Vous êtes sur la page 1sur 15

LAPORAN PENDAHULUAN

PNC (POST NATAL CARE) DI POLI KANDUNGAN


RUMAH SAKIT TENTARA TINGKAT II
Dr. SOEPRAOEN MALANG

Disusun Oleh:
Achmad Mudhofir
201710461011040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2018
LEMBAR PENGESAHAN

JUDUL KASUS

LAPORAN PENDAHULUAN
PNC (POST NATAL CARE) DI POLI KANDUNGAN
RUMAH SAKIT TENTARA TINGKAT II
Dr. SOEPRAOEN MALANG

TANGGAL PENGAMBILAN KASUS


28 MEI 2018

Di susun oleh:
Achmad Mudhofir

PEMBIMBING INSTITUSI PEMBIMBING KLINIK /CI

…………………………………….. …………………………………..
KONSEP DASAR TEORI
DEFINISI
Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa nifas (puerperium)
yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang
lamanya 6 minggu. Post partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2010).
Masa nifas atau masa purpenium adalah masa setelah partus selesai dan berakhir setelah
kira-kira 6-8 minggu (Manjoer, A dkk, 2001). Akan tetapi seluruh alat genetal baruh pulih
kembali seperti sebelumnya ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Ilmu kebidanan, 2007).
Masa nifas adalah priode sekitar 6 minggu sesudah melahirkan anak, ketika alat-alat
reproduksi tengah kembali ke kondisi normal (Barbara F. Weller,2005).
Post partum adalah proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat
serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam
(Saifuddin,2002).
Post partum adalah masa pulih kembali dari persalinan sampai alat-alat kandung kembali
seperti sebelum hamil, lama massa nifas yaitu 6-8 minggu (Rustam,1991)
Jadi dapat disimpulkan bahwa masa nifas atau post partum adalah masa setelah kelahiran
bayi pervagina dan berakhir setelah alat-alat kandungan kembali seperti semula tanpa adanya
komplikasi.

KLASIFIKASI
Masa nifas dibagi dalam 3 periode yaitu :
1. Post partum dini yaitu keputihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri, berjalan-jalan.
Dalam agama Isalam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari.
2. Post partum intermedial yaitu keputihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6-8
minggu.
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna
terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi untuk sehat
sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
ADAPTASI FISIOLOGI
1. Perubahan fisik
a. Involusi
1) Uterus
Involusi TFU Berat uterus
Bayi lahir Setengah pusat 1000 gr
Uri lahir 2 jari bawah pusat 750
1 minggu Pertengahan pusat sym 500
2 minggu Tidak teraba diatas sym 350
6 minggu Bertambah kecil 50
8 minggu Sebesar normal 30

2) Placenta Bed
 Mengecil dan menonjol
 Kearah kavum uteri
3) Jalan lahir
 Luka sembuh dalam 6-7 hari bila tanpa infeksi
4) Abdomen
 Mulas (after pain) kontraksi selama + 2-4 post partum
5) Pengeluaran
 L. Rubra (0-2 hari) warna merah (darah segar yang bercampur sisa selaput
ketuban, sel desidua, sisa vemuk, kaseosa, lanugo mekonium)
 L. Sangirdenta (3-7 hari) warna merah kuning (terdiri dari darah campur
lendir)
 L. Serosa (7-14 hari) berwarna kuning
 L. Alba (14 hari – 6 minggu) hanya berupa cairan putih
6) Servik
 Agar menganga seperti corong
 Merah kehitaman seperti corong
 Konsistensi lunak, kadang terdapat luka kecil
7) Ligamen
 Ligament, fasia, diafragma pelvis menciut dan pulih kembali
8) Vagina
 Laserasi, vugae baru ada setelah tiga minggu
9) Muskulus
 Tonus otot berkurang
 Diastaks rektus abdominalis
 Sesasi ekstremitas bawah berkurang
10) Perkemihan
 Diuresisi meningkat dalam 24 jam pertama
 Hematuria
11) Sisa endokirn
 Penurunan estrogen, prgesteron setelah placenta lahir
 Polaktin meningkat laktasi
 Non laktasi, prolaktin menurun estrogen meningkat, fase folikular 3 minggu
PP dan haid 12 minggu kemudian
 Laktasi, haid minggu ke-36 (anovulatory)
12) Sistem pencernaan
 Motiltias usus menurun
 Kekurangan cairan
 Tidak usaman
13) Sistem cardiovaskuler
 Bradikardi : 50-70 x.mnt
 Takikardi
 Diaporesis dan menggigil
 Pembekuan darah menigkat

