Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PRAKTIKUM V
URINALISIS
2. Albumin
Controlled PH
BCG + Albumin Green BCG / Albumin complex
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2 Albumin
Pemeriksaan albumin mengukur kadar albumin dalam darah yang dianjurkan
secara berkala sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan; direkomendasikan oleh
dokter ketika seseorang dicurigai mengalami gejala gangguan hati atau penyakit
ginjal; terkadang ketika seseorang mengalami penurunan berat badan yang tidak
diinginkan, kekurangan gizi, atau sebelum operasi direncanakan. Pemeriksaan
albumin membutuhkan sampel berupa darah yang diambil dari pembuluh darah vena
di lengan.
Albumin merupakan protein plasma yang paling tinggi jumlahnya sekitar 60%
dan memiliki berbagai fungsi yang sangat penting bagi kesehatan yaitu
pembentukan jaringan sel baru, mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang
rusak serta memelihara keseimbangan cairan di dalam pembuluh darah dengan
cairan di rongga interstitial dalam batas-batas normal, kadar albumin dalam darah
3,5-5 g/dl (Rusli, et all, 2011).
Albumin adalah istilah yang digunakan untuk merujuk ke segala jenis protein
monomer yang larut dalam air dan larutan garam, dan mengalami koagulasi saat
terpapar panas. Substansi yang mengandung albumin, seperti putih telur, disebut
albuminoid.Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh
manusia, yaitu sekitar 55-60% dari protein serum yang terukur. Albumin terdiri dari
rantai polipeptida tunggal dengan berat molekul 66.4 kDa dan terdiri dari 585 asam
amino. Pada molekul albumin terdapat 17 ikatan dislufida yang menghubungkan
asam-asam amino yang mengandung sulfur. Molekul albumin berbentuk elips
sehingga bentuk molekul seperti itu tidak akan meningkkatkan viskositas plasma
dan terlarut sempurna (Medicinus. 2008).
Proses Terbentuknya Albumin
Albumin pada umumnya dibentuk di hati. Hati menghasilkan sekitar 12
gram albumin per hari yang merupakan sekitar 25% dari total sintesis protein
hepatic dan separuh dari seluruh protein yang diekskresikan organ tersebut.
Albumin pada mulanya disintesis sebagai preprotein. Peptida sinyalnya
dilepaskan ketika preprotein melintas kedalam sinterna reticulum endoplasma
kasar, dan heksa peptide pada ujung terminal-amino yang dihasilkan itu
kemudian dipecah lebih lanjut disepanjang lintasan skreotik. Albumin dapat
ditemukan dalam putih telur dan darah manusia. Golongan protein ini paling
banyak dijumpai pada telur (albumin telur), darah (albumin serum), dalam
susu (laktalbumin). Berat molekul albumin plasma manusia 69.000, albumin
telur 44.000, dalam daging mamalia 63.000.
Peranan albumin dalam darah adalah menjaga tekanan osmotik dari
cairan koloid plasma, sebagai alat pengangkut dan memperbaiki kadar
bilirubin, sebagai alat pengangkut asam lemak dan bahan metabolit lain
seperti hormon dan enzim. Dengan demikian albumin sering kali dipakai pada
penelitian karena kemampuan mempertahankan tekanan osmotik, sebagai
plasma expander dan kemampuannya sebagai pengikat berbagai bahan toksik,
termasuk bilirubin serta logam berat, serta kemampuan angkutnya dalam
mengangkut asam lemak, bahan metabolit, hormon serta enzim, sebagai
antioksidan dan buffer.
3.1 Alat
1. Mikropipet dan tip
2. Tabung Reaksi
3. Spektrofotometer
4. Water bath
5. Kuvet
3.2 Bahan
1. Sampel Darah (Serum K)
2. Reagen Bilirubin dan Albumin (Reiged)
BAB IV
CARA KERJA
Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 15-250C (Suhu Ruangan)
Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 15-250C (Suhu Ruangan)
Larutan Sampel
Campur dan inkubasi selama 5 menit pada suhu 15-250C (Suhu Ruangan)
Larutan Blank
dibaca di spektrofotometer
Larutan Standar
dibaca di spektrofotometer
Larutan Sampel
dibaca di spektrofotometer
BAB V
HASIL PRAKTIKUM
b. Perhitungan
1. Bilirubin = Sampel – Sampel Blank x Faktor
= 0,236 – 0,126 x 19,1
= 0,11 x 19,1
= 2,10 mg / dl
b. Perhitungan
𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
2. Albumin = 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖
0.422
= 0.355 𝑥 4 𝑔/𝑑𝑙
= 4,75 g/dl
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Bilirubin
Pada praktikum yang dilakukan, sampel darah yang dipakai adalah sampel K
(sampel yang digunakan adalah serum darah) dan dibuat larutan reagen blank,
larutan sampel blank dan larutan sampel. Percobaan kali ini tidak menggunakan
larutan standar blank dan larutan standar. Masing-masing larutan reagen dan sampel
dibuat oleh orang yang berbeda bertujuan untuk mengetahui apakah hasil yang
didapatkan sama ataukah berbeda.
