Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN KASUS
1.2 ANAMNESIS
(Diperoleh secara autoanamnesis pada tanggal 10 Januari 2017, 17.00 WIB)
Keluhan Utama
Nyeri kepala sejak 1 hari SMRS. Rujukan dari RS Haji Jakarta dengan
G3P2A0 PEB.
Riwayat KB
Pil per 3 bulan.
Riwayat Pernikahan
Menikah 1 kali, umur menikah 23 tahun, umur suami saat menikah 27 tahun,
lama menikah 16 tahun.
Riwayat Persalinan
1) 2002, di RS, aterm, pervaginam, ditolong bidan, laki-laki, 2900 gram, 47
cm, sehat
2) 2007 kembar, di RS, aterm, pervaginam, ditolong bidan dan dokter,
perempuan 2200 gram, 47 cm sehat, dan perempuan 2500 gram 46 cm
sehat.
3) Hamil ini.
USG (10/01/2017)
Janin : presentasi kepala tunggal hidup
Plasenta : Berimplantasi di korpus anterior
Amnion : normal
Biometri :
Bayi
BPD 73,1 mm
HC 266 mm
AC 238 mm
FL 50,5
EFW 1159 gr
Laboratorium (10/01/2017)
Jenis Pemeriksaan 10/01/2017 Nilai Rujukan
IMUNOSEROLOGI
Anti HIV Penyaring
Metode – 1 Non Reaktif Non Reaktif
Metode – 2 Tidak dikerjakan Non Reaktif
Metode – 3 Tidak dikerjakan Non Reaktif
Kesimpulan Non Reaktif
Saran - -
1.8 FOLLOW UP
10/01/2017
S O
Sakit kepala, nyeri ulu hati, KU baik, CM
pandangan kabur dan mual muntah TD: 150/100 Nadi: 60x/m P: 18x/m
disangkal. Gerak janin aktif. Hemodinamik stabil
St. Generalis dbn
St. Obstetri I : v/u tenang
Lab :
DPL :
12,4/37/21450/254000/88/30/34
PT/APTT: 0,8 x/ 0,9x
GDS : 125 Alb : 3,6 Ur/Cr 10/0,5
HbsAg dan anti HIV : non reaktif
UL: protein (+), darah +++
A P
PEB pada G3P2A0 hamil 29 minggu Observasi KU, tanda vital, his, DJJ
janin presentasi kepala tunggal Observasi tanda perburukan PEB
hidup, belum inpartu. MgSO4 1gr/jam
Adalat oros 1x30mg
Dexamethasone 2x6 mg IV (2hari)
USG Fetomaternal
Cek urinalisis ulang
Injeksi Ampicilin Sulbactam 4x 1,5
gr
Metildopa 3x500 mg PO
11/01/2017
S O
Sakit kepala, nyeri ulu hati, KU baik, CM
pandangan kabur dan mual muntah TD: 150/100 Nadi: 60x/m P: 18x/m
disangkal. Gerak janin aktif. Hemodinamik stabil
St. Generalis dbn
St. Obstetri I : v/u tenang, HIS (-
), DJJ 148x dpm
A P
PEB pada G3P2A0 hamil 29 minggu Observasi KU, tanda vital, his, DJJ
janin presentasi kepala tunggal Observasi tanda perburukan PEB
hidup, belum inpartu. TD belum Adalat oros 1x30mg
terkontrol, ISK asimtomatik, caries Dexamethasone 2x6 mg IV (2hari)
dentis, leukositosis. Injeksi Ampicilin Sulbactam 4x 1,5
gr
Metildopa 3x500 mg PO
Konsultasi gigi
Konsultasi jantung
EKG
Cek DPL dan diffcount/3 hari
Titrasi nifedipin 4x10 mg per 20
menit
12/01/2017
S O
Mules-mules tidak ada KU baik, CM
Gerak janin aktif Hemodinamik stabil
Keluar air-air, flek, darah dari jalan TD 140/90 Nadi: 80x/m, R: 18x/m
lahir disangkal St. Generalis dbn
St. Obstetri
I : v/u tenang, HIS (-), DJJ 140x
dpm
A P
PEB pada G3P2A0 hamil 29 minggu Observasi KU, tanda vital, his, DJJ
janin presentasi kepala tunggal Observasi tanda perburukan PEB
hidup, belum inpartu. TD belum Adalat oros 1x30mg
terkontrol, ISK asimtomatik, Injeksi Ampicilin Sulbactam 4x 1,5
gingivitis, leukositosis. gr
Metildopa 3x500 mg PO
Fluimucil 3x600 mg PO
13/01/2017
S O
Mules-mules tidak ada KU baik, CM
Gerak janin aktif Hemodinamik stabil
Keluar air-air, flek, darah dari jalan TD 110/80 Nadi: 80x/m, R: 20x/m
lahir disangkal St. Generalis dbn
St. Obstetri
I : v/u tenang, HIS (-), DJJ 146x
dpm
A P
PEB pada G3P2A0 hamil 29 minggu Observasi KU, tanda vital, his, DJJ
janin presentasi kepala tunggal Observasi tanda perburukan PEB
hidup, belum inpartu. TD terkontrol, Bactesyn 375mg 2x1 PO
ISK asimtomatik, gingivitis, Adalat oros 1x30mg PO
leukositosis. Fluimucil 3x600 mg PO
Metildopa 3x500 mg PO
1.9 ANALISA KASUS
Pasien datang dirujuk dengan keluhan utama nyeri kepala sejak 1 hari
SMRS dengan G3P2A0 usia kehamilan 29 minggu dari HPHT, nyeri kepala
dirasakan secara mendadak di seluruh bagian kepala dan terasa terus menerus.
