasa takut terbentuk dari proses kognitif yang

melibatkan penilaian intelektual terhadap stimulus yang mengancam.

1
2

Ketakutan disebabkan oleh hal yang bersifat fisik dan psikologis ketika

individu dapat mengidentifikasi dan menggambarkannya. Kecemasan terjadi

sebagai akibat dari ancaman terhadap harga diri atau identitas diri yang sangat

mendasar bagi keberadaan individu. Kecemasan dikomunikasikan secara

interpersonal dan merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, menghasilkan

peringatan yang berharga dan penting untuk upaya memelihara keseimbangan

diri dan melindungi diri (Suliswati et all., 2005: 108).

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan dengan tehnik

wawancara dengan 5 orang, didapatkan data: 1) terdapat pemahaman

masyarakat yang salah antara cemas disamaartikan dengan rasa takut, 2)

Respon yang terjadi, masyarakat belum dapat mengidentifikasi tanda dan

gejala cemas, masyarakat cenderung mengabaikan cemas sampai cemas itu

hilang sendiri, 3) Masyarakat belum memahami resiko kecemasan jika cemas

tidak terselesaikan. 4) Masyarakat juga belum mengetahui cara untuk

mengatasi cemas ketika cemas datang kembali.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, karya tulis dengan

judul “Kajian Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan Cemas Sedang Dukuh

Karangtalun RT 07 RW 14 Desa Karangtalun Kecamatan Tanon Kabupaten

Sragen” sehingga perlu dilakukan untuk menggambarkan lebih dalam.


3

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendiskripsikan asuhan keperawatan dengan menggunakan

pendekatan proses keperawatan pada klien dengan gangguan cemas

sedang.

2. Tujuan Khusus

a. Mendiskripsikan pengkajian pada klien dengan cemas sedang.

b. Mendiskripsikan diagnosa keperawatan pada klien dengan cemas

sedang.

c. Mendiskripsikan rencana keperawatan pada klien dengan cemas

sedang.

d. Mendiskripsikan implementasi keperawatan pada klien dengan cemas

sedang.

e. Mendiskripsikan evaluasi pada klien dengan cemas sedang.

f. Menganalisa asuhan keperawatan dengan menggunakan pendekatan

proses keperawatan pada klien dengan gangguan cemas sedang

ditinjau dari teori yang ada.

C. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu

pengetahuan para pembaca terutama mengenai kajian asuhan keperawatan

dengan cemas sedang.


4

2. Aspek Praktis

a. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai

acuan untuk menambah kepustakaan dan sebagai sumber data

penelitian yang sejenis khususnya kajian asuhan keperawatan dengan

gangguan cemas.

b. Bagi Penulis

Bagi penulis, kegiatan ini merupakan kegiatan yang dapat

menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan kajian

asuhan keperawatan pada klien dengan cemas sedang.

c. Bagi Klien

Diharapkan klien dapat menerapkan asuhan keperawatan

dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada gangguan

cemas sedang. Sehingga jika sewaktu-waktu cemas muncul, klien

dapat melakukan aktivitas yang dapat mengurangi cemas.

d. Bagi mahasiswa

Untuk menambah ilmu pengetahuan yang dapat diterapkan

dalam memberikan asuhan keperawatan kelak.

e. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menambah referensi bagi penelitian lainnya yang ingin

meneliti tentang kajian asuhan keperawatan dengan gangguan cemas.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pengertian Ansietas

Cemas (ansietas) adalah respon emosional atau penilaian individu

yang subjektif yang dipengaruhi oleh alam bawah sadar serta belum

diketahui secara khusus faktor penyebabnya (Ermawati, dkk cit Pieter, et

all., 2009: 189).

Menurut Suliswati, et all. (2005: 108), cemas adalah kebingungan

pada sesuatu yang akan terjadi, dengan penyebab yang tidak pasti atau

tidak ada objek yang nyata.

Cemas adalah suatu perasaan khawatir terhadap sesuatu yang buruk

akan terjadi dan merasa tidak nyaman seperti ada ancaman yang disertai

gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, keringat dingin, tangan

gemetaran (Keliat, et all., 2011: 15).

2. Rentang Respon Ansietas

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Gambar 2.1. Rentang Respon Ansietas

Sumber : Sumiati, et all. (2009: 124)

5
6

3. Tingkatan Cemas

Tingkatan cemas menurut Dalami, et all. (2009: 66) adalah:

a. Ansietas Ringan

Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa

kehidupan sehari-hari, individu terdorong untuk belajar yang akan

menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

1) Respon fisiologi:

a) Terkadang mengalami nafas pendek.

b) Tekanan darah dan nadi meningkat.

c) Muka berkerut dan bibir bergetar.

d) Mengalami gejala pada lambung.

2) Respon kognitif:

a) Lapang persepsi meningkat (mendengar, melihat, meraba lebih

dari sebelumnya).

b) Mampu menerima rangsangan yang kompleks.

c) Konsentrasi pada masalah.

d) Dapat menjelaskan masalah secara efektif.

3) Respon perilaku dan emosi:

a) Tidak dapat duduk tenang.

b) Tremor halus pada tangan.

c) Suara kadang-kadang meninggi.


7

b. Ansietas Sedang

Pada tingkat ini, lapang persepsi terhadap lingkngan menurun.

Individu lebih memfokuskan hal-hal penting dan mengesampingkan

yang lain.

Tingkat respon ansietas menurut Videbeck (2008 : 311) yaitu:

1) Respon fisiologis

a) Ketegangan otot sedang.

b) Tanda-tanda vital meningkat.

c) Pupil dilatasi, mulai berkeringat.

d) Sering mondar-mandir, memukulkan tangan.

e) Suara berubah; bergetar, nada suara tinggi.

f) Kewaspadaan dan ketegangan meningkat.

g) Sering berkemih, diare atau konstipasi, anoreksia, sakit kepala,

pola tidur berubah, nyeri punggung.

2) Respon kognitif

a) Lapang persepsi menurun.

b) Tidak perhatian secara selektif.

c) Fokus terhadap stimulus meningkat.

d) Rentang perhatian menurun.

e) Penyelesaian masalah menurun.

f) Berfokus pada pikiran yang menjadi perhatian.

3) Respon perilaku dan emosi

a) Tidak nyaman
8

b) Mudah tersinggung.

c) Kepercayaan diri goyah.

d) Tidak sabar.

Videbeck (2008: 307) mengemukakan, tahap negatif ansietas

atau tahap yang membahayakan adalah rasa khawatir yang berlebihan

tentang masalah yang nyata dan potensial. Hal ini akan menghabiskan

tenaga, menimbulkan rasa takut, dan menghambat individu melakukan

fungsinya secara adekuat dalam situasi interpersonal, situasi kerja, dan

situasi sosial.

c. Ansietas Berat

Lapang persepsi menjadi sangat sempit, individu cenderung

memikirkan hal yang kecil saja dan mengabaikan hal lain. Individu

tidak mampu berfikir realistis dan membutuhkan banyak pengarahan

untuk memusatkan perhatian pada area lain.

1) Respon fisiologi

a) Nafas pendek.

b) Nadi dan tekanan darah naik.

c) Keringat banyak.

d) Nyeri kepala.

e) Penglihatan kabur.

f) Mengalami ketegangan.

2) Respon kognitif

a) Lapang persepsi sangat sempit.

b) Tidak mampu menyelesaikan masalah.


9

3) Perilaku dan emosi

a) Perasaan ancaman meningkat.

b) Verbalisasi cepat.

c) Blocking.

d. Panik

Lapang persepsi individu sudah sangat sempit dan sudah

terganggu sehingga tidak bisa mengendalikan diri lagi dan sulit

melakukan aktivitas meskipun sudah diberikan pengarahan.

1) Respon fisiologis

a) Nafas pendek.

b) Rasa tercekik.

c) Sakit dada.

d) Pucat.

e) Hipotensi.

f) Koordinasi motorik sangat rendah.

2) Respon kognitif

a) Lapang persepsi sangat sempit.

b) Tidak mampu berfikir logis.

3) Respon perilaku dan emosi

a) Terlihat agitasi, mengamuk dan marah.

b) Ketakutan, berteriak-teriak, blocking.

c) Kehilangan kendali atau kontrol diri.

d) Memiliki persepsi yang kacau.


10

4. Penyebab Ansietas

Menurut Keliat, et all. (2011: 15), penyebab ansietas adalah:

a. Genetik dan early learning

Gangguan ansietas cenderung diturunkan dalam keluarga. Jika

ibu, bapak atau keluarga dekat lainnya menderita ansietas, anaknya

kemungkinan besar mengalami ansietas.

Proses tumbuh kembang dalam suatu keluarga dengan ansietas

merupakan suatu pengalaman yang dapat memicu pasien ansietas.

b. Biokimia otak

Ansietas berkaitan dengan fungsi pembawa pesan di otak

(biokimiawi otak) yang berhubungan dengan ketidakseimbangan

neurotransmiter serotonin dan dopamin.

c. Mekanisme fight-flight

Apabila seseorang merasa dalam bahaya, tubuh akan

menyiapkan diri untuk mempertahankan diri (fight) atau melarikan diri

dari situasi yang membahayakan tersebut (flight).

Mekanisme fight-flight tersebut menyebabkan denyut jantung

meningkat, pupil dilatasi, dan tubuh menyiapkan diri terhadap situasi

berbahaya tersebut. Oleh karena itu, otak harus dilatih untuk tidak

terbiasa menggunakan mekanisme penyelesaian masalah fight-flight.


11

B. Asuhan Keperawatan Klien dengan Ansietas

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi ansietas

Faktor-faktor yang mempengaruhi ansietas menurut Sumiati, et all.

(2009:123) adalah:

a. Faktor Predisposisi

1) Psikoanalitik

Suliswati, et all. (2005:111) mengemukakan, kecemasan

dapat timbul secara otomatis akibat dari stimulus internal dan

eksternal yang berlebihan sehingga melampaui kemampuan

individu untuk menanganinya.

