Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Kelompok 14 :
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Makalah kami
dengan judul“Askep Trauma Medulla Spinalis” sesuai dengan waktu yang
ditentukan.
Dalam penyusunan Tugas Makalah ini, penulis mendapatkan banyak
pengarahan dan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini
penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Riki Ristanto S. Kep. Ns,M. Kep
Penulis berusaha untuk dapat menyelesaikan Tugas Makalah ini, dengan sebaik-
baiknya. Namun demikian penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu demi kesempurnaan, penulis mengharapkan adanya kritik dan
saran dari semua pihak, untuk menyempurnakannya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang……………………………………………………………
1.2 Rumusan masalah………………………………………………………..
1.3 Tujuan……………………………………………………………………
1.4 Manfaat…………………………………………………………………..
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan………………………………………………………………….
4.2 Saran………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Untuk pemahaman asuhan keperawatan pada klien Trauma Medula
Spinalis pendekatan dengan proses keperawatan.
1.4 Manfaat
TINJUAN TEORI
Gambar 2.5 Gambaran umum perjalanan sensorik dari sistem saraf perifer sampai
pusat sensorik di korteks serebal (First- order neuron sampai Third- order neuron).
Gambar dikutip dari : Snell RS. Chapter 4. The Spinal Cord and the
Ascending anda Descending Tracts. In :Snell RS. Clinical Neuroanatomy. 7th
Edition. Lippincontt Williams & Wilkins, Philadelphia. 2010. P. 133-84
Gambar 2.6 Traktus spinotalamik lateral
Gambar dikutip dari : Snell RS. Chapter 4. The Spinal Cord and the
Ascending anda Descending Tracts. In :Snell RS. Clinical Neuroanatomy. 7th
Edition. Lippincontt Williams & Wilkins, Philadelphia. 2010. P. 133-84
gambar 2.9
Gambar dikutip dari : Snell RS. Chapter 4. The Spinal Cord and the
Ascending anda Descending Tracts. In :Snell RS. Clinical Neuroanatomy. 7th
Edition. Lippincontt Williams & Wilkins, Philadelphia. 2010. P. 133-84
Gambar 2.10 Traktus kortikospinal anterior dan lateral
Gambar dikutip dari : Snell RS. Chapter 4. The Spinal Cord and the
Ascending anda Descending Tracts. In :Snell RS. Clinical Neuroanatomy. 7th
Edition. Lippincontt Williams & Wilkins, Philadelphia. 2010. P. 133-84
koluma dorsalis dan substansia kelabu bagian posterior. Kedua arteri tersebut
muncul dari arteri vertebralis. Beberapa cabang radikuler dari aorta torakalis dan
abdominalis memberikan perdarahan kolateral bagi medulla spinalis.
Gambar 2.11 dan 2.12 gambar penampang melintang medulla spinalis dengan
arteri spinalis anterior dan gambar perfusi medulla spinalis
Gambar dikutip dari: Gruener G, Biller J. Spinal Cord Anatomy, Localization, and
Overview of Spinal Cord Syndromes. Continum: Lifelong Learning Neurol 2008;
14 (3):11
2.3 Etiologi
Penyebab trauma medulla spinalis (Mutaqin, 2008) :
1. Kecelakaan
4. Terjatuh
5. Dan penyabab lain non traumatik antara lain spondilitis servikal, ruang
miolopati, myelitis, osteoporosis, tumor.
2.18 Gambar myelitis
Sumber: Adam. com
2.5 Patofisiologi
2. B2(Blood)
Pada system kardiovaskuler di dapatkan ranjatan (syok hipovolemik). Pada
beberapa keadaan dapat di temukan TD menurun, brdikardi, berdebar-debar,
pusing saat melakukan perubahan posisi, bradikardi ekstremitas dingin atau
pucat.
3. B3(Brain)
Pengkajian otak meliputi tingkat kesadaran, pengkajian fungsi serebral, dan
pengkajian syaraf cranial.
a. Pengkajian tingkat kesadaran : tingkat keterjagaan klien dan respon
terhadap lingkungan adalah indicator paling sensitive untuk disfungsi
system persarafan, pada keadan lanjut tingkat kesadaran klien
biasanya berkisar pada tingkat letargi,stupor, semikomatosa sampai
koma.
b. Pengkajian fungsi serebral: status mental: observasi penampilan,
tingkah laku, nilai gaya bicara, ekspresi wajah, dan aktivitas motorik
klien. Pada cedera tulang belakang biasanya status mental mengalami
perubahan.