Keluhan nyeri kepala disertai dengan perut bawah terasa kencang, keluar cairan
dari vagina, keputihan atau keluar darah dari vagina disangkal. Buang air kecil
dan air besar normal tidak ada keluhan. Riwayat demam, darah tinggi, diabetes,
asma disangkal, alergi, penurunan penglihatan dan penurunan kesadaran
disangkal.
Pada pemeriksaan tanda vital dalam batas normal, namun untuk tekanan
darah didapatkan hasil 180/105 mmHg. Termasuk kriteria hipertensi stage II
menurut JNC VII. Pasien menyangkal pernah menderita darah tinggi sebelum
kehamilan ini dan selama periksa kehamilan tidak ada tekanan darah tinggi. Hal
ini menandakan adanya hipertensi yang baru muncul pada saat di usia kehamilan
di atas 20 minggu dan ini mengarahkan pada hipertensi gestasional atau
preeklampsia.
Pada pemeriksaan obstetrik didapat kan DJJ (+) 146dpm. Inspeksi vulva
dan uretra tenang, perdarahan aktif (-). Dilatasi serviks (-). Hal ini menandakan
tidak ada tanda dan gejala inpartu pada pemeriksaan obstetrik. Pemeriksaan
penunjang untuk menentukan diagnosa dilakukan pemeriksaan urinalisis, dan
didapatkan hasil proteinuria (Protein +1). Hasil tersebut memperkuat diagnosa
preeklampsia.
Tanda-tanda pre eklampsia berat seperti sakit kepala dirasakan oleh
pasien, namun untuk penglihatan buram, nyeri epigastrium, sesak, dan mual-
muntah disangkal oleh pasien. Riwayat kejang juga disangkal oleh pasien.
Sehingga preeklampsia yang terjadi pada pasien tersebut telah mempengaruhi
sistem serebral, dan pasien dapat didiagnosis Preeklampsia berat.
Kriteria diagnosis preeklampsia berat adalah :
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan/atau diastolic >110 mmHg
Proteinuria 5 gram atau lebih dalam 24 jam
Gangguan serebral (nyeri kepala dan atau penglihatan)
Oliguria (produksi urine < 400 cc dalam 24 jam)
Edema paru dan sianosis
Pasien diberikan obat MgSO4 sebagai anti kejang, MgSO4 menghambat atau
menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat
transmisi neuromuscular dengan cara magnesium menggeser kalsium ( inhibisi
kompetisi).
Pemberian nifedipin dan metildopa sebagai anti hipertensi lini pertama, dan
pemberian adalat oros sebagai maintenance karena bersifat slow release. Obat-
obat tersebut ternasuk Calcium channel blocker. Pada preeklampsi berat akibat
peningkatan tekanan darah ibu akan terjadi penurunan sirkulasi feto-maternal
yang menyebabkan oksigenasi dan nutrisi yang diberikan ke janin berkurang,
yang berbahaya bagi janin, sehingga pemberian obat antihipertensi harus
diberikan secepatnya hingga tekanan darah pasien terkontrol.
Pasien disarankan untuk mengontrol asupan garam dan cairan, serta rutin
kontrol tekanan darah minimal satu minggu sekali di pelayanan kesehatan yang
terdekat dari rumah dan melanjutkan melakukan pemeriksaan ANC sesuai jadwal.