2) Konflik emosional antara ID dan Super Ego.

3) Terjadi karena ketakutan akan penolakan interpersonal.

4) Interpersonal

Kecemasan timbul akibat ketidakmampuan berhubungan

interpersonal dan sebagai akibat penolakan (Suliswati, et all.,

2005: 111).

5) Perilaku

Menurut Suliswati, et all. (2005: 112), perilaku merupakan

hasil frustasi akibat berbagai hal yang mempengaruhi individu

dalam mencapai tujuan yang diinginkan misalnya memperoleh

pekerjaan, berkeluarga, kesuksesan dalam sekolah.

Kecemasan dapat juga muncul melalui konflik antara dua

pihak yang saling berlawanan dan individu harus memilih salah

satu.
12

6) Hasil akumulasi dari segala sesuatu yang mempengaruhi aktivitas

individu untuk mencapai tujuan.

b. Faktor presipitasi

1) Ancaman integritas diri

a) Ketidakmampuan fisiologis.

b) Gangguan terhadap kebutuhan dasar.

c) Ancaman sistem diri.

2) Ancaman terhadap identitas diri, harga diri dan hubungan

interpersonal

a) Kehilangan.

b) Perubahan status.

2. Mekanisme Koping Ansietas

Menurut Kusumawati dan Hartono (2011: 61), mekanisme koping

untuk mengatasi ansietas adalah:

a. Task Oriented reaction ( Reaksi yang berorientasi pada tugas )

Merupakan pemecahan masalah secara sadar digunakan untuk

menanggulangi ancaman stressor yang ada secara realistis dimana

individu menilai secara objektif.

1) Perilakumenyerang (agresif)

Pola konstruktif : memecahkan masalah secara efektif.

Pola destruktif : marah dan bermusuhan.


13

2) Perilaku menarik diri

Menghilangkan sumber ancaman baik secara fisik maupun secara

psikologis untuk menjauhi stres.

3) Perilaku kompromi

Mengubah cara bekerja dan cara penyelesaian, menyesuaikan

tujuan atau mengorbankan salah satu kebutuhan pribadi.

b. Ego Oriented Reaction

Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas

ringan maupun sedang yang digunakan untuk melindungi diri dan

dilakukan secara tidak sadar dalam mempertahankan

ketidakseimbangan.

Adapun mekanisme pertahanan Ego adalah :

1) Kompensasi

Menonjolkan kelebihan untuk menutupi kekurangan.

2) Penyangkalan (Denial)

Menyatakan ketidaksetujuan terhadap realitas.

3) Pemindahan (Displacemen)

Pengalihan emosi yang ditujukan pada seseorang atau benda

tertentu yang netral dan tidak mengancam terhadap dirinya.

4) Disosiasi

Pemisahan dari setiap proses mental atau prilaku dari

kesadaran dan identitas.


14

5) Identifikasi (Identification)

Proses dimana seseorang mencoba menjadi orang yang

dikagumi dengan mengambil atau menirukan pikiran-pikiran,

perilaku dan selera orang tersebut. Dengan demikian individu

merasa harga dirinya bertambah tinggi.

6) Intelektualisasi (Intelektualization)

Penggunaan logika dan alasan yang berlebihan untuk

menghindari pengalaman yang mengganggu perasaannya.

7) Introjeksi (Introjection)

Mengikuti nilai-nilai, norma-norma dari luar sehingga ego

tidak lagi terganggu oleh ancaman dari luar (pembentukan

SuperEgo).

8) Proyeksi

Proyeksi berlawanan dengan introjeksi, dimana menyalahkan

orang lain terhadap kelalaian, kesalahan-kesalahan, kekurangan

diri sendiri, keinginan-keinginan, serta impuls-impuls diri sendiri.

9) Rasionalisasi

Memberi keterangan bahwa sikap atau tingkah lakunya

menurut alasan yang seolah-olah rasional, sehingga tidak

menjatuhkan harga diri.

10) Reaksi formasi

Bertingkah laku berlebihan yang langsung bertentangan

dengan keinginan-keinginan, perasaan yang sebenarnya.


15

11) Regresi

Kembali ketingkat perkembangan terdahulu (tingkah laku

yang primitif) misalnya, bila keinginan terhambat menjadi marah,

merusak, melempar barang, meraung, dan sebagainya.

12) Represi

Secara tidak sadar mengesampingkan pikiran, impuls, serta

ingatan yang menyakitkan atau bertentangan, merupakan

pertahanan ego yang primer yang cenderung diperkuat oleh

mekanisme ego yang lainnya.

13) Sublimasi

Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara

yang dapat diterima oleh masyarakat.

14) Supresi

Menekan pikiran yang tidak menyenangkan, dapat mengarah

ke represi.

15) Undoing

Menghilangkan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik,

seolah-olah menghapus suatu kesalahan.

3. Dasar Data pengkajian

Dasar data pengkajianklienansietas menurut Doenges,et all. (2006:

342) adalah:
16

a. Dasar pengkajian yang dilakukan:

1) Aktifitas dan Istirahat

Gelisah dan cemas ketika berjalan ataupun duduk,

ekstremitas terus bergerak, merasa “berani atau berada di ujung”,

tidak mampu rileks, mudah letih, sulit tidur atau tetap tertidur;

gelisah, tidur tidak cukup.

2) Sirkulasi

Jantung berdetak keras atau palpitasi; tangan dingin dan

lembab, berkeringat, pucat, nadi cepat, peningkatan tekanan darah.

3) Integritas Ego

Rasa takut berlebihan pada sejumlah peristiwa atau aktivitas,

lebih sering terjadi dalam sedikitnya 6 bulan.

Mengeluh kekacauan dalam diri, memiliki kesulitan dalam

mengendalikan rasa takut mungkin memerlukan bantuan. Ekspresi

wajah yang menyembunyikan tingkat perasaan ansietas (misalnya,

mengerutkan kening, wajah tegang, kedutan kelopak mata).

4) Eliminasi

Sering buang air kecil, diare.

5) Makan atau Minum

Tidak berselera terhadap makanan, disfungsi pola makan

(misalnya, respon terhadap rangsangan internal selain lapar). Mulut

kering, gangguan lambung, nyeri ulu hati, tenggorokan tersumbat.


17

6) Neurosensori

Tidak ada gangguan mental lain, misalnya gangguan depresif

atau skizofrenia, ketergantungan motorik seperti gemetar, gelisah,

gugup, menggigil, otot tegang, mudah terkejut, pusing, pening,

tangan atau kaki kesemutan.

Kemungkinan kekhawatiran seperti ansietas, khawatir, takut,

selalu merenung, antisipasi ketidakberuntungan pada diri sendiri

atau orang lain, ketidakmampuan berperilaku berbeda (merasa

terjebak).

Kewaspadaan berlebihan atau hiperatensif mengakibatkan

distraktibilitas (pengalihan), kesulitan berkonsentrasi atau pikiran

menjadi kosong, iritabilitas, tidak sabar. Ansietas berlebihan

biasanya kronis dan menetap selama beberapa minggu atau bulan.

7) Rasa ketidaknyamanan

Sakit otot, sakit kepala.

8) Pernafasan

Frekuensi pernafasan meningkat, nafas pendek, sensasi

tercekik.

9) Seksualitas

Wanita cenderung dua kali lebih sering terkena dibandingkan

pria.

10) Interaksisosial

Kurang dapat berinteraksi terhadap individu lain.


18

4. Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas sedang.

b. Gangguan konsep diri harga diri rendah; kronis.

c. Resiko perilaku kekerasan.

5. Fokus Intervensi

a. Ansietas Sedang menurut Dalami, et all. (2009: 82) adalah sebagai

berikut:

TUM: Klien dapat menyelesaikan masalahnya dan mengatasi

ansietasnya.

1) TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Intervensi ansietas TUK 1 adalah sebagai berikut:

a) Bina hubungan saling percaya dengan cara memperkenalkan

diri.

b) Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.

c) Beri waktu klien untuk berespon.

d) Beri support terhadap ekspresi klien.

Implementasi ansietas TUK 1 adalah sebagai berikut:

a) Membina hubungan saling percaya dengan klien.

b) Mengucapkan salam terapeutik.

c) Mendorong dan memberi kesempatan pada klien untuk

mengungkapkan perasaannya.

d) Mendengarkan ungkapan klien dengan empati.

e) Memberi kesempatan kepada klien untuk bicara.


19

f) Memberikan reinforcement positif akan ungkapan klien.

2) TUK 2: Klien mampu menyadari dan mengotrol perasaannya

sendiri.

Intervensi ansietas TUK 2 adalah sebagai berikut:

a) Bantu klien mengidentifikasi dan mengenali perasaan sendiri.

b) Identifikasi pola perilaku dan pendekatan yang dilakukan yang

memungkinkan mempengaruhi klien.

c) Eksplorasi perilaku dan respon klien

R: Untuk mengadopsi respon koping yang baru, klien pertama

kali harus menyadari perasaan dan mengatasi penyangkalan

serta resistens yang disadari atau tidak disadari.

Implementasi ansietas TUK 2 adalahsebagai berikut:

a) Menggali persaan klien

b) Mengidentifikasi pola perilaku dan pendekatan yang dapat

mempengaruhi klien.

c) Mengeksplorasikan perilaku klien.

3) TUK 3: membantu klien mengenali ansietasnya.

Intervensi ansietas TUK 3 adalah:

a) Bantu klien mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan

cemasnya.

b) Hubungkan tingkah laku klien dengan perasaannya.

c) Validasi semua kesimpulan dan asumsi klien.

d) Gunakan pertanyaan terbuka secara hati-hati dan bijaksana.


20

R: Respons koping adaptif dapat dipelajari melalui analisa

mekanisme koping yang digunakan dimasa lalu, penilaian

ulang stressor, menggunakan sumber koping yang tersedia dan

menerima tanggung jawab untuk berubah.