b. Proses Laktasi
1) Perubahan pada kelenjar mamae
2) Poliferasi jaringan
3) Pengeluaran clolstrum
4) Hipervaskularisas
5) Hormon prlaktim ber tambah
ADAPTASI PSIKOLOGIS
Menjadi orang tua merupakan suatu krisis tersendiri dan harus melewati masa transisi.
Masa transisi pada post partum yang harus diperhatikan perawat adalah :
1. “Honeymoon” adalah fase setelah anak lahir dan terjadi kontak yang lama antara ibu, ayah,
anak. Kala ini dapat dikatakan sebagai psikis honeymoon yang memerlukan hal-hal
romantis masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang
baru.
2. Bonding Attachment atau ikatan kasih
Dimulai sejak dini begitu bayi dilahirkan. “Bonding” adalah suatu istilah untuk
menerangkan hubungan antara ibu dan anak. Sedangkan “attachment” adalah suatu
keterikatan antara orang tua dan anak. Peran perawat penting sekali untuk memikirkan
bagaimana hal tersebut dapat terlaksana. Partisipasi suami dalam proses persalinan
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan ikatan kasih tersebut.
Perubahan fisiologis pada klien post partum akan dikuti oleh perubahan psikologis secara
simultan sehingga klien harus beradaptasi secara menyeluruh. Menurut klasifikasi Rubin
terdapat tiga tingkat psikologis klien setelah melahirkan adalah:
”TAKING IN”
Suatu periode dimana ibu hanya berorientasi pada kebutuhan diri sendiri, tingkah laku
klien pasif dengan berdiam diri, tergantung pada orang lain. Ibu belum mempunyai inisiatif
untuk kontak dengan bayinya. Dia sangat membutuhkan orang lain untuk membantu,
kebutuhannya yang utama adalah istirahat dan makan. Selain itu ibu mulai menerima
pengalamannya dalam melahirkan dan menyadari bahwa hal tersebut adalah nyata. Periode ini
berlangsung 1 - 2 hari.
Menurut Gottible, pada fase ini ibu akan mengalami “proses mengetahui/menemukan “
yang terdiri dari :
a. Identifikasi
Ibu mengidentifikasi bagian-bagian dari fisik bayi, gambaran tubuhnya untuk
menyesuaikan dengan yang diharapkan atau diimpikan.
b. Relating (menghubungkan)
Ibu menggambarkan anaknya mirip dengan anggota keluarga yang lain.
c. Menginterpretasikan
Ibu mengartikan tingkah laku bayi dan kebutuhan yang dirasakan. Pada fase ini
dikenal dengan istilah “ fingertip touch”
TAKING HOLD
Periode dimana terjadi perpindahan dari keadaan ketergantungan ke keadaan mandiri.
Perlahan-lahan tingkat energi klien meningkat merasa lebih nyaman dan mulai berfokus pada
bayi yang dilahirkan. Klien lebih mandiri, dan pada akhirnya mempunyai inisiatif untuk
merawat dirinya, mampu untuk mengontrol fungsi tubuh, fungsi eliminasi dan memperhatikan
aktifitas yang dilakukannya setiap hari. Jika ibu merawat bayinya, maka ia harus
memperhatikan kualitas dan kuantitas dari produksi ASI. Selain itu, ibu seharusnya tidak hanya
mengungkapkan keinginannya saja akan tetapi harus melakukan hal tersebut, misalnya
keinginan berjalan, duduk, bergerak seperti sebelum melahirkan. Disini juga klien sangat
antusias merawat bayinya. Pada fase ini merupakan saat yang tepat untuk memberikan
pendidikan perawatan diri dan bayinya. Pada saat ini perawat mutlak memberikan semua
tindakan keperawatan seperti halnya menghadapi kesiapan ibu menerima bayi, petunjuk-
petunjuk yang harus diikuti tentang bagaimana cara mengungkapkan dan bagaimana
mengaturnya. Perawat harus berhati-hati dalam memberikan instruksi dan tidak memaksakan
kehendaknya sendiri.
Apabila klien merasa tidak mampu berbuat seperti yang diperbuat oleh perawat, maka
perawat harus membantu ibu dalam melaksanakan kegiatan / tugas yang telah
didemonstrasikan dan memberi pujian untuk setiap tindakan yang tepat.
Bila ibu sudah merasakan lebih nyaman, maka ibu sudah masuk dalam tahap ke- 2 “
maternal touch”, yaitu “total hand contact” dan akhirnya pada tahap ke- 3 yang disebut “
enfolding”. Dan periode ini berlangsung selama 10 hari.
LETTING GO
Pada fase ini klien sudah mampu merawat dirinya sendiri dan mulai disibukan oleh
tanggung jawabnya sebagai ibu. Secara umum fase ini terjadi ketika ibu kembali ke rumah.
POST PARTUM BLUES
Pada periode ini terjadi perubahan hormone estrogen dan progesterone yang menurun,
selain itu ibu tidak siap dengan tugas-tugas yang harus dihadapinya.
Gejala: menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu makan, gangguan pola tidur,
cemas. Bila keadaan ini berlangsung lebih dari 2 minggu dan ibu tidak mampu menyesuaikan
diri, maka akan menjadi serius yang dikenal sebagai POST PARTUM DEPRESI.