Saat ANC dilakukan USG untuk melihat perkembangan janin, USG dilakukan
pada trimester ketiga untuk merencanakan persalinan. Selain itu ibu diberikan
kartu untuk mencatat berapa kali pergerakan janin selama satu hari penuh. Pada
Bila pasien merasakan keluhan seperti sakit kepala, penglihatan kabur atau
bengkak di lengan dan kaki, pasien diharapkan segera kontrol ke pelayanan
kesehatan terdekat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Preeklampsia
II.1.1 Definisi
Preeklampsia adalah kerusakan endotel pembuluh darah dan vasospasme yang
terjadi setelah usia kehamilan 20 minggu dan dapat terjadi sampai 4-6 minggu
setelah kelahiran dengan gejala adanya hipertensi, proteinuria, dan dengan atau
tanpa edema patologis.1 Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20
minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.2
II.1.2 Epidemiologi
Kejadian preeklampsia di Amerika Serikat berkisar antara 2 – 6 % dari ibu hamil
nulipara yang sehat. Di negara berkembang, kejadian preeklampsia berkisar antara
4 – 18 %. Penyakit preeklampsia ringan terjadi 75 % dan preeklampsia berat
terjadi 25 %. Dari seluruh kejadian preeklampsia, sekitar 10 % kehamilan
umurnya kurang dari 34 minggu. Kejadian preeklampsia meningkat pada wanita
dengan riwayat preeklampsia, kehamilan ganda, hipertensi kronis dan penyakit
ginjal.3 Di Indonesia mortalitas dan morbiditas hipertensi dalam kehamilan juga
masih cukup tinggi.2
II.1.4 Etiologi
Faktor – faktor yang dapat menyebabkan terjadinya preeklampsia adalah
sebagai berikut:4
b. Faktor Imunologis
Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya
hasil konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya Human
Leukocyte Antigen Protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam
modulasi respon imun, sehingga ibu tidak menolak hasil konsepsi
(plasenta). HLA-G pada plasenta dapat melindungi trofoblas janin dari
lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu. HLA-G akan mempermudah
invasi sel trofoblas ke dalam jaringan desidua ibu. Jadi HLA-G
merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas ke dalam
jaringan desidua ibu, di samping untuk menghadapi sel NK.
Pada plasenta hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan
ekspresi HLA-G. Berkurangnya HLA-G di desidua daerah plasenta
menghambat invasi trofoblas ke dalam desidua. Invasi trofoblas sangat
penting agar jaringan desidua menjadi lunak dan gembur, sehingga
memudahkan terjadinya dilatasi arteri spiralis. HLA-G juga merangsang
produksi sitokin, sehingga memudahkan terjadinya reaksi inflamasi.
Kemungkinan terjadi Immune-Maladaptation pada preeklampsia.
d. Faktor Genetik
Pre-eklampsia merupakan kelainan multifaktorial dan poligenik,
sehingga tidak ada satupun gen tunggal yang bertanggung jawab
terhadap kejadiannya. Ditemukan lebih dari 70 kandidat gen yang terkait
dengan preeklampsia. Variasi genetik lain seperti faktor lingkungan dan
epigenetik juga sangat berpengaruh terhadap ekspresi genotip dan
fenotip sindrom pre-eklampsia.
7) Teori Genetik
Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami pereeklampsia, maka 26%
anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula, sedangkan hanya
8% anak menantu mengalami preeklampsia.2
II.1.8 Klasifikasi
Klasifikasi dari preeklampsia terbagi menjadi 2 yaitu :
1. Preeklampsia ringan
a. Definisi
Preeklampsia ringan adalah suatu sindroma spesifik kehamilan
dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya
vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.2
b. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan atas timbulnya hipertensi disertai dengan
proteinuria dan dengan atau tanpa edema setelah 20 minggu kehamilan
Hipertensi : > 140 / 90 mmHg, dengan kenaikan sistolik > 30
mmHg dan kenaikan diastolik > 15 mmHg
Proteinuria : > 300 mg/24 jam dan <5 g/24 jam
Edema anasarka
2. Preeklampsia berat
a. Definisi
Suatu preeklampsia dengan tekanan darah sistolik > 160 mmHg
dan tekan darah diastolik > 110 mmHg yang disertai proteinuria > 5
g/24 jam.2
b. Diagnosis
Dikatakan preeklampsia berat bila ditemukan satu atau lebih dari
gejala berikut:2
- Tekanan darah > 160 / 110 mmHg. Tekanan darah tidak menurun
walaupun pasien sudah dirawat dan sudah menjalani tirah baring
- Proteinuria > 5 g/24 jam atau 4+ dalam pemeriksaan kulitatif
- Oliguria, yaitu produksi urin < 500 cc / 24 jam
- Peningkatan kadar kreatinin plasma
- Gangguan visus dan serebral seperti penurunan kesadaran, nyeri
kepala, skotoma, dan pandangan kabur
- Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen
- Edema paru dan sianosis
- Hemolisis mikroangiopatik
- Trombositopenia berat yaitu kurang dari 100.000 sel/mm3 atau
penurunan trombosit dengan cepat
- Gangguan fungsi hepar
- Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
- Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzim, Low
Plateletes count), adalah preeklampsia-eklampsia disertai
timbulnya hemolisis, peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar,
dan trombositopenia.