Implementasi ansietas TUK 3 adalah sebagai berikut:

a) Menanyakan pada klien hal apa saja yang diketahui tentang

kecemasannya.

b) Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan

penyebab cemas dan alasan klien diam serta gelisah.

c) Menjelaskan perilaku cemas diantaranya konsep diri terganggu,

peristiwa traumatik, frustasi, gangguan fisik tanda-tanda cemas

yaitu gelisah, bingung, ekspresi wajah tegang, tremor, nadi

cepat.

4) TUK 4: memperluas pengetahuan atau wawasan klien dalam

perkembangan kecemasannya.

Intervensi ansietas TUK 4 adalah sebagai berikut:

a) Bantu klien menggambarkan situasi dan interaksi yang

menimbulkan ansietas.

b) Review dengan klien tentang penilaiannya terhadap stressor

yang mengancam dan bagaimana konflik tersebut berkembang.

c) Hubungkan pengalaman klien cara mengurangi cemas.

R: Setelah perasaan ansietas dikenali, klien harus mengerti

perkembangannya termasuk stressor pencetus, penilaian

stressor dan sumber yang tersedia.


21

Implementasi ansietas TUK 4 adalah sebagai berikut:

a) Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku cemas dan tanda-

tandanya.

b) Menanyakan kembali penilaian terhadap kecemasannya.

c) Menanyakan kepada klien tentang perasaan sekarang di

bandingkan sebelumnya.

5) TUK 5: klien mampu mempelajari respon koping baru yang

efektif.

Intervensi ansietas TUK 5 adalah sebagai berikut:

a) Gali bagaimana cara klien mengurangi ansietasnya dan

tindakan yang dilakukan untuk mengurangi ansietasnya.

b) Tunjukkan akibat perilaku mal-adaptif dan destruktif dari

respon koping sekarang.

c) Dorong klien untuk menggunakan respon koping yang adaptif.

d) Anjurkan klien untuk melakukan aktifitas fisik untuk

menyalurkan energi.

e) Libatkan keluarga sebagai sumber dan dukungan sosial dalam

membantu klien menggunakan koping respon yang baru.

R: Hal ini akan membatasi kemungkinan klien menggunakan

mekanisme koping yang tidak adekuat dan meningkatkan

partisipasi serta perasaan puas.


22

Implementasi ansietas TUK 5 adalah sebagai berikut:

a) Memberi aktifitas yang bersifat mendukung dan menguatkan

perilaku sosial yang produktif.

b) Mendorong klien untuk menggunakan respon koping yang

adaptif.

c) Menganjurkan klien untuk melakukan aktifitas fisik untuk

menyalurkan energi.

d) Melibatkan keluarga sebagai sumber dan dukungan sosial

dalam membantu klien menggunakan koping respon yang baru

6) TUK 6: klien mampu meningkatkan respon relaksasi.

Intervensi TUK 6 adalah sebagai berikut :

a) Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi tingkat ansietas

klien.

b) Ajarkan klien latihan teknik relaksasi untuk mengurangi

tingkat ansietas klien.

Implementasi TUK 6 adalah sebagai berikut :

a) Menggunakan teknik relaksasi untuk mengurangi tingkat

ansietas klien.

b) Mengajarkan klien latihan teknik relaksasi untuk mengurangi

tingkat ansietas klien.

Menurut Dalami, et all. (2009: 86) Evaluasi keperawatan

pada ansietas sedang adalah sebagai berikut :


23

a) Ancaman terhadap integritas fisik dan harga diri klien

menurun.

b) Tingkah laku klien merefleksikan tingkat ansietas ringan atau

sedang.

c) Sumber koping dikaji dan digunakan.

d) Klien mengenal ansietasnya dan menyadari perasaannya.

e) Klien mempelajari strategi adaptif yang baru untuk

menurunkan ansietasnya.

f) Klien menggunakan ansietas untuk meningkatkan

perkembangan dan pertumbuhannya.

b. Resiko Perilaku Kekerasan menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012:

46) adalah sebagai berikut:

TUM: Klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain dan lingkungan.

1) TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria evaluasi:

a) Klien dapat membalas salam.

b) Klien dapat menjabat tangan.

c) Klien dapat tersenyum.

d) Klien dapat kontak mata.

e) Klien mengetahui nama perawat.

f) Menyediakan waktu untuk kontrak.

Intervensi:

a) Beri salam atau panggil nama klien.


24

b) Sebutkan nama perawat sambil jabat tangan.

c) Jelaskan maksud hubungan interaksi.

d) Jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat.

e) Beri rasa aman dan sikap empati.

f) Lakukan kontak singkat tapi sering.

R : hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk

hubungan selanjutnya.

2) TUK 2: klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi:

a) Klien dapat mengungkapkan perasaannya.

b) Klien dapat mengungkapkan penyebab perasaan jengkel atau

kesal (dari diri sendiri, dari lingkungan atau orang lain).

Intervensi:

a) Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.

b) Bantu klien untuk mengungkapkan penyebab jengkel atau

kesal.

R : beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya dapat

membantu mengurangi stres dan penyebab perasaan jengkel

atau kesal dapat diketahui.

3) TUK 3: klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku

kekerasan.

Kriteria evaluasi:

a) Klien dapat mengungkapkan perasaan saat marah atau jengkel.


25

b) Klien dapat menyimpulkan tanda-tanda jengkel atau kesal yang

dialami.

Intervensi:

a) Anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami saat marah

atau jengkel.

R : untuk mengetahui hal yang dialami dan dirasa saat jengkel.

b) Observasi tanda perilaku kekerasan pada klien.

R : untuk mengetahui tanda-tanda klien jengkel atau kesal.

c) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel atau kesal yang

dialami klien.

R : menarik kesimpulan bersama klien agar klien mengetahui

secara garis besar tanda-tanda marah atau kesal.

4) TUK 4: Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan.

Kriteria evaluasi:

a) Klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa

dilakukan.

b) Klien dapat bermain peran dengan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan.

c) Klien dapat mengetahui cara yang biasa dapat menyesuaikan

masalah atau tidak.


26

Intervensi:

a) Anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan klien.

R : mengeksplorasi perasaan klien terhadap prilaku kekerasan

yang biasa dilakukan.

b) Bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan.

R : untuk mengetahui perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

dan dengan bantuan perawat dapat membedakan perilaku

konstruktif dan destruktif.

c) Bicarakan dengan klien tentang cara yang dilakukan dalam

menyelesaikan masalah.

R : klien dapat menemukan cara yang dapat menyelesaikan

masalah.

5) TUK 5: klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi:

Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien.

Intervensi:

a) Bicarakan akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien.

R : membantu klien untuk menilai perilaku kekerasan yang

dilakukannya.

b) Bersama klien menyimpulkan akibat cara yang digunakan

klien.
27

R : dengan mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan

klien dapat merubah perilaku destruktif yang dilakukannya

menjadi perilaku konstruktif.

6) TUK 6: klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam

merespon terhadap kemarahan.

Kriteria evaluasi:

Klien dapat melakukan cara berespon terhadap kemarahan secara

konstruktif.

Intervensi:

a) Tanyakan pada klien “apakah ia ingin mempelajari cara baru

yang sehat ?”

R : agar klien dapat mempelajari cara yang lain yang

konstruktif. Dengan mengidentifikasi cara yang konstruktif

dalam merespon terhadap kemarahan dapat membantu klien

menemukan cara yang baik untuk mengurangi kejengkelannya

sehingga klien tidak stres lagi.

b) Berikan pujian jika klien mengetahui cara lain yang sehat.

R : reinforcement positif dapat memotivasi klien dan

meningkatkan harga dirinya.


28

c) Diskusikan dengan klien cara lain yang sehat

(1) Secara fisik: tarik nafas dalam jika sedang kesal atau

dengan memukul bantal, kasur.

(2) Secara verbal : katakan bahwa anda sedang kesal atau

tersinggung bahkan jengkel (saya kesal anda berkata seperti

itu; saya marah karena mama tidak memenuhi keinginan

saya).

(3) Secara sosial : lakukan dalam kelompok cara-cara marah

yang sehat; latihan asentif. Latihan manajemen perilaku

kekerasan.

(4) Secara spiritual: anjurkan klien sembahyang, berdo’a atau

ibadah lain; meminta pada Tuhan untuk diberi kesabaran,

mengadu pada Tuhan pada kekerasan atau kejengkelan.

R : berdiskusi dengan klien untuk memilh cara yang lain

sesuai dengan kemampuan klien.

7) TUK 7: klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku

kekerasan.

Kriteria evaluasi:

Klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol prilaku

kekerasan:

a) Fisik : tarik nafas dalam, olahraga, menyiram tanaman.

b) Verbal: mengatakannya secara langsung dengan dengan tidak

menyakiti.
29

c) Spiritual: sembahyang, berdo’a atau ibadah lain.

Intervensi :

a) Bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien.

R : memberikan simulasi kepada klien untuk menilai respon

perilaku kekerasan secara tepat.

b) Bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih.

R : membantu klien dalam membuat keputusan terhadap cara

yang telah dipilihnya dengan melihat manfaatnya.

c) Bantu keluarga klien untuk menstimulasi cara tersebut (role

play).

R : agar klien mengetahui cara marah yang konstruktif.

d) Beri reinforcement positif atau keberhasilan klien menstimulasi

cara tersebut.

R : pujian dapat meningkatkan motivasi dan harga diri klien.

e) Anjurkan klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari

saat jengkel atau marah.

R : agar klien dapat melaksanakan cara yang telah dipilihnya

jika sedang kesal.

8) TUK 8: Klien mendapat dukukngan keluarga dalam mengontrol

perilaku kekerasan.

Kriteria evaluasi:

Keluarga klien dapat:

a) Menyebutkan cara merawat klien yang berperilaku kekerasan.