3. Adaptasi psikologis ayah


Respon ayah pada masa sesudah kelahiran tergantung keterlibatannya selama proses
persalinan, biasanya ayah akan merasa lelah, ingin selalu dekat dengan isteri dan anaknya.
4. Adaptasi psikologis keluarga
Kehadiran bayi baru lahir dalam keluarga menimbulkan perubahan peran dan hubungan
dalam keluarga tersebut, misalnya anak yang lebih besar menjadi kakak, orang tua menjadi
kakek / nenek, suami dan isteri harus saling membagi perhatian. Bila banyak anggota yang
membantu merawat bayi, maka keadaan tidaklah sesulit dengan tidak ada yang membantu,
sementara klien harus ikut aktif melibatkan diri dalam merawat bayi dan membantu rumah
tangga.

ETIOLOGI
Penyebab timbulnya persalinan sampai sekarang belum diketahui secara pasti atau jelas
terdapat beberapa teori antara lain (Rustma Muchtar, 1998) :
1. Penurunan kadar progesterone
Progesteron menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan
ketentraman otot rahim.
2. Penurunan kadar progesterone
Pada akhir kehamilan kadar oxytocinbertambah, oleh karena itu timbul kontraksi otot
rahim.
3. Keregangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan makin regang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
4. Pengaruh janin
Hypofisis dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang peranan oleh karena
itu pada enencephalus kehamilan sering lebih lama dan biasa.
5. Teori prostaglandin
Teori prostaglandin yang dihasilkan dan decidua, disangka menjadi salah satu sebab
permulaan persalinan.

PATOFISIOLOGI
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat
genetal ini dalam keseluruhannya disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-
perubahan penting lain yakni memokonsentrasi dan timbulnya laktasi yang terakhir ini karena
pengaruh lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post psrtum, pembuluh-pembuluh darah yang ada
antara nyaman otot-otot uretus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan pendarahan setelah
plasenta lahir. Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera post partum
bentuk serviks agak menganga seperticorong, bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri
terbentuk semacam cincin. Peruabahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah
timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis ditempat implantasi plasenta pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar akibat
pelepasan desidua dan selaput janin regenerasi endometrium terjadi dari sisa-sisa sel desidua
basalis yang memakai waktu 2 sampai 3 minggu. Ligamen-ligamen dan diafragma palvis serta
fasia yang merenggang sewaktu kehamilan dan pertu setelah janin lahir berangsur-angsur
kembali seperti sedia kala.