c. Pembagian preeklampsia berat
Preeklampisa berat dibagi menjadi:2
a) Preeklampsia berat tanpa impending eklampsia
b) Preeklampsia berat dengan impending eklampsia
Disebut impending eklampsia bila preeklampsia berat disertai
gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan
visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan
progresif tekanan darah.
II.1.9 Tatalaksana
Tatalaksana pre-eklampsia yang paling utama adalah terminasi kehamilan,
yakni dengan melahirkan bayi. Keputusan terminasi kehamilan bergantung
kepada beberapa hal, seperti beratnya penyakit, kematangan janin kondisi ibu dan
janin, serta kondisi serviks.6 Pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat
dirawat secara rawat jalan. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat yaitu dengan
berbaring atau tidur miring. Pada umur kehamilan diatas 20 minggu tirah baring
dengan posisi miring menghilangkan tekanan rahim pada vena kava inverior,
sehingga meningkatkan aliran balik dan akan menambah curah jantung. Hal
tersebut menyebabkan meningkatnya aliran darah ke organ-organ vital.
Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan filtrasi glomerulus dan
meningkatkan diuresis. Diuresis dengan sendirinya meningkatkan eksresi natrium
dan menurunkan reaktivitas kardiovaskular, sehingga mengurangi vasospasme.
Peningkatan curah jantung akan meningkatkan aliran darah rahim, menambah
oksigenasi plasenta, dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim.2
Kriteria preeklampsia ringan yang dirawat dirumah sakit yaitu bila tidak
ada perbaikan tekanan darah dan kadar proteinuria selama 2 minggu dan adanya
satu atau lebih gejala dan tanda preeklampsia berat.2
Pada kehamilan preterm <37 minggu, bila tekanan darah mencapai
normotensif, selama perawatan, persalinan ditunggu sampai aterm. Sedangkan
pada kehamilan aterm >37 minggu, persalinan ditunggu sampai terjadi onset
persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan pada
taksiran tanggal persalinan. Persalinan dapat dilakukan secara spontan bila perlu
memperpendek kala II.2
Pada pasien preeklampsia berat atau dengan tanda bahaya harus dirawat.
Beberapa tatalaksana medikamentosa yang diberikan adalah :
MgSO4 untuk pencegahan kejang. Magnesium sulfat menghambat atau
menurunkan kadar asetilkolin pada rangsangan serat saraf dengan
menghambat transmisi neuromuskular. Transimisi neuromuskular
membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat,
magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak
terjadi. Kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat
kerja magnesium sulfat.2
- Cara pemberian :
Loading dose : 4 gram MgSO4 intravena (40% dalam 10 cc)
selama 15 menit.
Maintenance dose : diberikan infus 6 gram dalam larutan
ringer per 6 jam atau diberikan 4 atau 5 gram intramuskular.
Selanjutnya maintenance dose diberikan 4 gram i.m tiap 4-6
jam.
- Syarat pemberian MgSO4 :
Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu Ca glukonas 10 % = 1
gr (10 % dalam 10 cc) diberikan secara intravena selama 3
menit.
Refleks patella (+) kuat.
Frekuensi pernapasan >16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda
distres pernapasan.
- Magnesium sulfat dihentikan bila
Ada tanda-tanda intoksikasi
Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang
terakhir
Antihipertensi
- Antihipertensi lini pertama adalah nifedipin dengan dosis 10-20 mg
per oral, diulangi setiap 30 menit. Maksimum pemberian 120 mg
dalam 24 jam
- Antihipertensi lini kedua adalah sodium nitroprusside dengan dosis
0,25 µg i.v/kg/menit, infus ditingkatkan 0,25 µg i.v/kg/5 menit.
Selain itu terdapat diazokside dengan dosis 30-60 mg i.v./5 menit
atau i.v infus 10 mg/menit/dititrasi.