30

b) Mengungkapkan rasa puas dalam merawat klien.

Intervensi:

a) Identifikasi kemampuan keluarga merawat klien dari sikap

yang telah dilakukan keluarga terhadap klien selama ini.

R : memungkinkan keluarga untuk melakukan penilaian

terhadap perilaku kekerasan.

b) Jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien.

R : meningkatkan pengetahuan keluarga tentang cara merawat

klien sehingga keluarga terlibat dalam perawatan klien.

c) Jelaskan cara-cara merawat klien:

(1) Terkait dengan cara mengontrol perilaku marah secara

konstruktif.

(2) Sikap tenang, bicara tenang dan jelas.

(3) Membantu klien mengenal penyebab ia marah.

(4) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

(5) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah

melakukan demonstrasi.

R : agar keluarga dapat merawat klien dengan perilaku

kekerasan.

d) Bantu keluarga mendemonstrasikan cara merawat klien.

R : agar keluarga mengetahui cara merawat klien melalui

demonstrasi yang dilihat keluarga secara langsung.


31

e) Bantu keluarga mengungkapkan perasaannya setelah

melakukan demonstrasi.

R : mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan

demonstrasi.

9) TUK 9: klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum dan

kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek).

Kriteia evaluasi:

a) Klien dapat menyebutkan obat-obatan yang diminum dan

kegunaannya (jenis, waktu, dan efek).

b) Klien dapat minum obat sesuai program pengobatan.

Intervensi:

a) Jelaskan jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien

keluarga.

R : klien dan keluarga dapat mengetahui nama-nama obat yang

diminum oleh klien.

b) Diskusikan manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum

obat tanpa seijin dokter.

R : klien dan keluarga dapat mengetahui kegunaan obat yang

dikonsumsi klien.

c) Jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera

pada botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum).

R : klien dan keluarga mengetahui prinsip benar agar tidak

terjadi kesalahan dalam mengkonsumsi obat.


32

d) Ajarkan klien minta obat dan minum tepat waktu.

R : klien dapat memiliki kesadaran pentingnya minum obat dan

bersedia minum obat dengan kesadaran sendiri.

e) Anjurkan klien melaporkan pada perawat atau dokter jika

merasakan efek yang tidak menyenangkan.

R : mengetahui efek samping sedini mungkin sehingga

tindakan dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari

komplikasi.

f) Beri pujian, jika klien minum obat dengan benar.

R : reinforcement positif dapat memotivasi keluarga dan klien

serta dapat meningkatkan harga diri.

c. Harga Diri Rendah Kronis menurut Damaiyanti dan Iskandar (2012:

46) adalah sebagai berikut:

TUM: Klien dapat berhubungan dengan orang lain secara optimal

1) TUK 1: Klien dapat membina hubungan saling percaya.

Kriteria evaluasi:

Ekspresi wajah bersahabat menunjukkan rasa senang, ada kontak

mata, mau berjabat tangan, mau menjawab salam, klien mau duduk

berdampingan dengan perawat, mau mengutarakan masalah yang

dihadapi.

Intervensi:

Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan prinsip

komunikasi terapeutik.
33

a) Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal.

b) Perkenalkan diri dengan sopan.

c) Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang

disukai klien.

d) Jelaskan tujuan pertemuan.

e) Jujur dan menepati janji.

f) Tunjukkan sifat empati dari menerima klien apa adanya.

g) Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar

klien.

R : hubungan saling percaya merupakan dasar untuk

kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.

2) TUK 2: Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki.

Kriteriaevaluasi:

Klien mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki (baik aspek positif keluarga maupun aspek positif

lingkungan yang dimiliki).

Intervensi:

a) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki klien.

R : diskusikan tingkat kemampuan klien sepertimenilai

realitas, kontrol diri atau integritas egosebagai dasar asuhan

keperawatan.

b) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberi nilai negatif.


34

R : reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.

c) Utamakan memberi pujian yang realistik.

R : pujian yang realistik tidak menyebabkan melakukan

kegiatan hanya karena ingin mendapat pujian.

3) TUK 3: Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan.

Kriteria evaluasi:

Klien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Intervensi:

a) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat

digunakan selama sakit.

R : keterbukaan dan pengertian tentang kemampuan yang

dimiliki adalah syarat untuk berubah.

b) Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan

penggunaannya.

R : pengertian tentang kemampuan yang dimiliki diri dapat

memberikan motivasi untuk tetap mempertahankan

penggunaannya.

4) TUK 4: klien dapat (menetapkan) kegiatan sesuai dengan

kemampuan yang dimiliki.

Kriteria evaluasi:

Klien membuat rencana kegiatan harian.


35

Intervensi:

a) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat dilakukan setiap

hari sesuai kemampuan:

(1) Kegiatan mandiri

(2) Kegiatan dengan bantuan sebagian

(3) Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

R : klien adalah individu yang bertanggung jawab atas dirinya

sendiri.

b) Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan toleransi kondisi

klien.

R : klien perlu bertindak secara realistis dalam kehidupannya.

c) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat dilakukan

klien.

R : contoh peran yang dilihat klien akan memberikan motivasi

kepada klien untuk melaksanakan kegiatan.

5) TUK 5: Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit.

Kriteria evaluasi:

Klien melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan

kemampuannya.

Intervensi:

a) Beri kesempatan kepada klien untuk mencoba kegiatan yang

telah direncanakan.

R : memberikan kesempatan kepada klien mandiri dirumah.


36

b) Beri pujian atas keberhasilan klien.

R : reinforcement positif akan meningkatkan harga diri.

c) Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.

R : memberikan kesempatan kepada klien untuk tetap

melakukan kegiatan yang biasa dilakukan.

6) TUK 6: klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada.

Kriteria evaluasi:

Klien memanfaatkan sistem pendukung yang ada di keluarga.

Intervensi:

a) Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat

klien dengan harga diri rendah kronis.

R : mendorong keluarga untuk mampu merawat klien mandiri

di rumah.

b) Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien dirawat.

R : support system keluarga akan sangat berpengaruh dalam

mempercepat proses penyembuhan.

c) Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

R : meningkatkan peran serta keluarga dalam merawat klien

dirumah.
37

C. Pathway

1. Pohon Masalah

Defisit Perawatan Resiko Perilaku Perubahan


diri Sehari-hari kekerasan penampilan diri

Perubahan sensori
persepsi Ansietas Defisit Perawatan
Halusinasi Core problem Diri

Gangguan Konsep Koping keluarga


Diri: Harga diri tidak efektif,
rendah; Kronis ketidakmampuan

Gambar 2.2. Pathway atau Kerangka Teori

Sumber : Rasmun (2004: 85)


38

BAB III

METODE STUDI KASUS

A. Desain Studi Kasus

Studi kasus adalah meneliti permasalahan melalui suatu kasus yang

terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2011). Metode penelitian ini adalah

penelitian diskriptif. Penelitian diskriptif adalah mendiskripsikan atau

memaparkan peristiwa-peristiwa yang dilakukan secara sistematis dari objek

yang diteliti (Notoatmodjo, 2011).

B. Tempat dan Waktu Studi Kasus

Tempat atau lokasi studi kasus merupakan tempat atau lokasi

pengambilan studi kasus yang akan dilaksanakan (Budiarto, 2009). Pada kasus

ini tempat pengambilan kasus di rumah Ny. S di Desa Karangtalun RT 07 RW

14 Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen.

Waktu studi kasus merupakan batas waktu dimana dilaksanakan

pengambilan kasus (Budiarto, 2009). Pelaksanaan asuhan keperawatan

dilaksanakan pada tanggal 13-14 Mei 2014.

C. Subjek Studi Kasus

Subjek studi kasus merupakan hal atau orang yang akan dikenal

kegiatan pengembalian kasus (Budiarto, 2009). Subjek pengambilan kasus ini

adalah Ny. S yang mengalami cemas sedang.

38
39

D. Instrumen

Instrumen merupakan alat atau fasilitas yang digunakan untuk

mendapatkan data (Budiarto, 2009). Pada kasus ini alat atau instrument yang

digunakan untuk mendapatkan data adalah format asuhan keperawatan jiwa

pada klien dengan gangguan cemas sedang.

Alat-alat dan bahan merupakan penjelasan tentang alat-alat yang

dibutuhkan selama pelaksanaan studi kasus (Budiarto, 2009).

Alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan kasus ini antara

lain :

1. Format pengkajian asuhan keperawatan jiwa

Format pengkajian untuk mengumpulkan data klien adalah sebagai

berikut:

a. Pengkajian

Identitas klien

b. Faktor predisposisi

c. Faktor presipitasi

d. Pemeriksaan fisik

1) Tanda-tanda vital

2) Pengukuran antropometri

3) Keluhan fisik

e. Psikososial

1) Genogram

2) Konsep diri
40

3) Hubungan sosial

4) Spiritual

f. Status mental

g. Kebutuhan dasar

h. Mekanisme koping

i. Data fokus

j. Analisa data

k. Pohon masalah

l. Diagnosa keperawatan

m. Rencana keperawatan

n. Implementasi keperawatan

o. Evaluasi keperawatan

2. Alat yang digunakan

Alat yang diguanakan untuk melakukan pengkajian adalah sebagai berikut:

a. Spigmomanometer

b. Stetoskop

c. Termometer

d. Timbangan berat badan

e. Jam Tangan

f. Meteran

g. Buku tulis

h. Alat tulis
41

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan salah satu hal yang dapat

mempengaruhi kualitas hasil penelitian adalah kualitas data yang dikumpulkan

(Dermawan, 2012).

Cara-cara pengambilan data adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang langsung diambil dari sumbernya,

cara-cara pengambilan data primer adalah sebagai berikut :

a. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan komunikasi timbal balik yang

berbentuk tanya jawab antara perawat dengan klien, keluarga klien,

masyarakat tentang hal yang berkaitan dengan masalah kesehatan

klien. Data yang dapat diambil antara lain identitas klien, keluhan,

riwayat sosial, riwayat kesehatan yang lalu (Dermawan, 2012).