MANIFESTASI KLINIS
Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita memasuki
“bulannya atau minggunya atau harinya” yang disebut kala pendahuluan (preparatory stage of
labor) ini memberikan tanda-tanda sebagai berikut :
1. Lightening atau setting atau droping yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul
terutama pada primigravida pada multipara tidak begitu kentara.
2. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.
3. Perasaan sering atau susah kencing (potakisurla) karena kandung kemih tertekan oleh
bagian terbawa janin.
4. Perasaan sakit perut dan dipinggang oleh adanya kontraksi lemah dari uterus, kadang
disebut “false labor pains”.
5. Serviks menjadi lembek, mulai melebar dan sekresinya bertambah dan bisa bercampur
darah (bloody shoe).

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
1. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan dll
3. Payudara: air susu, putting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekres yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan
Pemeriksaan penunjang post partum menurut Manjoer arif dkk, 2001
1. Hemoglobin, hematokrit, leukosit, ureum
2. Ultra sosografi untuk melihat sisa plasenta.

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan : istirahat dan tidur tenang, usahakan miring kanan kiri
3. Hari ke- 1-2 : memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar dan perawatan
payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa nifas, pemberian informasi
tentang senam nifas.
4. Hari ke-2 : mulai latihan duduk
5. Hari ke-3 : diperkenankan latihan berdiri dan berjalan

KONSEP DASAR KEPERAWATAN


PENGKAJIAN
Pemeriksaan Fisik
1. Monitor Keadaan Umum Ibu
 Jam I : tiap 15 menit, jam II tiap 30 menit
 24 jam I : tiap 4 jam
 Setelah 24 jam : tiap 8 jam
2. Monitor Tanda-tanda Vital
3. Payudara
Produksi kolustrum 48 jam pertama.
4. Uterus
Konsistensi dan tonus, posisi tinggi dan ukuran.
5. Insisi SC
Balutan dan insisi, drainase, edema, dan perubahan warna.
6. Kandung Kemih dan Output Urine
Pola berkemih, jumlah distensi, dan nyeri.
7. Bowel
Pergerakan usus, hemoroid dan bising usus.
8. Lochea
Tipe, jumlah, bau dan adanya gumpalan.
9. Perineum
Episiotomi, laserasi dan hemoroid, memar, hematoma, edema, discharge dan
approximation. Kemerahan menandakan infeksi.
10. Ekstremitas
Tanda Homan, periksa redness, tenderness, warna.
11. Diagnostik
Jumlah darah lengkap, urinalisis.

Perubahan Psikologis
1. Peran Ibu meliputi:
Kondisi Ibu, kondisi bayi, faktor sosial-ekonomi, faktor keluarga, usia ibu, konflik peran.
2. Baby Blues:
Mulai terjadinya, adakah anxietas, marah, respon depresi dan psikosis.
3. Perubahan Psikologis
a. Perubahan peran, sebagai orang tua.
b. Attachment yang mempengaruhi dari faktor ibu, ayah dan bayi.
c. Baby Blues merupakan gangguan perasaan yang menetap, biasanya pada hari III
dimungkinkan karena turunnya hormon estrogen dan pergeseran yang
mempengaruhi emosi ibu.
4. Faktor-faktor Risiko
a. Duerdistensi uterus
b. Persalinan yang lama
c. Episiotomi/laserasi
d. Ruptur membran prematur
e. Kala II persalinan
f. Plasenta tertahan
g. Breast feeding

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d agen injuri fisik (trauma jalan lahir, epiostomi)
2. Perubahan pola eleminasi BAK (disuria) b/d trauma perineum dan saluran kemih.
3. Resiko defisit volume cairan b/d pengeluaran yang berlebihan; perdarahan; diuresis;
keringat berlebihan.
4. Resiko infeksi b.d. episiotomi, laserasi jalan lahir, bantuan pertolongan persalinan

