Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
2.1.1 Pengertian
Peradangan peritoneum, suatu lapisan endotelial tipis yang kaya akan vaskularisasi dan aliran limpa.
Peritonitis adalah suatu respons inflamasi atau supurasi dari peritoneum yang disebabkan oleh iritasi
kimiawi atau invasi bakteri.
2.1.2 Etiologi
a. Infeksi bakteri
3. Tukak thypoid
6. Salpingitis
7. Divertikulitis
Kuman yang paling sering ialah bakteri Coli, streptokokus µ dan b hemolitik, stapilokokus aurens,
enterokokus dan yang paling berbahaya adalah clostridium wechii.
5. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit akut seperti radang saluran pernapasan
bagian atas, otitis media, mastoiditis, glomerulonepritis. Penyebab utama adalah streptokokus atau
pnemokokus.
2.1.3 Klasifikasi
90% kasus infeksi disebabkan oleh mikroba, 40% oleh bakteri gram negative, E.Coli 7%, Klebsiela,
pneumonia, spesies pseudomonas, proteus dan gram negative lain sebanyak 20%, sementara bakteri
gram positif yakni 15%, jenis steptococus, dan golongan stapylococus 3%.
b. Penyebab sekunder
Seperti perforasi apendisitis, perforasi ulkus peptikum, dan duodenum, perforasi kolon akibat kanker,
hernia inkaserata.
a. Syok (neurogenik, hipovolemik atau septik) terjadi pada beberpa penderita peritonitis umum.
b. Demam
c. Distensi abdomen
d. Nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus, atrofi umum, tergantung pada perluasan iritasi
peritonitis.
e. Bising usus tak terdengar pada peritonitis umum dapat terjadi pada daerah yang jauh dari lokasi
peritonitisnya.
f. Nausea
g. Vomiting
h. Penurunan peristaltik.
Reaksi inflamasi
Peritonitis (generalisata)
Ileus Paralitik
Usus atonia
Distensi abdomen
Tekanan intralumen ↑
Nosiseptor
Mediator inflamatori
Nekrosis
Nyeri
Respons mual/muntah
Septikemia
a. Test laboratorium
1. Leukositosis
2. Hematokrit meningkat
3. Asidosis metabolik
b. X. Ray
1. Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan : Illeus merupakan penemuan
yang tak khas pada peritonitis, usus halus dan usus besar dilatasi, udara bebas (air fluid level) dalam
rongga abdomen terlihat pada kasus perforasi.
2.1.7 Penatalaksanaan
e. Tindakan pembedahan
2.1.8 Prognosis
b. Prognosa lebih buruk pada usia lanjut dan bila peritonitis sudah berlangsung lebih dari 48 jam.
2.1.9 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi pada peritonitis bakterial atau sekunder, dimana komplikasi tersebut dapat
dibagi menjadi komplikasi dini dan lanjut, yaitu:
a. Komplikasi dini
2. Syok hipovolemik
3. Sepsis intra abdomen rekuren yang tidak dapt dikontrol dengan kegagalan multi sistem
5. Portal Pyemia
b. Komplikasi lanjut
Adhesi
2.2.1 Pengkajian
a. Identitas Klien: meliputi nama, pendidikan, pekerjaan dan usia biasanya lebih sering terjadi pada usia
dewasa.
b. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama: Klien dengan Peritonitis biasanya mengeluhkan perut kembung, disertai mual dan
muntah serta demam.
Sebagian besar atau penyebab terbanyak peritonitis adalah infeksi sekunder dari apendisitis perforasi,
perforasi ulkus peptikum, typhus abdominalis, klien biasanya nampak lemah dengan disertai demam dan
mual, muntah.
Klien dengan peritonitis sering terdapat riwayat penyakit saluran cerna atau organ dalam pencernaan.
Tidak terdapat korelasi kasus pada anggota keluarga terhadap kejadian peritonitis.
c. Pemeriksaan fisik
B1 (Breath)
Klien dengan peritonitis bisanya menampakkan gejala dispneu, nafas dangkal dan cepat, Ronchi (-),
whezing (-), perkusi sonor, taktil fremitus tidak ada gerakan tertinggal.
B2 (Blood)
Biasanya menampakkan adanya peningkatan nadi, penurunan tekanan darah (pre syok), perfusi dingin
kering, suara jantung normal, S1/S2 tunggal, perkusi pekak pada lapang paru kiri ICS 3-5, iktus kordis ICS
4-5, balance cairan deficit.
B3 (Brain)
Klien nampak lemah, biasanya mengalami penurunan kesadaran, convulsion (-), pupil isokor, lateralisasi
(-).
B4(Bladder)
Klien nampak mengalami penurunan nafsu makan dan minum, oliguri,distensi/retensi (-).
B5 (Bowel)
Klien nampak mengalami penurunan nafsu makan, abdomen nampak distended, bising usus dan
peristaltik usus menurun, perubahan pola BAB, klien nampak mual dan muntah.
B6 (Bone)
Klien dengan peritonitis biasanya nampak letih dan lesu, klien nampak bedrest, mengalami penurunan
masa dan kekuatan otot.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Test laboratorium
Leukositosis
Hematokrit meningkat
Asidosis metabolik
2. X-Ray
Foto polos abdomen 3 posisi (anterior, posterior, lateral), didapatkan : Illeus merupakan penemuan yang
tak khas pada peritonitis, usus halus dan usus besar dilatasi, udara bebas (air fluid level) dalam rongga
abdomen terlihat pada kasus perforasi.
Hipertermia
Intoleransi aktifitas.
Resiko tinggi Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Perubahan fungsi pencernaan sekunder
terhadap pembedahan.
Syok hipovolemik b.d intake in adekuat.
No
Diagnosa Keperawatan
Intervensi
Tujuan/Kriteria hasil
Rencana Tindakan
Rasional
Tujuan:
Kriteria hasil:
– RR:12-20x/menit
– SaO2 :>95%.
– Cianosis (-).
Resiko tinggi Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d Perubahan fungsi pencernaan sekunder
terhadap pembedahan.
Tujuan:
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan dapat dicegah atau diatasi dalam 2×24 jam
Kriteria hasil:
– BBR:90-100%
– Alb:3,5-5,5 g/dl
– Hb :11-17 g/dl
– Vomitting (-)
2. Kolaborasi pemberian nutrisi enteral (sonde) sesuai dengan tingkat toleransi pencernaan.
3. Kolaborasi pemberian nutrisi panenteral.