Pada kasus ini wawancara atau tanya jawab dengan

menggunakan format asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan

cemas sedang.

b. Observasi

Observasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan

cara mengamati subyek dan melakukan berbagai macam pemeriksaan

yang berhubungan dengan kasus yang akan diambil guna memperoleh

data penunjang yang dibutuhkan (Notoatmodjo, 2011).


42

Pada kasus ini peneliti memperoleh data objektif yaitu

melakukan pengamatan langsung pada klien terhadap respon verbal

maupun nonverbal klien.

2. Data Sekunder

Data yang diperolah dari sumber lain yang dapat dipercaya,

misalnya: kelurahan, catatan riwayat kesehatan klien (Dermawan, 2012).

a. Dokumentasi

Dokumentasi adalah bentuk sumber informasi yang

berhubungan dengan dokumentasi (Notoatmodjo, 2011).

Pada kasus klien dengan gangguan cemas sedang data diambil

dari catatan dan keluhan hasil pemeriksaan klien saat pengkajian.

b. Studi kepustakaan

Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat

penting dalam penunjang latar belakang suatu penelitian

(Notoatmodjo, 2011).

Studi kepustakaan ini diambil telah sesuai dengan teori pada

kasus klien dengan gangguan cemas sedang. Bahan pustaka dalam

kasus ini diambil dari buku-buku yang berhubungan dengan gangguan

cemas.
43

BAB IV

RESUME KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Resume Keperawatan

Pengkajian dilakukan pada tanggal 13-14 Mei 2014 pada pukul 16.00

WIB di dukuh Karangtalun RT 07 RW 14 desa Karangtalon Kecamatan Tanon

kabupaten Sragen, diperoleh data dari autoanamnesa dan observasi keadaan

klien.

1. Identitas

Nama Ny.S, umur 38 tahun, jenis kelamin perempuan, agama Islam,

status kawin, pendidikan S1, pekerjaan guru PAUD, alamat Sragen.

2. Faktor Predisposisi

Ny.S mengatakan penyebab awal cemas ialah tuntutan karena anak

bayar kuliah dan biaya suami pergi umroh, Ny.S mengatakan sebelumnya

juga pernah seperti ini saat bingung ujian skripsi sementara ia juga harus

mengurus keluarganya dan kegiatan mengajarnya, Ny.S mengatakan jika

binggung atau ada masalah sering marah-marah, Ny.S mengatakan dalam

keluarganya terdapat riwayat gangguan jiwa yaitu adik dari ibunya serta

adiknya yang no. 4, Ny.S mengatakan sebelumnya tidak pernah

mengalami ataupun menyaksikan penganiayaan, Ny.S mengatakan tidak

pernah dirawat di rumah sakit jiwa.

43
44

3. Faktor Presipitasi

Ny.S mengatakan sedang banyak masalah dan tuntutan yang harus

dipenuhinya yaitu membayar iuran anaknya yang masih kuliah dan

binggung biaya suaminya yang mau pergi umroh.

4. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda vital : Tekanan darah 130/110 mmHg, suhu 36°C, nadi

84 x/menit, respirasi 20 x/menit, berat badan 68 kg, tinggi badan 162 cm,

keluhan fisik : klien mengatakan pusing, bingung, mudah tersinggung dan

marah-marah jika ada masalah.

5. Psikososial

a. Genogram

Ny.S
38 th

Gambar 4.1.Genogram

Keterangan :

: Laki-laki
45

: Perempuan

: Meninggal

Ny.S : Klien
38 th

: Tinggal satu rumah

: Garis Pernikahan

: Garis Keturunan

: Penderita gangguan jiwa

Ny.S mengatakan ia adalah anak kedua dari 4 bersaudara, Ny.S

mempunyai seorang suami, anak laki-laki dan perempuan, mereka

tinggal satu rumah, dalam keluarganya terdapat riwayat gangguan jiwa

yaitu adik dari ibunya dan adiknya yang no. 4.

b. Konsep Diri

Gambaran diri : Ny.S mengatakan menyukai semua anggota

tubuhnya, karena semua adalah pemberian Allah yang harus disyukuri.

Identitas diri : hasil dari pengkajian klien mengatakan bernama Ny.S,

usia 38 tahun, ia adalah seorang istri, ibu dari kedua anaknya, serta

menjadi guru. Peran diri : Ny.S berperan sebagai ibu rumah tangga

beliau merasa belum berhasil jika kedua anaknya belum sampai

menikah, seorang istri beliau ingin selalu membahagiakan suaminya

dunia akhirat dan seorang guru beliau ingin menjadikan murid-

muridnya bukan hanya berpendidikan dunia tetapi juga mempunyai

bekal diakhiratnya pula. Ideal diri : Ny.S mengatakan ingin untuk


46

mempunyai mekanisme koping yang adaptif sehingga ia menjadi

pribadi yang tenang dalam menyelesaikan suatu masalah. Harga diri :

Ny.S tidak mengalami harga diri rendah.

c. Hubungan Sosial

Orang yang paling dekat dengan Ny.S adalah suaminya tetapi jika

ada masalah Ny.S tidak langsung menceritakan kesuaminya tetapi

dipendamnya dan berusaha menyelesaikan masalahnya. Ny.S ikut serta

dalam kegiatan masyarakat yaitu posyandu, PKK, pengajian. Ny.S

mengatakan tidak mempunyai hambatan dalam berhubungan atau

berkomunikasi dengan orang lain.

6. Status Mental

Penampilan : Ny.S berpenampilan rapi, mengenakan pakaian

panjang dan berjilbab. Pembicaraan : cara bicara baik, kontak mata dan

perhatian baik, Ny.S menggunakan nada tinggi dan suara keras karena

sedang banyak pikiran dan beban kebutuhan yang harus dipenuhi.

Aktivitas motorik : Ny.S tampak gelisah, bingung, pusing, mudah emosi

dan mudah tersinggung. Alam perasaan : Ny.S mengatakan gelisah dan

binggung karena sedang banyak masalah. Afek : Ny.S mampu menjawab

semua pertanyaan yang diberikan. Interaksi selama wawancara : Ny.S

selama melakukan interaksi lancar dan tidak ada gangguan, ada kontak

mata, Ny.S bicara tentang semua keluhannya. Persepsi : Ny.S tidak

mengalami gangguan halusinasi. Proses pikir : bentuk pikir Ny.S adalah

realistis. Tingkat kesadaran : Ny.S mampu berinteraksi atau berorientasi


47

pada tempat, waktu, dan orang. Memori : Ny.S tidak mengalami gangguan

memori, hal ini bisa dilihat dari : Memori jangka panjang : Ny.S masih

ingat semua kisahnya dari awal bertemu sampai dapat bersanding dengan

suaminya sekarang. Memori jangka pendek : Ny.S mengatakan sekitar satu

minggu yang lalu mengikuti acara pengajian didesanya. Memori saat ini :

Ny.S mengatakan tadi pagi membeli sayur dipasar, tetapi Ny.S terkadang

lupa menaruh dompet atau kunci.

7. Kebutuhan Dasar

Pola makan : Ny.S mengatakan nafsu makan berkurang, makan 2x

sehari pagi dan sore dengan porsi sedang (nasi,sayur dan lauk). BAB/BAK

: Ny.S mengatakan BAK ± 4-5 kali sehari warna kuning, BAB ± 1 kali

sehari konsistensi padat, warna kuning, bau khas. Pola mandi : Ny.S

mengatakan mandi 2 kali sehari, tidak mengalami bau badan, mencuci

rambut 1 kali sehari. Barpakaian : Ny.S berpakaian rapi dan berjilbab.

Istirahat dan tidur : Ny.S mengatakan tidur ± 7-8 jam perhari tetapi tidak

tenang dan mudah terbangun. Pemeliharaan kesehatan : Ny.S mengatakan

jika salah satu keluarganya ada yang sakit langsung diperiksakan ke dokter

praktek atau dokter umum. Aktivitas didalam rumah : menonton TV,

menyapu dll. Aktivitas diluar rumah : Ny.S mengatakan sering mengikuti

kegiatan pengajian, kumpulan ibu PKK, serta posyandu.

Ny.S mengatakan tidak mengkonsumsi obat apapun untuk mengatasi

cemas.
48

8. Mekanisme Koping

Ny.S mempunyai mekanisme koping maladaptif karena beliau

marah-marah, bicara dengan nada tinggi ketika ada masalah maupun

dalam menyelesaikan masalah.

9. Data Fokus

Data subyektif : Ny.S mengatakan pusing, gelisah, bingung karena banyak

masalah. Ny.S mengatakan sering marah-marah jika ada masalah. Ny.S

mengatakan mudah tersinggung jika sedang banyak masalah. Ny.S

mengatakan nafsu makan berkurang, makan 2x sehari pagi dan sore. BAB

± 1 kali sehari konsistensi padat, warna kuning, bau khas. Data obyektif :

Ny.S tampak gelisah, bingung, marah-marah, mudah tersinggung. Mata

merah, mengeluarkan banyak keringat. Tanda-tanda vital : Tekanan darah

130/110 mmHg, suhu 36°C, nadi 84 x/menit, respirasi 20 x/menit.

10. Analisa Data

a. Data subyektif : Ny.S mengatakan pusing, gelisah, bingung karena

banyak masalah. Ny.S mengatakan sering marah-marah jika ada

masalah. Ny.S mengatakan mudah tersinggung jika sedang banyak

masalah. Ny.S mengatakan nafsu makan berkurang, makan 2x sehari

pagi dan sore. BAB ± 1 kali sehari konsistensi padat, warna kuning,

bau khas. Data obyektif : Ny.S tampak gelisah, bingung, marah-marah,

mudah tersinggung. Mata merah, mengeluarkan banyak keringat.