4. B4 (Bladder)
Trauma pada kauda ekuina klien mengalami hilangnya reflek kandung
kemih yang bersifat sementara dan kien kemungkinan inkontinensia urine,
ketidakmampuan mengkomunikasikan kebutuhan, ketidakmampuan untuk
mengguanakan urinal karena control motorik dam postural.selama periode
ini, dilakukan kateterisasi intermiten dengan teknik steril.
5. B5 (Bowel)
Pada pemeriksaan refleks bulbokavernosa di dapatkan positif, menandakan
adanya syok sinal.
6. B6(Bone)
Kaji warna kulit, suhu, kelembapan, dan turgor kulit. Adanya kesulitan
untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori, dan mudah lelah
menyebabkan masalah pada pola aktivitas dan istirahat.
Sumber:
c. MRI
MRI memberikan visualisasi yang lebih baik terhadap kelainan
medulla spinalis dan struktur ligamen. Identifikasi ligamen yang
robek seringkali lebih mudah dibandingkan yang utuh. Kelemahan
MRI adalah terhadap penderita yang menggunakan fiksasi metal,
maka akan memberikan artefact yang mengganggu penilaian fisik.
Kombinasi antara foto polos, CT scan dan MRI, memungkinkan kita
bisa melihat kelainan pada tulang dan struktur jaringan lunak (
ligamen, diskus dan medula spinalis).
Sumber:
ANALISA DATA
NO DATA PENUNJANG DIAGNOSA KEPERAWATAN
Data obyektif:
a. Penurunan tekanan alat inspirasi dan respirasi
b. Penurunan menit ventilasi
c. Pemakaian otot bantu pernapasan
d. Pernapasan cuping hidung
e. Dispnea/ napas pendek dan cepat
f. Prthopnea
g. Pernapasan lewat mulut
h. Frekuensi dan kedalaman pernapasan abnormal
i. Penurunan kapasitas vital paru
Data obyektif:
a. Kekuatan otot menurun
b. Rentang gerak (ROM) menurun
c. Gerakan tidak terkoordinasi
d. Gerakan terbatas
e. Fisik lemah
f. Sendi kaku
Data obyektif:
a. Posisi menghindari nyeri
b. Pasien tampak gelisah
c. Perubahan selera makan
d. Diaforesis
e. Berfokus pada diri sendiri
f. Bukti nyeri yang adapat diamati
Data obyektif:
a. Berkemih tidak tuntas (hesitancy)
b. Mengalami kesulitan di awal berkemih.
Data obyektif
a. Kerusakanjaringandan / ataulapisankulit
b. Terdapatnyeri
c. Terdapatpendarahan
d. Terdapatkemerahan
RENCANA KEPERAWATAN
No DIAGNOSA RENCANA INTERVENSI
KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif Tindakan Mandiri:
b.d imaturitas neurologis 1. Manajemenjalannapas: memfasilitasikepatenanjalannapas.
2. Pengisapanjalannapas: mengeluarkan secret
jalannapasdengancaramemasukkankateterpengisapkedalam jalannapas oral
atautrakeapasien.
3. Manajemenalergi:mengidentifikasi,menangani,danmencegahresponsalergiterhadapmakan
an,medikasi,gigitanserangga,mediakontras,darahdanzat lain.
4. Manajemenjalananafilaksis: meningkatkanventilasidanperfusijaringan yang
adekuatuntukindividu yang mengalamireaksialergiberat.
5. Manajemenjalannapasbantuan: memeliharaselangtrakeostomisertamencegahkomplikasi
yang berhubungandenganpenggunaannya.
6. Manajemenasma: mengidentifikasi,mengobati,
danmencegahreaksiterhadapinflamasi/konstriksi di jalannapas.
7. Manajemenventilasimekanis; invansif:
membantupasienmenerimabantuannapasbuatanmelaluialat yang
dimasukkankedalamtrakea.