II.1.10 Komplikasi
Komplikasi pada preeklampsia dapat dibagi berdasarkan dampaknya terhadap
maternal dan fetal.7
Maternal
a. Eklampsia
Eklampsia adalah kejang grand mal akibat spasme serebrovaskular.
Kematian disebabkan oleh hipoksia dan komplikasi dari penyakit
berat yang menyertai.
b. Perdarahan serebrovaskular
Perdarahan serebrovaskular terjadi karena kegagalan autoregulasi
aliran darah otak pada MAP (Mean Arterial Pressure) diatas 140
mmHg.
c. Masalah liver dan koagulasi:
HELLP Syndrome (hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets
Count). Preeklampsia-eklampsia disertai timbulnya hemolisis,
peningkatan enzim hepar, disfungsi hepar dan trombositopenia.
d. Gagal ginjal
Diperlukan hemodialisis pada kasus yang berat.
e. Edema Paru
f. Kematian maternal
Munculnya satu atau lebih dari komplikasi tersebut dan muncul secara bersamaan,
merupakan indikasi untuk terminasi kehamilan berapapun umur gestasi.
Fetal
Kematian perinatal dan morbiditas fetus meningkat. Pada usia kehamilan
36 minggu, masalah utama adalah IUGR. IUGR terjadi karena plasenta
iskemi yang terdiri dari area infark. Kelahiran prematur juga sering terjadi
At-term, preeklampsia mempengaruhi berat lahir bayi dengan peningkatan
risiko kematian dan morbiditas bayi. Pada semua umur gestasi terjadi
peningkatan risiko abrupsi plasenta.
II.1.11 Pencegahan
a. Diet dan olahraga
Sudah berpuluh-puluh tahun wanita disarankan untuk membuat perubahan
dalam diet dan gaya hidupnya untuk menjauhkan mereka dari risiko
preeklampsia. Tetapi itu dianggap kurang efektif. Berbagai macam
intervensi sudah di evaluasi pada randomized trial, termasuk aerobic,
suplementasi protein, peningkatan ataupun penurunan konsumsi garam,
suplementasi magnesium dan suplementasi zat besi. Pada penelitian
tersebut menunjukkan bahwa hasil yang ditunjukkan tidak begitu
berpengaruh terhadap pencegahan preeklampsia. Dari hasil penelitian
lainnya, menunjukkan bahwa suplementasi prekursor prostaglandin seperti
minyak ikan dan suplementasi kalsium memiliki pengaruh yang lebih baik.
Pada minyak ikan terkandung rantai asam lemak yang memiliki efek
antiplatelet dan anti trombotik. Hipotesis yang menyatakan bahwa diet
calcium berhubungan dengan risiko preeklampsia, saat ini masih dalam
penelitian. Pada penelitian observational ini, 6894 wanita masing masing
diberikan 1 gram kalsium per hari, secara keseluruhan mengurangi risiko
preeklampsia sebanyak 30 %. Risiko preeklampsia bagi wanita yang
mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang rendah, masih dalam
penelitian.7
b. Aspirin dan agen antiplatelet lainnya
Preeklampsia berhubungan dengan defisiensi produksi prostasiklin yang
merupakan vasodilator dan terjadinya produksi berlebihan dari
thromboxan yang merupakan derivat platelet vasokonstriktor dan sebagai
stimulus dari agregasi platelet. Maka hipotesa mengarah ke kemungkinan
agen antiplatelet dan aspirin dosis rendah, efektif untuk pencegahan
preeklampsia. Pada beberapa penelitian menunjukkan bahwa aspirin dosis
rendah dan agen antiplatelet dapat membantu dalam pencegahan
preeklampsia dan beberapa komplikasi.7
c. Vitamin Antioxidan
Sebuah penelitian kecil mengevaluasi bahwa dosis tinggi vitamin C dan E
sebagai antioksidan untuk pencegahan preeklampsia menunjukkan hasil
yang menjanjikan tetapi membutuhkan konfirmasi dari penelitian yang
lebih besar. Pada penelitian lain menyatakan suplementasi vitamin C
dengan dosis 1000 mg/hari dan vitamin E dengan dosis 400 IU/hari tidak
menurunkan risiko hipertensi kehamilan dan preeklampsia pada wanita
hamil. Etiologi preeklampsia merupakan multifaktor, maka intervensi pada
satu sisi saja tidak efektif untuk mencegah preeklampsia. Tindakan
preventif yang baik hanya dapat dilakukan bila etiologi preeklampsia
sudah diketahui.7
DAFTAR PUSTAKA