Tanda-tanda vital : Tekanan darah 130/110 mmHg, suhu 36°C, nadi 84

x/menit, respirasi 20 x/menit.


49

Masalah keperawatan : ansietas sedang.

b. Data subyektif : Ny.S mengatakan sering marah-marah jika ada

masalah. Ny.S mengatakan mudah tersinggung jika sedang banyak

masalah. Data obyektif : Ny.S tampak gelisah, bingung, marah-marah,

mudah tersinggung. Mata merah, mengeluarkan banyak keringat.

Masalah keperawatan : resiko perilaku kekerasan.

11. Pohon Masalah

Resiko Perilaku Kekerasan. Akibat

Ansietas Core problem

Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah; Kronis Penyebab

Gambar 4.2. Pohon Masalah

12. Diagnosa Keperawatan

a. Ansietas sedang

b. Resiko perilaku kekerasan

13. Intervensi

Rencana keperawatan untuk diagnosa pertama cemas sedang.

Tujuan umum: menurunkan atau meminimalkan kecemasan serta

membantu klien mengembangkan kapasitas untuk mentoleransi kecemasan

ringan, menggunakan secara sadar dan konstruktif. Tujuan khusus 1: Klien

dapat membina hubungan saling percaya dengan intervensi: Bina

hubungan saling percaya dengan cara memperkenalkan diri, ciptakan


50

lingkungan yang tenang dan nyaman, beri waktu klien untuk berespon,

beri support terhadap ekspresi klien. Tujuan khusus 2: Klien mampu

menyadari dan mengotrol perasaannya sendiri dengan intervensi: bantu

klien mengidentifikasi dan mengenali perasaan sendiri, identifikasi pola

perilaku dan pendekatan yang dilakukan yang memungkinkan

mempengaruhi klien, eksplorasi perilaku dan respon klien. Tujuan khusus

3: membantu klien mengenali cemasnya dengan intervensi : bantu klien

mengidentifikasi dan menggambarkan perasaan cemasnya, hubungkan

tingkah laku klien dengan perasaannya, validasi semua kesimpulan dan

asumsi klien, gunakan pertanyaan terbuka secara hati-hati dan bijaksana.

Tujuan khusus 4: memperluas pengetahuan atau wawasan klien dalam

perkembangan kecemasannya dengan intervensi: bantu klien

menggambarkan situasi dan interaksi yang menimbulkan ansietas, review

dengan klien tentang penilaiannya terhadap stressor yang mengancam dan

bagaimana konflik tersebut berkembang, hubungkan pengalaman klien

cara mengurangi cemas, dorong klien menggunakan koping adaptif yang

efektif. Tujuan khusus 5: klien mampu mempelajari respon koping baru

yang efektif dengan intervensi : gali bagaimana cara klien mengurangi

ansietasnya dan tindakan yang dilakukan untuk mengurangi ansietasnya,

tunjukkan akibat perilaku mal-adaptif dan destruktif dari respon koping

sekarang, dorong klien untuk menggunakan respon koping yang adaptif,

anjurkan klien untuk melakukan aktifitas fisik untuk menyalurkan energi,

libatkan keluarga sebagai sumber dan dukungan sosial dalam membantu


51

klien menggunakan koping respon yang baru. Tujuan khusus 6: klien

mampu meningkatkan respon relaksasi dengan intervensi: gunakan teknik

relaksasi untuk mengurangi tingkat ansietas klien, ajarkan klien latihan

teknik relaksasi untuk mengurangi tingkat ansietas klien.

Rencana keperawatan untuk diagnosa kedua resiko perilaku

kekerasan. Tujuan umum : klien tidak menciderai diri sendiri, orang lain

dan lingkungan. Tujuan khusus 1: klien dapat membina hubungan saling

percaya dengan intervensi: beri salam atau panggil nama klien, jelaskan

maksud hubungan interaksi, jelaskan tentang kontrak yang akan dibuat,

beri rasa aman dan sikap empati. Tujuan khusus 2: klien dapat

mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan dengan intervensi: beri

kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya, bantu klien untuk

mengungkapkan penyebab kesal. Tujuan khusus 3: klien dapat

mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan dengan intervensi :

anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami saat marah atau jengkel,

observasi tanda perilaku kekerasan pada klien, simpulkan bersama klien

tanda-tanda jengkel atau kesal yang dialami klien. Tujuan khusus 4: Klien

dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan dengan

intervensi: anjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan klien, bantu klien bermain peran sesuai dengan perilaku

kekerasan yang biasa dilakukan, bicarakan dengan klien tentang cara yang

dilakukan dalam menyelesaikan masalah. Tujuan khusus 5: klien dapat

mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan dengan intervensi: bicarakan


52

akibat atau kerugian dari cara yang dilakukan klien, bersama klien

menyimpulkan akibat cara yang digunakan klien. Tujuan khusus 6: klien

dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam merespon terhadap

kemarahan dengan intervensi: tanyakan pada klien “apakah ia ingin

mempelajari cara baru yang sehat ?”, berikan pujian jika klien mengetahui

cara lain yang sehat, diskusikan dengan klien cara lain yang sehat; dengan

tarik nafas dalam, berbincang-bincang dengan orang lain. Tujuan khusus

7: klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan

dengan intervensi : bantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien,

bantu klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih, bantu keluarga

klien untuk menstimulasi cara tersebut (role play), beri reinforcement

positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut, anjurkan klien

untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau marah.

Tujuan khusus 8: Klien mendapat dukukngan keluarga dalam mengontrol

perilaku kekerasan dengan intervensi: identifikasi kemampuan keluarga

merawat klien dari sikap yang telah dilakukan keluarga terhadap klien

selama ini, jelaskan peran serta keluarga dalam merawat klien, jelaskan

cara-cara merawat klien ; membantu klien mengenal penyebab ia marah.

Tujuan khusus 9: klien dapat menggunakan obat-obatan yang diminum

dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek) dengan intervensi: jelaskan

jenis-jenis obat yang diminum klien pada klien dan keluarga, diskusikan

manfaat minum obat dan kerugian berhenti minum obat tanpa seijin

dokter, jelaskan prinsip benar minum obat (baca nama yang tertera pada
53

botol obat, dosis obat, waktu dan cara minum), ajarkan klien minta obat

dan minum tepat waktu, beri pujian, jika klien minum obat dengan benar.

14. Implementasi

Implementasi yang dilakukan pada hari pertama Selasa, 13 Mei

2014, jam 16.00 WIB. Diagnosa pertama yaitu ansietas sedang adalah

membina hubungan saling percaya dengan klien, menyapa dengan ramah,

menanyakan nama lengkap dan nama panggilan klien, menjelaskan tujuan

pertemuan, mendorong klien untuk mendiskusikan perasaan

kecemasannya, membantu klien mengidentifikasi dan menggambarkan

perasaan yang mendasari kecemasan, mendengarkan semua keluhan klien,

menjawab pertanyaan klien secara langsung, mengkaitkan perilaku klien

dengan perasaannya, mengkaji cara klien menurunkan cemas dan rasa

marahnya, menunjukkan efek maladaptif dan destruktif dari respon koping

saat ini; marah-marah merupakan efek maladaptif, mendorong klien

menggunakan koping adaptif yang efektif; melakukan tarik nafas dalam

atau berbincang-bincang dengan orang lain untuk mengurangi cemas.

Implementasi yang dilakukan pada hari kedua Rabu, 14 Mei 2014,

jam 09.00 WIB. Diagnosa pertama yaitu mengevaluasi cara mengontrol

cemas klien, menganjurkan klien menggunakan cara yang adaptif saat

mengontrol rasa cemas, membantu klien menggambarkan situasi dan

interaksi yang menyebabkan ansietas, mendorong klien untuk melakukan

aktivitas yang disukainya; olahraga dan mengikuti kegiatan di desa,

libatkan keluarga sebagai sumber dan dukungan sosial dalam membantu


54

klien menggunakan koping respon yang baru, gunakan teknik relaksasi

untuk mengurangi tingkat ansietas klien, memberikan reinforcment positif

terhadap usaha klien.

Implementasi yang dilakukan pada hari pertama Selasa, 13 Mei

2014, jam 16.00 WIB. Diagnosa kedua yaitu resiko perilaku kekerasan

adalah membantu klien untuk mengungkapkan penyebab marah,

menganjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami saat marah,

menyimpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel atau marah yang dialami

klien, menganjurkan klien untuk mengungkapkan perilaku kekerasan yang

biasa dilakukan klien, membicarakan dengan klien tentang cara yang

dilakukan dalam menyelesaikan masalah, membicarakan akibat atau

kerugian dari cara yang dilakukan klien, menanyakan pada klien “apakah

ia ingin mempelajari cara baru yang sehat ?”, memberikan pujian jika

klien mengetahui cara lain yang sehat, mendiskusikan dengan klien cara

lain yang sehat; dengan tarik nafas dalam, berbincang-bincang dengan

orang lain.

Implementasi yang dilakukan pada hari kedua Rabu, 14 Mei 2014,

jam 09.00 WIB. Diagnosa kedua resiko perilaku kekerasan yaitu

membantu klien memilih cara yang paling tepat untuk klien, membantu

klien mengidentifikasi manfaat cara yang dipilih, memberi reinforcement

positif atas keberhasilan klien menstimulasi cara tersebut, menganjurkan

klien untuk menggunakan cara yang telah dipelajari saat jengkel atau

marah, menjelaskan kepada keluarga cara-cara merawat klien, membantu


55

klien mengenal penyebab ia marah, menjelaskan jenis-jenis obat yang

diminum klien pada klien dan keluarga (jika ada).