INTERVENSI
Diagnosa Tujuan dan Kriteria Rencana Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil
Nyeri akut b/d NOC : Pain Management
agen injuri  Pain Level,
fisik  Pain control, 1. Lakukan 1. Mengetahui tingkat
(peregangan  Comfort level pengkajian nyeri pengalaman nyeri
perineum; luka Setelah dilakukan secara klien dan tindakan
episiotomi; askep selama …x komprehensif keperawatan yang
involusi uteri; 24 jam, termasuk lokasi, akan dilakukan
hemoroid; karakteristik,
pembengkakan diharapkan nyeri durasi, frekuensi, untuk mengurangi
payudara). berkurang kualitas dan faktor nyeri
presipitasi 2. Reaksi terhadap
Kriteria Hasil : (PQRST)
nyeri biasanya
1. Mampu 2. Observasi reaksi
mengontrol nyeri nonverbal dari ditunjukkan dengan
(tahu penyebab ketidaknyamanan reaksi non verbal
nyeri, mampu 3. Gunakan teknik tanpa disengaja.
menggunakan komunikasi 3. Mengetahui
tehnik terapeutik untuk pengalaman nyeri
nonfarmakologi mengetahui 4. Penanganan nyeri
untuk mengurangi pengalaman nyeri
tidak selamanya
nyeri, mencari pasien
bantuan) 4. Ajarkan tentang diberikan obat.
2. Melaporkan bahwa teknik non Nafas dalam dapat
nyeri berkurang farmakologi membantu
dengan 5. Evaluasi mengurangi tingkat
menggunakan keefektifan kontrol nyeri
manajemen nyeri nyeri 5. Mengetahui
3. Mampu mengenali 6. Motivasi untuk
keefektifan control
nyeri (skala, meningkatkan
intensitas, asupan nutrisi yang nyeri
frekuensi dan tanda bergizi. 6. Mengurangi rasa
nyeri) 7. Tingkatkan nyeri Menentukan
4. Menyatakan rasa istirahat intervensi
nyaman setelah 8. Latih mobilisasi keperawatan sesuai
nyeri berkurang miring kanan
skala nyeri.
5. Tanda vital dalam miring kiri jika
rentang normal kondisi klien mulai 7. Mengidentifikasi
TD : 120-140 /80 – membaik penyimpangan dan
90 mmHg 9. Kaji kontraksi kemajuan
RR : 16 – 24 x/mnt uterus, proses berdasarkan
N : 80- 100 x mnt involusi uteri. involusi uteri.
T : 36,5o C – 10. Anjurkan pasien 8. Mengurangi
37,5 o C untuk membasahi
ketegangan pada
perineum dengan
air hangat sebelum luka perineum.
berkemih. 9. Melatih ibu
11. Anjurkan dan latih mengurangi
pasien cara bendungan ASI dan
merawat payudara memperlancar
secara teratur. pengeluaran ASI.
12. Jelaskan pada ibu
10. Mencegah infeksi
tetang teknik
merawat luka dan kontrol nyeri
perineum dan pada luka perineum.
mengganti PAD 11. Mengurangi
secara teratur intensitas nyeri
setiap 3 kali sehari denagn menekan
atau setiap kali
lochea keluar rangsnag nyeri pada
banyak. nosiseptor.
13. Kolaborasi dokter
tentang pemberian
analgesik

