Vous êtes sur la page 1sur 3

a.

Akhlak bernegara
Sesungguhnya , akhlak adalah nilai pemikiran yang telah menjadi sikap mental yang
mengakar dalam jiwa, lalu tampak dalam bentuk tindakan dan perilaku yang bersifat tetap,
natural, dan refleks. Jadi, jika nilai islam mencakup semua sektor kehidupan manusia, maka
perintah beramal shalih pun mencakup semua sektor kehidupan manusia.
Tentunya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diperlukan pengertian akhlak bernegara
ini untuk membuat diri kita ‘kebal’ terhadap kebatilan yang nantinya akan menggoda iman
kita , dalam melaksanakan bakti kita kepada negara.
1. Musyawarah
Musyawarah dapat berarti mengatakan atau mengajukan sesuatu.
Adapun salah satu ayat dalam Al – Qur’an yang membahas mengenai Musyawarah adalah
surah Al-Syura ayat 38:
öNèdã•øBr&ur no4qn=¢Á9$# (#qãB$s%r&ur öNÍkÍh5t•Ï9 (#qç/$yftGó™$# tûïÏ%©!$#ur
ÇÌÑÈ tbqà)ÏÿZムöNßg»uZø%y—u‘ $£JÏBur öNæhuZ÷•t/ 3“u‘qä©
Artinya: “Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Tuhannya dan
mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarah antara mereka;
dan mereka menafkahkan sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-
Syura: 38)
Dalam ayat diatas , syura atau musyawarah sebagai sifat ketiga bagi masyarakat Islam
dituturkan setelah iman dan shalat . Menurut Taufiq asy-Syawi , hal ini memberi pengertian
bahwa musyawarah mempunyai martabat setelah ibadah terpenting , yakni shalat , sekaligus
memberi pengertian bahwa musyawarah merupakan salah satu ibadah yang tingkatannya
sama dengan shalat dan zakat . Maka masyarakat yang mengabaikannya dianggap sebagai
masyarakat yang tidak menetapi salah satu ibadah .
Memang , musyawarah sangat diperlukan untuk dapat mengambil keputusan yang
paling baik disamping untuk memperkokoh rasa persatuan dan rasa tanggung jawab bersama
Ali Bin Abi Thalib menyebutkan bahwa dalam musyawarah terdapat tujuh hal penting yaitu ,
mengambil kesimpulan yang benar , mencari pendapat , menjaga kekeliruan , menghindari
celaan , menciptakan stabilitas emosi , keterpaduan hati , mengikuti atsar.
2. Perilaku Adil
Di dalam Al-Qur’an terdapat beberapa ayat yang memerintahkan supaya manusia berlaku
adil dan menegakkan keadilan. Perintah itu ada yang bersifat umum dan ada yang khusus
dalam bidang-bidang tertentu. Yang bersifat umum misalnya :
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.”
(QS. An-Nahl 16:90)
Sedangkan yang bersifat khusus misalnya bersikap adil dalam menegakkan hukum
(QS. An-Nisa’ 4: 58); adil dalam mendamaikan conflik (QS. Al-Hujurat 49:9); adil terhadap
musuh (QS. Al-Maidah : 8) adil dalam rumah tangga (QS. An-Nisa’ 4:3 dan 129); dan adil
dalam berkata (QS. Al-An’am 6:152).

3. Nomokrasi Islam
Pemikiran tentang negara elah diletakan dasar-dasarnya oleh seorang pemikir islam yang
terkenal dan telah diakui otoritasnya oleh sarjana barat yaitu Ibnu Khaldun. Ibnu Khaldun
telah menemukan tipologi negara dengan menggunakan tolak ukur kekuasaan. Pada dasarnya
ia menggambarkan dua keadaan manusia yaitu keadaan alamiah dan keadaan yang
berperadaban. Dalam keadaan yang terakhir inilah manusia mengenal dasar negara hukum.
Ibnu Khaldun berpendapat, bahwa dalam mulk siyasi ada dua macam bentuk negara
hukum yaitu (1) siyasah diniyah, dan (2) siyasah’agliyah. Muhammad Tahir
menterjemahkan siyasah diniyah dengan nomokrasi islam dan siyasah’agliyah dengan
nomokrasi sekuler. Adapun nomokrasi islam adalah suatu negara hukum yang memiliki
prinsip-prinsip umum sebagai berikut (1) prinsip kekuasaan sebagai amanah (2) prinsip
musyawarah (3) prinsip peradilan (4) prinsip persamaan (5) prinsip pengakuan dan
perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia (6) prinsip perdamaian (7) prinsip
kesejahteraan dan (8) prinsip ketaata rakyat.
Dalam al-Qur’an disebutkan bawa sesungguhnya Penguasa Hakiki dan Mutlak adalah Allah
SWT. Kekuasaannya sangat luas dan tidak terbatas, mencangkup segala sesuatu yang ada di
alam semesta ini. Hal ini diungkapkan dalam surat Ali Imran , ayat 189
yang artinya “kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan Allah maha Perkasa atas
segala sesuatu”
Dalam surat al-Baqarah ayat 30 dilihat dari segi hukum islam ialah posisi mannusia
sebagai pengemban amanah Allah. Dalam hal ini Allah telah melimpahkan suatu tugas
kepada manusia untuk mengatur dan mengelola bumi ini dengan sebaik-baiknya menurut
ketentuan-ketentuan yang ia gariskan.

Dengan demikian kekuasaan yang dimiliki manusia hanyalah sekedar amanah dari Allah
swt. Oleh karena itu seorang penguasa dalam memegang amanahnya harus sesuai dengan
ketntuan yang telah ditetapkan Allah, yakni harus menerakan prinsip-prinsip umum
demokrasi islam sebagaimana telah disebutkan.
1) Prinsip kekuasaan sebagai amanah
2) Prinsip musyawarah
3) Prinsip keadilan
4) Prinsip persamaan
5) Prinsip peradilan bebas
6) Prinsip perdamaian
7) Prinsip kesejahteraan
8) Prinsip ketaatan rakyat

Vous aimerez peut-être aussi