15. Evaluasi keperawatan

Evaluasi yang dilakukan pada Selasa, 13 Mei 2014 dilakukan pada

jam 16.45 WIB untuk diagnosa pertama cemas sedang yaitu Data

subyektif : Ny.S mengatakan namanya Ny.S, Ny.S mengatakan pusing,

gelisah, bingung karena banyak masalah. Ny.S mengatakan sering marah-

marah jika ada masalah. Ny.S mengatakan mudah tersinggung jika sedang

banyak masalah. Data obyektif : Ny.S mau berjabat tangan, mau menyebut

nama, menjawab salam, mau mengutarakan masalah yang dihadapinya,

ada kontak mata, Ny.S tampak gelisah dan bingung, Ny.S

mendemonstrasikan cara tarik nafas dalam untuk mengurangi cemas dan

mengontrol marah. Ny.S mau menjawab semua pertanyaan. A : Tujuan

khusus 1, 2, 3 dan 4 tercapai, klien mampu menyebutkan nama, penyebab

ansietas, mau mendemonstrasikan cara mengurangi cemas. Pp : evaluasi

Tujuan khusus 1, 2. 3 dan 4, evaluasi cara klien dalam mengurangi cemas,

pk : dorong klien menggunakan koping adaptif yang efektif.

Evaluasi yang dilakukan pada Rabu, 14 Mei 2014 dilakukan pada

jam 09.30 WIB yaitu Data subyektif : Ny.S mengatakan mempraktekkan

tarik nafas dalam saat cemas dan marah, Ny.S mengatakan penyebab

ansietas dan marahnya adalah pikiran, Ny.S mengatakan bercakap-cakap

untuk mengurangi cemas dan marah, Ny.S mengatakan merasa lebih

tenang jika melakukan tarik nafas dalam daripada marah-marah. Data


56

obyektif : Ny.S mempraktekkan tarik nafas dalam dan bercakap-cakap

dengan orang lain, Ny.S tampak lebih tenang, berbicara dengan tenang. A :

Tujuan khusus 4, 5 dan 6 tercapai, klien mampu mempraktekkan tarik

nafas dalam dan bercakap-cakap untuk mengurangi cemas. Pk : anjurkan

klien untuk lebih sering bercakap-cakap dan tarik nafas dalam untuk

mengurangi cemas dan mengontrol marah.

Evaluasi yang dilakukan pada Selasa, 13 Mei 2014 dilakukan pada

jam 16.45 WIB untuk diagnosa kedua resiko perilaku kekerasan yaitu Data

subyektif : Ny.S mengatakan sering marah-marah jika ada masalah. Ny.S

mengatakan mudah tersinggung jika sedang banyak masalah. Ny.S

mengatakan menyelesaikan masalah dengan marah-marah. Ny.S

mengatakan kerugian marah-marah yaitu mudah lelah. Data obyektif :

Ny.S mau mengutarakan masalah yang dihadapinya, ada kontak mata.

Ny.S tampak gelisah dan bingung, Ny.S mendemonstrasikan cara tarik

nafas dalam untuk mengurangi mengontrol marah. Ny.S mengetahui

kerugian dari marah-marah. A : Tujuan khusus 1, 2, 3, 4, 5, 6 tercapai,

klien mengetahui kerugian marah-marah, mau mendemonstrasikan cara

tarik nafas dalam untuk mengurangi atau mengontrol marah. Pk : anjurkan

klien menggali aktivitas yang dapat dilakukan untuk mengurangi marah,

pp : evaluasi Tujuan khusus 1-6, melnjutkan ke Tujuan khusus

selanjutnya.

Evaluasi yang dilakukan pada Rabu, 14 Mei 2014 dilakukan pada

jam 09.30 WIB untuk diagnosa kedua resiko perilaku kekerasan yaitu Data
57

subyektif : Ny.S mengatakan lebih nyaman menggunakan cara adaptif (

tarik nafas dalam dan berbincang-bincang dengan orang lain) daripada

marah-marah, Ny.S mengatakan tidak mengkonsumsi obat apapun untuk

mengurangi marah, Ny.S mengatakan mengikuti kegiatan masyarakat

untuk mengurangi cemas. Data obyektif : Ny.S tampak lebih tenang, Ny.S

mampu melakukan cara yang dianjurkan untuk mengontrol marah, klien

mampu menemukan cara adaptif untuk mengurangi marah. A : Tujuan

khusus 7, 8, 9 tercapai, klien mengikuti kegiatan masyarakat untuk

mengurangi marah. Pk : anjurkan klien untuk menggali aktifitas-aktivitas

yang dapat menurunkan marah.

B. Pembahasan

Pada bab ini akan dibahas tentang “kajian asuhan keperawatan” dari

pengkajian sampai dengan evaluasi.

1. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa yang muncul pada Ny.S adalah :

a. Ansietas sedang. Menurut Suliswati, et all. (2005: 108), cemas adalah

kebingungan pada sesuatu yang akan terjadi, dengan penyebab yang

tidak pasti atau tidak ada objek yang nyata. Pada Ny.S menunjukkan

bahwa ia merasa pusing, binggung bahkan gelisah. Pada klien cemas

biasanya timbul suatu perasaan khawatir terhadap sesuatu yang buruk

akan terjadi dan merasa tidak nyaman seperti ada ancaman yang

disertai gejala-gejala fisik seperti jantung berdebar-debar, keringat


58

dingin, tangan gemetaran (Keliat, et all., 2011: 15). Berdasarkan

pengkajian yang telah dilakukan, ditemukan data dimana klien

mengalami gangguan cemas, sehingga cemas sedang menjadi prioritas

utama.

Videbeck (2008: 307) mengemukakan, tahap negatif ansietas

atau tahap yang membahayakan adalah rasa khawatir yang berlebihan

tentang masalah yang nyata dan potensial. Hal ini akan menghabiskan

tenaga, menimbulkan rasa takut, dan menghambat individu melakukan

fungsinya secara adekuat dalam situasi interpersonal, situasi kerja, dan

situasi sosial. Berdasarkan kasus, didapatkan data Data subyektif :

Ny.S mengatakan pusing, gelisah, bingung karena banyak masalah.

Ny.S mengatakan sering marah-marah jika ada masalah. Ny.S

mengatakan mudah tersinggung jika sedang banyak masalah. Ny.S

mengatakan nafsu makan berkurang, makan 2x sehari pagi dan sore.

BAB ± 1 kali sehari konsistensi padat, warna kuning, bau khas. Data

obyektif : Ny.S tampak gelisah, bingung, marah-marah, mudah

tersinggung. Mata merah, mengeluarkan banyak keringat. Tanda-

tanda vital : Tekanan darah 130/110 mmHg, suhu 36°C, nadi 84

x/menit, respirasi 20 x/menit.

Rencana keperawatan pada diagnosa sedang yaitu Tujuan

umum: menurunkan atau meminimalkan kecemasan serta membantu

klien mengembangkan kapasitas untuk mentoleransi kecemasan

ringan dan menggunakan secara sadar dan konstruktif. Tujuan khusus


59

1: Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan rasional :

Hubungan saling percaya akan menumbuhkan trush dengan klien.

Tujuan khusus 2: Klien mampu menyadari dan mengotrol

perasaannya sendiri rasional : Untuk mengadopsi respon koping yang

baru, klien pertama kali harus menyadari perasaan dan mengatasi

penyangkalan serta resistens yang disadari atau tidak disadari. Tujuan

khusus 3: membantu klien mengenali cemasnya dengan rasional :

Respons koping adaptif dapat dipelajari melalui analisa mekanisme

koping yang digunakan dimasa lalu, penilaian ulang stressor,

menggunakan sumber koping yang tersedia dan menerima tanggung

jawab untuk berubah. Tujuan khusus 4: memperluas pengetahuan atau

wawasan klien dalam perkembangan kecemasannya dengan rasional :

Setelah perasaan ansietas dikenali, klien harus mengerti

perkembangannya termasuk stressor pencetus, penilaian stressor dan

sumber yang tersedia. Tujuan khusus 5: klien mampu mempelajari

respon koping baru yang efektif dengan rasional : Hal ini akan

membatasi kemungkinan klien menggunakan mekanisme koping yang

tidak adekuat dan meningkatkan partisipasi serta perasaan puas.

Tujuan khusus 6: klien mampu meningkatkan respon relaksasi.

Pada diagnosa cemas sedang, semua intervensi dapat dilakukan

oleh klien karena klien dapat kooperative serta klien ingin mempunyai

mekanisme koping yang adaptif. Klien juga mampu

mendemonstrasikan mekanisme koping yang adaptif seperti tarik


60

nafas dalam, bercakap-cakap dengan orang lain serta ikut aktif dalam

kegiatan masyarakat. Selain itu keluarga berperan aktif dalam

membantu menurunkan kecemasan klien untuk menentukan aktivitas

yang dapat digunakan klien untuk menurunkan cemas secara adaptif.

Evaluasi yang dilakukan pada Selasa, 13 Mei 2014 untuk

diagnosa pertama cemas sedang meliputi interaksi pertama dilakukan

pada jam 16.00 WIB untuk Tujuan khusus 1: Klien dapat membina

hubungan saling percaya. Tujuan khusus 2: Klien mampu menyadari

dan mengotrol perasaannya sendiri. Tujuan khusus 3: membantu klien

mengenali cemasnya, Tujuan khusus 4: memperluas pengetahuan atau

wawasan klien dalam perkembangan kecemasannya. Data yang

didapat : Data subyektif : Ny.S mengatakan namanya Ny.S, Ny.S

mengatakan pusing, gelisah, bingung karena banyak masalah. Ny.S

mengatakan sering marah-marah jika ada masalah. Ny.S mengatakan

mudah tersinggung jika sedang banyak masalah. Data obyektif : Ny.S

mau berjabat tangan, mau menyebut nama, menjawab salam, mau

mengutarakan masalah yang dihadapinya, ada kontak mata, Ny. S

tampak gelisah dan bingung, Ny. S mendemonstrasikan cara tarik

nafas dalam untuk mengurangi cemas dan mengontrol marah. Ny. S

mahu menjawab semua pertanyaan. Dengan melihat hal tersebut

sehingga analisa : Tujuan khusus 1, 2, 3 dan 4 tercapai, klien mampu

menyebutkan nama, penyebab ansietas, mau mendemonstrasikan cara

mengurangi cemas. Pp : evaluasi Tujuan khusus 1, 2. 3 dan 4, evaluasi


61

cara klien dalam mengurangi cemas, pk : dorong klien menggunakan

koping adaptif yang efektif.