8. Penyapihan ventilator mekanis: membantupasienuntukbernapastanpabantuan ventilator
mekanis
9. Pemantauanpernapasan: mengumpulkandanmenganalisis data pasien
untukmemastikankepatenanjalannapasdanpertukaran gas yang adekuat
10. Bantuanventilasi: meningkatkanpolapernapasanspontan yang optimal
sehinggamemaksimalkanpertukaranoksigendankarbondioksida di dalamparu
11. Pemantauantanda-tanda vital: mengumpulkandanmenganalisis data
kardiovaskuler,pernapasan,dansuhutubuhpasienuntukmenentukandanmencegahkomplikas
i.
Tindakan Kolaboratif:
1. Konsultasi dengan ahli terapi pernapasan untuk memastikan keadakuatan fungsi
ventilator mekanis.
2. Laporkan perubahan sensori, bunyi napas, pola pernapasan, nilai GDA, sputum, dan
sebagainnya, jika perlu atau sesuai protokol.
3. Berikan obat (misalnya, bronkodilator) sesuai dengan program atau protokol.
4. Berikan terapi nebulezer ultrasonik dan udara atau oksigen yang dilembabkan sesuai
program atau protokol institusi.
5. Berikan obat nyeri untuk mengoptimalkan pola pernapasan. Uraikan jadwal
2. Gangguan mobilitas fisik Tindakan Mandiri:
b.d gangguan 1. Promosimekanikatubuh:
neuromuskular memfasilitasipenggunaanposturdanpergerakandalamaktivitassehari-hari untuk
mencegahkeletihandanketeganganataucidera musculoskeletal
2. Promosilatihanfisik:
memfasilitasiaktivitasfisikteraturuntukmempertahankanataumeningkatkanketingkatkema
mpuandankesehatan yang lebihtinggi
3. Promosilatihanfisik: latihankekuatan:
memfasilitasipelatihanototresistifsecararutinuntukmempertahankanataumeningkatkankek
uatanotot
4. Terapilatihanfisik: ambulasi:
meningkatkandanmembantudalamberjalanuntukmempertahankanataumengembalikanfun
gsitubuhautonomydanvolunterselamapengobatandanpemulihandarikondisisakitataucidera
5. Terapilatihanfisik: keseimbangan:
mengunakanaktivitas,postur,dangerakantertentuuntukmempertahankan,meningkatkan,
ataumemulihkankeseimbangan.
6. Terapilatihanfisik: mobilitasi sendi:
menggunakangeraktubuhaktifdanpasifuntukmempertahankanataumengembalikanfleksibil
itassendi
7. Terapilatihanfisik: pengendalianotot: mengunakanaktivitastertentuatauprotocollatihan
yang sesuaiuntukmeningkatkanataumengembalikangerakantubuh yang terkendali.
8. Pengaturanposisi: mengaturposisiataubagiantubuhpasiensecarahati-
hatiuntukmeningkatkankesejahteraanfisiologiataupsikologi
9. Pengaturanposisi: kursiroda: mengaturposisipasiendenganbenar di
kursirodapilihanuntukmencapai rasa nyaman, meningkatkanintregitaskulit,
danmenumbuhkankemandirianpasien
10. Bantuanperawatandiri: berpindah: membantuindividuuntukmengubahposisitubuhnya.
Tindakan Kolaboratif:
1. Rujuk ke ahli terapi fisik untuk program latihan.
2. Berikan analgesik sebelum memulai latihan.
Tindakan Kolaboratif:
1. Kelola nyeri pascabedah awal dengan pemberian opiat yang terjadwal misalnya, setiap 4
jam selama 36 jam atau PCA
2. Manajemen nyeri (NIC): gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat. Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu.
4. Gangguan eliminasi urine Tindakan Mandiri:
b.d penurunan kapasitas 1. Latihanototpanggul: menguatkandanmelatihototlevatordanorogenitalmelaluikontraksi
kandung kemih volunter danberulanguntukmenurunkaninkontinensia urine jenis stress, urgensi,
ataucampuran.