Pada saat praktikum, semua larutan tidak perlu dipanaskan menggunakan
water bath, dikarenakan suhu 15-250C merupakan suhu ruangan, hanya ditunggu
selama 5 menit, kemudian akan dibaca dengan menggunakan spektrofotometer
dengan panjang gelombang 555 nm. Larutan blank merupakan larutan yang
digunakan sebagai kontrol atau sebagai nilai transmittan sebanyak 100% (Rizkiany,
2011). Larutan reagen blank yang digunakan dalam praktikum adalah reagen 1
sebanyak 300 ul dan reagen 2 sebanyak 10ul yang dilakukan untuk mengkalibrasi
spektrofotometr, larutan sampel blank yang digunakan dalam praktikum adalah
reagen 1 sebanyak 300ul dan sampel sebanyak 20ul. Larutan sampel merupakan
larutan yang akan digunakan untuk mengecek kadar bilirubin didalam darah. Lautan
sampel yang digunakan pada praktikum adalah campuran antara reagen 1 sebanyak
300 ul dengan reagen 2 sebanyak 10 ul dan dicampurkan dengan sampel sebanyak
20 ul.
Percobaan penentuan kadar bilirubin total didalam darah menggunakan
metode spektrofotometri dimana metode ini memiliki prinsip menggnakan cahaya
untuk mengetahui kadar bilirubin didalam darah. Terdapat dua cahaya yang ada
pada spektrofotometri, yaitu cahaya absorban dan cahaya transmittan. Cahaya
absorban merupakan cahaya yang tidak bergerak atau diam pada kuvet yang sudah
mengandung sampel yang akan dicek kadar bilirubin totalnya. Nilai yang keluar dari
cahaya yang diteruskan akan dinyatakan dalam suatu nilai yang disebut nilai
absorbansi karena nilai absorbansi memiliki hubungan dengan konsentrasi didalam
sampel (Rizkiany, 2011). Cahaya transmittan merupakan cahaya yang bergerak atau
melewati kuvet yang sudah mengandung sampel.
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Prinsip kerja spektrofotometer uv-vis
mengacu pada hukum Lambert-Beer. Apabila cahaya monokromatik melalui suatu
media, maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan
sebagian lagi akan dipancarkan (Basset, 1994). Pada panjang gelombang inilah
diharapkan hasil yang didapat daya absorbansinya optimal. Pada saat menggunakan
alat spekrofotometer UV-Vis, kuvet yang akan digunakan harus dicuci bersih agar
tidak ada kontaminan. Adanya kontaminan menyebabkan pengukuran tidak tepat.
Pada saat memegang kuvet harus diperhatiakan cara memegangnya. Kuvet harus
dipegang pada bagian yang buram, karena jika dipegang pada bagian bening kuvet
maka dikhawatirkan akan mengganggu absorbansi, disebabkan oleh adanya protein
dari tangan kita yang mungkin tertinggal pada kuvet.
Konsentrasi bilirubin yang ada didalam darah memiliki nilai yang sama
dengan cahaya yang diam, maka perhitungan untuk konsentrasi bilirubin dapat
dirumuskan sebagai berikut:
6.2 Albumin
Pada praktikum yang dilaukan, sampel darah yang dipakai adalah sampel K
(sampel yang digunakan adalah serum darah). Total larutan yang dibuat ada
sebanyak 3 yang terdiri dari larutan blanko (Aquadest), larutan standar dan larutan
sampel. Masing-masing larutan standar dan sampel dibuat oleh orang yang berbeda,
bertujuan untuk mengetahui apakah hasil yang didapatkan sama ataukah berbeda.
Pada saat praktikum, semua larutan standar dan sampel dipanaskan pada
water bath pada suhu 370C dipanaskan selama 90 detik, lalu dibaca pada
spektrofotometer. Larutan blanko merupakan larutan yang dapat digunakan sebagai
kontrol atau yang digunakan sebagai nilai transmittan sebanyak 100% (Rizkiany,
2011). Larutan blanko yang digunakan pada saat praktikum adalah aquadest.
Larutan standar merupakan larutan yang mendapatkan perlakuan yang sama dengan
analit dan mengandung komponen analit dengan konsentrasi yang sudah diketahui
(Rizkiany, 2011). Larutan standar yang digunakan pada saat praktikum
menggunakan campuran reagen sebanyak 1000 µl dengan standar sebanyak 10 µl.
Untuk larutan sampel menggunakan campuran reagen sebanyak 1000 µl dengan
sampel sebanyak 10 µl.
Percobaan penentuan kadar Albumin didalam darah menggunakan metode
spektrofotometri dimana metode ini meggunakan prinsip cahaya untuk mengetahui
kadar kreatinin didalam darah. Pada spektrofotometer terdapat 2 cahaya, yaitu
cahaya absorban dan cahaya transmittan. Cahaya absorban merupakan cahaya yang
tidak bergerak atau diam pada kuvet yang sudah berisikan sampel yang akan dicek
kadar kreatininnya. Nilai yang didapatkan dari cahaya yang dikeluarkan akan
diteruskan dan dinyatakan dalam suatu nilai yang disebut nilai absorbansi karena
nilai absorbansi memiliki hubungan dengan konsentrasi didalam sampel (Rizkiany,
2011). Cahaya transmittan merupakan cahaya yang bergerat atau cahaya yang
melewati kuvet yang berisikan sampel. Konsentrasi albumin yang ada didalam darah
memiliki nilai yang sama dengan cahaya yang diam, maka perhitungan untuk
konsentrasi albumin dapat dirumuskan sevagai berikut:
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐴𝑙𝑏𝑢𝑚𝑖𝑛 = 𝑥 𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
𝐴𝑏𝑠𝑜𝑟𝑏𝑎𝑛𝑠𝑖 𝑆𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟
Andri, Aniek, Haidar Riski, dkk. 2015. Praktikum PSG Biokimia Pemeriksaan Albumin
http://yayanakhyar.wordpress.com/2010/04/06/sedikit-mengenai metabolisme-
m.prodia.co.id/id/produklayanan/pemeriksaanlaboratoriumdetails/albumin
m.prodia.co.id/id/produklayanan/pemeriksaanlaboratoriumdetails/bilirubin-total