Evaluasi yang dilakukan pada Rabu,14 Mei 2014 dilakukan

pada jam 09.00 WIB untuk evaluasi Tujuan khusus 4 serta Tujuan

khusus 5: klien mampu mempelajari respon koping baru yang efektif,

Tujuan khusus 6: klien mampu meningkatkan respon relaksasi, yaitu

Data subyektif : Ny.S mengatakan mempraktekkan tarik nafas dalam

saat cemas dan marah, Ny.S mengatakan penyebab ansietas dan

marahnya adalah pikiran, Ny.S mengatakan bercakap-cakap untuk

mengurangi cemas dan marah, Ny.S mengatakan merasa lebih tenang

jika melakukan tarik nafas dalam daripada marah-marah. Data

obyektif : Ny.S mempraktekkan tarik nafas dalam dan bercakap-cakap

dengan orang lain, Ny.S tampak lebih tenang, berbicara dengan

tenang. Dengan analisa data : Tujuan khusus 4, 5 dan 6 tercapai, klien

mampu mempraktekkan tarik nafas dalam dan bercakap-cakap untuk

mengurangi cemas. Pk : anjurkan klien untuk lebih sering bercakap-

cakap dan tarik nafas dalam untuk mengurangi cemas dan mengontrol

marah.

b. Resiko perilaku kekerasan untuk Tujuan khusus 1-6. Tujuan khusus 1:

klien dapat membina hubungan saling percaya dengan rasional :

hubungan saling percaya merupakan landasan utama untuk hubungan

selanjutnya. Tujuan khusus 2: klien dapat mengidentifikasi penyebab

perilaku kekerasan dengan rasional : beri kesempatan untuk


62

mengungkapkan perasaannya dapat membantu mengurangi stres dan

penyebab perasaan jengkel atau kesal dapat diketahui. Tujuan khusus

3: klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan dengan

rasional : menarik kesimpulan bersama klien agar klien mengetahui

secara garis besar tanda-tanda marah atau kesal . Tujuan khusus 4:

Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

dengan rasional : klien dapat menemukan cara yang dapat

menyelesaikan masalah. Tujuan khusus 5: klien dapat

mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan dengan rasional : dengan

mengetahui akibat perilaku kekerasan diharapkan klien dapat merubah

perilaku destruktif yang dilakukannya menjadi perilaku konstruktif.

Tujuan khusus 6: klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam

merespon terhadap kemarahan dengan rasional : berdiskusi dengan

klien untuk memilh cara yang lain sesuai dengan kemampuan klien.

Evaluasi dari data yang didapat selama pengkajian pada Selasa,

13 Mei 2014 : Data subyektif : Ny.S mengatakan sering marah-marah

jika ada masalah. Ny.S mengatakan mudah tersinggung jika sedang

banyak masalah. Ny.S mengatakan menyelesaikan masalah dengan

marah-marah. Ny.S mengatakan kerugian marah-marah yaitu mudah

lelah. Data obyektif : Ny.S mau mengutarakan masalah yang

dihadapinya, ada kontak mata. Ny.S tampak gelisah dan bingung,

Ny.S mendemonstrasikan cara tarik nafas dalam untuk mengurangi

mengontrol marah. Ny.S mengetahui kerugian dari marah-marah.


63

Dengan melihat hal tersebut sehingga analisa Tujuan khusus 1, 2, 3, 4,

5, 6 tercapai, klien mengetahui kerugian marah-marah, mau

mendemonstrasikan cara tarik nafas dalam untuk mengurangi atau

mengontrol marah. Pk : anjurkan klien menggali aktivitas yang dapat

dilakukan untuk mengurangi marah, pp : evaluasi Tujuan khusus 1-6,

melnjutkan ke Tujuan khusus selanjutnya.

Evaluasi yang dilakukan pada Rabu,14 Mei 2014 dilakukan

pada jam 09.30 WIB untuk evaluasi Tujuan khusus 1-6 dan Tujuan

khusus 7: klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku

kekerasan dengan rasional : agar klien dapat melaksanakan cara yang

telah dipilihnya jika sedang kesal. Tujuan khusus 8: Klien mendapat

dukukngan keluarga dalam mengontrol perilaku kekerasan dengan

rasional : mengeksplorasi perasaan keluarga setelah melakukan

demonstrasi. Tujuan khusus 9: klien dapat menggunakan obat-obatan

yang diminum dan kegunaannya (jenis, waktu, dosis dan efek) dengan

rasional : mengetahui efek samping sedini mungkin sehingga tindakan

dapat dilakukan sesegera mungkin untuk menghindari komplikasi

yaitu Data subyektif : Ny.S mengatakan lebih nyaman menggunakan

cara adaptif ( tarik nafas dalam dan berbincang-bincang dengan orang

lain) daripada marah-marah, Ny.S mengatakan tidak mengkonsumsi

obat apapun untuk mengurangi marah, Ny.S mengatakan mengikuti

kegiatan masyarakat untuk mengurangi cemas. Data obyektif : Ny.S

tampak lebih tenang, Ny.S mampu melakukan cara yang dianjurkan


64

untuk mengontrol marah, klien mampu menenemukan cara adaptif

untuk mengurangi marah. A : Tujuan khusus 7, 8, 9 tercapai, klien

mengikuti kegiatan masyarakat untuk mengurangi marah. Pk :

anjurkan klien untuk menggali aktifitas-aktivitas yang dapat

menurunkan marah.
65

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada Ny. S selama 2 hari

di dukuh Karangtalun RT 07 RW 14 desa Karangtalun kecamatan Tanon

kabupaten Sragen dapat diambil beberapa simpulan atau temuan sebagai

berikut:

1. Klien kooperatif baik saat dilakukan pengkajian maupun saat dilakukan

tindakan.

2. Klien antusias menggali aktivitas yang dapat dilakukannya untuk

mengurangi cemas seperti mengikuti kegiatan-kegiatan didesanya.

3. Keluarga ikut berperan aktif dalam membantu menurunkan kecemasan

klien untuk menentukan aktivitas yang dapat digunakan klien dalam

menurunkan cemas secara adaptif.

B. Saran

1. Bagi Klien

Bagi klien agar klien dapat menggunakan mekanisme koping yang adaptif

dan lebih tenang dalam menyelesaikan suatu masalah, klien dapat

mengutarakan masalah yang dihadapi kepada orang lain atau orang

terdekat sehingga klien tidak menggunakan mekanisme koping maladaptif,

65
66

klien dapat menggali lebih banyak aktivitas yang dapat dilakukan untuk

mengurangi cemas.

2. Bagi Keluarga

Keluarga sebagai orang terdekat dengan klien diharapkan dapat

memotivasi klien untuk dapat menemukan dan menggunakan mekanisme

koping yang adaptif untuk menurunkan cemas.

3. Bagi perawat

a. Bagi pihak tenaga kesehatan supaya tidak hanya melihat suatu

penyakit dari fisiknya saja tetapi juga psikolognya.

b. Dalam memberikan asuhan keperawatan diharapkan perawat

menggunakan komunikasi terapeutik, karena komunikasi terapeutik

merupakan salah satu cara untuk menjalin trush sebelum melakukan

suatu tindakan apapun kepada klien.

c. Berikan reinforcement positif untuk semua yang telah dilakukan klien

sehingga menumbuhkan rasa percaya diri klien terhadap kemampuan

yang dimiliki.
DAFTAR PUSTAKA

Budiarto, Eko. 2009. Biostatistika untuk Kedoktekteran dan Kesehatan


Masyarakat, Jakarta : EGC

Copel, Linda C. 2007. Kesehatan Jiwa dan Psikiatri Pedoman Klinik Perawat.
Jakarta: EGC. 2007.

Dalami, Ermawati, et all. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah


Psikososial. Jakarta: Trans Info Media.

Damaiyanti, Mukhripah dan Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa.


Bandung: Refika Aditama.

Dermawan, Deden. 2012. Buku Ajar Keperawatan Komunitas. Yogyakarta:


Gosyen Publishing.

Dinkes Jateng. 2013. Petunjuk Teknis Jaminan Kesehatan Daerah Provinsi Jawa
Tengah. Http://k3dkebumen.files.wordpress.com/2013/11/juknis-
jamkesda-2013_jateng.pdf. Diakses 21 februari 2014 pukul 21:34 WIB.

Direja, Ade H.S.. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Doenges, Marilynn E., Townsend, M.C., Moorhouse, M.F. 2006. Rencana Asuhan
Keperawatan Psikiatri. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi A., Wiyono, A.P., Susanti, S. 2011. Manajemen Kasus Gangguan
Jiwa CMHN (Intermediate Course). Jakarta: EGC.

Kusumawati, Farida dan Hartono, Y. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Notoadmojo, Soekidjo. 2011. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Jakarta:


Rineka Cipta.

Pieter, Herru Z., Janiwarti, B. Saragih, M. 2011. Pengantar Psikologi untuk


Keperawatan. Jakarta: Kencana.

Rasmun. 2004. Stres, Koping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.

Suliswati, Payapo, T.A., Maruhawa, J., Sianturi, Y. Sumijatun. 2005. Konsep


Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Sumiati, Dinarti, Nurhaeni, H., Aryani, R. 2009. Kesehatan Jiwa Remaja dan
Konseling. Jakarta: Trans Info Medika.

Videbeck, Sheila.L. 2008. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.


Lampiran 1
Lampiran 2

Vous aimerez peut-être aussi