Perubahan pola Setelah dilakukan 1. Kaji haluaran 1. Mengidentifikasi


eleminasi BAK askep selama …x 24 urine, keluhan penyimpangan dalam
(disuria) b/d jam, Pola eleminasi serta keteraturan pola berkemih
trauma (BAK) pasien teratur. pola berkemih. pasien.
perineum dan Kriteria hasil: 2. Anjurkan pasien 2. Ambulasi dini
saluran kemih. Eleminasi BAK melakukan memberikan
lancar, disuria tidak ambulasi dini. rangsangan untuk
ada, bladder kosong, 3. Anjurkan pasien pengeluaran urine
keluhan kencing tidak untuk membasahi dan pengosongan
ada. perineum dengan bladder.
air hangat sebelum 3. Membasahi bladder
berkemih. dengan air hangat
4. Anjurkan pasien dapat mengurangi
untuk berkemih ketegangan akibat
secara teratur. adanya luka pada
5. Anjurkan pasien bladder.
untuk minum 4. Menerapkan pola
2500-3000 ml/24 berkemih secara
jam. teratur akan melatih
6. Kolaborasi untuk pengosongan bladder
melakukan secara teratur.
kateterisasi bila 5. Minum banyak
pasien kesulitan mempercepat filtrasi
berkemih. pada glomerolus dan
mempercepat
pengeluaran urine.
6. Kateterisasi
memabnatu
pengeluaran urine
untuk mencegah
stasis urine.
Resiko defisit  Fluid balance Fluid management 1. Mengidentifikasi
volume cairan  Hydration 1. Obs Tanda-tanda penyimpangan
b/d Setelah dilakukan vital setiap 4 jam. indikasi kemajuan
pengeluaran askep selama …x 24 2. Obs Warna urine. atau
yang jam, Pasien dapat 3. Status umum setiap penyimpangan
berlebihan; mendemostrasikan 8 jam. dari hasil yang
perdarahan; status cairan 4. Pertahankan diharapkan.
diuresis; membaik. catatan intake dan 2. Memenuhi
keringat Kriteria Hasil: output yang akurat kebutuhan cairan
berlebihan. Tak ada manifestasi 5. Monitor status tubuh klien
dehidrasi, resolusi hidrasi ( 3. Menjaga status
oedema, haluaran kelembaban balance cairan
urine di atas 30 membran mukosa, klien
ml/jam, kulit nadi adekuat, 4.
kenyal/turgor kulit tekanan darah 5. Memenuhi
baik. ortostatik ), jika kebutuhan cairan
diperlukan tubuh klien
6. Monitor masukan 6. Memenuhi
makanan / cairan kebutuhan cairan
dan hitung intake tubuh klien
kalori harian 7. Temuan-temuan
7. Lakukan terapi IV ini menandakan
8. Berikan cairan hipovolemia dan
9. Dorong masukan perlunya
oral peningkatan
10. Beritahu dokter cairan.
bila: haluaran urine 8. Mencegah pasien
< 30 ml/jam, haus, jatuh ke dalam
takikardia, gelisah, kondisi kelebihan
TD di bawah cairan yang
rentang normal, beresiko
urine gelap atau terjadinya oedem
encer gelap. paru.
11. Konsultasi dokter 9. Mengidentifikasi
bila manifestasi keseimbangan
kelebihan cairan cairan pasien
terjadi. secara adekuat dan
12. Pantau: cairan teratur.
masuk dan cairan
keluar setiap 8 jam.
Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Pantau: vital sign, 1. Mengidentifikasi
askep selama …x 24 tanda infeksi. penyimpangan dan
jam, Infeksi tidak 2. Kaji pengeluaran kemajuan sesuai
terjadi. lochea, warna, bau intervensi yang
Kriteria hasil: dan jumlah. dilakukan.
Tanda infeksi tidak 3. Kaji luka 2. Mengidentifikasi
ada, luka episiotomi perineum, keadaan kelainan
kering dan bersih, jahitan. pengeluaran lochea
takut berkemih dan 4. Anjurkan pasien secara dini.
BAB tidak ada. membasuh vulva 3. Keadaan luka
setiap habis perineum
berkemih dengan berdekatan dengan
cara yang benar daerah basah
dan mengganti mengakibatkan
PAD setiap 3 kali kecenderunagn luka
perhari atau setiap untuk selalu kotor
kali pengeluaran dan mudah terkena
lochea banyak. infeksi
5. Pertahnakan teknik 4. Mencegah infeksi
septik aseptik secara dini.
dalam merawat 5. Mencegah
pasien (merawat kontaminasi silang
luka perineum, terhadap infeksi.
merawat payudara,
merawat bayi).

DAFTAR PUSTAKA

Bobak, Lowdermik, Jensen, 2004, Buku Ajar Kepearwatan Maternitas (terjemahan), Edisi
IV, EGC, Jakarkta.
Carpenito, L.J., 2000, Diagnosa Keperawatan Aplikasi pada Praktek Klinis (terjemahan),
Edisi 6, EGC, Jakarta.
Dongoes, M.E., 2001, Rencana Keperawatan Maternal Bayi : Pedoman untuk Perencanaan
dan Dokumentasi Klien (terjemahan), EGC, Jakarta.
Farrer, H., 2004, Perawatan Maternitas (terjemahan), EGC, Jakarta.
Manuaba, I.B.G., 2003, Kepaniteraan Klinik Obstetri Dan Ginekologi, Edisi 2,EGC, Jakarta.
Prawirohardjo, 2000, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,
Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Vous aimerez peut-être aussi