2. Berkemihtepatwaktu: meningkatkankontinensiaurine dengandiingatkansecara
verbalpadawaktutertentuuntukberkemihdanumpanbalik social yang positif semi
keberhasilaneliminasi.
3. Kateterisasi urine: memasangkateterkedalamkandungkemihuntukdrainase urine
sementaraataupermanen.
4. Pelatihankandungkemih: meningkatkanfungsikandungkemihuntukseseorang yang
mengalamiinkontinensiaurgensidenganmeningkatkankemampuankandungkemihuntukme
nahan urine dankemampuanpasienuntukmenekanurinasi.
5. Manajemeneliminasiurin: mempertahankanpolaeliminasi urine yang optimum.
6. Aktivitaskolaboratif.
5. Gangguanintegritaskulitata Tindakan Mandiri:
ujaringan 1. Perawatan area insisi: membersihkan, memantau, danmeningkatkanpenyembuhanluka yang
tertutupdenganjahitan, klip, atau staples.
2. Perlindunganinfeksi: mencegahdanmendeteksiinfeksipadapasienberisiko.
3. Pemeliharaankesehatanmulut: memeliharadanmeningkatkan hygiene oral
dankesehatangigipadapasien yang berisikomengalamilesimulutataugigi.
4. Perawatanostomi: memeliharaeliminasimelalui stoma danmerawatjaringansekitar stoma.
5. Manajementekanan: meminimalkantekanankebagiantubuh.
6. Perawatanulkus decubitus: memfasilitasipenyembuhanpadaulkusdekubitus.
7. Perawatankulit: terapi topical: mengoleskanzat topical
ataumemanipulasialatuntukmeningkatkanintegritaskulitdanmeminimalkankerusakankulit.
8. Surveilanskulit: mengumpulkandanmenganalisis data
pasienuntukmempertahankanintegritaskulitdanmembran mukosa.
9. Perawataluka: mencegahkomplikasilukadanmeningkatkanpenyembuhanluka.
Tindakan Kolaboratif:
1. Konsultasikan pada ahli gizi tentang makanan tinggi protein, mineral, kalori, dan
vitamin.
2. Konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian makanan dan nutrusi enteral
atau parenteral untuk meningkatkan potensi penyembuhan luka.
3. Rujuk ke perawat enterostema untuk mendapatkan bantuan dalam pengkajian, penentuan
derajat luka, dan dokumentasi perawatan luka atau kerusakan kulit.
4. Perawatan luka (NIC): gunakan unit TENS (trancutaneous electrical nerve stimulation)
untuk peningkatan proses penymbuhan luka, jika perlu.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Cidera medulla spinalis adalah suatu kerusakan fungsi neurologis yang
disebabkan sering kali oleh kecelakaan lalu lintas. Apabila cedera itu mengenai
daerah servikal pada lengan, badan dan tungkai maka penderita itu tidak tertolong.
Dan apabila saraf fremitus itu terserang maka dibutuhkan pernafasan buatan,
sebelum alat pernafasan.
Cedera pada tulang belakang baik langsung maupun tidak langsung, yang
menyebabkan lesi di medulla spinalis sehingga menimbulkan gangguan
neurologis, dapat menyebabkan kecacatan menetap atau kematian, selain itu untuk
trauma medulla spinalis membutuhkan penanganan yang rumit.
4.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya
penulis akan lebih fokus dan detail dalammenjelaskan tentang makalah diatas
dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung
jawabkan.
Untuk saran bisa berisi kritik atau saranterhadap penulisan juga bisa untuk
menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
Untuk bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain
kami akan berusaha lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2008. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8
vol.3. Jakarta: EGC
Guyton & Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (terjemahan). Jakarta:EGC
Freidberg SR, Manffe SN. Chapter 60. Trauma to the Spine and Spinal Cord.
In:Jones HR, Srinivasan J, Allam GJ, Baker RA. Netter’s Neurology. 2nd
edition. Elsevier, Saunders. 2012. P562-71
Gambar dikutip dari : Snell RS. Chapter 4. The Spinal Cord and the
Ascendinganda Descending Tracts. In :Snell RS. Clinical Neuroanatomy. 7th
Edition.Lippincontt Williams & Wilkins, Philadelphia. 2010. P. 133-84